Jalan Menuju Surga
Kerinduan Orang-orang yang Baik kepada Tempat yang paling
Tinggi
Surga.. dia adalah harapan yang sangat tinggi yang
diusahakan untuk didapat oleh kaum mukminin sepanjang zaman.
Surga.. adalah yang menjadi penggerak jiwa-jiwa para
salafush shaleh untuk mencontohkan kepahlawanan dan paling tingginya
pengorbanan.
Surga.. adalah tujuan yang sangat mulia yang selalu
diamati oleh pandangan-pandangan yang penuh kasih sayang. Dan yang membuat
segenap jiwa yang merindukannya menjadi tergesa-gesa di setiap tempat dan
zaman. Mereka rela menghadapi segala mara bahaya hanya untuk mendapatkan surga
yang dijanjikan.
Surga.. adalah harapan yang paling agung menurut mukmin.
Memasukinya dan hidup di dalamnya dalah sebuah angan-angan yang menghantui
sepanjang umurnya berjalan.
Betapa banyaknya, surga membuat seseorang bersegera
kepada kebaikan dan kebenaran, walau jalan ini dipenuhi mara bahaya, kesusahan,
onak dan duri, bahkan walau ditebus dengan kematian.
Gambaran tentang surga telah tercantum dalam ayat-ayat
dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua nikmat yang
disebutkan dalam kitabullah atau sunnah Nabi-Nya, namanya sama dengan yang
dilihat di dunia. Tetapi.. ketika disebut benda-benda ini, hanya sebagai
penamaan agar dipahami penduduk dunia. Adapun yang sebenarnya dan hakekat
kesenangan-kesenangan tersebut diserahkan kepada Allah yang Mahaagung,
Mahabijaksana, lagi Yang menegakkan langit-langit di bumi.
Dari Abu Malik Al-Asy’ari bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi
wassalam bersabda:
“Di surga ada beberapa kamar yang luarnya bisa dilihat
dari dalam dan yang isinya bisa dilihat dari luar. Itu disediakan oleh Allah
bagi orang uang memberikan makanan, melembutkan ucapan, selalu berpuasa, dan
shalat di waktu malam ketika manusia sedang terlelap tidur”.(Shahihul Jami’:
2119)
Jalan Menuju Surga bagi Orang yang Bertakwa
Ketahuilah –wahai hamba Allah- bahwa para penghuni surga
adalah orang-orang yang merasa takut kepada Allah. Rasa takut yang mendorong
kepada kebaikan dan mencegah dari setiap penyimpangan. Perasaan ini yang
menyingkirkan segenap rintangan dan menyingkap tirai. Dan hati melebur di
hadapan Dzat yang Maha Esa lagi Pemaksa. Rasa takut inilah yang membuat ibadah
dan amal menjadi ikhlas, bersih, dari noda riya’ dan syirik di setiap
gambarannya.
Maka orang yang takut terhadap Rabbnya, dengan benar
tidak kuasa untuk memberikan tempat di hatinya untuk tidak ikhlas kepada Allah.
Allah adalah sekutu yang paling tidakk butuh kepada penyekutuan. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ
اللَّهَ يَقُولُ : ” أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، فَمَنْ عَمِلَ
عَمَلا فَأَشْرَكَ فِيهِ غَيْرِي فَأَنَا مِنْهُ بَرِيءٌ ” .
“Aku adalah
sekutu yang paling tidak butuh kepada penyekutuan. Siapa yang menyekutukan-Ku
dengan selain-Ku maka Aku akan meninggalkannya dan penyekutuannya.” (H.R.
Muslim)
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah Ta’ala berfirman,
لا يجتمعُ خوفانِ وأمنان؛ إن
خِفته في الدنيا طمأنكَ يوم القيامة، وإن لم تخفه في الدنيا أخافكَ يوم القيامة
“Aku tidak
mengumpulkan pada hamba-Ku dua rasa takut. Dan Aku tidak mengumpulkan baginya
dua rasa aman, jika dia merasa aman dari-Ku di dunia, niscaya aku jadikan dia
ketakutan di akhirat. Dan jika dia merasa takut kepadaku di dunia, niscaya aku
jadikan dia merasa aman di akhirat. (Shahihul Jami’:420)
Pintu Surga
Selalu Terbuka bagi Orang yang Menempuhnya
Ketahuilah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
كل أمتي يدخلون الجنة إلا من
أبى
“Setiap
umatku akan masuk surga, kecuali orang yang enggan”. Mereka bertanya, “Wahai
Rasulullahu, siapa yang enggan ?”. Beliau bersabda, “Barang siapa taat
kepadaku, niscaya dia akan masuk surga, dan siapa yang durhaka kepadaku, dialah
yang enggan (masuk surga).” (HR. Bukhari)
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda dengan jawami’ul kalimnya (singkat,
namun padat kandungan maknanya):
حجبت النار بالشهوات وحجبت
الجنة بالمكاره
“Surga
diliputi oleh kesusuahan-kesusahan dan neraka dilingkupi dengan
kesenangan-kesenangan.” (Shahihul jami’ :3142)
Sesungguhnya
jalan ini –wahai saudaraku yang akan menempuhnya- antara empat kata, dua
negatif dan dua positif. Dua negatif yaitu syirik dan maksiat dan dua positif
yaitu iman dan amal shalih. Dari empat kata ini akan terbentuk jalan yang
membawa ke surga, tepat tinggal dan kemuliaan.
Sekarang
wahai saudariku, mari kita tempuh jalan menuju surga…
Yang paling
utama tentu dengan meminta bimbingan kepada Allah. ”laa ilaaha illallah
Muhammad Rasulullah”. Allah yang Maha Membolak-balikkan hati kita. Allah
sebaik-baik yang dimohon dan semulia-mulia yang diharap. Cukup Dia bagi kita
sebagai penolong. Meminta bimbingan harus dibarengi dengan keyakinan, oleh
karena itu….
Hendaklah
kita meyakini dengan teguh bahwa yang menciptakan kita adalah yang menciptakan
alam ini. Dia mengatur dengan kekuasaan-Nya, ilmu-Nya, kehendak-Nya, dan
hikmah-Nya. Di alam ini tampak pengaruh sifat-Nya dan nama-Nya yang sangat
indah. Dengan kekuasaan-Nya terjadilah alam ini. Dan dengan ilmunya, teraturlah
keadaannya dan berjalan menuju tujuan-tujuannya dalam lingkup kepastian yang
sangat teliti.
Hendaklah
kita meyakini dengan teguh bahwa tidak ada yang membantu Allah Ta’ala dalam
menciptakan alam ini. Tidak ada yang ikut mengatur alam ini bersamanya. Karena
kalau demikian, niscaya akan muncul pertentangan dan perlawanan di alam ini.
Dan PASTI alam ini akan segera hancur dan binasa.
Hendaklah
kita meyakini dengan teguh bahwa ketika Allah tidak memiliki sekutu dalam
penciptaan dan pengaturan alam, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam ketaatan dan
peribadatan. Maka tidak selayaknya ada yang diibadahi bersamanya, apakah dia
malaikat, Nabi atau makhluk yang lainnya. Apakah ibadah itu shalat, do’a,
puasa, sembelihan, zakat ataupun nadzar.
Hendaklah
kita meyakini dengan teguh bahwa sesembahan yang Agung ini –sendiri dalam
mencipta, mengatur, dan harus beribadah kepada-Nya- adalah benar-benar
sesembahan yang Agung. (Dia) memiliki sifat-sifat yang suci, sempurna, dan
Mulia. Maka kita tetapkan bagi-Nya yang Mahasuci apa yang telah Dia tetapkan
bagi dirinya berupa sifat-sifat dalam Kitab-Nya, dan kita juga menetapkan apa
yang ditetapkan untuk-Nya oleh manusia yang paling mengenal tentang Allah,
yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa menyerupakann-Nya dengan
makhluk, memisalkan-Nya, menyimpangkan pengertiannya, dan menanyakan bagaimana
bentuknya.
Hendaklah
kita meyakini dengan teguh bahwa kebutuhan manusia kepada para Rasul untuk
menerangkan jalan menuju surga memberi konsekuensi pengutusan mereka dan penurunan
kitab kepada mereka. Dari sini wajib beriman kepada semua kitab samawi yang
diturunkan Allah kepada mereka, sebagaimana juga wajib beriman kepada para
malaikat yang baik, qadar, hari akhir, hisab, dan pemb.
Dengan lima
poin yang mencakup keimanan yang benar, berarti kita telah mengenal seperempat
jalan menuju surgga. Wahai para penempuhnya, maka mari kita menuju seperempat
yang kedua, yaitu amal shalih:
Hendaklah
kita mendirikan shalat dengan bersuci untuknya dengan bersuci sempurna. Dan
kita menunaikannya di waktunya dengan berjama’ah, dengan penunaian yang baik,
mememnuhi semua syarat-syarat, kewajiban-kewajiban, sunnah-sunnah, dan
adab-adabnya. Maka dengan itu, shalat kita bisa sesuai dengan shalat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hendaklah
kita menunaikan zakat harta kita kepada yang berhak dari kalangan orang-orang
fakir, miskin, terlilit hutang, dan mujahidin. Dan hendaklah kita berhati-hati
dalam mengeluarkannya dengan memberikan yang terbaik, sempurna dan keikhlasan
yang sempurna karena Allah Ta’ala.
Hendaklah
kita berpuasa di bulan Ramadhan dengan menahan diri dari semua yang
membatalkannya. Menjauhi segala yang membuat keraguan dan haram berupa ucapan,
perbuatan, pikiran, dan niat.
Hendaklah
kita haji ke Baitullah seperti haji Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di
musimnya yang mabrur. Yaitu menunaikannya dengan benar dan terlepas dari
kata-kata yang membangkitkan nafsu, kefasikan, dan debat. Dan dengan dinaungi
kebaikan dan dipenuhi dengan amal shalih.
Hendaklah
kita berbakti kepada kedua orang tua dengan mentaatinya pada perkara yang tidak
berkmaksiat kepada Allah. Dan berbuat baik kepada mereka dengan memberikan
kebaikan, berupa perkataan dan perbuatan yang indah, bersamaan dengan itu tidak
menyakiti keduanya, walaupun keduanya membentak atau tidak suka.
Hendaklah
kita menyambung hubungan rahim kita dengan mereka dan mengunjungi mereka,
menanyakan tentang keadaan mereka, dan membantu mereka dalam kadar kemampuan
dan kesanggupan.
Hendaklah
kita berbuat baik kepada tetangga dengan memuliakan mereka, yaitu mencakup
dalam sikap berbuat baik dan menjaga mereka dari keburukan.
Hendaklah
kita memuliakan tamu dengan pemuliaan yang wajib kita lakukan untuknya, yaitu
dengan memberikan makan dan tempat kepadanya.
Hendaklah
kita memuliakan kaum mukminin dengan merealisasikan rasa ukhuwah yang dibangun
di atas dasar menunaikan hak-haknya, mengucapkan salam kepadanya jika bertemu,
mendoakannya ketika bersin, mengiringi jenazahnya ketika meninggal,
menjenguknya ketika dia sakit, dan menunaikan sumpahnya bila dia bersumpah.
Hendaknya
kita bersikap adil dalam ucapan, perbuatan, dan hukum. Karena keadilan dalam
segala hal adalah sesuatu yang mesti. Dengan keadilan semua urusan agama dan
dunia akan tegak, dan dengannya pula akan menjadi baik para hamba dan negeri
(mereka).
Hendaknya
kita tetap menjaga atribut-atribut keislaman yang agung. Karena dalam sikap itu
akan menghidupkan sunnah (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam) dan membunuh
sunnah-sunnah orang-orang kafir.
Ketahuilah
wahai saudaraku, orang dikatakan alim bukan karena banyaknya ilmu, namun alim
adalah orang yang mengamalkan ilmunya. Betapa banyak orang berilmu yang
melalaikan ilmunya hingga ilmunya meluap.
Sampai di
sini selesai setengah jalan, wahai para penempuh jalan menuju surga, Yang
tersisa setengah lagi, yaitu meninggalkan kesyirikan dan maksiat-maksiat. Mari
kita melanjutkan perjalanan ini tanpa rasa bosan dan jemu. Hendaklah kita
meninggalkan kesyirikan yaitu dengan:
Kita tidak
meyakini bahwa makhluk –siapa pun dia- yang memiliki kemampuan untuk memberikan
bahaya atau manfaat kepada dirinya atau orang lain, melainkan dengan kehendak
dan izin dari Allah. Oleh karena itu,, hendaklah kita membatasi kecintaan kita
hanya kepada Allah, maka janganlah kita mencintai kepada selain-Nya. Janganlah
meminta kepada makhluk, memohon syafa’at atau pertolongan kepada yang lain.
Karena tidak ada yang mampu memberi dan menolak kecuali Allah. Hendaklah kita
hanya cinta, takut, dan tunduk kepada-Nya.
Janganlah
kita memberikan peribadatan sedikitpun kepada selain Allah. Jangan bersumpah
dengan selain-Nya, jangan menyembelih untuk kubur manapun dan janganlah kita
bernadzar, berdo’a dan meminta pertolongan kepada selain Allah Ta’ala.
Janganlah
kita menggantungkan benang atau besi atau apapun dengan harapan agar bisa
meolak penyakit ‘ain (penyakit yang terjadi karena pandangan mata) atau untuk
menghilangkan bahaya. Karena tidak ada yang dapat menolak penyakit ‘ain dan
menolak bahaya kecuali Allah semata.
Janganlah
kita membenarkan berita ghaib dari dukun (para normal), peramal, atau tukang
tenung, karena TIDAK ADA YANG MENGETAHUI PERKARA GHAIB kecuali Allah semata.
Janganlah
kita taat kepada penguasa, ulama, orang tua, ayau syaikh dalam kemaksiatan
kepada Allah. Ketaatan kepada selain Allah –dengan mengharamkan yang dihalalkan
Allah atau menghalalkan apa yang diharamkan Allah- termasuk kesyirikan.
Dengan
point ini, WAHAI PENEMPUH JALAN MENUJU SURGA, kita telah mengetahui seperempat
ke tiga jalan menuju surga, yang tertinggal hanya seperempat yang terakhir.
Mari kita
melanjutkan perjalanan kita, wahai penempuh jalan ke surga:
Hendaklah
kita menjaga pikiran, janganlah memikirkan pikiran yang membahayakan, jangan
merencanakan kejelekan dan kejahatan maupun kerusakan.
Hendaklah
kita menjaga pendengaran, janganlah mendengarkan kebatilan, yaitu dosa,
kata-kata kotor, dusta, musik, ghibah, adu domba, memboikot ataupun kekufuran.
Hendaklah
kita menjaga pandangan, janganlah melayangkan pandangan kepada perkara yang
tidak halal untuk dilihat, seperti wanita yang bukan mahram, muslimah atau non
muslimah, wanita yang terhormat atau wanita jalang.
Hendaklah
kita menjaga lisan, jangan mngucapkan kata-kata kotor, jorok, dusta, bohong,
ghibah, adu domba, mencela atau mencerca.
Hendaklah
kita menjaga perut, jangan memasukkan ke dalamnya barang-barang yang haram
–makanan atau minuman- jangan makan riba, bangkai, babi, minuman yang
memabukkan atau merokok.
Hendaklah
kita menjaga kemaluan, janganlan menggauli selain istri yang sah secara
syariat.
Hendaklah
kita menjaga tangan, janganlah mengganggu orang lain dengan memukul atau
membunuh, janganlah mengambil barang haram, bermain judi, menulis kedustaan
atau kebatilan.
Hendaklah
kita menjaga kaki, janganlah berjalan menuju tempat yang sia-sia atau main-main,
janganlah menggunakannya untuk fitnah, kerusakan, ataupun atau kejahatan.
Hendaklah
kita menjaga perjanjian, kesaksian, dan amanah, janganlah menggugurkan
perlindungan, mmerusak perjanjian, menyelisihi sumpah, bersaksi palsu, dan
mengkhianati amanah.
Hendaklah
kita menjaga harta, janganlah membuang-buangnya dan menghambur-hamburkannya
sebagaimana kita tidak mau menyia-nyiakannya. Maka kita jangan membiarkannya
tana manfaat.
Hendaklah
kita menjaga keluarga dan anak pada tubuh, akal, akhlak, dan akidah mereka.
Maka kita harus menjaga mereka dari hal-hal yang mengganggu, membahayakan atau
merusak jiwa dan akal mereka. Dan kita harus menjaga mereka dari segala yang
akan menghancurkan dan mencelakakan mereka.
Inilah
jalannya, wahai penempuh jalan surga. Hendaklah kita mempersiapkan diri untuk
merealisasikannya yang menerapkannya dalam kehidupan. Ini tidak akan bisa kita
laksanakan kecuali dengan ilmu yanng benar yang bersumber dari kitabullah jalla
jalaaluhu dan sunnah Nabi-Nya ‘alihi sholaatu was salaam.
————————————————————————————————————–
Penulis: Nuraini Safitri
Sumber: karya Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Abdul Hamid
Al-Halabi Al-Atsari, edisi bahasa Indonesia dengan judul “Indahnya Surga
Dahsyatnya Neraka”
Artikel muslimah.or.id
0 komentar:
Posting Komentar