Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Rabu, 29 Juni 2022

Meraih Sifat Qana’ah

Meraih Sifat Qana’ah

 

Banyak yang memiliki harta namun jarang memiliki sifat mulia, yaitu qana’ah (merasa cukup dengan nikmat Allah). Padahal jika seorang muslim meraihnya ia seakan-akan memiliki dunia seisinya. Jika memilikinya, ia tidak tamak pada harta orang lain dan juga selalu ridho dengan ketetapan Allah. Ia pun yakin segala yang ditetapkan oleh Allah, itulah yang terbaik.

Jika Tiga Nikmat Ini Terkumpul pada Diri Anda di Pagi Hari

Dari ’Ubaidillah bin  Mihshan  Al Anshary dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

 

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ آمِنًا فِى سِرْبِهِ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

 

“Barangsiapa di antara kalian mendapatkan rasa aman di rumahnya (pada diri, keluarga dan masyarakatnya), diberikan kesehatan badan, dan memiliki makanan pokok pada hari itu di rumahnya, maka seakan-akan dunia telah terkumpul pada dirinya.” (HR. Tirmidzi no. 2346, Ibnu Majah no. 4141. Abu ’Isa mengatakan bahwa hadits ini hasan ghorib).

Hadits di atas menunjukkan bahwa tiga nikmat di atas jika telah ada dalam diri seorang muslim, maka itu sudah jadi nikmat yang besar. Siapa yang di pagi hari mendapatkan tiga nikmat tersebut berarti ia telah memiliki dunia seisinya. Lihat Rosysyul Barod Syarh Al Adab Al Mufrod, hlm. 160.

Ajaran Sifat Qana’ah

Hadits di atas dibawakan oleh Ibnu Majah dalam Bab ”Qana’ah”. Di mana rizki yang disebutkan dalam hadits tersebut dikatakan cukup dan patut disyukuri. Inilah sifat qana’ah yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Pembahasan qana’ah dalam sunan Ibnu Majah tersebut disebutkan pula hadits dari ’Abdullah bin ’Amr bin Al ’Ash, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

 

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ هُدِىَ إِلَى الإِسْلاَمِ وَرُزِقَ الْكَفَافَ وَقَنِعَ بِهِ

 

”Sungguh beruntung orang yang diberi petunjuk dalam Islam, diberi rizki yang cukup, dan qana’ah (merasa cukup) dengan rizki tersebut.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Dalam bab yang sama pada Sunan Ibnu Majah disebutkan pula hadits,

 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ ». قَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ « عَلَيْكُمْ »

 

”Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Lihatlah pada orang yang berada di bawah kalian dan janganlah perhatikan orang yang berada di atas kalian. Lebih pantas engkau berakhlak seperti itu sehingga engkau tidak meremahkan nikmat yang telah Allah anugerahkan -kata Abu Mu’awiyah- padamu.” (HR. Ibnu Majah no. 4138, shahih kata Syaikh Al Albani). Lihat bahasan di Rumaysho.Com: Lihatlah Orang yang di Bawahmu dalam Masalah Harta.

Disebutkan pula hadits Abu Hurairah berikut,

 

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ »

 

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”Yang namanya kaya bukanlah dengan memiliki banyak harta, akan tetapi yang namanya kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari no. 6446, Muslim no. 1051, Tirmidzi no. 2373, Ibnu Majah no. 4137). Ghina nafs dalam hadits ini yang dimaksud adalah tidak pernah tamak pada segala hal yang ada pada orang lain. Baca artikel Rumaysho.Com: Kaya Hati, Itulah Kaya Senyatanya.

Dalam hadits di atas terdapat pelajaran dari Ibnu Baththol di mana beliau berkata ketika menjelaskan hadits dalam Shahih Bukhari,

 

يريد ليس حقيقة الغنى عن كثرة متاع الدنيا، لأن كثيرًا ممن وسع الله عليه فى المال يكون فقير النفس لا يقنع بما أعطى فهو يجتهد دائبًا فى الزيادة، ولا يبالى من أين يأتيه، فكأنه فقير من المال؛ لشدة شرهه وحرصه على الجمع، وإنما حقيقة الغنى غنى النفس، الذى استغنى صاحبه بالقليل وقنع به، ولم يحرص على الزيادة فيه

 

”Yang dimaksud kaya bukanlah dengan banyaknya perbendaharaan harta. Karena betapa banyak orang yang telah dianugerahi oleh Allah harta malah masih merasa tidak cukup (alias: fakir). Ia ingin terus menambah dan menambah. Ia pun tidak ambil peduli dari manakah harta tersebut datang. Inilah orang yang fakir terhadap harta (tidak merasa cukup dengan harta). Sikapnya demikian karena niatan jelek dan kerakusannya untuk terus mengumpulkan harta. Padahal hakikat kaya adalah kaya hati, yaitu seseorang yang merasa cukup dengan yang sedikit yang Allah beri. Ia pun tidak begitu rakus untuk terus menambah.”

Imam Nawawi rahimahullah berkata,

 

مَنْ كَانَ طَالِبًا لِلزِّيَادَةِ لَمْ يَسْتَغْنِ بِمَا مَعَهُ فَلَيْسَ لَهُ غِنًى

 

”Siapa yang terus ingin menambah dan menambah lalu tidak pernah merasa cukup atas apa yang Allah beri, maka ia tidak disebut kaya hati.” (Syarh Shahih Muslim, 7: 140).

Yang dimaksud qana’ah sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Baththol,

 

الرضا بقضاء الله تعالى والتسليم لأمره علم أن ما عند الله خير للأبرار،

 

”Ridho dengan ketetapan Allah Ta’ala dan berserah diri pada keputusan-Nya yaitu segala yang dari Allah itulah yang terbaik.” Itulah qana’ah.

Namun Tak Mengapa dengan Kaya Harta

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ

 

”Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia adalah bagian dari nikmat.” (HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad 4: 69, shahih kata Syaikh Al Albani). Baca artikel Rumaysho.Com: Sehat Lebih Baik daripada Kaya.

Jadi tak mengapa kaya asalkan bertakwa. Yang namanya bertakwa, selalu merasa cukup dengan kekayaan tersebut. Ia tidak rakus dengan terus menambah. Kalau pun menambah karena hartanya dikembangkan, ia pun merasa cukup dengan karunia Allah yang ada. Dan yang namanya bertakwa berarti selalu menunaikan kewajiban yang berkaitan dengan harta tersebut melalui zakat, menempuh jalan yang benar dalam mencari harta dan menjauhi cara memperoleh harta yang diharamkan Islam.

Ya Allah, anugerahkanlah kami sifat yang mulia ini. Moga kami menjadi hamba yang qana’ah dan kaya hati, yaitu dianugerahi hati yang selalu merasa cukup.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,

 

أنَّ النبيَّ – صلى الله عليه وسلم – كَانَ يقول :  اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى

 

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca do’a: “Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina” (Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina).” (HR. Muslim no. 2721)

 

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc 

https://rumaysho.com

 

MEMBACA AYAT KURSI, KETAHUILAH MANFAATNYA UNTUK DIRI SENDIRI

MEMBACA AYAT KURSI, KETAHUILAH MANFAATNYA UNTUK DIRI SENDIRI

 

Mitrapost.com – Ayat Kursi merupakan ayat ke-255 dari surat Al-Baqarah yang menjadi surat kedua di dalam Al-Quran.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, Ayat Kursi merupakan ayat paling utama di dalam Al-Quran. Pada bacaan Ayat Kursi berisi tentang ke-Esa-an Allah serta kekuasaan Allah yang mutlak.

Di setiap kalimat pada bacaan Ayat Kursi mengandung banyak sekali arti dan makna tentang keutamaan dan manfaatnya. Dengan membaca ayat ini, maka akan memengaruhi jiwa dan keimanan hidup kita.

Dalam suatu riwayat, Rasulullah SAW bertanya kepada Ubiy bin Ka’ab tentang ayat yang paling utama dalam Al-Quran, “Ayat apa yang paling utama di dalam Al-Quran?” Kemudian Ubay bin Kai menjawab, “Ayat paling utama dalam kitabullah adalah Ayat Kursi.”

Dan Rasulullah SAW menepuk dada Ubay dengan pelan sambil berkata, “Wahai Abu Mundzir semoga engkau selalu bahagia dengan ilmu yang engkau miliki.” (HR Muslim).

Ayat Kursi sebagai ayat yang paling agung di dalam Al-Quran karena di dalamnya terdapat nama Allah yang paling agung, yaitu pada kalimat Al Hayyu dan Al Qayyum.

Berikut ini bacaan Ayat Kursi yang disebut sebagai ayat paling agung dalam Al-Quran.

“Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, laa ta’khudzuhuu sinatuw walaa naum. Lahuu maa fissamaawaati wa maa fil ardli man dzal ladzii yasyfa’u ‘indahuu illaa biidznih, ya’lamu maa baina aidiihim wamaa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai’im min ‘ilmihii illaa bimaa syaa’ wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardlo walaa ya’uuduhuu hifdhuhumaa wahuwal ‘aliyyul ‘adhiim.”

Artinya:

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Manfaat membaca Ayat Kursi beserta amalannya untuk diri sendiri

Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita berdzikir dan berdoa hanya kepada Allah SWT. Dan salah satu cara berdzikir yang tepat adalah dengan membaca Ayat Kursi yang memiliki banyak manfaat apabila senantiasa kita baca.

Mendapat perlindungan Allah

Manfaat pertama apabila kita membaca Ayat Kursi sehabis sholat adalah kita akan dijaga Allah SWT dari berbagai godaan setan, kejahatan manusia, binatang buas yang bersifat negatif bagi diri kita (membahayakan), perlindungan untuk keluarga dan harta benda.

Membukakan pintu hikmah dan rezeki

Dalam kitab “Asraaul Mufidah”, barang siapa yang membaca Ayat Kursi sebanyak 18 kali setiap harinya, maka Allah akan membukakan dadanya untuk pintu hikmah, dimudahkan rezekinya, dinaikkan derajatnya oleh Allah di akhirat dan di dunia.

Dan orang yang membacanya sebanyak 18 kali juga akan diberikan pengaruh sehingga semua orang akan menghormatinya dan dirinya juga akan dijaga dengan izin Allah dari segala bencana yang akan menimpanya hari itu.

Dimudahkan ilmu pengetahuannya

Syeikh abu Abbas menerangkan bahwa bagi orang yang membaca Ayat Kursi sebanyak 50 kali dan meniupkannya ke air hujan lalu meminumnya, maka Allah akan memudahkan akal fikiran dan ilmu pengetahuannya.

Dihilangkan kefakirannya

Seperti dalam sabda Rasulullah, “barang siapa yang pulang ke rumahnya dan membaca Ayat Kursi, Allah akan menghilangkan segala kefakiran di depan matanya.”

Dijauhkan dari godaan setan

Rasulullah SAW bersabda “Umatku yang membaca Ayat Kursi sebanyak 12 kali pada pagi Jumat, kemudian berwudhu dan melaksanakan sholat dua rakaat, Allah memeliharanya dari kejahatan setan dan kejahatan pembesar.”

Mendapat perlindungan saat melakukan perjalanan

Bagi orang yang membaca Ayat Kursi saat perjalanan ataupun saat ingin memulai perjalanan, maka Allah akan memudahkan perjalanannya dan akan dilindungi selama perjalanannya.

Dimudahkan segala urusannya

Syeikh Al-Bunni menerangkan bahwa barang siapa yang membaca Ayat Kursi sebanyak huruf pada ayat tersebut yaitu 170 huruf, maka Allah akan memberikan pertolongan padanya, mempermudah segala hajat yang ia punya, melapangkan fikirannya sehingga lebih mudah berfikir, diluaskan rezekinya, dihilangkan duka darinya, dan diberikan apa yang ia minta.

Dilindungi oleh 2 malaikat

Barang siapa yang membaca Ayat Kursi sebelum tidur maka Allah akan memerintahkan 2 malaikat untuk menjaganya selama ia tidur sampai pagi.

Nah itu dia beberapa keutamaan dan manfaat dari Ayat Kursi yang dapat kita baca dan kita amalkan setiap hari, agar senantiasa diberi perlindungan dan kemudahan oleh Allah SWT. (*)

Redaktur : Dwifa Okta

sumber berita: https://mitrapost.com

https://smartcity.patikab.go.id

 

10 Doa Mustajab Dan Waktu Tepatnya

10 Doa Mustajab Dan Waktu Tepatnya

 

Doa mustajab apa saja yang harus kita lafalkan demi mencapai cita-cita dan segala keinginan kita? Jangan lewatkan penjelasannya pada ulasan berikut ini.

Semua orang pasti memiliki mimpi, cita-cita, dan keinginan tertentu.

Sebagai seorang muslim, selain berusaha, langkah yang bisa kita lakukan demi mencapai segala keinginan tersebut adalah dengan berdoa.

Pada surat Al-Mu’min ayat 60, Allah Swt. berfirman:

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”

Nah, nyatanya, ada beberapa doa lebih mujarab yang bisa kita panjatkan untuk menggapai semua keinginan kita.

Doa tersebut dinamakan doa mustajab.

Berikut adalah doa-doa yang dimaksud.

1. Ayat Kursi

Doa mustajab yang pertama adalah Ayat Kursi.

Ayat kursi merupakan surat Al-Baqarah ayat 255 yang menjelaskan betapa besar kuasa Allah Swt., lengkap dengan sifat Allah yang mulia.

Oleh karena itu, ayat-ayat di dalam surat ini disebut sebagai lafalan paling agung dalam Al-Qur’an.

Apabila dipanjatkan dengan sepenuh hati, niscaya Allah Swt. akan mendengar doa kita dan menurunkan pertolongannya.

2. Surat Al-Baqarah Ayat 285-286

berdoa di masjid

Setelah memanjatkan Ayat Kursi, para ulama menganjurkan kita untuk lanjut membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah.

Kedua ayat ini juga disarankan diucapkan setelah salat Isya atau sebelum tidur agar hidup kita diberikan kecukupan baik itu di dunia atau akhirat.

Dua ayat terakhir surat Al-Baqarah juga disebutkan dalam HR. Bukhari dan Muslim.

Pada hadis tersebut Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan.”

3. Surat Al-Ikhlas

Doa mustajab selanjutnya adalah surat Al-Ikhlas.

Hal ini tercantum pada Hadis Riwayat Abu Daud.

“Sesungguhnya Rasulullah mendengar seseorang berkata: “Ya, Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu, bahwa diriku bersaksi sesungguhnya Engkau (adalah) Allah yang tidak ada ilah yang haq disembah kecuali Engkau Yang Maha Esa, Yang bergantung (kepada-Mu) segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.”

4. Surat Al-Fatihah

Di dalam surat Al-Fatihah, kita mengucapkan, “iyyakana’budu wa iyyakansta’in”.

Lafalan tersebut berarti, “Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”

Satu kalimat itu saja sudah cukup untuk memperkuat doa kita, apalagi membaca surat Al-Fatihah secara lengkap.

5. Bacaan Selawat

Selawat merupakan doa mustajab karena berisi dukungan kepada Allah Swt.

Di dalam Al-Qur’an dijelaskan bila kita mengucapkan satu selawat, Allah Swt. akan membalas 10 kali kebaikan.

Pernyataan ini didukung oleh Umar bin Khattab yang menuturkan, “Saya mendengar bahwa doa itu ditahan di antara langit dan bumi, tidak akan dapat naik, sehingga dibacakan shalawat atas Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.” (HR. Tirmidzi)

6. Doa Mustajab Rasulullah

Nabi Muhammad saw. memiliki doa tersendiri ketika ia sedang mengalami kesulitan.

Doa tersebut berbunyi, “Allahu allahu rabbuna la nusyrik bihi syai’a.”

Pada doa tersebut, kita memohon kepada Allah dan menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah.

Menurut para ulama, doa tersebut sangat kuat jika dipanjatkan sepenuh hati.

7. Asmaul Husna

Para umat muslim tentunya sudah familier dengan Asmaul Husna.

Panjatan doa yang berisi nama-nama Allah Swt tersebut merupakan panjatan doa yang mampu memperlancar hajat.

Pada surat Al-A’raf ayat 180 Allah Swt. berfirman, “Allah mempunyai Asmaul Husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaul husna itu” (QS.Al A’raf: 180).

8. Bismillah

Agar doa kita terkabul, kita tentunya harus memiliki ikhtiar.

Sebelum memanjatkan doa, kita perlu mengucapkan bismillah agar doa kita didengar oleh Allah Swt.

Dengan mengucapkan bismillah, Allah Swt. akan menyertai langkah kita dan memudahkan kita menggapai kemauan dan segala cita-cita.

9. Istigfar

Selain bismillah, doa mustajab pendek lainnya adalah istigfar.

Salah satu alasan mengapa doa kita tidak terkabul, selain karena takdir ilahi, adalah maksiat yang terlah kita perbuat.

Untuk meminta ampun, kita bisa mengucapkan istigfar.

Dalam HR. Abu Daud dan Nasa’i, Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang memperbanyak istigfar, niscaya Allah akan melapangkan kesusahannya, memberi jalan keluar pada setiap kesukarannya, dan memberi rezeki tanpa diguga-duga.”

10. Hauqalah

Agar hajat dikabulkan oleh Allah Swt., kita bisa membaca hauqalah.

Lafal hauqalah berbunyi, “Laa haula wa laa quwwata illa billaahil ‘aliyyil ‘adzim.”

Lafal di atas berarti, “Tiada daya dan upaya melainkan karena kekuatan Allah yang Maha Tinggi dan Maha Agung.”

Para ulama menganjurkan kita mengucapkan lafal ini sesering mungkin apabila kita ingin doa cepat terkabul.

 

https://www.99.co

 

Selasa, 28 Juni 2022

Menggapai Ridha Allah

 Menggapai Ridha Allah

 

Ketika belajar di TK dan madrasah dahulu, kita pernah diajari oleh guru kita sebuah bacaan “Radhiitu billahi rabba, wabil Islami dina, wabi Muhammadin nabiyya wa rasula.” Artinya:   “Aku rela (senang) Allah sebagai Rabb (Tuhanku), Islam agamaku dan Muhammad SAW sebagai Nabi dan Utusan-Nya.”

Selain itu, kita juga sering berdoa: “Allhumma inni as’aluka ridhaka wal jannah, wa a’udzu bika min sakhathika wan nar.” Artinya: Ya Allah aku (kami) memohon kepada-Mu akan ridha-Mu dan surga; dan aku (kami) berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.

Dalam konteks ini kita patut bertanya kepada diri sendiri: “ Apakah selama ini kita sudah ridha terhadap Allah, Islam dan Nabi Muhammad SAW? Dan mengapa kita perlu memohon ridha Allah?”

Ridha merupakan bentuk mashdar (infinitive), dari radhiya-yardha yang berarti: rela, menerima dengan senang hati, cinta, merasa cukup (qana’ah), berhati lapang.

Bentuk lain dari ridha adalah mardhat dan ridhwan (yang super ridha). Antonim kata ridha adalah shukht atau sakhat, yang berarti murka, benci, marah, tidak senang, dan tidak menerima.

Ridha adalah engkau berbuat sesuatu yang membuat Allah senang atau ridha, dan Allah meridhai apa yang engkau perbuat. Ridha hamba kepada Allah berarti ia menerima dan tidak membenci apa yang menjadi ketetapan Allah.

Sedangkan ridha Allah kepada hamba berarti Dia melihat dan menyukai hamba-Nya yang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Ada dua dimensi ridha, yaitu ridha billah dan ridha ‘anillah. Ridha billah atau rela dan cinta kepada Allah berarti bersedia mengimani dan menjadikan-Nya sebagai Dzat yang wajib diibadahi, tidak menyekutukan-Nya, dimintai pertolongan, dan ditaati syariat-Nya.

Sedangkan ridha ‘anillah berarti hamba menerima ketentuan, takdir, rizki, dan segala sesuatu yang ditetapkan oleh-Nya.

Ridha dalam konteks ini tidak berarti hamba menyerah-pasrah tanpa usaha, berdoa dan bertawakkal. Sebaliknya, hamba diharuskan memahami hukum sebab-akibat, berusaha maksimal dan berdoa.

Ridha kepada Allah mengharuskan hamba untuk selalu beriman kepada-Nya, termasuk percaya kepada qadha dan qadar-Nya; mencintai dan menaati syariat-Nya; mencintai Rasul-Nya dan mengikuti keteladananya; menjadikan Islam sebagai agama pilihan hidupnya; dan mengorientasikan hidupnya dengan penuh keikhlasan untuk meraih cinta dan ridha-Nya.

Oleh karena itu, ada tiga kategori ridha yang harus ditapaki hamba. Pertama, ridha bi syar’illah (syariat Allah) berarti menerima dan menjalankan syariat-Nya dengan ikhlas dan penuh dedikasi.

Kedua, ridha bi qadha’illah (ketentuan Allah) berati tidak menolak dan membenci apa yang telah ditetapkan Allah, termasuk segala sesuatu yang tidak menyenangkan (musibah), karena ujian dari Allah merupakan tangga peningkatan derajat iman.

Ketiga, ridha bi rizqillah (rezeki Allah)  berarti menerima dan merasa cukup (qana’ah) terhadap rezeki yang dianugerahkan kepadanya, tidak rakus dan tidak serakah,  meskipun sedikit dan belum mencukupi kebutuhannya.

Dengan demikian, menggapai ridha Allah itu merupakan keharusan bagi setiap Muslim, karena Allah menjadikan ridha itu sebagai syiar kehidupan akhirat.

“Pada hari itu banyak (pula) wajah yang berseri-seri, merasa senang (ridha) karena usahanya (sendiri), (mereka) dalam surga yang tinggi.. (QS. al-Ghasyiyah/88: 8-10). Allah selalu memanggil hamba-Nya yang berhati ridha. “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya.” (QS. al-Fajr/89: 27-28)

Selain itu, Allah menjadikan ridha itu sebagai salah satu syarat terwujudnya rukun iman. Seseorang tidak disebut beriman manakala tidak ridha terhadap segala ketentuan Allah.

Ridha juga dapat mengantarkan Mukmin menjadi mukhlis, tulus ikhlas karena Allah sehingga amalan-amalannya dapat diterima oleh-Nya.

Ridha juga dapat menjadi obat hati yang dapat menangkal segala penyakit hati, sekaligus dapat membuat hati lapang dan merasa qana’ah terhadap segala pemberian Allah.

Ridha merupakan salah satu faktor yang menyebabkan hidup Muslim menjadi tenang, damai, tenteram, tidak diliputi keresahan dan kegalauan. Ridha merupakan salah satu jalan yang mengantarkan kepada pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah.

Dengan ridha, hamba dapat menghiasi dirinya dengan akhlak mulia, menjauhkan diri dari perbuatan tercela dan sia-sia, karena standar ridha kepada Allah itu menuntut hamba untuk selalu taat dan bertaqwa kepada-Nya.

Menggapai ridha Allah senantiasa dilakukan dengan memperoleh ridha kedua orang tua dalam segala hal. Rasulullah Saw bersabda: “Ridha Allah itu tergantung pada ridha kedua orang tua; dan kemurkaan Allah itu juga tergantung pada kemurkaan keduanya.” (HR. Muslim)

Untuk lebih memantapkan usaha kita dalam menggapai ridha-Nya, ada baiknya kita selalu berdoa: "Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang shaleh.“ (QS. an-Naml/27: 19)

 

Red: Damanhuri Zuhri

https://www.republika.co.id

 

13 Hadis tentang Menghargai Waktu dan Keutamaannya

13 Hadis tentang Menghargai Waktu dan Keutamaannya

 

Keutamaan Menghargai Waktu

Dari bangun tidur hingga kembali beristirahat, kehidupan umat Islam harus selalu diisi dengan kebaikan. Hal itu juga seperti dijelaskan dalam hadis tentang menghargai waktu.

Dalam penelitian IAIN Ponorogo disebutkan bahwa terdapat dua pengungkapan waktu dalam Alquran.

Kata-kata yang menunjukkan durasi yang jelas batasannya berisi tentang waktu-waktu tertentu atau momentum kebajikan, waktu untuk beribadah dan juga menunjukkan perjalanan waktu atau perputaran matahari dan bulan di mana semua kejadian itu dapat dikatahui oleh manusia.

Sedangkan kata-kata yang menunjukkan durasi yang tidak jelas batasannya berisi tentang keniscayaan, kebangkitan, penguasaan ruh dan maut, penentuan kematian, dan kebangkitan pada hari kiamat di mana hal tersebut tidak dapat diketahui oleh siapa pun.

Baik dalam pengungkapan apapun, ini menunjukkan bahwa Islam memberi penekanan mengenai pentingnya waktu karena juga memiliki keutamaan yang luar biasa.

 

Waktu termasuk salah satu nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia. Bahkan, Allah SWT pernah bersumpah dengan menggunakan waktu di dalam surat Al-Asr:

 

وَالْعَصْرِۙ

اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ

 

(Wal-'aṣr, innal-insāna lafī khusr)

Artinya: “Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian.” (QS Al-Asr: 1-2)

Pada hakikatnya, waktu bagi manusia adalah umurnya sendiri. Saat waktu berlalu, maka usianya pun semakin berkurang.

Rasulullah SAW sering memperingatkan umatnya tentang waktu. Salah satuya dengan beberapa hadis tentang menghargai waktu, di antaranya:

1. Jangan Tertipu dengan Waktu Luang

Rasulullah SAW bersabda:

 

نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْهِمَا كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

 

Artinya: "Dua nikmat yang banyak manusia tertipu di dalam keduanya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang." (HR Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Abdul Fattah bin Muhammad dalam Qimatuz Zaman ‘Indal ‘Ulama menjelaskan, kata ‘tertipu’ dalam hadis ini artinya merugi.

Banyak manusia yang merugi karena nikmat sehat dan waktu luang. Ada orang yang sehat, namun seperti tidak punya waktu untuk persiapan akhirat karena terlalu sibuk dengan kehidupan dunia.

Oleh karena itu, apabila diberikan nikmat sehat dan waktu luang, perbanyaklah ketaatan kepada Allah SWT. Sebab, masa sehat akan disusul sakit, dan waktu luang akan disusul kesibukan.

2. Jaga 5 Perkara sebelum 5 Perkara

Hadis tentang menghargai waktu selanjutnya adalah saat Rasulullah SAW pernah bersabda kepada seorang laki-laki, dan menasihatinya:

 

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

 

Artinya: "Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu." (HR Nasai dan Baihaqi)

Lima perkara pertama ini harus dimanfaatkan, sebab, Allah SWT akan menanyakannya di akhirat kelak habis dipakai untuk apa waktu tersebut.

3. Waktu Dipertanggungjawabkan di Hadapan Allah SWT

Rasulullah Saw bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Rabb-Nya, hingga dia ditanya tentang lima perkara, tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan untuk apa ia belanjakan, serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya." (HR Tirmidzi)

Hadis tentang menghargai waktu ini menunjukkan bahwa umat Islam harus melakukan amal saleh sepanjang hidupnya, agar dapat mempertanggungjawabkan dengan baik di akhirat nanti.

4. Usia Umat Nabi Muhammad antara 60 sampai 70 Tahun

Rasulullah SAW wafat dalam usia 63 tahun, begitu pula dengan umatnya. Terkait dengan hal tersebut, beliau bersabda:

 

أَعْمَارُ أُمَّتِى مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ

 

Artinya: "Usia umatku (Muslim) antara 60 hingga 70 tahun, dan sedikit sekali dari mereka yang melewatinya." (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Disebutkan pula bahwa hanya sedikit orang yang melewati batas usia ini. Tapi jika diberi umur lebih panjang, Allah SWT sedikit demi sedikit akan mengambil nikmat-Nya dari manusia.

5. Nikmat dari Allah SWT

Rasulullah SAW bersabda:

 

نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس, الصحت و الفراغ

 

Artinya: “Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR Muttafaqun ‘alaih)

Karena waktu adalah nikmat dari Allah SWT, sudah seharusnya tidak menyia-nyiakannya dengan berbuat hal-hal yang tidak berfaedah. Karena waktu tidak dapat diputar kembali.

 

6. Meninggalkan yang Tidak Bermanfaat

Hadis dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

 

من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه

 

Artinya: “Di antara kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah)

7. Jadilah Orang Asing di Kehidupan Dunia

Rasulullah SAW bersabda;

 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَر رَضِيَ الله عَنْهُمَا قَالَ : أَخَذَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَنْكِبِي فَقَالَ: كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ عَابِرُسَبِيْلٍ وَكاَنَ ابْنُ عُمَرُ يَقُوْلُ إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الْمَسَاءَ وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ وَ مِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ رواه البخاري.

 

Artinya: “Dari Abdullah bin Umar ia berkata: ‘Rasulullah SAW memegang kedua pundakku seraya bersabda, ‘Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan kamu orang asing atau orang yang melewati suatu jalan.’

Ibnu Umar berkata: ‘Apabila kamu berada di sore hari janganlah kamu menunggu (melakukan sesuatu) hingga pagi hari (datang).

Apabila kamu berada di pagi hari jangankah menunggu (melakukan sesuatu) hingga sore (datang). Gunakan waktu sehatmu untuk menghadapi sakitmu, dan waktu hidupmu untuk menghadapi matimu." (HR Bukhari)

Keutamaan Menghargai Waktu

Setelah mengetahui hadis tentang menghargai waktu, diharapkan umat Islam dapat memanfaatkan waktu yang telah Allah SWT berikan sebaik mungkin.

Oleh karena itu, terdapat keutamaan menghargai waktu yang dapat menjadi bahan renungan agar dapat menjadi manusia yang lebih baik dan tidak menjadi orang yang merugi.

8. Jangan Sia-siakan Waktu

Dari Abdullah bin Abdil Malik, beliau berkata, “Kami suatu saat berjalan bersama ayah kami di atas tandunya. Lalu dia berkata pada kami, ‘Bertasbihlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertasbih sampai di pohon yang dia tunjuk.

Kemudian nampak lagi pohon lain, lalu dia berkata pada kami, ‘Bertakbirlah sampai di pohon itu.’ Lalu kami pun bertakbir. Inilah yang biasa diajarkan oleh ayah kami.”

Ini menunjukkan bahwa orang Islam tidak boleh menyianyiakan waktu dan malah harus selalu mengisinya dengan selalu mengingat Allah SWT.

9. Waktu Berlalu Sangat Cepat

Ibnul Qoyyim Rahimahullah mengatakan: “Waktu manusia adalah umurnya yang sebenarnya. Waktu tersebut adalah waktu yang dimanfaatkan untuk mendapatkan kehidupan yang abadi,

penuh kenikmatan dan terbebas dari kesempitan dan adzab yang pedih. Ketahuilah bahwa berlalunya waktu lebih cepat dari berjalannya awan (mendung).

Barangsiapa yang waktunya hanya untuk ketaatan dan beribadah pada Allah, maka itulah waktu dan umurnya yang sebenarnya. Selain itu tidak dinilai sebagai kehidupannya, namun hanya teranggap seperti kehidupan binatang ternak.”

10. Kematian Lebih Layak Bagi Orang yang Menyia-nyiakan Waktu

Bahkan, Ibnul Qoyyim menambahkan: “Jika waktu hanya dihabiskan untuk hal-hal yang membuat lalai, untuk sekedar menghamburkan syahwat (hawa nafsu), berangan-angan yang batil,

hanya dihabiskan dengan banyak tidur dan digunakan dalam kebatilan (baca: kesia-siaan), maka sungguh kematian lebih layak bagi dirinya.”

11. Waktu Pasti akan Berlalu

Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri:

 

إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل

 

Artinya: “Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (baca: mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.”

12. Waktu Bagaikan Pedang

Imam Asy Syafi’i rahimahullah pernah mengatakan,

 

صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين أحدهما قولهم الوقت سيف فإن لم تقطعه قطعك

 

Artinya: “Aku pernah bersama dengan orang-orang sufi. Aku tidaklah mendapatkan pelajaran darinya selain dua hal. Pertama, dia mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memotongnya (memanfaatkannya), maka dia akan memotongmu.”

13. Jika Tidak Sibuk dengan Kebaikan, Pasti akan Jatuh dengan Hal yang Sia-sia

Kemudian orang sufi tersebut menyebutkan perkataan lain:

 

ونفسك إن أشغلتها بالحق وإلا اشتغلتك بالباطل

 

“Jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil).”

Itulah penjelasan mengenai hadis tentang menghargai waktu, yang dapat menjadi pengingat bagi umat muslim untuk selalu melakukan amalan saleh.

https://www.orami.co.id

 

11 Waktu Mustajab untuk Berdoa, Jangan Dilewatkan Liputan6.com, Jakarta Waktu mustajab untuk berdoa merupakan saat segala keinginan lebih mungkin dikabulkan. Berdoa adalah momen seorang hamba bisa berkomunikasi langsung dengan sang Pencipta, Allah SWT. Doa ditujukan untuk memohon dan meminta segala sesuatu, maksudnya hajat yang baik. 4 Amalan Sebelum Tidur yang Diajarkan Rasulullah kepada Fatimah Azzahra Mulai dari rezeki, kesehatan, sampai kelamatan di dunia dan akhirat. Waktu mustajab untuk berdoa yang bisa dijumapi setiap hari adalah dalam sujud, setelah salat, di sepertiga malam terakhir, serta di antara azan dan iqamah. Sementara waktu mustajab untuk berdoa yang istimewa adalah saat puasa, sahur, di malam Lailatul Qadar, hari Arafah, saat turun hujan, hari Jumat, dan saat minum air zam-zam. "Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku menjawab panggilan (doa)-nya orang yang berdoa ketika ia berdoa kepada-Ku." (QS. Al-Baqarah: 186) Para ulama pun mengajarkan untuk selalu memanjatkan berdoa, terutama di waktu mustajab untuk berdoa. Meski hajat yang dipanjatkan selalu sama dan sangat remeh. Sebab saat seseorang tak berdoa, ia sudah dianggap sombong. Saat Puasa dan Berbuka Puasa Waktu mustajab untuk berdoa yang pertama adalah saat seseorang sedang menjalankan ibadah puasa. Bukan hanya saat sedang puasa, tetapi ketika buka puasa tiba pun termasuk waktu mustajab untuk berdoa. “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan doa, akan dikabulkan.” dari hadits Jabir bin 'Abdullah (HR. Al-Bazaar. Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid 10: 14. Dijelaskan bahwa di waktu mustajab untuk berdoa seperti untuk orang-orang yang menjalanklan ibadah puasa, agar memperbanyak doa. “Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi.” Dalam Sujud Tak bisa dipungkiri bahwa dalam setiap sujud salat yang ditunaikan adalah waktu mustajab untuk berdoa. Rasulullah SAW pun bersabda bahwa dalam sujud salat, itulah waktu seorang hamba sangat dekat dengan Rabbnya. Rasulullah SAW dalam sabdanya "Seroang hamba yang berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu." (HR. Muslim, no. 482) Selain itu Rasulullah SAW juga bersabda, "Adapun ketika rukuk maka agungkanlah Allah. Sedangkan ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, maka doa tersebut pasti dikabulkan untuk kalian." (HR Muslim, no.479) Dalam sujud terakhir adalah waktu mustajab untuk berdoa. Ada tiga doa dalam keadaan sujud yang tidak boleh terlewatkan yakni: 1. Meminta diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah. 2. Memohon diberikan kesempatan untuk bertaubat sebelum ajal menjemput. 3. Meminta agar hati istiqamah dalam agama Islam. Di Sepertiga Malam Terakhir Di sepertiga malam terakhir adalah waktu mustajab untuk berdoa. Ketika banyak orang terlelap tidur, Allah SWT turun pada sepertiga atau penghujung malam untuk melihat hambanya yang memanjatkan doa. Sepertiga malam terakhir merupakan waktu mustajab untuk berdoa, dimana doa-doa mudah diijabah. Rasulullah SAW bersabda tentang waktu mustajab untuk berdoa ini, “Allah tabaaraka wata’ala turun setiap malam ke langit bumi, ketika malam tersisa sepertiga terakhir. Ia berkata, “Adakah yang memohon kepada-Ku agar Aku kabulkan, adakah yang meminta kepada-Ku agar Aku berikan, adakah yang memohon ampun agar Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim) Waktu mustajab untuk berdoa yang dimaksudkan berlaku untuk setiap malam. Bukan hanya di bulan istimewa saja seperti Ramadan dan hari raya. “Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah SWT berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya.” (HR. Muslim no. 757) Selesai Salat Wajib Usai menunaikan salat fardhu wajib jangan langsung beranjak pergi, sempatkanlah untuk berdoa terlebih dahulu. Inilah waktu mustajab untuk berdoa yang setiap hari umat muslim bisa temukan, jangan disia-siakan. Jangan lupa untuk mengiringinya dengan bacaan dzikir dan wirid. Memanjatkan segala yang diinginkan dan diharapkan di waktu mustajab untuk berdoa menjadi menjadi salah satu kelengkapan yang dianjurkan. “Dari Abu umamah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah SWT, beliau menjawab. Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu.” (HR. Tirmidzi) Di Antara Azan dan Iqamah “Doa diantara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (H.R. Tirmidzi) Di antara azan dan iqamah adalah waktu mustajab untuk berdoa. Di waktu tersebut, kemungkinan doa pasti dikabulkan cukup besar dan kemungkinan ditolak kecil. Waktu mustajab untuk berdoa ini sama dengan saat perang sedang berkecamuk. Rasulullah SAW bersabda: “Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang.” (H.R. Abu Daud) Minum Air Zam-Zam Waktu mustajab untuk berdoa adalah saat seorang muslim minum air zam-zam. Hal ini bisa dilakukan sebelum atau menjelang mulai meminumnya. Maka jangan sampai di waktu mustajab untuk berdoa ini dilewatkan begitu saja. “Khasiat air zam-zam sesuai niat orang yang meminumnya.” (HR. Ibnu Majah; hasan) Ibnu Abbas waktu mustajab untuk berdoa ini atau menjelang meminumnya, membaca doa yang berkaitan dengan rezeki, ilmu, dan kesehatan. “Ya Allah aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas, dan kesembuhan dari segala macam penyakit.” Rasulullah SAW bersabda tentang hari Jumat yang menjadi waktu mustajab untuk berdoa. Dijelaskan bahwa di waktu mustajab untuk berdoa adalah termasuk saat yang penuh dengan keberkahan dan sakral. i dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut.” (H.R. Bukhari, Muslim) Hari Jumat merupakah hari penuh keberkahan dan sakral bagi umat muslim, di mana peristiwa penting dalam Islam banyak terjadi pada hari Jumat. Selain berdoa, perbanyaknya amal salih di waktu mustajab untuk berdoa ini. Dari Aus bin ‘Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat. Di hari itu, Adam diciptakan; di hari itu, Adam meninggal; di hari itu, tiupan sangkakala pertama dilaksanakan; di hari itu pula, tiupan kedua dilakukan.” (HR. Abu Daud, no. 1047; An-Nasai, no. 1374; Ibnu Majah, no. 1085 dan Ahmad, 4:8) Saat Turun Hujan hujan turun itulah saat terbaik untuk memanjatkan doa. Hujan yang diturunkan sebagaimana kekuasaan Allah SWT punya tujuan mendatangkan manfaat dan memberikan keberkahan. Inilah waktu mustajab untuk berdoa dan jangan sampai terlewatkan begitu saja. Saat hujan Allah SWT memberikan kesempatan emas kepada setiap hambanya untuk memohon segala hajat dan kebaikan. Dari Ibnu Qudamah dalam Al Mughni, meriwayatkan sabda Rasulullah: “Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: 1. Bertemunya dua pasukan, 2. Menjelang shalat dilaksanakan, dan 3. Saat hujan turun.” Dikala hujan Raulullah SAW juga memanjatkan doa agar diturunkan hujan yang bermanfaat. untuk berdoa jatuh di malam Lailatul Qadar. Malam ini dikenal sebagai malam diturunkannya kitab suci Al-Qur’an ke bumi oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya. Di waktu mustajab untuk berdoa seperti Lailatul Qadar juga dianjurkan mempebanyak amal salih selain mengungkapkan hajat. Tujuannya agar di malam istimewa ini apa-apa yang diinginkan menjadi semakin berkah. “Aku bertanya kepada Rasulullah : Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda : “Berdoalah, Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni Artinya: Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku.”) (H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah) Saat Sahur Bila saat melaksanakan ibadah puasa dan berbuka saja termasuk waktu mustajab untuk berdoa, maka saat sahur perlu digaris bawahi juga. Hal ini dijelaskan dalam Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim, nomor 1145 dan 758. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, "Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” Dalam hadits di atas, Ibnu Hajar berkata: "Doa dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan." (Fath Al-Bari, 3: 32). Setelah sahur, Rasulullah kerap membaca doa ini, seperti tercantum dalam hadits riwayat Thabrani. Berikut doa dan artinya. Doa Sahur yang Dibaca Rasulullah Yarhamullahul mutasahhirin. Artinya: "Semoga Allah menurunkan rahmat-Nya bagi mereka yang bersahur." Hari Arafah Hari arafah adalah waktu mustajab untuk berdoa. Hari saat para jemaah haji melaksanakan ibadah wukuf di pada tanggal 9 Dzulhijjah. Maka dari itu mengungkap segala hajat di waktu mustajab untuk berdoa sangat dianjurkan dan jangan samapi terlewatkan. “Sebaik-baik doa adalah pada hari arafah. Dan sebaik-baik ucapanku dan Nabi sebelumku adalah ‘Tiada ilah kecuali Allah SWT yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah segala kerajaan, bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR. Tirmidzi) https://www.liputan6.com

11 Waktu Mustajab untuk Berdoa, Jangan Dilewatkan

 

Liputan6.com, Jakarta Waktu mustajab untuk berdoa merupakan saat segala keinginan lebih mungkin dikabulkan. Berdoa adalah momen seorang hamba bisa berkomunikasi langsung dengan sang Pencipta, Allah SWT. Doa ditujukan untuk memohon dan meminta segala sesuatu, maksudnya hajat yang baik.

4 Amalan Sebelum Tidur yang Diajarkan Rasulullah kepada Fatimah Azzahra

Mulai dari rezeki, kesehatan, sampai kelamatan di dunia dan akhirat. Waktu mustajab untuk berdoa yang bisa dijumapi setiap hari adalah dalam sujud, setelah salat, di sepertiga malam terakhir, serta di antara azan dan iqamah. Sementara waktu mustajab untuk berdoa yang istimewa adalah saat puasa, sahur, di malam Lailatul Qadar, hari Arafah, saat turun hujan, hari Jumat, dan saat minum air zam-zam.

"Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku dekat. Aku menjawab panggilan (doa)-nya orang yang berdoa ketika ia berdoa kepada-Ku." (QS. Al-Baqarah: 186)

Para ulama pun mengajarkan untuk selalu memanjatkan berdoa, terutama di waktu mustajab untuk berdoa. Meski hajat yang dipanjatkan selalu sama dan sangat remeh. Sebab saat seseorang tak berdoa, ia sudah dianggap sombong.

Saat Puasa dan Berbuka Puasa

Waktu mustajab untuk berdoa yang pertama adalah saat seseorang sedang menjalankan ibadah puasa. Bukan hanya saat sedang puasa, tetapi ketika buka puasa tiba pun termasuk waktu mustajab untuk berdoa.

“Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan doa, akan dikabulkan.” dari hadits Jabir bin 'Abdullah (HR. Al-Bazaar.

Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid 10: 14. Dijelaskan bahwa di waktu mustajab untuk berdoa seperti untuk orang-orang yang menjalanklan ibadah puasa, agar memperbanyak doa.

“Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi.”

Dalam Sujud

Tak bisa dipungkiri bahwa dalam setiap sujud salat yang ditunaikan adalah waktu mustajab untuk berdoa. Rasulullah SAW pun bersabda bahwa dalam sujud salat, itulah waktu seorang hamba sangat dekat dengan Rabbnya.

Rasulullah SAW dalam sabdanya "Seroang hamba yang berada paling dekat dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa ketika itu." (HR. Muslim, no. 482)

Selain itu Rasulullah SAW juga bersabda, "Adapun ketika rukuk maka agungkanlah Allah. Sedangkan ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, maka doa tersebut pasti dikabulkan untuk kalian." (HR Muslim, no.479)

Dalam sujud terakhir adalah waktu mustajab untuk berdoa. Ada tiga doa dalam keadaan sujud yang tidak boleh terlewatkan yakni:

1. Meminta diwafatkan dalam keadaan husnul khotimah.

2. Memohon diberikan kesempatan untuk bertaubat sebelum ajal menjemput.

3. Meminta agar hati istiqamah dalam agama Islam.

Di Sepertiga Malam Terakhir

Di sepertiga malam terakhir adalah waktu mustajab untuk berdoa. Ketika banyak orang terlelap tidur, Allah SWT turun pada sepertiga atau penghujung malam untuk melihat hambanya yang memanjatkan doa. Sepertiga malam terakhir merupakan waktu mustajab untuk berdoa, dimana doa-doa mudah diijabah.

Rasulullah SAW bersabda tentang waktu mustajab untuk berdoa ini, “Allah tabaaraka wata’ala turun setiap malam ke langit bumi, ketika malam tersisa sepertiga terakhir. Ia berkata, “Adakah yang memohon kepada-Ku agar Aku kabulkan, adakah yang meminta kepada-Ku agar Aku berikan, adakah yang memohon ampun agar Aku ampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Waktu mustajab untuk berdoa yang dimaksudkan berlaku untuk setiap malam. Bukan hanya di bulan istimewa saja seperti Ramadan dan hari raya.

“Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah SWT berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya.” (HR. Muslim no. 757)

Selesai Salat Wajib

Usai menunaikan salat fardhu wajib jangan langsung beranjak pergi, sempatkanlah untuk berdoa terlebih dahulu. Inilah waktu mustajab untuk berdoa yang setiap hari umat muslim bisa temukan, jangan disia-siakan.

Jangan lupa untuk mengiringinya dengan bacaan dzikir dan wirid. Memanjatkan segala yang diinginkan dan diharapkan di waktu mustajab untuk berdoa menjadi menjadi salah satu kelengkapan yang dianjurkan.

“Dari Abu umamah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah SWT, beliau menjawab. Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu.” (HR. Tirmidzi)

Di Antara Azan dan Iqamah

“Doa diantara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (H.R. Tirmidzi)

Di antara azan dan iqamah adalah waktu mustajab untuk berdoa. Di waktu tersebut, kemungkinan doa pasti dikabulkan cukup besar dan kemungkinan ditolak kecil. Waktu mustajab untuk berdoa ini sama dengan saat perang sedang berkecamuk.

Rasulullah SAW bersabda:

“Doa tidak tertolak pada dua waktu, atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang.” (H.R. Abu Daud)

Minum Air Zam-Zam

Waktu mustajab untuk berdoa adalah saat seorang muslim minum air zam-zam. Hal ini bisa dilakukan sebelum atau menjelang mulai meminumnya. Maka jangan sampai di waktu mustajab untuk berdoa ini dilewatkan begitu saja.

“Khasiat air zam-zam sesuai niat orang yang meminumnya.” (HR. Ibnu Majah; hasan)

Ibnu Abbas waktu mustajab untuk berdoa ini atau menjelang meminumnya, membaca doa yang berkaitan dengan rezeki, ilmu, dan kesehatan. “Ya Allah aku memohon pada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang luas, dan kesembuhan dari segala macam penyakit.”

Rasulullah SAW bersabda tentang hari Jumat yang menjadi waktu mustajab untuk berdoa. Dijelaskan bahwa di waktu mustajab untuk berdoa adalah termasuk saat yang penuh dengan keberkahan dan sakral.

i dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdoa ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut.” (H.R. Bukhari, Muslim)

Hari Jumat merupakah hari penuh keberkahan dan sakral bagi umat muslim, di mana peristiwa penting dalam Islam banyak terjadi pada hari Jumat. Selain berdoa, perbanyaknya amal salih di waktu mustajab untuk berdoa ini.

Dari Aus bin ‘Aus radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling utama adalah hari Jumat. Di hari itu, Adam diciptakan; di hari itu, Adam meninggal; di hari itu, tiupan sangkakala pertama dilaksanakan; di hari itu pula, tiupan kedua dilakukan.” (HR. Abu Daud, no. 1047; An-Nasai, no. 1374; Ibnu Majah, no. 1085 dan Ahmad, 4:8)

Saat Turun Hujan

 hujan turun itulah saat terbaik untuk memanjatkan doa. Hujan yang diturunkan sebagaimana kekuasaan Allah SWT punya tujuan mendatangkan manfaat dan memberikan keberkahan.

Inilah waktu mustajab untuk berdoa dan jangan sampai terlewatkan begitu saja. Saat hujan Allah SWT memberikan kesempatan emas kepada setiap hambanya untuk memohon segala hajat dan kebaikan.

Dari Ibnu Qudamah dalam Al Mughni, meriwayatkan sabda Rasulullah:

“Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan: 1. Bertemunya dua pasukan, 2. Menjelang shalat dilaksanakan, dan 3. Saat hujan turun.”

Dikala hujan Raulullah SAW juga memanjatkan doa agar diturunkan hujan yang bermanfaat.

untuk berdoa jatuh di malam Lailatul Qadar. Malam ini dikenal sebagai malam diturunkannya kitab suci Al-Qur’an ke bumi oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya.

Di waktu mustajab untuk berdoa seperti Lailatul Qadar juga dianjurkan mempebanyak amal salih selain mengungkapkan hajat. Tujuannya agar di malam istimewa ini apa-apa yang diinginkan menjadi semakin berkah.

 “Aku bertanya kepada Rasulullah : Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar?

Beliau bersabda :

“Berdoalah, Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni

Artinya: Ya Allah, sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah aku.”) (H.R. Tirmidzi, Ibnu Majah)

Saat Sahur

Bila saat melaksanakan ibadah puasa dan berbuka saja termasuk waktu mustajab untuk berdoa, maka saat sahur perlu digaris bawahi juga. Hal ini dijelaskan dalam Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim, nomor 1145 dan 758.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir.

Lantas Allah berfirman, "Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.”

Dalam hadits di atas, Ibnu Hajar berkata:

"Doa dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan." (Fath Al-Bari, 3: 32).

Setelah sahur, Rasulullah kerap membaca doa ini, seperti tercantum dalam hadits riwayat Thabrani. Berikut doa dan artinya.

Doa Sahur yang Dibaca Rasulullah

Yarhamullahul mutasahhirin.

Artinya:

"Semoga Allah menurunkan rahmat-Nya bagi mereka yang bersahur."

Hari Arafah

Hari arafah adalah waktu mustajab untuk berdoa. Hari saat para jemaah haji melaksanakan ibadah wukuf di pada tanggal 9 Dzulhijjah. Maka dari itu mengungkap segala hajat di waktu mustajab untuk berdoa sangat dianjurkan dan jangan samapi terlewatkan.

“Sebaik-baik doa adalah pada hari arafah. Dan sebaik-baik ucapanku dan Nabi sebelumku adalah ‘Tiada ilah kecuali Allah SWT yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah segala kerajaan, bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR. Tirmidzi)

https://www.liputan6.com