Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Selasa, 22 Juni 2021

Hal Hal Yang Membikin Nabi Adam Iri dengan Umat Nabi Muhammad SAW

 Hal Hal Yang Membikin Nabi Adam Iri dengan Umat Nabi Muhammad SAW

 

Umat Nabi Muhammad diberikan banyak keistimewaan oleh Allah SWT dibandingkan umat-umat lainnya. Derajat keistimewaan umat Nabi Muhammad SAW ini tidak lain merupakan pancaran kemuliaan nur Rasulullah SAW yang melebihi nabi-nabi dan rasul-rasul terdahulu.

Mengutip sebuah hadits  yang menyatakan  bahwa ada lima keistimewaan Nabi Muhammad SAW yang Allah berikan kepadanya tidak diberikan kepada  nabi sebelumnya, sebagaimana sabdanya:

“Aku diberi lima yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelum aku:

1.    Aku ditolong dengan rasa takut (di hati musuhku) selama satu bulan.

2.    Bumi dijadikan sebagai tempat shalat dan suci bagiku. Siapa saja dari umatku yang sampai waktu shalat padanya, maka hendaklah ia melaksanakan shalat.

3.  Dihalalkan harta rampasan perang bagiku, tidak dihalalkan bagi seorang pun sebelumku.

4.    Aku diberi syafaat.

5.    Seorang nabi diutus untuk kaumnya saja, aku diutus untuk seluruh manusia”.

(Hadits Riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim).

Maka bersyukurlah menjadi ummat Nab Muhammad SAW,  karena keistimewaan di sisi Allah SWT banyak nabi dan rasul mengidolakan umat seperti umat Rasulullah SAW atau Nabi Muhammad SAW , bahkan sampai ada salah satu nabi yang merasa iri dengan keistimewaan yang diberikan oleh umat Rasulullah SAW, Nabi itu adalah Nabi Adam AS.

Seperti yang pernah dijelaskan oleh Imam Nawawi Al-Bantani dalam kitabnya Nashohihul Ibad. Ada 4 hal yang membuat Nabi Adam AS iri dengan umat Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan bahwa Nabi Adam AS berkata:

“Sesungguhnya Allah SWT memberikan empat kemuliaan kepada umat Nabi Muhammad SAW, yang mana dia tidak memberikannya kepadaku.”

Berikut 4 hal yang membuat Nabi Adam Iri kepada Umat Nabi Muhammad SAW, diantaranya:

1. Bisa bertaubat di mana saja

Nabi Adam AS berkata:

“Taubatku hanya diterima ketika di kota Makkah, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW bertaubat dimanapun tempatnya lalu Allah SWT menerima taubat mereka.”

Setelah Nabi Adam AS dan Hawa bermaksiat dengan memakan buah khuldi di surga. Allah SWT telah menghukum dan memenjarakan keduanya ke dalam dunia, namun keduanya tiada henti menangis, menyesal, dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Barulah ketika keduanya berada di kota Mekkah, Allah SWT mengampuni dosa Nabi Adam AS dan Hawa. Hal tersebut sangat berbeda dengan umat Rasulullah SAW.

Allah SWT menjadikan dimana pun tempatnya dan kapanpun waktunya untuk bertaubat dari dosa-dosa seberapa dosa seorang hamba, jika dia mau bertaubat dan menyesali kesalahannya, maka rahmat dan ampunan dari Allah SWT lebih luas daripada murka-Nya, sehingga taubatnya pasti akan diterima.

2. Diberikan pakaian oleh Allah SWT meski bermaksiat

Nabi Adam AS berkata:

“Sesungguhnya aku mengenakan pakaian ketika aku bermaksiat. Maka Allah SWT menjadikanku telanjang, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW bermaksiat dalam keadaan telanjang, namun Dia memberikan pakaian kepada mereka.”

Setelah Nabi Adam AS dan Hawa bermaksiat kepada Allah SWT dengan memakan buah khuldi. Allah SWT pun melepas semua pakaian mewah yang indah dari surga. Bahkan dalam salah satu riwayat, dahulu kulit Nabi Adam AS berbentuk seperti kuku, ketika ia bermaksiat bentuk kuku itu hanya tersisa di ujung tangan dan kakinya.

Sedangkan umat Nabi Muhammad SAW yang senantiasa bermaksiat dengan melakukan perbuatan zina dan sebagainya, namun Allah SWT tetap memberikan mereka pakaian di dunia, bahkan mampu membeli dan mengenakan pakaian baru yang lebih bagus.

3. Meski bermaksiat Allah SWT tidak memisahkan mereka dengan istrinya

“Ketika aku bermaksiat, maka Allah SWT memisahkan antara aku dan istriku, sedangkan umat Nabi Muhammad SAW bermaksiat kepada Allah SWT dan Dia tidak memisahkan antara mereka dan istri-istri mereka.”

Dikisahkan ketika Nabi Adam AS dan Hawa diusir dari surga setelah melakukan perbuatan maksiat, keduanya pun dipisahkan antara pojok bumi dengan pojok bumi lainnya. Namun, umat Nabi Muhammad SAW tetap mampu berkumpul bersama istri, anak-anak dan keluarga setelah melakukan dosa besar.

4. Dimasukkan surga tatkala bertaubat

“Sesungguhnya aku telah bermaksiat di dalam surga lalu Allah SWT mengusirku dari surga. Sedangkan umat Nabi Muhammad SAW bermaksiat kepada Allah SWT di luar surga, lalu Dia memasukkan mereka ke dalam surga tatkala mereka bertaubat.”

Jika dahulu, Nabi Adam dan Hawa diusir dari surga dan diturunkan ke dunia setelah bermaksiat. Namun hal tersebut berbeda dengan yang umat Nabi Muhammad SAW, seberapa besar dan berat dosa seorang hamba di dunia, jika ia mau bertobat dengan sungguh-sungguh, maka Allah SWT akan membalasnya dengan surga.

Itulah keempat hal yang membuat Nabi Adam AS iri dengan umat Nabi Muhammad SAW, hendaknya hal tersebut dapat diambil pelajaran bahwa begitu mulainya umat Nabi Muhammad SAW. Semoga pembahasan ini bermanfaat serta dapat menambah wawasan bagi kamu. Wallahu’alam

 

Oleh   : Muhammad Hanafi, QH, SS, M.Sy.

https://ntb.kemenag.go.id

 

Bersyukurlah Ini 10 Keistimewaan Umat Nabi Muhammad SAW

Bersyukurlah Ini 10 Keistimewaan Umat Nabi Muhammad SAW

 

Nikmat terbesar yang patut kita syukuri adalah ketika dipilih menjadi umat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Berkat Rasulullah Nabi yang paling mulia, kita pun menjadi umat paling mulia di antara ummat-ummat lain.

Bersyukurlah menjadi umat Nabi Muhammad karena Allah Ta'ala memberi banyak keistimewaan. Berikut 10 keistimewaan umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

1. Umat Nabi Muhammad SAW Adalah Umat Terbaik.

Sebagaimana terdapat dalam Surah Ali Imran, Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

 

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

 

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Ali Imran ayat 110)

2. Umat yang Pertama Masuk Surga.

Dalam Hadis Riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Kita (Muhammad SAW dan umatnya) adalah umat yang terakhir, dan yang paling pertama pada hari kiamat, kami adalah orang yang pertama masuk surga."

3. Umhttps://kalam.sindonews.com/at yang Tidak Sepakat dalam Kesesatan.

Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku (umat Nabi Muhammad) atas kesesatan." (HR. at-Tirmidzi)

4. Allah Memaafkan Umat Nabi Muhammad Dikala Lupa.

Dalam Hadits Riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku, apa yang terbersit di dalam hati, selama belum diucapkan maupun dilakukan." Kemudian di hadis lain, Beliau bersabda: "Dimaafkan untuk umatku akibat, tersalah (tak sengaja), terlupa dan terpaksa." (HR. Al Baihaqi)

5. Allah Memberi Umat Nabi Muhammad Pahala Dua Kali Lipat.

Sesungguhnya perumpamaan kalian dibandingkan orang-orang Yahudi dan Nasrani seperti seseorang yang memperkerjakan para pekerja yang dia berkata: "Siapa yang mau bekerja untukku hingga pertengahan siang dengan upah satu qirath, maka orang-orang Yahudi melaksanakannya dengan upah satu qirath per satu qirath. Lalu orang-orang Nashrani mengerjakannya dengan upah satu qirath per satu qirath. Kemudian kalian mengerjakan mulai dari shalat Ashar hingga terbenamnya matahari dengan upah dua qirath per dua qirath. Maka orang-orang Yahudi dan Nashrani marah seraya berkata: "Kami yang lebih banyak amal namun lebih sedikit upah!" Lalu orang itu berkata: "Apakah ada yang aku zalimi dari hak kalian?" Mereka menjawab: "Tidak ada". Orang itu berkata: "Itulah karunia dari-Ku yang Aku memberikannya kepada siapa yang aku kehendaki." (HR Al-Bukhari dan Muslim)

6. Mendapat Syafaat Besar dari Nabi Muhammad.

Dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa, Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Aku disuruh memilih antara setengah umatku akan dimasukkan ke surga dengan diberi syafa’at, maka aku memilih syafaat, karena sesungguhnya syafaat lebih mencakup dan lebih mencukupi, bagaimana pendapat kalian, apakah ia hanya diberikan kepada orang-orang yang bertakwa saja? Tidak, akan tetapi ia di berikan juga terhadap orang-orang yang berdosa dan orang-orang yang banyak kesalahan."

7. Umat Nabi Muhammad Dapat Memberi Syafa'at kepada Orang Lain.

Sebagaimana sabda Rasulullah: "Wahai Rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, sholat bersama kami, dan berhaji bersama kami." Maka dikatakan kepada mereka: "Keluarkanlah orang-orang yang kalian ketahui." Maka bentuk-bentuk mereka hitam kelam karena terpanggang api neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang telah dimakan neraka sampai pada pertengahan betisnya dan sampai kedua lututnya. Kemudian mereka berkata: "Wahai Rabb kami tidak tersisa lagi seseorang pun yang telah engkau perintahkan kepada kami." (HR Muslim)

8. Umat Nabi Muhammad Masuk Surga dengan Wajah Bersinar.

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari Kiamat dengan wajah berseri-seri karena bekas air wudhu." (HR. Al-Bukhari)

9. Umat Nabi Muhammad Tidak Mendapat Siksa pada Hari Kiamat.

Dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu, Rasulullah صلى الله عليه وسلمbersabda: "Umatku ini umat yang disayangi, ia tidak disiksa pada hari kiamat. Siksaannya ada di dunia berupa fitnah, gempa dan pembunuhan." (HR Abu Dawud dan Al-Hakim)

10. Dari Umat Nabi Muhammad Akan Diutus Para Pembaharu.

"Sesungguhnya Allah membangkitkan bagi umat ini dalam awal setiap seratus tahun orang yang akan memperbaharui agama mereka." (HR. Abu Dawud)

Demikian keistimewaan umat Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Sepatutnya kita bersyukur kepada Allah karena menjadikan kita sebagai umat Beliau. Maka perbanyaklah Sholawat kepada beliau, teladani akhlaknya dan hidupkan sunnahnya. Semoga kelak kita dikumpulkan di Surga bersama beliau. Allahumma Aaamin.

 

Wallahu A'lam

Rusman H Siregar

https://kalam.sindonews.com

 

10 Keistimewaan Umat Nabi Muhammad SAW

10 Keistimewaan Umat Nabi Muhammad SAW

 

Umat Nabi Muhammad SAW adalah umat yang istimewa, karena Allah memberi banyak keistimewaan kepada umat Nabi Muhammad SAW. Keistimewaan itu diantaranya adalah:

Yang Pertama, umat Nabi Muhammad SAW adalah umat terbaik. Sebagaimana terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 110, Allah Berfirman: “Kuntum khaira ummatin ukhrijat li-nnaasi ta’muruuna bil ma’ruufi watanhauna ‘anil munkari watu’minuuna billahi walau aamana ahlul kitaabi lakaana khairan lahum minhumul mu’minuuna wa-aktsaruhumul faasiquun.” Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Yang Kedua, umat Nabi Muhammad SAW adalah umat pertama yang masuk Surga. Dalam Hadits Riwayat Muslim disebutkan bahwa, Rasulullah SAW bersabda: “Kita (Muhammad SAW dan umatnya) adalah umat yang terakhir, dan yang paling pertama pada hari kiamat, kami adalah orang yang pertama masuk surga.”

Yang Ketiga, umat Nabi Muhammad SAW merupakan umat yang tidak sepakat dalam kesesatan. Dari Ibnu Umar Radhiallahu ‘Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengumpulkan umatku (umat nabi Muhammad) atas kesesatan.” (HR. Tirmidzi)

Yang Keempat, Allah memaafkan umat Nabi Muhammad SAW dikala lupa, dsb. Dalam Hadits Riwayat Muslim disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah memaafkan dari umatku, apa yang terbersit di dalam hati, selama belum diucapkan maupun dilakukan.” Kemudian dari hadits lain, Rasulullah SAW bersabda: “Dimaafkan untuk umatku akibat, tersalah (tak sengaja), terlupa dan terpaksa.” (HR. Al Baihaqi)

Yang Kelima, Allah memberi umat Nabi Muhammad SAW pahala dua kali lipat. “Sesungguhnya perumpamaan kalian dibandingkan orang-orang Yahudi dan Nashrani seperti seseorang yang memperkerjakan para pekerja yang dia berkata; “Siapa yang mau bekerja untukku hingga pertengahan siang dengan upah satu qirath, maka orang-orang Yahudi melaksanakannya dengan upah satu qirath per satu qirath. Lalu orang-orang Nashrani mengerjakannya dengan upah satu qirath per satu qirath. Kemudian kalian mengerjakan mulai dari shalat Ashar hingga terbenamnya matahari dengan upah dua qirath per dua qirath. Maka orang-orang Yahudi dan Nashrani marah seraya berkata: “Kami yang lebih banyak amal namun lebih sedikit upah!” Lalu orang itu berkata; “Apakah ada yang aku zalimi dari hak kalian?” Mereka menjawab; “Tidak ada”. Orang itu berkata; “Itulah karunia dari-Ku yang Aku memberikannya kepada siapa yang aku kehendaki.” (HR. Bukhari & Muslim)

Yang Keenam, Nabi Muhammad SAW memiliki syafa’at besar untuk umatnya. Dalam Hadits Riwayat Ibnu Majah Nomor 4301 disebutkan bahwa, Rasulullah SAW bersabda: “Saya disuruh memilih antara setengah umatku akan di masukkan ke surga dengan di beri syafa’at, maka saya memilih syafa’at, karena sesungguhnya syafa’at lebih mencakup dan lebih mencukupi, bagaimana pendapat kalian, apakah ia hanya di berikan kepada orang-orang yang bertakwa saja? Tidak, akan tetapi ia di berikan juga terhadap orang-orang yang berdosa dan orang-orang yang banyak kesalahan.”

Yang Ketujuh, umat Nabi Muhammad SAW dapat memberi syafa’at kepada orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah : “Wahai Rabb kami, mereka selalu berpuasa bersama kami, shalat bersama kami, dan berhaji bersama kami.” Maka dikatakan kepada mereka; “keluarkanlah orang-orang yang kalian ketahui.” Maka bentuk-bentuk mereka hitam kelam karena terpanggang api neraka, kemudian mereka mengeluarkan begitu banyak orang yang telah di makan neraka sampai pada pertengahan betisnya dan sampai kedua lututnya. Kemudian mereka berkata; “Wahai Rabb kami tidak tersisa lagi seseorang pun yang telah engkau perintahkan kepada kami.” (HR. Muslim)

Yang Kedelapan, umat Nabi Muhammad SAW akan masuk surga dengan wajah bersinar. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya umatku akan dihadirkan pada hari kiamat dengan wajah berseri-seri karena bekas air wudhu.” (HR. Bukhari)

Yang Kesembilan, umat Nabi Muhammad SAW tidak mendapat siksa pada hari kiamat. Dari Abu Musa Al Asy’ari Ra. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Umatku ini umat yang disayangi, ia tidak disiksa pada hari kiamat. Siksaannya ada di dunia berupa fitnah, gempa dan pembunuhan.” (HR. Abu Dawud dan Al Hakim)

Yang Kesepuluh, dari umat Nabi Muhammad SAW akan diutus para pembaharu. “Sesungguhnya Allah membangkitkan bagi umat ini dalam awal setiap seratus tahun orang yang akan memperbaharui agama mereka.” (HR. Abu dawud)

 

Oleh Ustadz Ibnu Rochi Syakiran

https://www.alirsyad.or.id

 

Senin, 21 Juni 2021

6 Keistimewaan Umat Nabi Muhammad yang Patut Disyukuri

 6 Keistimewaan Umat Nabi Muhammad yang Patut Disyukuri

 

Umat terbaik di dunia adalah mereka yang mengajak kebaikan, mencegah kemungkaran dan senantiasa beriman kepada Allah. Foto ilustrasi sholat Id/Ist

Beruntunglah menjadi umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam karena memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki umat lain di dunia. Allah Ta'ala memuji umat Nabi Muhammad sebagai umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia.

Berikut firman-Nya diabadikan dalam Al-Qur'an yang mulia:

 

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ

 

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS Ali Imran: 110)

Syekh Muhammad bin Shalih asy-Syawi dalam Tafsir An-Nafahat Al-Makkiyah menjelaskan, keutamaan yang diberikan Allah kepada umat Rasulullah SAW adalah menjadikan mereka istimewa dan unggul di atas seluruh umat. Mereka adalah sebaik-baik manusia untuk manusia.

Umat Nabi Muhammad memiliki cinta kepada kebaikan, dakwah, pengajaran, dan perintah kepada kebaikan dan larangan dari kemungkaran. Mereka menyatukan kesempurnaan akhlak dalam memberikan manfaat kepada seluruh manusia.

Dalam tafsir Kemenag dijelaskan, umat yang paling baik di dunia adalah umat yang mempunyai dua macam sifat, yaitu mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran, dan senantiasa beriman kepada Allah. Semua sifat itu dimiliki oleh kaum Muslimin pada masa Nabi dan telah mendarah daging dalam diri mereka sehingga mereka menjadi kuat dan berjaya.

Tak heran dalam waktu singkat mereka menjadikan seluruh tanah Arab tunduk di bawah naungan Islam, hidup aman dan tenteram di bawah panji-panji keadilan, padahal mereka sebelumnya adalah umat yang berpecah-belah.

Secara fisik memang umat Nabi Muhammad terlihat lemah, berbadan kecil, hidup seadanya. Tetapi kondisi ini justru membuat mereka mulia di sisi Allah. Inilah keistimewaan umat Muslim yang wajib kita syukuri.

Allah‎ memuliakan umat Nabi Muhammad dengan 6 perkara:

1. Allah menjadikan mereka lemah sehingga mereka tidak sombong.

2. Allah menjadikan mereka berbadan kecil sehingga nafkah mereka tidak berat.

3. Allah menjadikan mereka berumur pendek sehingga dosa mereka sedikit.

4. Allah menjadikan mereka miskin sehingga hisab mereka ringan di Hari Kiamat.

5. Allah menjadikan mereka umat akhir zaman sehingga tempo mereka tinggal di alam kubur tidak lama.

6. Allah menjadikan mereka umat terakhir sehingga kesalahan yang mereka lakukan tidak diejek-ejek oleh umat lain.

Selain 6 keistimewaan di atas, Allah juga memuliakan umat Nabi Muhammad dengan hal-hal berikut:

1. Umat yang pertama masuk Surga. (HR Muslim)

2. Allah memaafkan mereka dikala terlupa atau tersalah (tak sengaja). (HR Al-Baihaqi)

3. Diberi pahala 2 kali lipat atau lebih (HR Al-Bukhari, Muslim)

4. Mendapat syafaat 'uzhma (agung) dari Nabi Muhammad. (HR Ibnu Majah)

5. Dapat memberi syafa'at kepada orang lain atas izin Allah. (HR Muslim)

6. Memiliki wajah berseri-seri di Hari Kiamat karena bekas air wudhunya. (HR Al-Bukhari)

Demikian kemuliaan umat Nabi Muhammad yang wajib kita syukuri. Dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan kaum mukmin: "...Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. Dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim." (QS Ali Imran: 102)

Sebagai wujud syukur atas dipilihnya kita sebagai umat Nabi Muhammad, maka sepatutnya pula kita memperbanyak sholawat kepada Nabi, meneladani akhlak beliau dan menghidupkan sunnahnya. Semoga kita tergolong orang-orang yang beruntung.

 

Wallahu A'lam

Rusman H Siregar

https://kalam.sindonews.com

 

Keutamaan Keutamaan Umat Nabi Muhammad SAW

Keutamaan Keutamaan Umat Nabi Muhammad SAW

 

Mahasuci Allah yang telah mengunggulkan kita di atas seluruh manusia, memberi kita minum dari ma’rifat-Nya dengan gelas yang paling menghilangkan dahaga, menjadikan Nabi kita sebagai Nabi terbaik yang memimpin dan mengatur, ketika Dia mengunggulkannya atas umat dan melimpahkan keluhuran semangat kepada kita sebagai nikmat, maka Dia berfirman kepada kita: “Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia….” (QS. Ali ‘Imran: 110)[1]

Kita adalah umat pembawa risalah. Kita tidak pantas dalam kondisi apa pun mencampakkan risalah tersebut. Allah SWT telah mengeluarkan umat Islam agar ia menjadi seperti obor yang menerangi jalan semua umat manusia, agar mereka berjalan di atas jalan yang Allah pilih untuk manusia seluruhnya. Pada saat Allah membebani umat-umat terdahulu agar beristiqamah pada dirinya untuk Allah Jalla wa ‘Alaa sebagai bukti pelaksanaan (realisasi) firman Allah Ta’ala: “Padahal mereka hanya diperintah beribadah kepada AIlah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS Al-Bayyinah: 5)

Maka Allah membebani umat Islam dengan dua beban Yang besar:

Allah membebaninya dengan penghambaan kepada-Nya Jalla wa ‘Alaa: “Beribadahlah kepada Allah dan jangan mempersekutukanNya dengan sesuatu pun…” (QS An-Nisaa’: 36)

Kemudian Allah membebaninya menjadi umat pembimbing bagi seluruh manusia dan sebagai saksi atas mereka. Allah Ta’ala berfirman: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu…” (QS. Al-Baqarah: 143)

Inilah rahasia mengapa umat Islam adalah umat terbaik: “Kamu (umat Islam) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah…” (QS. Ali ‘Imran: 110)[2]

Dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Pada hari Kiamat Nuh dipanggil, maka dia menjawab, “Aku penuhi panggilan-Mu ya Rabbi, aku penuhi.” Allah bertanya, ‘Apakah engkau sudah menyampaikan? -maksudnya risalah’ Nuh menjawab, ‘Sudah.’ Maka umat Nuh ditanya, ‘Apakah Nuh sudah menyampaikan kepada kalian?’ Mereka menjawab, ‘Tidak ada seorang pun pembawa peringatan yang datang kepada kami.’ Allah bertanya kepada Nuh, ‘Siapa yang menjadi saksi untukmu.’ Nuh menjawab, ‘Muhammad dan umatnya.’ Maka umat Muhammad bersaksi bahwa Nuh telah menyampaikan dan Rasulullah SAW menjadi saksi atas mereka. Itulah yang dimaksud oleh firman Allah Ta’ala, ‘Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah: 143)[3]

Dari Ubay bin Ka’ab r.a. tentang ayat ini: “Agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia.” Dia berkata, “Mereka adalah saksi atas manusia pada hari Kiamat. Mereka adalah saksi-saksi atas kaum Nuh, kaum Hud, kaum Shalih, kaum Syu’aib, dan lain-lainnya bahwa Rasul-Rasul mereka telah menyampaikan (risalah) kepada mereka dan bahwa mereka telah mendustakan Rasul-Rasul mereka.” Abul ‘Aliyah berkata, “Itu adalah qira’at Ubay, “Agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia pada hari Kiamat”

Dan dari hadits Jabir, dari Nabi SAW: “Tidak ada seorang pun dari umat-umat sebelum kita, kecuali dia berharap berasal dari kita wahai umat (Islam). Tidak ada seorang Nabi pun yang didustakan oleh kaumnya, kecuali kita adalah saksi-saksinya pada hari Kiamat bahwa dia telah menyampaikan risalah Allah dan menasihati mereka.”[4]

Bahkan Nabi SAW, bersabda: “Kalian adalah saksi-saksi Allah di bumi, sedangkan para Malaikat adalah saksi-saksi Allah di langit.” (HR ath-Thabarani dari Salamah bin al-Akwa’ r.a.)

Saudara-saudaraku yang mulia dan saudari-saudariku yang baik, Inilah senampan indah (sedikit atau sekelumit) dari keutamaan-keutamaan umat Muhammad SAW, sebelum kita membicarakan tentang keutamaan para Sahabat r.a. secara khusus.

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya kalian melengkapi tujuh puluh umat, kalian adalah yang terbaik dan termulia bagi Allah.” (HR Ahmad [IV/447 V/3], at-Tirmidzi [no. 3001], dan Ibnu Majah [no. 4282] dari Mu’awiyah bin Haidah r.a. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani rah.a.)

Nabi SAW bersabda: “Umatku ibarat hujan, tidak diketahui mana yang baik: apakah yang pertama ataukah yang terakhir.” (HR Ahmad [III/130, 143] dan at-Tirmidzi [no. 2869] dari Anas r.a. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani r.a.)

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Umatku ini adalah umat yang dikasihi, tidak ada adzab atasnya di akhirat, akan tetapi adzabnya di dunia berupa fitnah-fitnah gempa bumi, pembunuhan, dan wabah penyakit” (HR Abu Dawud [no. 4278], ath-Thabarani dalam al-Kabiir [XX/177, no. 1596], dan al-Hakim [IV/491] dari Abu Musa r.a.)

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Jika Allah SWT hendak merahmati suatu umat dari hamba-hamba-Nya niscaya Dia mengambil (mewafatkan) Nabinya sebelum mereka, Dia menjadikan Nabi tersebut sebagai pendahulu di hadapan mereka, jika Allah hendak membinasakan suatu umat niscaya Dia menyiksanya sementara Nabi mereka masih hidup, Allah membinasakan mereka sedangkan Nabi mereka melihat, Dia membuatnya tenang dengan kebinasaan mereka manakala mereka mendustakannya dan menyelisihi perintahnya.” (HR Muslim [no. 2288] dari Abu Musa r.a.)

Lebih dari itu, rahmat Allah terkumpul untuk umat ini dalam kadar yang tidak diraih oleh umat lainnya. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah memaafkan umatku apa yang terbersit dalam hati mereka selama mereka belum melakukannya atau mengucapkannya dan apa yang mereka dipaksa atasnya.” (HR Ibnu Majah [no. 2044] dan al-Baihaqi dari Abu Hurairah r.a. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rah.a.)

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah melindungi umatku sehingga mereka tidak bersepakat di atas kesesatan.” (HR Ibnu Abu ‘Ashim [no. 83 Zhilaalul Jannah] dari Anas r.a.. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani rah.a.)

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala mengutus untuk umat ini disetiap penghujung seratus tahun seseorang yang memperbarui agama untuk mereka.”(HR Abu Bawud [no. 4291] dan al-Baihaqi dalam al-Ma’rifah, [no. 98] dari Abu Hurairah r.a. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rah.a.)

“Kami diberi tiga keutamaan atas manusia: (1) shaff-shaff kami dijadikan seperti shaff para Malaikat, (2) seluruh bagian bumi dijadikan bagi kami sebagai masjid, dan (3) debunya dijadikan untuk kami sebagai alat bersuci jika kami tidak mendapatkan air. Dan diturunkan kepadaku ayat-ayat ini dari akhir surat al-Baqarah dari perbendaharaan di bawah ‘Arsy yang tidak diberikan kepada seorang Nabi sebelumku.” (HR Muslim [no. 522], Ahmad, dan an-Nasa-i dari Hudzaifah r.a.)

Nabi SAW bersabda: “Harta rampasan perang tidak dihalalkan untuk seorang manusia pun sebelum kalian. Harta rampasan itu dikumpulkan lalu turunlah api dari langit yang membakarnya.” (HR at-Tirmidzi [no. 3085] dari Abu Hurairah r.a. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rah.a.)

Dengan pertimbangan pendeknya usia umat yang penuh berkah ini, maka Allah Yang Maha Pencipta Jalla wa ‘Alaa memberikan sesuatu yang istimewa, yaitu melipatgandakan pahala amal dibandingkan umat-umat lain sebelumnya.

Nabi SAW bersabda: “Ajal kalian dibandingkan dengan umat-umat yang telah berlalu adalah seperti antara shalat ‘Ashar sampai terbenamnya matahari. Perumpamaan kalian dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah seperti seseorang yang mempekerjakan para pekerja, dia berkata, ‘Siapa yang bekerja dari pagi hingga tengah hari dengan upah masing-masing satu qirath?’ Maka orang-orang Yahudi bekerja. Kemudian dia berkata, ‘Siapa yang bekerja dari tengah hari sampai ‘Ashar dengan upah masing-masing satu qirath?’ Maka orang-orang Nasrani bekerja. Kemudian dia berkata, ‘Siapa yang bekerja dari ‘Ashar hingga terbenamnya matahari dengan upah masing-masing dua qirath?’ Maka kalian bekerja. Orang-orang Yahudi dan Nasrani marah, mereka berkata, ‘Mengapa kami bekerja lebih lama namun dengan upah lebih sedikit?’ Laki-laki itu menjawab, ‘Adakah aku menzhalimi hak kalian sedikit pun?’ Mereka menjawab, ‘Tidak?’ Dia berkata, ‘Itu adalah kemurahan yang aku berikan kepada siapa yang aku kehendaki.” (HR al-Bukhari [no. 3459], Ahmad [II/6], Malik dan at-Tirmidzi [no. 2871] dari Ibnu ‘Umar r.a.)

Nabi SAW bersabda: “Perumpamaan kaum muslimin, orang-orang Yahudi, dan orang-orang Nasrani adalah seperti seorang laki-laki yang mempekerjakan suatu kaum guna melaksanakan sebuah pekerjaan untuknya sampai malam, maka mereka bekerja setengah hari. Mereka berkata, ‘Kami tidak membutuhkan upahmu yang engkau janjikan kepada kami, apa yang kami kerjakan ini untukmu.’ Laki-laki itu berkata kepada mereka, ‘Jangan begitu, lanjutkan sisa pekerjaan kalian dan bawalah upah kalian dengan sempurna.’ Namun mereka tetap menolak dan meninggalkannya. Setelah mereka pergi, laki-laki tersebut mempekerjakan para pekerja baru, dia berkata kepada mereka, ‘Lanjutkan pekerjaan hari ini sampai selesai dan kalian mendapatkan upah yang aku katakan untuk mereka.’ Maka mereka bekerja, di waktu ‘Ashar mereka berkata, ‘Apa yang kami kerjakan ini untukmu, upah yang engkau katakan itu juga untukmu.’ Laki-laki itu berkata, ‘Lanjutkanlah sisa hari kalian, hari tinggal menyisakan sedikit lagi.’ Namun mereka menolak. Lalu laki-laki itu menyewa kaum yang lain untuk menyelesaikan sisa pekerjaan hari itu, maka kaum tersebut bekerja menuntaskan pekerjaan sampai terbenam matahari dan mereka mendapatkan upah dua kaum sebelumnya dengan sempurna. Itulah perumpamaan mereka dan perumpamaan apa yang mereka terima dari cahaya ini.” (HR al-Bukhari [no. 2271] dari Abu Musa r.a.)

Bahkan di akhir zaman kelak, tatkala ‘Isa a.s. turun kembali, Allah memerintahkan kepadanya untuk shalat di belakang seorang laki-laki dari umat Muhammad SAW. Hal itu merupakan sebuah penghormatan kepada umat yang penuh berkah dan kebaikan ini.

Nabi SAW bersabda: “Seorang laki-laki di mana ‘Isa putera Maryam shalat di belakangnya adalah dari kami.” (HR Abu Nu’aim dalam kitab al-Mahdi dari Abu Sa’id r.a.)

Bahkan, Nabi SAW telah mensifati umatnya, tentang bagaimana keadaannya pada hari Kiamat nanti, bagaimana hisabnya, dan beliau telah mengabarkan bahwa umat ini merupakan mayoritas penghuni Surga.

Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya umatku dipanggil pada hari Kiamat dengan wajah dan tangan yang bersinar terang karena bekas wudhu’.” (HR Muttafaq alaihi: [al-Bukhari (no.136) dan Muslim (no. 246)] dari Abu Hurairah r.a.)

Nabi SAW bersabda: “Kami adalah umat terakhir namun umat pertama yang dihisab. Dikatakan, ‘Mana umat dari seorang Nabi yang ummi.’ Kita adalah orang-orang terakhir tetapi yang pertama.” (HR Ibnu Majah [no. 4290] dari Ibnu ‘Abbas r.a.)

Nabi SAW bersabda: “Niscaya akan masuk Surga dari umatku tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus ribu orang. Mereka saling berpegangan, tangan sebagian dari mereka memegang erat tangan sebagian yang lain. Orang pertama dari mereka tidak masuk sebelum orang terakhir masuk. Wajah mereka (bersinar terang) ibarat rembulan di malam purnama.” (HR Muttafaq alaihi: [Al-Bukhari (no. 6554) dan Muslim (no. 219)] dari Sahl bin Sa’ad r.a.)

Nabi SAW bersabda: “Aku diberi 70.000 orang dari umatku yang masuk Surga tanpa dihisab, wajah mereka seperti rembulan di malam purnama, dan hati mereka di atas hati satu orang. Aku lalu meminta tambahan kepada Rabb-ku SWT maka Dia memberiku tambahan setiap satu orang dari 70.000 orang itu membawa 70.000 orang yang lain.” (HR Ahmad [I/6] dari Abu Bakar r.a. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rah.a.)

Dalam sebuah riwayat beliau SAW bersabda: “Rabb-ku menjanjikan kepadaku untuk memasukkan 70.000 orang dari umatku tanpa dihisab dan tanpa adzab. Setiap seribu dari mereka diikuti oleh 70.000 dan tiga cidukan tangan dari cidukan-cidukan Rabb-ku.” (HR Ahmad [V/268], at-Tirmidzi [no. 2437] dan Ibnu Hibban (no.7246] dari Abu Ummah r.a. Dishahihkan oleh Syakh al-Albani rah.a.)

Nabi SAW bersabda: “Tidak ada suatu umat melainkan sebagian darinya di Neraka dan sebagian lainnya di Surga, kecuali umatku, seluruhnya di Surga.” (HR al-Khathib al-Baghdadi dari Ibnu ‘Umar r.a.)

Maksudnya, orang yang wafat di atas tauhid sekali pun dia termasuk pelaku dosa-dosa besar, tempat kembalinya tetap ke Surga. Hal ini berbeda dengan pendapat Mu’tazilah bahwa pelaku dosa besar kekal di dalam Neraka. Oleh karena itu, Nabi SAW mengkhususkan hal itu dengan sabdanya, “Umatku.” Dan sudah dimaklumi bahwa orang musyrik dan murtad bukan umat Nabi SAW.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Penduduk Surga itu sebanyak 120 shaff: delapan puluh darinya dari umat ini, sedangkan empat puluh dari umat lain.” (HR Ahmad [V/347], at-Tirmidzi [no. 2546], dan Ibnu Majah [no. 4289] dari Buraidah r.a.)

Aduhai, seandainya kita semuanya merasakan betapa agungnya nikmat Islam seperti yang dirasakan oleh para Sahabat r.a. sehingga mereka mengusai dunia seluruhnya dan Allah Ta’ala memuliakan mereka di setiap belahan bumi.

Inilah Allah Yang Maha Pencipta SWT mengajak kita untuk meresapi nikmat tersebut, memegangnya kuat-kuat, dan tidak meninggalkan dunia kecuali di atasnya.

Allah Ta’ala berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali ‘Imran: 102) [WARDAN/DR]

 

Footnote:

[1] At-Tabshirah karya Ibnul Jauzi (I/585).

[2] Buku Walaa Tamautunna Illaa wa Antum Muslimuun karya Syaikh Mahmud Al-Mishri (hlm. 6) cet. Darul Firdaus

[3] Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 4487), kitab: at-Tafsiir bab: Wa Kadzaalika Ja’alnaakum Ummataw Wasatha…

[4] Al-Hafizh berkata dalam al-Fat-h (VIII/218), “Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dengan sanad jayyid dari Abul ‘Aliyah, dari Ubay bin Ka’ab.”

 

https://darunnajah.com

 

Bersyukurlah Kita Jadi Umat Muhammad SAW

Bersyukurlah Kita Jadi Umat Muhammad SAW

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Allah SWT mengistimewakan umat Nabi Muhammad SAW dengan nikmat-nikmat yang agung dan pemberian yang besar. Karunia demikian merupakan penghormatan dari Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, tentunya kemurahan dan keistimewaan itu diberikan kepada umat yang mengikuti ajaran Nabi SAW.

Seperti dinukilkan dari buku berjudul "Keagungan Nabi Muhammad" oleh Khalil Ibrahim Mulla Khatir, di antara keistimewaan tersebut ialah umat Nabi Muhammad SAW dijadikan Allah sebagai umat yang terbaik dan Allah memilihnya di antara semua makhluk-Nya agar menjadi umat Nabi Muhammad.

Allah juga memilihnya supaya menjadi umat yang tengah-tengah, yang menjadi saksi atas seluruh umat yang terdahulu. Sebagaimana disebutkan dalam Alquran surat Ali Imran ayat 110:

 

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ

 

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan berimanlah kepada Allah." Dalam ayat lain juga disebutkan:

 

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

 

"Dan demikian (pula) Kami menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas kamu." (QS al-Baqarah:143).

Diriwayatkan dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda ketika menjelaskan ayat Alquran tersebut. Nabi SAW mengatakan, bahwa umat Muhammad adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia yang menjadi penggenap umat hingga menjadi 70 umat, yang paling baik dan paling mulia dalam pandangan Allah.

Selanjutnya, Allah menyebut umat Nabi SAW dengan kaum Muslimin dan mengistimewakan umat tersebut dengan Islam. Salah satu keistimewaan kepada umat Muhammad ialah Allah menyebut mereka di dalam Alquran dan dalam kitab-kitab samawi yang terdahulu dengan 'al-muslimin'.

Allah juga meridhai Islam sebagai agama mereka. Hal demikian seperti dijelaskan dalam surat al-Hajj ayat 78:

 

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ ۚ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ ۚ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ ۚ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَٰذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ ۚ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ

 

“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”   

Salah satu keistimewaan umat Muhammad yakni Allah membebaskan dari kesusahan dan belenggu yang pernah menimpa umat-umat sebelumnya. Allah menjadikan agama umat ini sebagai agama yang mudah dan toleran. Agama tersebut sesuai dengan fitrah manusia, agar kesinambungan dakwah terjamin dan agar agama itu kekal. Seperti disebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 185, bahwa Allah menghendaki kemudahan bagi umat Muhammad dan tidak menghendaki kesukaran.

Allah memberikan keringanan bagi umat Muhammad, tidak seperti bagi umat sebelumnya yang lebih berat. Pada umat sebelumnya, misalnya, jika seseorang hendak bertobat, maka dia harus bunuh diri. Hal itu seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 54:

 

وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَىٰ بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ ۚ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

 

“ Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang".

Sementara dalam Islam, syarat tobat di antaranya menyesal, menghentikan diri dari dosa tersebut, memohon ampunan, tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut, dan disertai amal saleh. 

 

Kiki Sakinah/ Red: Nashih Nashrullah

https://republika.co.id

 

Sabtu, 19 Juni 2021

Keistimewaan Umat Muhammad Membuat Nabi Adam Iri

 Keistimewaan Umat Muhammad Membuat Nabi Adam Iri

 

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Allah SWT memberikan banyak keistimewaan kepada umat Nabi Muhamad. “Umat Nabi Muhammad diberikan banyak keistimewaan oleh Allah SWT dibandingkan umat-umat lainnya,” kata Ustaz Taufiqurrohman saat mengisi pengajian guru dan karyawan Sekolah Bosowa Bina Insani (SBBI) di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani Bogor, Jawa Barat, Jumat (12/1).

Da’i yang dikenal sebagai Ustaz Pantun itu lalu mengutip sebuah hadits  yang menyatakan  bahwa ada lima keistimewaan Nabi Muhammad SAW yang Allah berikan kepadanya tidak diberikan kepada  nabi sebelumnya, sebagaimana sabdanya:

 “Aku diberi lima yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelum aku:

1.    Aku ditolong dengan rasa takut (di hati musuhku) selama satu bulan.

2.    Bumi dijadikan sebagai tempat shalat dan suci bagiku. Siapa saja dari umatku yang sampai waktu shalat padanya, maka hendaklah ia melaksanakan shalat.

3.    Dihalalkan harta rampasan perang bagiku, tidak dihalalkan bagi seorang pun sebelumku.

4.    Aku diberi syafaat.

5.    Seorang nabi diutus untuk kaumnya saja, aku diutus untuk seluruh manusia”.

(Hadits Riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim).

Lebih lanjut ia  juga membahas tentang keistimewaan Nabi Muhammad SAW dan umatnya sebagai umat terbaik. “Termasuk dalam urusan sanksi atau hukuman dari perbuatannya,” ujarnya.

Umat sebelumnya bila berdosa langsung Allah azab.  Contohnya ketika umat Nabi Musa as  telah berpaling dari Allah dengan menyembah anak sapi maka taubatnya adalah dengan cara membunuh diri mereka sendiri, sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-baqarah ayat 54:

 Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang." (QS. 2: 54)

Demikian pula ketika kaum Yahudi dilarang untuk memancing ikan oleh Nabi Musa AS di hari Sabtu, karena hari itu adalah khusus untuk ibadah, tetapi mereka tetap melakukannya. Maka,  balasan Allah langsung kepada mereka, yakni dijadikannya mereka binatang kera, sebagaimana firman-Nya:

 Dan Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".

Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang Kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS. 2: 65-66)

Contoh lain terjadi pada umat Nabi Hud yang durhaka kepada Allah SWT maka langsung Allah memberinya azab dengan mengirimkan awan yang membawa air hujan yang pedih bagi kaum ‘Aad, sebagaimana Allah jelaskan dalam surat Al Ahqaf ayat 22-25.

“Begitu banyak keistimewaan yang diberikan kepada umat Nabi Muhammad SAW, sehingga membuat Nabi Adam iri,” tutur Ustaz Taufiqurrohman.

Ia lalu mengutip hadits Rasulullah SAW, Disebutkan bahwa Nabi Adam as  berkata: “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada umat Muhammad empat kelebihan yang tidak diberikan kepadaku,” katanya.  Apa itu?

Pertama, kata Nabi Adam, taubatku hanya diterima di kota Makkah, sementara taubat umat Muhammad diterima di sebarang tempat alias di mana saja. (lihat QS. 66: 8)

Kedua, pada mulanya aku berpakaian, tetapi ketika aku berbuat durhaka kepada-Nya, maka Allah Ta'ala menjadikan aku telanjang. Sebaliknya dengan umat Muhammad yang berbuat durhaka dengan telanjang, tetapi Allah tetap memberi mereka pakaian.

Ketiga, lanjut Nabi Adam, setelah aku durhaka kepada Allah, maka Dia langsung memisahkan aku dengan isteriku. Tetapi tidak untuk umat Muhammad. Mereka berbuat durhaka, sementara Allah Subhana wa Ta'ala tidak memisahkan isteri mereka.

Yang keempat, memang benar aku pernah durhaka kepada Allah di dalam surga dan aku kemudian dikeluarkan dari surga, sebaliknya umat Muhammad durhaka kepada Allah, tetapi justru dimasukkan ke dalam surga apabila mereka bertaubat kepada-Nya.”

Red: Irwan Kelana

Ustaz Taufiqurrohman SQ.

https://www.republika.co.id

 

Ada Apa Di Bulan Haram? (4)

Ada Apa Di Bulan Haram? (4)

 

Mengenai keutamaan bulan-bulan haram telah disebutkan dalam firman Allah Ta’ala dalam surat At-Taubah: 36. Allah Ta’ala berfirman:

 

فَلا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

 

“Maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan (haram) yang empat itu“

Oleh karena itu, berbicara masalah keutamaan bulan-bulan haram, tidak bisa terlepas dengan penjelasan tentang ayat yang agung di atas. Berikut ini penjelasan beberapa pakar tafsir dari kalangan sahabat, tabi’in maupun ulama sesudahnya.

Penjelasan sahabat yang mulia, pakar tafsir, Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu menafsirkan ayat di atas,

 

في كلهن، ثم اختص من ذلك أربعة أشهر فجعلهن حراما، وعظم حرماتهن، وجعل الذنب فيهن أعظم، والعمل الصالح والأجر أعظم.

 

“(Janganlah kalian menganiaya diri kalian) dalam seluruh bulan. Kemudian Allah mengkhususkan empat bulan sebagai bulan-bulan haram dan Allah pun mengagungkan kemuliaannya. Allah juga menjadikan perbuatan dosa yang dilakukan didalamnya lebih besar. Demikian pula, Allah pun menjadikan amalan shalih dan ganjaran yang didapatkan didalamnya lebih besar pula” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/26).

Penjelasan pakar tafsir dari kalangan tabi’in, Qotadah rahimahullah

Adapun Qotadah rahimahullah menafsirkan ayat di atas,

 

فإن الظلم في الأشهر الحرم أعظم خطيئةً ووِزْرًا، من الظلم فيما سواها, وإن كان الظلم على كل حال عظيمًا، ولكن الله يعظِّم من أمره ما شاء.

 

“Karena kezhaliman yang dilakukan pada bulan-bulan haram lebih besar kesalahan dan dosanya dari pada kezhaliman yang dilakukan pada bulan-bulan selainnya. Walaupun zhalim dalam setiap keadaan itu (pada hakekatnya) perkara yang besar (terlarang), akan tetapi Allah menetapkan besarnya sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.”

Beliau juga mengatakan,

 

إن الله اصطفى صَفَايا من خلقه، اصطفى من الملائكة رسُلا ومن الناس رسلا واصطفى من الكلام ذكرَه, واصطفى من الأرض المساجد, واصطفى من الشهور رمضانَ والأشهر الحرم, واصطفى من الأيام يوم الجمعة, واصطفى من الليالي ليلةَ القدر, فعظِّموا ما عظم الله, فإنما تعظم الأمور بما عظَّمها الله عند أهل الفهم وأهل العقل.

 

“Sesungguhnya Allah telah memilih diantara makhluk-Nya, hamba-hamba pilihan-Nya, memilih para utusan dari kalangan malaikat dan dari kalangan manusia. Dia memilih suatu firman (agar hamba-Nya bisa) mengingat-Nya, memilih tempat dari wilayah bumi untuk digunakan melakukan shalat/sujud.

Diantara bulan-bulan (yang ada), Allah pun telah memilih Ramadhan dan bulan-bulan haram. Dia memilih hari Jum’at diantara hari-hari yang lainnya, memilih malam Lailatul Qadar diantara malam-malam yang ada. Maka agungkanlah segala yang diagungkan oleh Allah , karena menurut pandangan orang yang memiliki pemahaman dan akal yang baik bahwa sesuatu itu menjadi agung dengan diagungkan oleh Allah!” (http://Quran.ksu.edu.sa/tafseer/tabary/sura9-aya36.html#tabary).

Penjelasan seorang mufassir, Ibnu Katsir rahimahullah

Beliau berkata,

 

وقال تعالى : { فلا تظلموا فيهن أنفسكم } أي : في هذه الأشهر المحرمة ؛ لأنه آكد وأبلغ في الإثم من غيرها ، كما أن المعاصي في البلد الحرام تضاعف ، لقوله تعالى : {ومن يرد فيه بإلحاد بظلم نذقه من عذاب أليم } [ الحج : 25 ] وكذلك الشهر الحرام تغلظ فيه الآثام ؛ ولهذا تغلظ فيه الدية في مذهب الشافعي ، وطائفة كثيرة من العلماء ، وكذا في حق من قتل في الحرم أو قتل ذا محرم .

 

“Allah Ta’ala berfirman maka janganlah kalian menganiaya diri kalian dalam bulan (haram) yang empat itu. Maksudnya pada bulan-bulan haram ini, karena dosa (pada bulan-bulan tersebut) lebih kuat dan lebih parah dibandingkan pada bulan-bulan selainnya, sebagaimana kemaksiatan di tanah suci (Makkah dan Madinah) dilipatgandakan (dalam masalah besarnya dosa), berdasarkan firman Allah Ta’ala Dan barangiapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih (Al-Hajj:25) Demikian pula kemaksiatan (yang dilakukan) pada bulan-bulan haram, (juga) bertambah berat kadar dosa-dosa (yang dilakukan). Oleh karena itu, menurut madzab Syafi’iyyah dan banyak ulama memandang bahwa tebusan (diyat) (juga) bertambah besarnya pada bulan-bulan haram. Demikian pula orang yang melakukan pembunuhan di tanah suci atau membunuh saudara yang masih ada hubungan mahram dengannya” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/26)

Penjelasan seorang ulama pemilik kitab tafsir Taisiril Karimir Rahman, Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah

Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menafsirkan surat At-Taubah: 36 sebagai berikut, “Allah Ta’ala berfirman sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah, maksudnya di dalam ketetapan dan taqdir-Nya, ialah dua belas bulan, yaitu bulan-bulan yang sudah dikenal tersebut, dalam ketetapan Allah, maksudnya adalah di dalam hukum- kauni-Nya (taqdir) di waktu Dia menciptakan langit dan bumi dan memperjalankan malam serta siangnya, menetapkan waktu-waktunya, lalu membagi-baginya dalam dua belas bulan ini di antaranya ada empat bulan haram, yaitu Rajab yang disebutkan menyendiri (tidak urut dengan ketiga bulan lainnya, pent.), Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Al-Muharram dinamakan bulan Haram karena kemuliaannya yang lebih dan dilarangnya melakukan perang di dalamnya.maka janganlah kalian menganiaya diri kalian di dalamnya kemungkinan maknanya adalah kata ganti ‘nya’ kembali kepada dua belas bulan dan Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa Dia menjadikan dua belas bulan tersebut sebagai sesuatu yang bernilai bagi hamba-hamba-Nya, (mereka tertuntut) untuk memakmurkannya dengan ketaatan, bersyukur kepada Allah Ta’ala atas anugerah-Nya tersebut dan atas kemanfaatannya untuk kemaslahatan hamba. Maka jagalah diri kalian dari menganiaya diri kalian di dua belas  bulan-bulan tersebut! Kemungkinan (kedua) maknanya adalah kata ganti ‘nya’  kembali kepada empat bulan Haram, dan ini berarti larangan bagi mereka untuk berbuat aniaya (zhalim) di dalam empat bulan Haram tersebut secara khusus, karena kemuliaan empat bulan tersebut lebih tinggi dan karena kezhaliman yang dilakukan di dalam empat bulan tersebut lebih berat (pelanggarannya) dibandingkan dengan (jika kezhaliman tersebut) dilakukan pada bulan-bulan selainnya. Diiringi dengan larangan berbuat aniaya (zhalim) di setiap waktu. Termasuk kedalam larangan berbuat aniaya (zhalim) itu adalah larangan berperang di empat bulan Haram tersebut, (ini) menurut pendapat orang yang mengatakan bahwa perang di bulan-bulan Haram itu tidaklah dihapus pengharamannya, karena mengamalkan dalil-dalil umum yang menunjukkan pengharaman perang di dalam bulan-bulan Haram tersebut” (Taisiril Karimir Rahman, hal. 372-373).

Kesimpulan

Di antara keutamaan yang telah Allah tetapkan bagi bulan-bulan haram ini adalah dilipatgandakannya pahala bagi seorang yang mengerjakan amalan shalih, sehingga seorang hamba akan lebih giat melakukan amalan kebaikan pada bulan-bulan tersebut. Begitu pula, perbuatan dosa yang dilakukan di dalamnya menjadi lebih besar di sisi Allah, sehingga seorang hamba bisa meraih ketakwaan yang lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya, dengan semakin menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan. Dengan demikian, kebahagiaan, ketentraman, dan keselamatan di dunia dan akhirat bisa terwujud.

Di dunia, selamat dengan meniti jalan yang lurus (Ash-Shiraath Al-Mustaqiim). Di akhirat, selamat ketika meniti jembatan (Ash-Shirath) yang dibentangkan di atas neraka Jahannam, sehingga masuk ke dalam Surga Allah, bisa berjumpa dengan-Nya dan melihat wajah-Nya. Kita memohon kepada Allah, agar Dia menganugerahkan kepada kita kenikmatan yang terbesar, yaitu: bisa melihat Wajah-Nya.

***

Penulis: Ust Sa’id Abu Ukasyah

Artikel Muslim.or.id

https://muslim.or.id