4 Sifat Penghuni
Surga
Sudah tahu sifat penghuni surga?
Setiap muslim sangat menginginkan kebahagiaan abadi di
surga kelak. Kenikmatannya tiada terkira. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ
اللَّهُ أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنَ رَأَتْ ، وَلاَ
أُذُنَ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، فَاقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ
( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ
)
“Allah
berfirman: Aku sediakan bagi hamba-hamba-Ku yang sholeh surga yang tidak pernah
dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik
dalam hati manusia.” Bacalah firman Allah Ta’ala, “Tak seorang pun mengetahui
berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka,
atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As Sajdah: 17) (HR. Bukhari no. 3244 dan
Muslim no. 2824)
Ada
pelajaran penting dari surat Qaaf (surat yang biasa dibaca Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam saat khutbah Jum’at[1]) mengenai sifat-sifat penduduk surga.
Ada 4 sifat penduduk surga yang disebutkan dalam surat tersebut sebagai
berikut,
وَأُزْلِفَتِ الْجَنَّةُ
لِلْمُتَّقِينَ غَيْرَ بَعِيدٍ (31) هَذَا مَا تُوعَدُونَ لِكُلِّ أَوَّابٍ
حَفِيظٍ (32) مَنْ خَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ وَجَاءَ بِقَلْبٍ مُنِيبٍ (33)
ادْخُلُوهَا بِسَلَامٍ ذَلِكَ يَوْمُ الْخُلُودِ (34) لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ
فِيهَا وَلَدَيْنَا مَزِيدٌ (35)
“Dan
didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada
jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap
hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua
peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Rabb yang Maha
Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang
bertaubat, masukilah surga itu dengan aman, Itulah hari kekekalan. Mereka di
dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada
tambahannya.” (QS. Qaaf: 31-35)
Ada empat
sifat yang disebutkan dalam ayat yang mulia ini, yaitu: (1) awwab (hamba yang
kembali pada Allah), (2) hafiizh (selalu memelihara aturan Allah), (3) takut
pada Allah, dan (4) datang dengan hati yang muniib (bertaubat).
Sifat
Pertama: Awwab
Yang
dimaksud dengan awwab adalah kembali pada Allah dari maksiat kepada ketaatan
pada-Nya, dari hati yang lalai mengingat-Nya kepada hati yang selalu
mengingat-Nya.
‘Ubaid bin
‘Umair rahimahullah mengatakan, “Awwab adalah ia mengingat akan dosa yang ia
lakukan kemudian ia memohon ampun pada Allah atas dosa tersebut.”
Sa’id bin
Al Musayyib[2] rahimahullah berkata, “Yang dimaksud awwab adalah orang yang
berbuat dosa lalu ia bertaubat, kemudian ia terjerumus lagi dalam dosa, lalu ia
bertaubat.”
Sifat
Kedua: Hafiizh
Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, “Ia menjaga amanat yang Allah janjikan
untuknya dan ia pun menjalankannya.”
Qotadah
rahimahullah mengatakan, “Ia menjaga kewajiban dan nikmat yang Allah janjikan
untuknya.”
Ibnul
Qayyim rahimahullah menjelaskan, “Perlu diketahui nafsu itu ada dua kekuatan
yaitu kekuatan offensive (menyerang) dan kekuatan defensive (bertahan). Yang
dimaksud dengan awwab adalah kuatnya offensive dengan kembali pada Allah,
mengharapkan ridho-Nya dan taat pada-Nya. Sedangkan hafiizh adalah kuatnya
defensive yaitu menahan diri dari maksiat dan hal yang terlarang. Jadi hafiizh
adalah menahan diri dari larangan Allah, sedangkan awwab adalah menghadap pada
Allah dengan melakukan ketaatan pada-Nya.”
Sifat
Ketiga: Takut pada Allah
Dalam
firman Allah (yang artinya), “Orang yang takut kepada Rabb yang Maha Pemurah
sedang Dia tidak kelihatan (olehnya)”, terkandung makna pengakuan akan adanya
Allah, akan rububiyah-Nya, akan ketentuan-Nya, akan ilmu dan pengetahuan Allah
yang mendetail pada setiap keadaan hamba. Juga di dalamnya terkandung keimanan
pada kitab, rasul, perintah dan larangan Allah. Begitu pula di dalamnya
terkandung keimanan pada janji baik Allah, ancaman-Nya, dan perjumpaan
dengan-Nya. Begitu pula di dalamnya terkandung keimanan pada janji baik Allah,
ancaman-Nya, dan perjumpaan dengan-Nya. Seseorang dikatakan takut pada Allah
(Ar Rahman) haruslah dengan memenuhi hal-hal yang telah disebutkan tadi.
Sifat
Keempat: Datang dengan hati yang muniib
Yang
dimaksudkan dengan datang dengan hati yang muniib dijelaskan oleh Ibnu ‘Abbas
radhiyallahu ‘anhuma, “Kembali (dengan bertaubat) dari bermaksiat pada Allah,
melakukan ketaatan, mencintai ketataan tersebut dan menerimanya.”
Intinya
yang dimaksud dengan sifat penghuni surga yang keempat adalah kembali kepada
Allah dengan hati yang selamat, bertaubat pada-Nya, dan tunduk pada-Nya.
Semoga
dengan mengetahui empat sifat penghuni surga ini membuat kita semakin dekat
pada Allah, bertaubat, menjauhi maksiat dan kembali taat pada-Nya. Sehingga
kita dapat berjumpa dengan Allah dengan hati yang selamat. Aamiin Yaa Mujibas
Saailin.
-Alhamdulillahilladzi
bi ni’matihi tatimmush sholihaat-
Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
References:
Fawaidul
Fawaid, Ibnul Qayyim, hal. 142-143, terbitan Dar Ibnul Jauzi.
Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 13/197, terbitan Muassasah Qurthubah.
[1] Dari
puteri Haritshah bin Nu’man, ia berkata,
عَنْ بِنْتٍ لِحَارِثَةَ بْنِ
النُّعْمَانِ قَالَتْ مَا حَفِظْتُ (ق) إِلاَّ مِنْ فِى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- يَخْطُبُ بِهَا كُلَّ جُمُعَةٍ.
“Aku
tidaklah menghafal surat Qaaf selain dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam saat beliau khutbah setiap Jum’at.” (HR. Muslim no. 873).
[2]
Syaikhuna, Syaikh Hammad Al Hammad hafizhohullah dalam durus (pelajaran Kitab
Tauhid) menyebutkan bahwa cara baca yang tepat adalah Sa’id bin Al Musayyib,
nama lengkap beliau Sa’id bin Al Musayyib bin Hazn Al Mahzumi Al Qurasyi.
Beliau adalah seorang tabi’in. Sedangkan Al Musayyab, nama lengkapnya adalah Al
Musayyab bin Waadhih, meriwayatkan hadits dari ‘Abdullah bin Al Mubarok. Para
ulama menilai Al Musayyab dengan “shoduuq, yukhti’ katsiroh” (jujur namun
seringkali buat kesalahan).