Riwayat Hidup Lengkap Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad s.a.w. adalah anak Abdullah bin Abdul
Muttalib. ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kedua orang tuanya itu berasal
dari suku Quraisy yang terpandang dan mulia. Nabi Muhammad s.a.w. lahir pada
hari Senin, 12 Rabi’ul Awwal tahun Gajah (atau, 20 April 571 Masehi). Dinamakan
tahun Gajah, karena ketika beliau lahir, kota Makkah diserbu oleh Raja Brahah
dan tentaranya dari negeri Habasyah dengan menunggang gajah. Mereka hendak
menghancurkan Ka’bah karena iri hati terhadapnya. Tetapi Allah melindungi
bangunan suci itu dan seluruh penduduk Makkah, dengan menjatuhkan batu-batu
Sijjil (dari neraka) yang amat panas kepada tentara itu. Maka binasalah mereka
semuanya.
Ketika Nabi Muhammad s.a.w. masih. di dalam kandungan
ibunya, Abdullah, ayahnya, pergi ke negeri Syam (Siria) untuk berdagang.
Tetapi, sepulang dari sana, ketika sampai di kota Madinah, ia menderita sakit
dan wafat dalam usia 18 tahun. Abdullah dimakamkan di kota Madinah. Maka, Nabi
Muhammad s.a.w. dilahirkan ke dunia dalam keadaan yatim, di tengah-tengah
masyarakat jahiliyah penyembah berhala, penindas kaum lemah, perampas hak
orang, dan bahkan membunuh kaum wanita.
HALIMAH AS-SA’DIYAH MENJADI IBU SUSU NABI
Sudah menjadi adat bangsa Arab ketika itu, bahwa bayi
seseorang disusukan kepada wanita lain. Begitu pula halnya Nabi Muhammad s.a.w.
Beliau disusukan kepada seorang wanita dusun bernama Halimah as-Sa’diyah. Empat
tahun lamanya beliau tinggal di dusun Bani Sa’ad bersama ibu susunya itu.
Selama memelihara Nabi Muhammad, keluarga Halimah as-Sa’diyah memperoleh
limpahan rezeki dari Allah SWT, sebagai berkah.
Menjelang usia lima tahun, Halimah as-Sa’diyah
mengembalikan Nabi Muhammad s.a.w. kepada ibunya; karena telah terjadi
peristiwa atas anak asuhnya itu yang mencemaskan hatinya. Ketika di dalam
permainan bersama kawan-kawannya, Nabi Muhammad s.a.w. tiba-tiba didatangi dua
laki-laki berpakaian serba putih, membaringkannya, kemudian melakukan sesuatu
atas dada anak tersebut. Meskipun tidak sesuatu pun terjadi atas Nabi Muhammad
s.a.w. setelah peristiwa itu, namun Halimah as-Sa’diyah amat khawatir. Maka
segera ia bawa Nabi Muhammad s.a.w. kembali kepada keluarganya di Makkah.
DI BAWAH ASUHAN KAKEKNYA, ABDUL-MUTTALIB
Siti Aminah amat setia terhadap suaminya. Sering kali ia
bersama anaknya pergi ke Madinah untuk berziarah ke makam suaminya, sekaligus
bersilaturrahmi kepada keluarganya, Bani Najjar, di sana.
Suatu kali, dalam perjalanan pulang dari Madinah, seusai
berziarah, Siti Aminah jatuh sakit di desa Abwa’ (antara Makkah dan Madinah).
Beberapa saat kemudian, ia wafat di sana, meninggalkan Nabi Muhammad s.a.w.
yang ketika itu barn berusia 6 tahun. Maka jadilah Nabi Muhammad s.a.w.
yatim-piatu.
Bersama Ummu Aiman, pembantunya, Nabi Muhammad s.a.w. kembali
ke Makkah. Beliau kemudian dipelihara oleh kakeknya, Abdul-Muttalib, hingga
menjelang 9 tahun.
DI BAWAH ASUHAN PAMANNYA, ABU THALIB
Selama tiga tahun bersama kakeknya, Nabi Muhammad s.a.w.
akhirnya dipelihara oleh pamannya, Abu Thalib, karena kakeknya itu meninggal
dunia. Abu Thalib adalah seorang sesepuh kaum Quraisy yang disegani oleh
kaumnya. Meskipun demikian, dia bukanlah tergolong orang yang kaya. Abu Thalib
hanyalah seorang pedagang biasa yang wring merantau ke negeri Syam bersama
serombongan kafilah dagangnya.
Ketika berusia 12 tahun, Nabi Muhammad s.a.w. diajak oleh
pamannya itu pergi berdagang, ke Syam. Sampai di suatu dusun perbatasan Syam,
Abu Thalib bersama kemenakannya itu singgah di rumah seorang pendeta Nasrani
yang saleh, bernama Bahira. Dari kitab Taurat dan Injil yang dipelajarinya,
pendeta Bahira dapat mengetahui ciri-ciri kenabian yang ada pads diri Nabi Muhammad
yang masih kecil itu. Maka, dengan Berta-merta, pendeta Bahira memberitahLikan
hal itu kepada Abu Thalib seraya berkata: “Wahai saudaraku, sesungguhnya anakmu
ini adalah manusia pilihan Allah, calon pemimpin umat manusia di clunia ini.
Maka jagalah ia balk-balk. Bawalah ia kembali, sebab aku khawatir ia diganggu
oleh orang-orang Yahudi di negeri Syam. Bahkan, jika sekiranya kaum Yahudi itu
mengetahui bahwa ia adalah calon Rasul –Allah, maka tentulah ia akan
membunuhnya.” Maka pulanglah Abu Thalib ke Makkah bersama Nabi Muhammad s.a.w.
sebelum mereka sampai ke negeri Syam.
BERDAGANG KE NEGERI SYAM
Setelah Nabi Muhammad s.a.w. berusia hampir 25 tahun, Abu
Thalib merasa bahwa kemekanannya itu telah cukup dewasa. Maka dipanggilnya Nabi
Muhammad, lalu ditawarkanlah kepadanya suatu pekerjaan yang menguntungkan,
seraya berkata: “Wahai anakku, sesungguhnya kita bukanlah keluarga yang
berkecukupan. Bahkan, kurasakan akhir-akhir ini kebutuhan kita semakin sulit
didapat. Alangkah baiknya jika engkau pergi kepada Khadijah untuk meminta
izinnya membawa barang-barang dagangannya ke negeri Syam. Mudah-mudahan dari
usaha itu engkau akan beroleh keuntungan yang besar.”
Nabi Muhammad s.a.w. menyetujui usul pamannya, sebab
beliau memaklumi sepenuhnya akan kesulitan yang dihadapi pamannya itu dalam
menanggung beban belanja rumah tangganya. Segera beliau pergi kepada Siti
Khadijah untuk meminta izinnya memperdagangkan barang-barangnya. Siti Khadijah
adalah seorang janda kaya di Makkah. la dikenal sebagai wanita Quraisy yang
mulia karena keturunan dan akhlaknya. la adalah wanita budiman, gemar membantu
sesamanya, dan senantiasa menjaga kehormatan dirinya, sehingga mendapat gelar
At-Thahirah (Wanita Suci).
Menanggapi permohonan Nabi Muhammad s.a.w., Siti Khadijah
tanpa pikir panjang langsung menyambutnya dengan senang hati, karena ia telah
cukup mengenal Nabi Muhammad s.a.w. sebagai pemuda yang ramah , jujur, clan
sopan-santun. Maka berangkatlah Nabi Muhammad s.a.w. ke negeri Syam, ditemani
oleh Maisarah, budak Siti Khadijah. Pulang dari Syam, Nabi Muhammad memperoleh
keuntungan amat besar, yang belum pernah dicapai oleh para pedagang lain. Siti
Khadijah amat kagum terhadap pemuda Muhammad. Lebih-lebih ketika ia mendengar
sendiri dari Maisarah, bagaimana agungnya perangai Nabi Muhammad selama di
perjalanan maupun ketika berdagang. Maka berubahlah rasakagum itu menjadi rasa
cinta.
PERKAWINAN NABI MUHAMMAD DENGAN SITI KHADIJAH
Hubungan perdagangan antara Nabi Muhammad s.a.w. dengan
Siti Khadiiah akhirnya diteruskan ke jenjang perkawinan. Rupanya, Allah SWT
menghendaki demikian, karena ada banyak hikmah di batik itu. Dalam suatu
upacara yang sederhana, dilangsungkannya akad nikah antara keduanya, suatu
pernikahan yang telah menoreh lembaran sejarah Islam. Ketika itu, Nabi Muhammad
s.a.w. berusia 25 tahun, sementara Siti Khadijah telah berusia hampir 40 tahun.
Perkawinan ini membuahkan empat anak putri dan dua orang putra, masing-masing
Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum, Fatimah, Qasim, dan Abdullah. Tetapi, atas
kehendak Allah SWT, kedua anak laki-laki beliau wafat ketika masih kanak-kanak.
MEMPEROLEH GELAR “AL-AMIN”
Ketika Nabi Muhammad berusia 35 tahun,di Makkah terjadi
bencana banjir sehingga merusakkan sebagian dinding Ka’bah. Setelah usai
bencana, kaum Quraisy beramai-ramai memperbaiki dinding Ka’bah yang runtuh itu.
Pada saat pekerjaan telah selesai, clan tinggal Hajar al-Aswad (batu hitam) yang
mesti dikembalikan di tempatnya semula, terjadilah perselisihan di antara
mereka. Masing-masing suku ingin memperoleh kehormatan dengan meletakkan Hajar
al-Aswad itu di tempatnya. Hampir saja terjadi pertumpahan darah di antara
merreka. Tetapi, tiba-tiba salah seorang berkata: “Wahai kaumku, janganlah
kalian saling bermusuhan karena ini. Sebaiknya kita tunggu saja esok pagi,
siapa yang pertama kali datang ke pintu Masjid ini, dialah yang berhak mengambil
keputusan.”
Pagi-pagi keesokan harinya, kaum Quraisy mendapati bahwa
orang yang pertama kali masuk ke pintu Masjid adalah Nabi Muhammad s.a.w. Maka
bersoraklah mereka menyambutnya, karena mereka yakin akan kejujuran pemuda
Muhammad. Jadilah Nabi Muhammad s.a.w. sebagai hakim yang memutuskan perkara
Hajar al-Aswad itu.
Nabi Muhammad s.a.w. kemudian menggelarkan kain surbannya
di atas tanah dan meletakkan Hajar al-Aswad di atasnya. Lalu, kepada
masing-maing kepala suku, beliau memerintahkan untuk memegang tiap-tiap ujung
kain itu dan mengangkatnya. Sampai diatas, beliau lalu mengangkat batu suci
dengan tangannya sendiri, dan meletakkannya di tempatnya semula. Dengan cara
itu, seluruh kaum Quraisy merasa puas, dan berseru: “Kami rela atas keputusan
yang dibuat oleh orang yang dipercaya ini!”
Sejak itu, Nabi Muhammad s.a.w. mendapat gelar “Al-Amin”,
artinya “Yang Dipercaya”.
WAHYU YANG PERTAMA
Pada usia 40 tahun, Muhammad sering bertahanus di Goa
Hira. yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan. Tepat pada tanggal 1-17 madhan
datanglah Malaikat Jibril membawa wahyu yang pertama. Mula-mula Muhammad
ketakutan, tubuhnya gemetar melihat kedatangan Malaikat Jibril. Jibril kemudian
merangkulnya, ia makin ketakutan, tubuhnya menggigil. Sesudah dilepas Jibril
berkata : bacalah!”
“Aka tidak bisa membaca!”Jawab Muhammad
Jawaban itu diulang hingga tiga kali. Akhirnya ia berkata
kepada Jibril : “Apa yang kubaca?”
Kemudian Jibril membacakan suratt Al-Alaq dari ayat 1-5.,
Sesudah itu ia pulang ke rumah dengan tubuh gemetar. la disambut Istrinya
Khadijah yang sangat setia dan memperhatikannya ia diselimuti oleh Khadijah dan
dihibur degan kata-kata yang menentramkan jiwanya.
lalu Khadijah pergi berkonsultasi dengan anak pamannya
yang bernama Waraqah bin Naufal. Warakah memberitahukan bahwa yang datang
kepada Muhammad itu adalah Jibril yang
pernah datang kepada Musa. Jadi Muhammad akan diangkat menjadi seorang
Nabi dan Rasul.
WAHYU KEDUA
Sesudah wahyu yang pertama selama dua setengah tahun
Rasulullah tidak mendapat wahyu lagi. la kuatir akan terputus, maka nenyepi ke
goa Hira’ lagi. Ketika la menengadah ke langit tampaklah malaikat Jibril. la
ketakutan dan segera pulang ke rumah. Minta kepada Hadijah supaya diselimuti.
Dalam keadaan berselimut itu datanglah malikat Jibril menyampaikan wahyu kedua
yang artinya:
“ hai orang yang berselimut! Bangunlah dan beri
peringatan! Besarkanlah Nama Tuhanmu, bersihkanlah pakaianmu dan jauhilah
perbuatan Maksiat, janganlah kamu member karena ingin memperoleh yang lebih
banyak. Dan hendaklah kamu bersabar untuk memenuhi perintah Tuhanmu.” (Al-
Muddatstsir: 1-7)
Dengan demikian jelaslah sudah, bahwa Muhammad
diperintahkan menyampaikan Risalah-Nya. Yaitu menyembah Allah Yang Maha Esa.
DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI
Yang pertama kali diajak memeluk Islam adalah keluarganya
sendin’dan oran–orang yang dekat dengannya. Pertama yaitu istrinya Hadijah.
Kedua Ali bin Abi Thalib, lalu Zaid bin Haritsah. Setelah itu beliau
mengajakteman akrabnya yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq.
Dengan berimannya Abu Bakar, maka banyaklah orang-orang
yang kemudian mengikutinya. Antra lain: Usman bin Affan, Zubair bin Awwam,
Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Abu
Ubaidah, bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam. Fatimah bin Khattab. Mereka Inilah
yang disebut golongan terdahulu yang masuk Islam atau “As Saabiqunal Awwalum”.
Mereka mendapat ajaran dan gemblengan keimanan dari
Rasulullah di rumah Arqam bin Abil Arqam.
MENYIARKAN AGAMA SECARA TERANG-TERANGAN
Tiga tahun menyiarkan agama Islam secara
sembunyi-sembunyi . kini datanglah perintah untuk berdakwah secara
terang-terangan.
Namun sebagaimana nabi-nabi terdahulu, ajakannya ditolak
oleh sebagian besar kaumnya. Hanya sedikit yang mula-mula mau mangikuti ajaran
Nabi Muhammad.Walau demikian Muhammad tetap sabar dan terus melakukan dakwah
dengan bijaksana. Orang-orang kafir makin jengkel. Mereka mendatangi Abu
Thalib, dan minta paman Nabi itu untuk menghentikan kegiatan Nabi mengajak
manusia kembali kejalan yang benar.
Tetapi apa jawab Nabi: “Demi Allah wahai paman, sekiranya
mereka meletakkan matahari di sebelah kananku, dan rembulan ditangan kiriku
dengan maksud agar aku tinggalkan pekerjaan ini (mengajak manusia pada agama
Allah) sehingga agama ini tersiar (dimuka bumi) atau aku akan binasa karenanya,
namun aku tidak akan menghentikan pekerjaan ini.
Mendengar tekad keponakannya yang membaja itu, Abu Thalib
berkata: “Pergilah dan katakan apa yang kamu kehendaki, demi Allah tidak akan
menyerahkan kamu karena suatu alasan pun selama-lamanya”.
PENGANIAYAAN
TERHADAP RASULULLAH DAN PENGIKUTNYA
Melihat Rasulullah masih saja meneruskan dakwanya dan
tarus menghina sesembahan mereka berupa patung bodoh yang tak bisa gerak dan
berbicara maka orang-orang kafir itu mulai gatal. Terlebih setelah mereka amati
makin banyak saja para pengikut Muhammad memeluk agama Islam. Maka mereka mulai
menganiaya beliau.
Misalnya, ketika Nabi sedang shalat dan bersujud. di
Masjidil Haram, tiba-tiba saja Abu Jahal mengangkat batu besar dan hendak
dtimpakan kepada beliau. Tetapi niatnya tak kesampaian karena beliau dilindungi
Allah yang mengirim malaikat Jibril. Tubuh Abu Jahal gemeter, ketakutan dan
pucat pasi.
Beliau juga pemah dilempari kotoran unta di atas
kuduknya. Ketika beliau pulang ke rumah ditaburi debu dan pasir pada mukanya.
Yang keterlaluan adalah perbuatan Uqbah bin Abi Muith, ketika beliau shalat
masjidil Haram tiba-tiba orang kafir itu
menjerat leher beliau dengan selendangnya sehingga beliau tidak berdaya untuk
melepaskannya. untunglahlah pada saat itu muncul Abu Bakar. la langsung
memotong uqbah dan menghempaskannya dari Rasulullah.
Beberapa pengikut beliau Yang mendapat siksaan dari orang
kafir antara lain: Bilal bin Rabah, yaitu seorang budak milik Ummayyah half.
Bilal ditelentangkan di atas terik matahari padang pasir, ditubuhnva
ditindihkan batu besar. la dipaksa supaya meninggalkan Islam namun is tetap
teguh dan imannya bertambah tebal.
Bilal akhimya dibebaskan oleh Abu Bakar yang membelinya
dari Umayyah bin Khalf.
Sahabat lain yang disiksa di luar batas perikemanusiaan
adalah Amar bin Yasir beserta kedua orang tuanya. Mereka disiksa pada waktu
Dhuhur yaitu di saat terik-teriknya matahari memanggang padang pasir. Ketika
Nabi lewat beliau menghibur mereka: “Bersabarlah hai keluarga Yasir, yang
dijanjikan untuk kalian adalah surga”. Sahabat Habab bin Arats juga di siksa
lebih kejam, lagi. la ditusuk-tusuk dengan besi panas pada punggungnya agar
mening-galkan Islam, namun ia tetap tabah dan memilih Islam sebagai agamanya.
HIJRAH KE ETHIOPIA
Keganasan kaum kafir makin merajalela. Pengikut
Rasulullah dan’ kalangan lemah makin banyak jumlahnya. Melihat
penderitaanmereka Rasulullah tak sampal hati, maka Rasul kemudian menyuruh
mereka hijrah ke Ethiopia.
Raja Habasah di Ethiopia temyata mau menenma kedatangan
mereka dengan senang hati. Mereka mendapat perlindungan yang baik. Rombongan
pertama terdiri 10 laki-laki dan 4 orang wanita. Rombongan kedua 100 orang, di
antaranya terdapat Usman bin Affan, Zubair bin Awwam dan lain-lain.
Rasulullah tetap berada di Mekkah. Pada waktu itu
masuklah pembesar Qurais kedalam Agama Islam yaitu Umar bin Khattab dan Hamzah
bin Abdul Muthallib. Dengan masuknya dua orang jenderal perkasa itu pihak
Quraisy makin kuatir kedudukannya akan merosot. Sedang pengikut Rasul semakin
bertambah banyak.
EMBARGO TERHADAP BANI HASYIM DAN BANI MUTHALIB
Dengan berbagai cara kaum kafir tidak berdaya mematahkan
gerakan Islam, maka cara terakhir yang menurut mereka cukup ampuh adalah
mengadakan pemboikotan atau embargo terhadap keluarga Bani Hasyim dan Bani
Muthalib, sebab dua keluarga besar itulah yang senantiasa membela dan
melindungi Nabi Muhammad.
Pemboikotan itu ialah dengan jalan memutuskan segala
perhubungan, baik hubungan perkawinan, hubungan dagang atau jual beli dan
ziarah menziarah.
Dengan adanya embargo tersebut terpaksa Nabi Muhammad dan
para pengikutnya menyingkir keluar kota Mekkah. Dua tahun lamanya mereka hidup
dalam kekurangan dan kemiskinan. Sebenarnya banyak juga kaum Quraisy yang merasa sedih atas nasib
yang menimpa Muhammad dan keluarganya. Diam-diam mereka mengirim bahan makanan
dan pakaian pada malam hari. Akhirnya bangkitlah beberapa muka Quraisy untuk
menghentikan pemboikotan itu. Mereka merobek-robek isi perjanjlan yang
ditempelkan di Ka’bah.
Dengan demikian pulihlah keadaan seperti semula. Rasul
dan keluarganya kembali ke kota Mekkah. Akan tetapi nasib para. Pengikut Rasul
tidak bertambah baik, kaum kafir makin giat menindas dan menyiksa mereka.
TAHUN DUKA CITA
Hampir sepuluh tahun Islam tumbuh di Mekkah. Baru saja
kaum Muslimin terlepas dari pemboikotan.Kini datang lagi cobaan berat dengan
meninggalnya Khadijah dan disusul kemudian oleh Abu Thalib. Padahal kedua orang
itu adalah tulang punggung pembela Islam.
Khadijah adalah istri setia yang selalu mendampingi Rasul
dalam menyebarkan agama Islam. la salah seorang bangsawan Quraisy yang disegani
oleh kaumnya.
Demikian juga Abu Thalib, wibawanya dikalangan Quraisy
sangat besar. Kini setelah dua orang itu meninggal dunia pihak kafir Quraisy
seperti mendapat angin segar. Mereka tak segan-segan lagi mengadakan gangguan
terhadap Rasul dan para pengikutnya.
Karena kehilangan dua orang yang sangat dikasihi itu,
maka tahunnya dinamakan Tahun Duka Cita.
DAKWAH DI THALIF
Karena masyarakat Mekkah tidak banyak yang mau menerima
ajarannya. maka beliau pergi ke Thaif untuk berdakwa kepada orang-orang bani
Tsaqif. Beliau menuju tempat para pembesar yang berkuasa di Thaif. Beliau
bicara tentang Islam dan mengajak mereka supaya beriman kepada Allah.
Tetapi ajakannya ditolak mentah-mentah dan dijawab dengan
kasar sekali. Mereka malah mengusir beliau sambil menghujaninya dengan batu
sehigga Zaid bin Haritsah yang ikut dalam misi itu terluka ketika bermaksud melindungi
beliau. Beliau sendiri juga mengalami luka-luka akibat hujan batu itu.
ISRA’ DAN MI’RAJ
Setelah gagal mengajak kaum Thaif untuk beriman kepada
Allah, maka beliau kembali ke Mekkah. namun cobaan semakin berat. Ancaman dari
sana-sini selalu mengintai.
Pada saat demikian terjadilah peristiwa besar di malam
hari yang, terkenal dengan sebutan Isra’ dan Mi’raj. Yaitu perjalanan Nabi dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha kemudian dilanjutkan ke Sidraftul Muntaha
menembus langit yang tujuh.
Dalam perjalanan itu Rasui melihat berbagai peristiwa
yang, dapat dijadikan i’tibar atau cermin teladan bagi umatnya.
Perjalanan itu sendiri adalah untuk memenuhi panggilan
Allah. Yaitu untuk menerima kewajiban melaksanakan shalat lima waktu.
Peristiwa ini hanya terjadi pada waktu satu malam, yaitu
pada malam 27 Rajab tahun 11 sesudah beliau diangkat menjadi Rasul.
Hikmah yang terkandung dalam Isra’ Mi’raj adalah untuk menambah
kekuatan iman dan keyakinan beliau sebagai utusan Allah, yang diutus ke
tengah-tengah umat manusia untuk membawa risalah-Nya. Dengan demikian akan
bertambahlah kekuatan batin sewaktu
menerina cobaan dan musibah serta siksaan dari kaum kafir.
Bagi umat Islam sendiri ini merupakan ujian keimanan
mereka. Mereka bisa bertambah yakin akan kebenaran Rasul, atau malah bertambah
kafir dan tidak mempercayai Rasul lagi.
ORANG YATSRIB MASUK ISLAM
Pada musim Haji datanglah Kabilah dari kalangan berbagai penjuru Menuju kota
Mekkah. Di antara mereka yang datang ada jamaah orang Khazraj dan Yatsrib.
Sebagainiana biasa musim haji Rasalullah melaksanakan ibadah haji.
Orang Khazraj sudah sering mendengar Kitab Taurat dari
bangsa Yahudi yang menyebutkan bakal adanya Nabi akhir zaman bernama Ahmad atau
Muhammad. Karena itu ketika Rasulullah menyarankan dakwahnya mereka langsung
menerima dan mengimani.
Setelah mereka pulang ke Madinah mereka menyampaikanhal
itu kepada saudara-saudaranya dan
kerabatnya. Bahwa Nabi yang dijanjikan itu sekarang sudah datang ke negeri
Mekkah.
Demikianlah setiap musim haji datang makin banyak pula
orang-orang Yatsrib yang masuk Islam dan bersumpah setia akan membela ,Rasul
dan agamanya. Dengan demikian sudah banyak sekali orang-orang Yatsrib yang
memeluk agama Islam.
HIJRAH KE YATSRIB (MADINAH)
Mekkah sudah tidak aman lagi bagi Rasulullah dan
pengikutnya, sementara orang-orang Yatsrib setiap hari semakin banyak yang
masuk islam dan merindukan beliau hadir di tengah-tengah mereka.
Maka Rasulullah memerintahkan para pengikutnya untuk
hijrah ke Yatsrib. Berangkatlah para pengikut Nabi, secara diam-diam ke
(atsrib, mereka ikhlas meninggalkan harta benda
dan rumah-rumah mereka demi memenuhi perintah Rasul. Sedang Rasulullah
dan Abu Bakar akan menyusul di belakang hari.
Kabar tentang hijrah itu segera tercium oleh kaum kafir
Qurais mereka sepakat untuk membunuh Rasulullah. Namun rencana mereka gagal.
Allah melindungi Rasul-Nya. Setelah melalui berbagai rintangan sampailah
Rasulullah di desa Quba yaitu sebuah tempat jaraknya 10 Kilometer dari Yatsrib.
Di Quba beliau mendirikan masjid, maka hingga sekarang
masjid tersebut dinamakan Masjid Quba. Inilah masjid yang pertama kali di
bangun umat Islam.
Setelah empat hari beristirahat di Quba beliau meneruskan
perjalanannya ke Yatsrib. Di sana beliau disambut dengan hangat oleh para
pengikutnya yang telah lama merindukan kedatangannya.
KEMENANGAN UMAT ISLAM
Ternyata dari Yatsrib Inilah Rasulullah dapat menyusun
kekuatan dan membina masyarakat Islam dengan sempunna. Yastrib kemudian diubah
namanya menjadi Madinatun Nabawiatau kemudian disebut Madinah.
Di Madinah ini beliau membentuk angkatan perang dan membina
strategi perang. Sejarah kemudian mencatat bahwa Muhamad strategi perang. hanya
seorang Nabi dan Rasul tapi juga seorang Kepala Negara. ahli tata masyarakat,
Panglima Perang yang tangguh dan seorang ayah yang pastas diteladani oleh
putra-putrinya.
Sesudah terjadi Perang Badar, perang Uhud dan
peperanglainnya. akhirya Mekkah pun jatuh dalam kekuasaan beliau. Dengan jatuhnya Mekkah, maka hampir dekatlah tugas
kerasulan beliau.
Sesudah melaksanakan haji wada’, pada tanggal 12 Maulud
hari Senin tahun 11 Hijriyah beliau wafat meninggalkan umatnya. Dalam
penanggalan Masehi bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632 dalam usia 63 tahun.
Beliau dimakamkan di Madinah. Hingga sekarang makamnya
selalu ramai diziarahi umat Islam dari seluruh dunia ketika mereka melaksanakan
ibadah haji.
Beliua tidak meninggalkan warisan harta benda. Beliau
hanya meninggalkan dua perkara yaitu Al-Qur’an dan As-SUnnah. Siapa pun umatnya
jika tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Al-Hadits. maka la tidak akin
tersesat selama-lamanya.
PENAKLUKKAN KOTA MAKKAH
Setelah Islam menjadi besar di kota Madinah, Rasulullah
s.a.w. bersama sahabat-sahabat dan seluruh pengikutnya kembali ke kota Makkah,
dan merebut kembali kota itu dari tangan kaum kafir Quraisy. Kedatangan kaum
Muslimin di Makkah itu berte0atan dengan tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriah.
Ketika itu, turunlah firman Allah SWT kepada Nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana
disebutkan di dalam Al-Qur’an:
“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
dan kamu lihat manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong,
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Menerima Tobat”. (S. An-Nashr: 1-3)
Kemudian Nabi Muhammad s.a.w. bersama para pengikutnya
menghancurkan berhala-berhala yang ada di seputar Ka’bah, sebagaimana firman
Allah: “Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.”
Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap”. (S. Al-Isra’:
81)
Dua tahun setelah penaklukkan Makkah, Nabi Muhammad
s.a.w. beserta kaum Muslimin melaksanakan ibadah haji, yang disebut Haji Wada’
(Haji Perpisahan), karena setelah itu beliau meninggalkan umatnya untuk
selama-lamanya. Di dalam kesempatan terakhir itu, Rasulullah s.a.w.
mengucapkan pidato yang amat bernilai di hadapan seluruh kaum Muslimin di
Padang Arafah. Pada saat itu, turunlah wahyu Allah yang terakhir, yang
berbunyi:
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kurelakan Islam menjadi
agamamu”. (S. Al- Ma’idah: 3)
NABI MUHAMMAD WAFAT
Dengan penuh rasa syukur, Nabi Muhammad s.a.w. mengakhiri
tugasnya sebagai seorang Rasul, dengan mengislamkan seluruh penducluk Makkah,
Madinah, clan daerah-daerah lain di seputar Jazirah Arabia. Setelah menderita
sakit selama beberapa hari, pads tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun ke-11 Hijriyah,
beliau berpulang ke rahmatullah dalam usia 63 tahun. Nabi Muhammad s.a.w.
dimakamkan di kota Madinah. Sebelumnya, beliau sempat berpesan kepada
keluarganya, pars sahabatnya, clan seluruh kaum Muslimin dengan sabdanya yang
termasyhur:
Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang apabila
kalian berpegang teguh kepadanya, niscaya tidak akan tersesat untuk selama-lamanya,
yakni: Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah Rasul-Nya.