Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Kamis, 31 Januari 2019

Lima Waktu yang Diharamkan Shalat


Lima Waktu yang Diharamkan Shalat



Shalat—sebagaimana dituturkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW—adalah tiang agama. Orang yang baik shalatnya akan baik pula agamanya. Orang yang sebaliknya maka akan berlaku sebaliknya pula.

Shalat juga merupakan sarana paling utama bagi seorang hamba dalam berkomunikasi dengan Allah SWT. Kapan pun dan di mana pun seseorang diperbolehkan melakukan shalat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhannya.

Namun demikian di dalam fiqih Islam ditentukan adanya beberapa waktu di mana seseorang tidak diperbolehkan melakukan shalat di dalamnya. Syekh Salim bin Sumair Al-Hadlrami dalam kitabnya Safînatun Najâ menyebutkan adalah 5 (lima) waktu yang diharamkan untuk shalat. Sedangkan Syekh Muhammad Nawawi Banten dalam kitabnya Kâsyifatus Sajâ menjelaskan kelima waktu tersebut sebagai berikut:

Pertama, ketika terbitnya matahari.

Waktu haram shalat yang pertama ini dimulai sejak mulai terbitnya matahari sampai dengan meninggi sekira ukuran satu tombak. Dalam rentang waktu tersebut tidak diperbolehkan melakukan shalat. Namun bila posisi tinggi matahari sudah mencapai satu tombak maka sah melakukan shalat secara mutlak.

Kedua, ketika waktu istiwa sampai dengan tergelincirnya matahari selain pada hari Jum’at.

Waktu istiwa adalah waktu di mana posisi matahari tepat di atas kepala. Pada saat matahari berada pada posisi ini diharamkan melakukan shalat. Perlu diketahui bahwa waktu istiwa’ sangat sebentar sekali sampai-sampai hampir saja tidak bisa dirasakan sampai matahari tergelincir.

Keharaman melakukan shalat di waktu ini tidak berlaku untuk hari Jum’at. Artinya shalat yang dilakukan pada hari Jum’at dan bertepatan dengan waktu istiwa’ diperbolehkan dan sah shalatnya.

Ketiga, ketika matahari berwarna kekuning-kuningan sampai dengan tenggelam.

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:


ثَلَاثُ سَاعَاتٍ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ فِيهِنَّ، أَوْ أَنْ نَقْبُرَ فِيهِنَّ مَوْتَانَا: «حِينَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ، وَحِينَ يَقُومُ قَائِمُ الظَّهِيرَةِ حَتَّى تَمِيلَ الشَّمْسُ، وَحِينَ تَضَيَّفُ الشَّمْسُ لِلْغُرُوبِ حَتَّى تَغْرُبَ


Artinya: “Ada tiga waktu di mana Rasulullah SAW melarang kita shalat dan mengubur jenezah di dalamnya: ketika matahari terbit sampai meninggi, ketika unta berdiri di tengah hari yang sangat panas sekali (waktu tengah hari) sampai matahri condong, dan ketika matahari condong menuju terbenam hingga terbenam.”

Keempat, setelah melakukan shalat subuh sampai dengan terbitnya matahari.

Keharaman shalat pada waktu ini berlaku bagi orang yang melakukan shalat subuh secara adâan atau pada waktunya.

Gambaran contoh kasusnya sebagai berikut, anggaplah waktu shalat subuh dimulai dari jam 4 pagi dan pada jam 5 matahari telah terbit yang juga berarti habisnya waktu subuh. Ketika seseorang melakukan shalat subuh pada jam 4.15 menit umpamanya, atau pada jam berapapun ia melakukannya, maka setelah selesai shalat subuh ia tidak diperbolehkan lagi melakukan shalat sunah sampai dengan terbitnya matahari dan bahkan sampai matahari meninggi kira-kira satu tombak. Karena saat terbitnya matahari sampai dengan meninggi satu tombak juga merupakan waktu yang dilarang untuk melakukan shalat sebagaimana telah dijelaskan di atas. Sebaliknya, dalam rentang waktu jam 4 sampai jam 5 pagi selagi ia belum melakukan shalat subuh maka ia diperbolehkan melakukan shalat apapun.

Adapun orang yang melakukan shalat subuh secara qadlâan pada waktu shalat subuh maka ia diperbolehkan melakukan shalat lain setelahnya. Sebagai contoh kasus, seumpama seseorang pada hari kemarin karena suatu alasan belum melakukan shalat subuh lalu mengqadlanya pada waktu subuh hari ini. Setelah ia melakukan shalat subuh qadla tersebut ia tidak dilarang melakukan shalat lainnya.

Kelima, setelah melakukan shalat ashar sampai dengan tenggelamnya matahari.

Sebagaimana diharamkan melakukan shalat setelah shalat subuh di atas juga diharamkan melakukan shalat bagi orang yang telah melakukan shalat ashar secara adâan atau pada waktunya.

Sebagaimana contoh kasus di atas, juga bagi orang yang pada waktu shalat ashar melakukan shalat ashar qadla sebagai pengganti shalat ashar yang belum dilakukan pada hari sebelumnya, maka ia diperbolehkan melakukan shalat lainnya.

Keharaman melakukan shalat setelah melakukan shalat ashar ini terus berlaku sampai dengan tenggelamnya matahari.

Rasulullah SAW bersabda:


لاَ صَلاَةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَرْتَفِعَ الشَّمْسُ، وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ العَصْرِ حَتَّى تَغِيبَ الشَّمْسُ


Artinya: “Tak ada shalat setelah shalat subuh sampai matahari meninggi dan tak ada shalat setelah shalat ashar sampai matahari tenggelam.” (HR. Imam Bukhari).

Pertanyaan berikutnya adalah shalat apa yang haram dilakukan pada kelima waktu tersebut? Apakah apapun shalatnya tidak boleh dilakukan pada kelima waktu haram tersebut?

Syekh Muhammad Nawawi Banten dalam kitabnya tersebut menuturkan bahwa shalat yang diharamkan dilakukan pada kelima waktu itu adalah shalat sunah yang tidak memiliki sebab yang mendahului dan tidak memiliki sebab yang membarengi. Sebagai contoh adalah shalat tahiyatul masjid. Ini adalah shalat sunah yang dilakukan karena adanya sebab yang mendahului shalatnya, yakni masuknya seseorang ke dalam masjid. Kapanpun seseorang masuk masjid ia disunahkan melakukan shalat tahiyatul masjid meskipun pada salah satu dari lima waktu yang terlarang untuk shalat.

Sedangkan contoh shalat sunah yang memiliki sebab yang membarengi adalah shalat gerhana bulan dan matahari. Shalat sunah ini mesti dilakukan berbarengan dengan waktunya bulan dan matahari mengalami gerhana, tidak bisa dilakukan sebelum atau sesudah gerhananya usai. Maka semisal terjadi gerhana pada waktu yang diharamkan untuk shalat maka tidak haram hukumnya melakukan shalat sunah gerhana pada waktu tersebut.

Dengan kata lain shalat yang dilarang dilakukan pada lima waktu tersebut adalah shalat sunah mutlak atau shalat sunah yang memiliki sebab yang terjadi setelah shalatnya dilakukan.

Shalat sunah mutlak adalah shalat sunah yang tidak terikat dengan apapun. Ia dilakukan begitu saja tanpa adanya sebab tertentu. Sebagai contoh, ketika Anda memiliki waktu luang dan ingin mengisinya dengan ibadah kepada Allah maka Anda bisa melakukan shalat dua rokaat atau lebih. Shalat seperti ini disebut shalat sunah mutlak. Kapanpun dan di manapun Anda bisa melakukannya, hanya saja dilarang dilakukan pada kelima waktu tersebut di atas.

Adapun shalat sunah yang memiliki sebab yang terjadi setelah dilakukannya shalat sebagai contohnya adalah shalat sunah safar, yakni shalat sunah yang dilakukan ketika seseorang hendak melakukan satu perjalanan. Sebab dilakukannya shalat sunah ini adalah adanya perjalanan yang akan dilakukan. Karena perjalanannya—sebagai sebab—baru akan dilakukan setelah dilakukannya shalat maka shalat sunah safar tidak diperbolehkan dilakukan pada kelima waktu yang dilarang.

Perlu diketahui juga bahwa keharaman melakukan shalat di lima waktu tersebut tidak berlaku di tanah suci Makah. Artinya, di tanah suci Makah seseorang diperbolehkan melakukan shalat apapun di waktu kapanpun yang ia mau, termasuk di salah satu dari lima waktu yang diharamkan. Ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW:


لَا تَمْنَعُوا أَحَدًا طَافَ بِهَذَا الْبَيْتِ وَصَلَّى أَيَّةَ سَاعَةٍ شَاءَ مِنْ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ


Artinya: “Jangan kalian larang seseorang berthawaf dan shalat di rumah ini (ka’bah) kapanpun ia mau baik siang malam maupun siang.” (HR. An-Nasai)

Adapun di Madinah berlaku hukum sebagaimana umumnya tempat, tidak seperti di Kota Makkah. (Yazid Muttaqin)



Sunnah Bukan Sekadar Pakai Kopiah, Tiga Cara Mudah Zahirkan Cinta Terhadap Rasulullah SAW


Sunnah Bukan Sekadar Pakai Kopiah, Tiga Cara Mudah Zahirkan Cinta Terhadap Rasulullah SAW



Sunnah Bukan Sekadar Pakai Kopiah, Tiga Cara Mudah Zahirkan Cinta Terhadap Rasulullah SAW

Sambutan Hari Keputeraan Nabi Muhammad SAW hari ini bukan saja menjadi hari penting pada semua umat Islam di seluruh dunia tapi rasa cinta terhadap Rasulullah SAW boleh dizahirkan dengan tiga cara mudah ini.

Pendakwah popular, Dr Taha Mohd Omar atau lebih dikenali sebagai Dr T menyatakan selain perarakan diadakan di pelbagai lokasi, umat Islam pada zaman ini juga lebih bertuah kerana dapat membaca al-Quran menerusi telefon pintar.

"Bila kita melihat anak-anak muda sekarang, boleh dikatakan semua mengenali Muhammad SAW sebagai Nabi. Mereka juga tahu bahawa agama Islam yang kita anuti ini adalah agama yang telah dibawa oleh Baginda SAW.

"Akan tetapi sekadar mengenali Nabi Muhammad SAW sebagai seorang Nabi, itu tidak cukup. Bahkan kita perlu mencintai Nabi Muhammad SAW," katanya kepada Astro Gempak.
Ujarnya, cara pertama untuk menzahirkan cinta terhadap Rasulullah SAW adalah dengan membaca sirah dan sejarah Baginda dan keluarganya.

"Hari ini anak-anak muda lebih gemar membaca dan menonton program TV hero animasi, ada juga yang meminati artis-artis Korea dan Barat dan jadikan mereka idola dan rujukan fesyen.

"Jadi pertama sekali, kita sebagai ibu bapa perlu menerapkan cinta kepada Rasulullah SAW ke dalam hati anak-anak dengan membacakan kisah atau sirah Nabi Muhammad SAW. Ditambah pula dengan bahan bacaan harian sama ada dalam telefon pintar atau buku fizikal," katanya.

Penyampai jemputan radio Zayan ini juga menjelaskan cara kedua pula adalah mendidik anak-anak remaja dengan mengamalkan sunnah-sunnah kecil dan mudah.

"Sunnah bukan sekadar pada memakai kopiah, jubah dan berserban. Sunnah yang utama adalah dalam akhlak dan adab. Seperti memberi salam kepada semua, senyum, peramah, menghormati orang tua dan mengasihi yang kecil.

"Bayangkan kalau kita dapat menerap adab dan akhlak kepada anak-anak muda remaja kita, maka pastinya tak wujud istilah merempit dan menyamun," katanya.

Bagi cara ketiga, Dr T yang juga Ketua Pegawai Eksekutif Kolej Brainy Bunch menasihati ibu bapa agar mengambil peluang membawa anak-anak ke masjid.

"Hati mereka akan menjadi lembut dan tertarik kepada kebaikan. Caranya mudah, kita perlu cari tahu lokasi-lokasi (di kawasan perumahan/flat/kampung) di mana anak-anak muda kita suka melepak kemudian kita mendekati dan pujuk mereka untuk ke masjid bersama kita.

"Perbanyakkan program-program yang mesra belia, seperti go-kart, grafiti, skateboard dan nyanyian (lagu positif atau nasyid). Dengan ini belia akan ada perasaan 'sense of belonging' terhadap masjid.

"Maka inilah yang perlu diteruskan dalam usaha menerapkan cinta Nabi Muhammad SAW ke dalam hati anak-anak muda dan bukan sekadar ketika Maulidur Rasul iaitu setahun sekali," katanya.



Sembuh dari Sakit dengan Mendengar Bacaan Al Quran


Sembuh dari Sakit dengan Mendengar Bacaan Al Quran


DutaIslam.Com – Al Quran sebagai kitabullah memiliki banyak manfaat. Tak hanya sebagai pedoman hidup, Al Quran memiliki berguna untuk menyembuhkan penyakit. Sebagai mana disinggung dalam salah satu ayat bahwa Al Quran adalah syifa atau obat. Umat Islam yang iman terhadap Al Quran mustinya percaya bahwa segala macam penyakit bisa sembuh dengan Al Quran.

Sebuah survey yang dilakukan Dr. Al-Qodhi di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan ayat suci  Al-Qur'an bisa memberikan perubahan psikologis yang sangat besar. Baik baik mereka yang mengerti bahasa Arab atau tidak. Berdasarkan penelitian itu, Al Quran dapat  menangkal berbagai macam penyakit.

Kenyataan ini juga diperkuat oleh penemuan Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston.

Penjelasan mengenai kemanfaatan Al Quran dalam dunia medis ini bisa diterima oleh akal. Di jelaskan bahwa setiap sel di dalam tubuh manusia bergetar di dalam sebuah sistem yang seksama. Perubahan sekecil apapun dalam getaran ini  akan menimbulkan potensi penyakit di berbagai bagian tubuh.

Nah, sel-sel yang rusak ini harus digetarkan kembali untuk mengembalikan keseimbangannya. Untuk menggertarkan kembali maka diperlukan suara. Maka munculah TERAPI SUARA yang ditemukan Dr. Alfred Tomatis, seorang dokter di Perancis.

Sementara Dr. Al-Qodhi menemukan bahwa membaca Al-Qur'an dengan bersuara memberikan pengaruh luar biasa terhadap sel-sel otak untuk mengembalikan keseimbangannya.

Penelitian berikutnya membuktikan sel kanker dapat hancur dengan menggunakan frekuensi suara. Dan kembali terbukti bahwa membaca Al-Qur'an memiliki dampak hebat dalam proses penyembuhan penyakit sekaliber kanker.

Virus dan kuman berhenti bergetar saat dibacakan ayat suci Al-Qur'an. Dan pada saat yang sama sel-sel sehat menjadi aktif. Kemudian mengembalikan keseimbangan program yang terganggu tadi. Di sisi lain, sebuah survei menunjukkan, suara yang paling memiliki pengaruh kuat terhadap sel-sel tubuh adalah suara si pemilik tubuh itu sendiri.

Mengapa Sholat Berjama'ah Lebih Dianjurkan? Karena ada do'a yang dilantunkan dengan keras hingga terdengar telinga bisa mengembalikan sistem yang seharian rusak.

Mengapa dalam Islam mendengarkan lagu hingar bingar tidak dianjurkan? Karena survei membuktikan bahwa getaran suara hingar bingar membuat tubuh tidak seimbang.

Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah:

1.Bacalah Al-Qur'an di pagi hari dan malam hari sebelum tidur untuk mengembalikan sistem tubuh kembali normal.

2. Kurangilah mendengarkan musik hingar bingar atau ganti saja dengan murotal yang jelas-jelas memberikan efek menyembuhkan. Siapa tau kita punya potensi terkena kanker, tapi karena rajin mendengarkan murotal penyakit tersebut bisa hancur sebelum terdeteksi.

3. Perbaiki baca Al-Qur'an (baca dengan tartil, penuhi Hukum Tajwid), karena efek suara kita sendirilah yang paling dasyat dalam penyembuhan. [dutaislam.com/ed/pin]



Rabu, 30 Januari 2019

KEISTIMEWAAN ORANG YANG SELALU MENJAGA WUDHU


KEISTIMEWAAN ORANG YANG SELALU MENJAGA WUDHU


Berikut beberapa keutamaan dari “dawaamul wudhu“, kebiasaan selalu berwudhu:

1. Termasuk golongan orang yang dicintai Allah, yaitu Al Mutathohhiriin.

Sesungguhnya ALLAH menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah [2]: 222)

2. Sunnah mulia Rasulullah.

Rasulullaah SAW bersabda:

Artinya : “.. dan ketahuilah sebaik-baik amal kalian adalah shalat dan tidaklah menjaga wudhu melainkan orang-orang yang beriman.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad; shahih)

Meraih doa para Malaikat, “Ya Allah ampunilah dosanya, rahmatilah dia sampai wudhunya batal”,

3. Bersih, segar dan bercahaya mukanya.

Air wudhu akan merilekskan otot-otot yang lelah. Para dokter juga mengatakan bahwa percikkan air akan menghilangkan rasa lelah dan pikiran yang penat.

4. Nafsunya terjaga untuk tidak melakukan perbuata ma’siat.

5. Himmatul hasanaati. Energinya ingin berbuat sesuatu yang baik, halal dan positif.

6. Akhlak muliapun jadi tumbuh.

7. Dijamin meninggal husnul khotimah karena meninggal dalam keadaan suci.

8. Kuburannya terang dari pancaran tubuhnya yg selalu berwudhu.

9. Di akhirat termasuk dalam Ahlul Karaami, yaitu hamba-hamba Allah yang memiliki kedudukan mulia.

“Sejatinya ummatku pada hari qiyamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudlu semasa hidupnya di dunia.” (HR Bukhory Muslim).



5 Manfaat dan Keutamaan Menjaga Wudhu


5 Manfaat dan Keutamaan Menjaga Wudhu


Dalam Islam, wudhu merupakan salah satu kewajiban sebelum melaksanakan sholat dan juga menjadi penyuci diri sebelum beribadah. Namun, juga merupakan sunnah untuk tetap menjaga wudhu di luar sholat. Apa saja sih keutamaan dan manfaatnya? Yuk baca!

Assalamu'alaykum Moeslemates,

Bagi umat muslim, wudhu sudah tentu bukanlah hal yang asing dan bahkan meurpakan hal yang pasti dilakukan setiap hari sebelum melakukan sholat. Ya, wudhu merupakan salah satu syarat sah seseorang sebelum melakuakan ibadah sholat.

Wudhu sendiri merupakan aktivitas membersihkan diri dari segala jenis hadas kecil yang menempel di tubuh. Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat seorang muslim.

Dalam al qur’an, Allah berfirman:

''Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki." (QS Al-Maidah 6).

Menjaga wudhu sendiri merupakan salah satu hal yang sangat disarankan oleh Rasulullah. Namun, sebenarnya apa sih manfaat dan keutamaan wudhu ini?

1. Wudhu sebagai Pengampun Dosa dan Pemberi Syafaat

Wudhu ternyata lebih dari sekedar hikmah untuk membersihkan diri dari segala kotoran dan hadas kecil yang menempel. lebih dari itu, wuduh ternyata memapu menjadi pengampun dosa yang telah kita lakukan dan juga pemberi syafaat untuk kita nanti.

Wudhu sebagai pembawa syafaat dan penggugur dosa

“Wudhu sebelum tidur akan didoakan Malaikat agar diampuni segala dosa, Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa tidur dimalam hari dalam keadaan suci (berwudhu’) maka Malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya Malaikat itu akan berucap ‘Ya Allah ampunilah hamba mu si fulan, kerana ia tidur di malam hari dalam keadaan selalu suci’”. (HR Ibnu Hibban dari Ibnu Umar r.a.)

Rasulullah Saw bersabda, ''Jika seorang hamba menjaga shalatnya, menyempurnakan wudhunya, rukuknya, sujudnya, dan bacaannya, maka shalat akan berkata kepadanya, 'Semoga Allah Swt menjagamu sebagaimana kamu menjagaku', dia naik dengannya ke langit dan memiliki cahaya hingga sampai kepada Allah Swt dan shalat memberi syafaat kepadanya.'' (Riwayat Thabrani dair Ubadah bin Shamit)

Dari hadits dan riwayat di atas, kita bisa tahu bahwa ternyata wudhu yang kita lakukan ternyata akan mampu menolong kita di hari akhir kelak dengan membawa syafaat dan menolong kita. Selain itu, wudhu juga menjadi penggugur dosa seseorang jika dilakukan sebelum tidur karena tidur dalam keadaan suci.

2. Wudhu sebagai Penjaga Kesehatan

Secara kesehatan, percikan air dari wudhu mampu merilekskan otot-otot yang tegang dan juga mampu membersihkan kotoran-kotoran yang menempel di tubuh, terutama wajah. Bukan hal yang sering kita lihat di iklan-iklan bahwa kotoran yang menempel pada wajah mampu menimbulkan masalah kulit dan kesehatan, seperti jerawat dan komedo.

Ternyata, berwudhu bisa menjadi salah satu solusi untuk menjaga kesehatan kita Moeslemates karena selalu rutin membersihkan diri.

Wudhu sebagai penjaga kesehatan

3. Wudhu sebagai Identitas Muslim di Hari Perhitungan

Ada banyak hadits yang mendukung pernyataan bahwa wudhu merupakan pembeda umat muslim yang taat di hari akhir kelak. Beberapa diantaranya, yaitu:

Dari Abu Hurairah ra. …… Beliau (Rasullah saw.) bersabda: “Sesungguhnya saudara-saudara kami itu akan datang dalam keadaan putih cemerlang karena wudhu dan aku yang akan membimbing mereka ke telaga”. (Riwayat Muslim)

Dalam haditsnya, Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti umatku akan dipanggil dalam keadaan putih cemerlang dari bekas wudhu. Dan barangsiapa yang mampu untuk memperlebar putihnya maka kerjakanlah hal itu”". (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Betapa besarnya peran wudhu bagi kita ketika hari perhitungan nanti Moeslemates. Ia mampu menjadi pembeda kita dengan yang lain karena bekas anggota tubuh yang terkena wudhu akan memancarkan cahaya di hari nanti.

4. Wudhu sebagai Pertanda Keimanan

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam– bersabda,


الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَآَنِ أَوْ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالصَّلَاةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَايِعٌ نَفْسَهُ فَمُعْتِقُهَا أَوْ مُوبِقُهَا


“Bersuci (wudhu’) adalah separuh iman. Alhamdulillah akan memenuhi mizan (timbangan). Subhanallah wal hamdulillah akan memenuhi antara langit dan bumi. Sholat adalah cahaya. Shodaqoh adalah tanda. Kesabaran adalah sinar. Al-Qur’an adalah hujjah (pembela) bagimu atau hujatan atasmu. Setiap orang keluar di waktu pagi; maka ada yang menjual dirinya, lalu membebaskannya atau membinasakannya.” [Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab: Fadhl Ath-Thoharoh (533)]

Dari hadits tersebut, bisa kita petik dengan jelas bahwa wudhu merupakan bagian dari iman. Sebagai seorang muslim, iman merupakan salah satu pertanda penting yang harus dimiliki di dalam hati kan Moeslemates? Dan wudhu merupakan salah satu cara untuk mencapainya.

Betapa istimewanya wudhu ya, Moeslemates.

Jadi tidak ada alasan lagi untuk malas berwudhu dan menjaga wudhu kan?



Jagalah Wudhu, Dapatkan Manfaat Luar Biasa Ini


Jagalah Wudhu, Dapatkan Manfaat Luar Biasa Ini



Suaramuslim.net – Berwudhu, ternyata tidak hanya berfungsi untuk mensucikan diri menjelang shalat saja. Tahukah Anda, ada manfaat luar biasa bagi yang selalu menjaga dirinya dalam keadaan berwudhu.

Wudhu menjadi sesuatu yang akrab bagi kaum muslim. Pasalnya, wudhu merupakan salah satu cara bersuci untuk melakukan ibadah dalam Islam. Wudhu menjadi ritual suci, sebelum Anda menginjak sajadah dan mengenakan mukena yang hendak melakukan sholat atau ibadah suci lainnya.

Tak hanya itu, berwudhu juga merupakan salah satu kebiasaan baik yang dilakukan oleh Rasulullah. Kebiasaan baik ini tentu memberikan pengaruh baik untuk yang melakukannya. Menurut ilmu medis, wudhu ternyata sangat baik untuk kesehatan.

Dikutip dari laman manfaat.co.id,  penelitian dari Universitas Alexandria, Dr. Musthafa Syahatah, seorang dekan fakultas THT menegaskan bahwa orang yang melakukan wudhu sebelum tidur memiliki kuman lebih sedikit dari pada orang yang tidak melakukan wudhu.

Bahkan Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim, seorang peneliti di bidang penyakit dalam di London, seperti ditulis hipwee.com, mengatakan bahwa dengan mencelupkan anggota tubuh dalam air akan mengembalikan kekuatan tubuh, menguranngi kekejangan pada saraf dan otot, menormalkan detak jantung, serta menurunkan kecemasan dan insomnia (susah tidur).

Selain itu, para neurologist, pakar saraf membuktikan bahwa air wudhu yang mendinginkan ujung saraf jari-jari tangan dan kaki bisa meningkatkan konsentrasi, demikian pula dengan ujung saraf anggota tubuh lain yang terbasuh air wudhu. Saat air wudhu yang dingin membasuh anggota tubuh, secara otomatis pembuluh darah akan bekerja dengan cepat mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Ketika darah mengalir ke seluruh tubuh, termasuk pada bagian kulit, kelenjar peluh akan bekerja menyedot darah-darah kotor dan membuangnya keluar. Dalam penelitian yang lain, air wudhu bisa menyehatkan jantung, ginjal, system saraf, bahkan berpengaruh pada kecantikan.

Bilal bin Rabah dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa sahabat Nabi yang mulia itu tidak pernah meninggalkan wudhu. Suara sandalnya, menurut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam sudah terdengar di surga.

Dari Abu Buraidah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam di pagi hari memanggil Bilal lalu berkata, “Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sandalmu di hadapanku. Aku memasuki surga di malam hari dan aku dengar suara sandalmu di hadapanku.”

Bilal menjawab, “Wahai Rasulullah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua raka’at sedikit pun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua raka’at setelah itu.”

Berdasar hadits tersebut, diceritakan bahwa  Bilal memasuki surga karena ia selalu menjaga dirinya dari hadast dan senantiasa berwudhu. Lalu, Syaikh Abu Malik dalam Fiqhus Sunnah lin Nisaa’  menyatakan bahwa disunnahkan berwudhu setiap kali wudhu tersebut batal karena adanya hadats.

Didoakan Oleh Malaikat

Dalam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Ibnu Hibban menyebutkan bahwa seseorang yang berwudhu, ketika bangun ia akan didoakan malaikat. Simak berikut haditsnya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa tidur di malam hari dalam keadaan suci (berwudhu) maka Malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya Malaikat itu akan berucap ‘Ya Allah ampunilah hamba mu si fulan, kerana ia tidur di malam hari dalam keadaan selalu suci’.”(HR Ibnu Hibban dari Ibnu Umar r.a.)

Ketika Mati, Dianggap Syahid

Dalam kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad bin Umar An Nawawi Al Mantany dalam bukunya Tanqih al Qand al Hatsis menyebutkan bahwa seseorang yang berwudhu sebelum tidur, jika ia meninggal dalam tidurnya, maka dianggap mati syahid.

Dari Umar bin Harits bahwa Nabi bersabda, ”Barangsiapa tidur dalam keadaan berwudhu, maka apabila mati di saat tidur maka matinya dalam keadaan syahid di sisi Allah.”

Intinya adalah seseorang yang tidur dalam keadaan suci, berwudlu, maka ia akan memperoleh posisi tinggi di sisi Allah. Subhanallah. (muf/smn)



Selasa, 29 Januari 2019

2 Rakaat Sebelum Subuh Lebih Baik Dibandingkan Dunia Seisinya


2 Rakaat Sebelum Subuh Lebih Baik Dibandingkan Dunia Seisinya


TRIBUNJOGJA.COM - Bagi Anda yang kerap salat Subuh berjamaah di masjid, ada baiknya untuk tak melewatkan 2 rakaat salat sunnah sebelum Subuh.


عن عائشة عن النبي قال (( ركعتا الفجر خير من الدنيا وما فيها )). رواه مسلم. وفي رواية (( لهما أحب إلي من الدنيا جميعاً ))

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Dua raka’at salat Fajr lebih baik dari pada dunia dan seisinya.” [HR. Muslim] dalam riwayat lain dengan lafazh : “Sungguh kedua raka’at tersebut lebih aku cintai daripada dunia semuanya.”.

Salat Fajr  yakni salat Sunnah Rawatib Qabliyah Subuh.

Pelajaran dari Hadits :

1. Keutamaan akhirat dibanding dunia. Karena perhiasan dunia, bagaimanapun indah dan mahalnya, maka itu semua akan hilang dan sirna. Adapun akhirat, maka kenikmatannya kekal selama-lamanya dan tidak akan sirna. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

مَا عِنْدَكُمْ يَنْفَدُ وَمَا عِنْدَ اللَّهِ بَاقٍ [النحل/96]

“Apa yang di sisi kalian akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal.” [An-Nahl : 96]

2. Betapa besar nilai pahala yang Allah berikan untuk dua rakaat salat sunnah rawatib qabliyah Subuh, padahal dua raka’at tersebut adalah amalan yang ringan. Ini merupakan salah satu bentuk keutamaan dan keluasan rahmat Allah ‘Azza wa Jalla.

3. Jika seorang muslim telah mengetahui betapa besar nilai pahala salat sunnah rawatib qabliyah Subuh, maka selayaknya dia untuk senantiasa menjaganya.

Sungguh dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam benar menjaga salat fajr tersebut dengan sebenar-benar penjagaan, sampai-sampai ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan : “Beliau sama sekali tidak pernah meninggalkan kedua rakaat tersebut.” beliau juga menuturkan : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menjaga amalan nafilah lebih kuat dibanding konsistensi beliau menjaga dua rakaat fajr.”


4. Tuntutan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah melaksanakan dua rakaat ini dengan ringan. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata : “Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meringankan pelaksanaan dua rakaat salat yang dikerjakan sebelum salat shubuh, sampai-sampai aku mengatakan, ‘Apakah beliau membaca Ummul Kitab‘?” [Muttafaqun ‘alaihi]
5. Tuntunan sunnah pada rakaat pertama setelah surat Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun, dan pada rakaat kedua setelah surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash (Qul huwallahu ahad).

Atau boleh juga pada rakaat pertama membaca ayat :


قُولُوا آَمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا وَمَا أُنْزِلَ إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَمَا أُوتِيَ مُوسَى وَعِيسَى وَمَا أُوتِيَ النَّبِيُّونَ مِنْ رَبِّهِمْ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ (136) [البقرة/136]


Katakanlah (wahai orang-orang mukmin): “Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Rabb mereka. Kami tidak membeda-bedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya”. [Al-Baqarah : 136]

Sedangkan pada rakaat kedua membaca :


قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (64) [آل عمران/64]


Katakanlah: “Wahai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian, yaitu kita tidak beribadah kecuali kepada Allah dan tidak kita persekutukan-Nya dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Rabb-Rabb selain Allah”. Kika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. [Ali ‘Imran : 64]

Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari shahabat Abu Hurairah :


أن رسول الله قرأ في ركعتي الفجر ( قل يا أيها الكافرون ) و (قل هو الله أحد) رواه أبو داود

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada salat dua rakaat fajr surat “Qul Ya Ayyuhal Kafirun” dan surat “Qul Huwallahu Ahad” [HR. Abu Dawud]

Shahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma meriwayatkan :


كان رسول الله يقرأ في ركعتي الفجر (قولوا آمنا بالله وما أنزل إلينا ) والتي في آل عمران ( تعالوا إلى كلمة سواء بيننا وبينكم ) رواه مسلم

Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca pada dua rakaat fajr :


(قولوا آمنا بالله وما أنزل إلينا )

dan berikutnya ayat yang pada surat Ali ‘Imran


( تعالوا إلى كلمة سواء بيننا وبينكم ) [HR. Muslim]

6. Apabila seorang muslim mengerjakan salat fajr tersebut di rumahnya, kemudian dia merasa ingin istirahat sejenak, seperti kalau sebelumnya ia telah mengerjakan salat tahajjud dengan sangat panjang, maka dituntunkan baginya untuk berbaring pada bagian kanan, dengan syarat dia yakin bahwa ia tidak akan ketinggalan salat shubuh berjama’ah di masjid.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha : “Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila salat dua rakaat fajr, beliau kemudian berbaring pada bagian kanannya.” [HR. Al-Bukhari]

7. Salat sunnah fajr adalah salat sunnah yang dikerjakan sebelum salat subuh. Apabila dia sampai ke masjid ternyata iqamat sudah dikumandangkan (sementara dia belum sempat mengerjakan salat fajr), maka ia tetap langsung salat shubuh berjama’ah bersama imam.

Kemudian dia bisa mengerjakan salat sunnah fajr tersebut setelah salat berjama’ah shubuh. Atau kalau dia mau, dia menunggu sampai matahari terbit dan mengerjakannya ketika matahari sudah tinggi.

Dari shahabat Qais bin ‘Amr :


رأى رسول الله رجلا يصلي بعد صلاة الصبح ركعتين، فقال رسول الله: ( صلاة الصبح ركعتان ) فقال الرجل : إني لم أكن صليت الركعتين اللتين قبلهما، فصليتهما الآن. فسكت رسول الله

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seorang pria salat dua rakaat setelah salat shubuh. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menegurnya, “salat shubuh itu hanya dua rakaat.” Maka pria tersebut menjawab, “Aku tadi belum sempat mengerjakan salat dua rakaat yang dikerjakan sebelumnya (yakni qabliyah shubuh), maka aku mengerjakannya sekarang.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun diam (tanda setuju). [HR. Abu Dawud. Dan Al-Imam Al-Mubarakfuri mentarjih hadits ini shahih, dalam kitab beliau Tuhfatul Ahwadzi Syarh At-Tirmidzi).

Penulis: dik     
Editor: dik