Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Senin, 31 Mei 2021

7 Amalan Setelah Bulan Ramadhan

7 Amalan Setelah Bulan Ramadhan

 

Jakarta - Bulan Ramadhan baru saja berlalu. Banyak hal yang telah diajarkan dalam bulan penuh keberkahan tersebut, salah satunya ibadah sunnah.

Selama 30 hari di bulan Ramadhan, banyak orang berlomba-lomba untuk beribadah dengan semaksimal mungkin. Melalui bulan tersebut, umat Islam diajarkan untuk menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Terlepas dari itu, konsisten dalam beribadah setelah bulan Ramadhan adalah hal penting yang harus diperhatikan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, menjalankan amalan secara terus menerus (konsisten) adalah sesuatu yang dicintai Allah.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "Berbuat sesuatu yang tepat dan benarlah kalian dan amal yang paling dicintai Allah adalah amalan yang terus menerus meskipun sedikit." (HR Bukhari).

1. Sholat malam

Sholat di sepertiga malam merupakan ibadah yang memiliki banyak manfaat. Perintah menjalankannya ada dalam Al Quran surat Al Isra ayat 79,

 

وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِۦ نَافِلَةً لَّكَ عَسَىٰٓ أَن يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَّحْمُودًا

 

Arab latin: Wa minal-laili fa taḥajjad bihī nāfilatal laka 'asā ay yab'aṡaka rabbuka maqāmam maḥmụdā

Artinya: "Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji."

Sholat tahajud juga dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dan Ahmad Rasulullah SAW bersabda: "Kerjakanlah sholat malam, karena sholat malam itu kebiasaan orang-orang yang shaleh sebelum kamu dahulu, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT juga sebagai penebus pada segala kejahatan (dosa) mencegah dosa serta dapat menghindari penyakit dari badan." (HR Imam Tirmidzi dan Ahmad).

2. Sholat dhuha

Sholat dhuha merupakan ibadah sunnah yang memiliki banyak keutamaan. Diriwayatkan dalam hadits At-Tirmidzi, sholat dhuha akan membuka pintu rizki.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman, 'Wahai anak Adam, bersholat lah untuk-Ku empat rakaat pada permulaan siang, niscaya akan Aku cukupi kebutuhannmu pada sore harinya." (HR Tirmidzi).

Dalam hadist riwayat Ahmad, Muslim, dan Abu Daud, dari Abu Dzar Al Ghiffari dijelaskan, sholat dhuha merupakan ganti dari sedekah seluruh ruas tubuh.

"Hendaklah masing-masing darimu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya, maka tiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, tiap kali bacaan tahmid adalah sedekah, tiap kali bacaan tahlil adalah sedekah, tiap kali bacaan takbir adalah sedekah, dan menyuruh kepada yang makruf adalah sedekah, dan mencegah yang mungkar adalah sedekah, dan sebagai ganti itu semua itu cukup lah melakukan dua rakaat sholat dhuha."

3. Puasa sunnah

Puasa adalah ibadah yang mengajarkan banyak hal tentang kehidupan. Misal menahan hawa nafsu seperti lapar, amarah, hingga kebutuhan biologis.

Ada banyak puasa sunnah yang bisa dijalankan setelah bulan Ramadhan yaitu:

4. Dzikir

Rabi' Abdur Rauf Az-Zawawi dalam Al-Baqiyatus Shalihat mengatakan, dzikir merupakan amalan abadi. Mereka yang berdzikir dibanggakan Allah SWT di hadapan malaikat.

Orang-orang bertakwa paling mulia di sisi Allah SWT adalah yang lisannya basah karena dzikir. Dzikir juga mendatangkan sholawat dari Allah SWT dan malaikat.

5. Membaca Al Quran

Al Quran merupakan kitab suci pembawa kebenaran bagi seluruh umat. Banyak hadits riwayat yang menganjurkan membaca Al Quran baik di waktu lapang maupun sempit.

Dilansir dari situs Kemenag, Syekhul Islam Muhyiddin Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf An-Nawawi dalam kitabnya Riyaadhus Shalihin membahas keutamaan Al Quran di antaranya menjadi syafaat di hari kiamat kelak. Seperti diriwayatkan hadits berikut,

 

عن أَبي أُمامَةَ رضي اللَّه عنهُ قال : سمِعتُ رسولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقولُ : « اقْرَؤُا القُرْآنَ فإِنَّهُ يَأْتي يَوْم القيامةِ شَفِيعاً لأصْحابِهِ » رواه مسلم

 

Artinya: Dari Abu Amamah ra, aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Bacalah Al Quran, karena sesungguhnya ia akan menjadi syafaat bagi para pembacanya di hari kiamat." (HR Muslim).

Keutamaan lainnya, orang yang mempelajari dan mengajarkan Al Quran merupakan sebaik-baiknya manusia. Seperti dijelaskan hadits berikut,

 

عن عثمانَ بن عفانَ رضيَ اللَّه عنهُ قال : قالَ رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « خَيركُم مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعلَّمهُ » رواه البخاري

 

Artinya: Dari Usman bin Affan RA, Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya." (HR Tirmidzi).

Rasulullah SAW juga bersabda orang yang mahir membaca Al Quran kelak akan bersama para malaikat-Nya, seperti dijelaskan hadits berikut,

 

عن عائشة رضي اللَّه عنها قالتْ : قال رسولُ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم : « الَّذِي يَقرَأُ القُرْآنَ وَهُو ماهِرٌ بِهِ معَ السَّفَرةِ الكرَامِ البررَةِ » متفقٌ عليه .

 

Artinya: Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda: "Orang yang membaca Al-Qur'an dan ia mahir membacanya, maka kelak ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi taat kepada Allah." (HR Bukhari dan Muslim).

6. Sholawat atas nabi SAW

Sholawat merupakan salah satu amalan yang memiliki keutamaan luar biasa. Disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW akan memberikan syafaat paling banyak kepada orang yang bersholawat padanya.

 

أَوْلَى النَّاسِ بِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً

 

Artinya: "Orang yang paling berhak mendapatkan syafa'atku di hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku." (HR. Tirmidzi).

Allah SWT juga telah memerintahkan hambaNya bersholawat kepada Nabi SAW. Perintah ini dijelaskan dalam firmanNya surat Al Ahzab ayat 56,

 

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا

 

Arab latin: Innallāha wa malā`ikatahụ yuṣallụna 'alan-nabiyy, yā ayyuhallażīna āmanụ ṣallụ 'alaihi wa sallimụ taslīmā

Artinya: "Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."

7. Perbanyak sedekah

Amalan lain yang bisa dilakukan setelah bulan Ramadhan adalah sedekah. Amalan ini memiliki banyak keutamaan seperti dijelaskan hadist dari Abu Hurairah RA.

"Setiap ruas tulang manusia harus disedekahi setiap hari di saat terbitnya matahari: berbuat adil terhadap dua orang (mendamaikan) adalah sedekah; menolong seseorang naik kendaraannya, membimbingnya, dan mengangkat barang bawaannya adalah sedekah, ucapan yang baik adalah sedekah; Berkata yang baik juga termasuk sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan sholat adalah sedekah. Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah." (HR Bukhari dan Muslim).

Dengan mengerjakan amalan setelah bulan Ramadhan tiap muslim bisa selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT.

https://news.detik.com

 

 

6 Cara Agar Semangat Ibadah Setelah Ramadhan Tetap Terjaga

6 Cara Agar Semangat Ibadah Setelah Ramadhan Tetap Terjaga

 

Dream - Cara agar semangat ibadah setelah Ramadhan tetap terjaga merupakan hal yang perlu diperhatikan setelah hari ini kita memasuki bulan Syawal. Tetap istiqomah menjalankan perintah Allah SWT adalah salah satu cara agar tetap bisa menjaga semangat tersebut. Amalan dan kebiasaan baik yang dijalankan ketika Ramadhan bisa dilakukan terus menerus usai lebaran datang.

Berakhirnya Ramadhan menyisakan banyak pengalaman berharga yang harus dilakukan di 11 bulan ke depan. Jangan sampai semua kebiasaan dan amalan baik juga ditinggalkan setelah berakhirnya Ramadhan ya Sahabat Dream.

Untuk menjaga semangat ibadah Ramadhan tetap menyala dibutuhkan niat yang sangat besar. Tentunya, jiwa pun akan merasa lebih tenang dan terjaga dari perbuatan - perbuatan buruk. Dengan mengetahui cara agar semangat ibadah setelah Ramadhan tetap terjaga, kamu bisa membawa suasana ibadah dalam rumah setiap harinya meski Ramadhan telah terlewat.

Melansir dari liputan6, ada beberapa cara agar semangat ibadah setelah Ramadhan tetap terjaga. Pastinya cara ini akan mudah dilakukan dan pastinya tak akan memberatkanmu. Kamu juga bisa mengajak keluarga dan orang terdekat untuk mendukungmu nih. Nah, yuk simak caranya.

Lakukan satu perbuatan baik setiap hari

Cara agar semangat ibadah setelah Ramadhan tetap terjaga yang pertama harud dilakukan adalah melakukan kebaikan. Kamu bisa melakukan satu perbuatan kebaikan yang dilakukan setiap hari. Ini juga bisa menjaga semangat ibadah dalam dirimu dan orang - orang terdekatmu.

Melakukan perbuatan baik tidak perlu dengan bentuk yang besar, kamu bisa memulai dari hal - hal kecil saja. Contohnya seperti memberikan bantuan para anggota keluarga, teman, kolega, atau bahkan orang asing yang membutuhkan.

Nabi Muhammad (SAW) pernah berkata, " Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah yang dilakukan secara teratur, bahkan jika itu kecil." ( Hadis Riwayat Bukhari)

Membaca Al Quran Setiap Hari

Amalan baik yang sering dilakukan ketika Ramadhan adalah membaca Al Quran. Bahkan beberapa dari kamu bisa mengkhatamkan Al Quran minimal 1 kali dalam sebulan. Nah, membaca Al Quran bisa menjadi cara agar semangat ibadah setelah Ramadhan tetap terjaga lho.

Meskipun intensitas membaca Al Quran setelah lebaran akan sedikit berbeda, yang diperlukan adalah konsistensi dan keistiqomahan menjalankannya. Kamu bisa membiasakan membaca satu halaman atau satu lembar Al Quran setiap hari. Mudah kan.

Jika kamu merasa bisa membaca membaca dua halaman dalam sehari, kamu bahkan bisa mengkhatamkan Al Quran sekali dalam satu tahun lho. Kamu pun jadi selalu terjaga lisannya dengan membaca firmanNya.

Berdoa Secara Ikhlas dan Tulus Setiap Hari

Cara agar semangat ibadah setelah Ramadhan tetap terjaga juga bisa kamu lakukan dengan berdoa setiap hari.

Allah SWT berfirman:

“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah: 186)

Dalam firman Allah di surat Al Baqarah dijelaskan bahwa Allah SWT terasa dekat dengan hambanya ketika berdoa. Allah pun akan mengabulkan doa hamba - hambanya.

Ketika ramadhan. kamu terbiasa berdoa memohon ampunan karena dilipatgandakannya pahala, nah, setelah lebaran, kamu juga bisa mencoba membiasakan berdoa secara ikhlas dan tulus setiap sholat. Bagikan perasaan terdalammu dengan-Nya, dan mintalah dengan sungguh-sungguh apa pun yang kamu inginkan.

Teruslah Beramal

Selanjutnya, cara agar semangat ibadah setelah Ramadhan tetap terjaga yaitu dengan terus beramal baik. Dengan melakukan amal baik, itu bisa menunjukkan rasa syukur kita atas segala apa yang Allah SWT berikan pada hambanya.

Kamu bisa berbagi dengan orang lain, terutama kepada orang yang kurang beruntung dan yang paling membutuhkan.

Biasakanlah untuk memberi berapa pun jumlah yang bisa kamu berikan. Tetapi kegiatan ini perlu dilakukan secara teratur. Beramal benar-benar akan membantu orang lain dan membuat kamu merasa baik. Allah pun berjanji akan melipatgandakan rezeki bagi siapa saja yang beramal pada Allah.

Sesuai firman Allah dalam Al Quran:

Artinya, “ Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (Al-Baqarah :245)

Lakukan Puasa Sunnah

Saat Ramadhan, kita dilatih untuk mengendalikan hawa nafsu dan memelihara diri dari perbuatan buruk. Nah, puasa sunnah bisa dijadikan cara agar semangat ibadah setelah Ramadhan tetap terjaga.

Kamu bisa membiasakan berpuasa sunah tiap bulannya. Rasulullah pun rutin melakukan puasa sunah. Ada banyak sekali jenis puasa sunnah yang bisa kamu lakukan. Misalnya kamu bisa mencoba berpuasa 6 hari di bulan syawal. Atau menjalankan puasa senin-kamis setiap minggunya.

Puasa dapat membuat kita bisa mengendalikan keinginan duniawi. Kita pun jadi bisa merasakan penderitaan orang miskin, dan menanggung kekurangan.

Ajak Orang Lain Melakukan Hal Baik

Terakhir, cara agar semangat ibadah setelah Ramadhan tetap terjaga adalah dengan mengajak orang lain berbuat baik. Sebagai makhluk sosial, tentunya manusia tidak bisa hidup sendiri.

Dengan mengajak orang lain melakukan kebaikan, tentu kita juga akan lebih semangat dan istiqomah.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “ Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa mengajak (manusia) kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa seperti dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” (Hadis Riwayat Muslim)

Karena itu, teruslah mendorong orang-orang di sekitarmu untuk menjadi jujur, murah hati, bijaksana, ceria, bertekad, dan sabar. Dorong mereka keluar dari hal buruk, beri perhatian yang tulus dan peduli pada mereka, tanpa menghakimi atau provokatif.

Reporter : Syahidah Izzata Sabiila

https://www.dream.co.id

 

5 Amalan Setelah Bulan Ramadan yang Bisa Dikerjakan

5 Amalan Setelah Bulan Ramadan yang Bisa Dikerjakan

 

 

5 Amalan Setelah Bulan Ramadan yang Bisa Dikerjakan, Jangan Sampai Lalai

Merdeka.com - Bulan Ramadan adalah momen spesial bagi umat Islam. Bertemu kembali dan mampu melaksanakan ibadah di bulan yang penuh berkah ini menjadi sebuah nikmat tersendiri bagi kaum Muslimin. Ini karena keutamaan dan balasan besar atas amal baik yang diberikan pada bulan Ramadan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis lain dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang balasan dari amal kebaikan yang dilakukan selama bulan Ramadan,

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat ...” (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun, amat disayangkan ketika melihat perubahan sebagian Muslim setelah Ramadan usai. Amalan-amalan baik yang biasa dikerjakan selama bulan Ramadan mulai ditinggalkan. Seakan-akan amalan tersebut hanya khusus dikerjakan selama bulan Ramadan saja.

Padahal, momen Ramadan inilah yang harusnya digunakan untuk memperbaiki ibadah dan hubungan kita dengan Allah SWT untuk kehidupan kita seterusnya. Oleh karena itu, hendaknya kita bisa terus mengerjakan amalan baik yang biasa dikerjakan selama Ramadan.

Terdapat beberapa amalan setelah bulan Ramadan yang bisa dikerjakan. Melansir dari rumaysho.com berikut amalan setelah bulan Ramadan yang bisa dikerjakan sehingga amal baik yang kita kerjakan saat Ramadan bisa terus terbawa di bulan-bulan selanjutnya.

Menjaga Sholat Wajib dan Sholat Berjemaah

Amalan setelah bulan Ramadan yang bisa dikerjakan pertama adalah menjaga sholat wajib dan berjemaah. Suasana bulan Ramadan memang sangat berbeda dengan bulan-bulan lainnya. Pada bulan yang suci ini banyak orang Islam sibuk untuk mengerjakan ibadah.

Ini adalah kebiasaan yang baik, dan diharapkan bisa terus dilaksanakan di bulan lain setelah Ramadan. Jika di bulan Ramadan kita begitu menjaga sholat lima waktu, maka hendaklah amalan tersebut dijaga selepas Ramadan. Begitu juga dengan sholat berjemaah di masjid, khususnya bagi laki-laki.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan menjaga sholat lma waktu dalam hadisnya yang artinya,

“Allah ‘azza wa jalla berfirman, ‘Aku wajibkan bagi umatmu shalat lima waktu. Aku berjanji pada diriku bahwa barangsiapa yang menjaganya pada waktunya, Aku akan memasukkannya ke dalam surga. Adapun orang yang tidak menjaganya, maka aku tidak memiliki janji padanya’.” (HR. Ibnu Majah).

Melaksanakan sholat berjemaah di masjid juga memiliki keutamaan yang besar dan mulia jika dibandingkan dengan sholat sendiri. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sholat jamaah lebih utama dari sholat sendirian sebanyak 27 derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Puasa Enam Hari di Bulan Syawal

Amalan setelah bulan Ramadan yang bisa dikerjakan kedua adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Selepas Ramadan, umat Islam akan masuk ke bulan Syawal. Di bulan ini, hendaknya kaum Muslimin mengerjakan amalan puasa enam hari di bulan syawal.

Dari Abu Ayyub Al Anshoriy, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda tentang keutamaan puasa ini,

“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim).

Untuk melakukan puasa syawal ini, An Nawawi dalam Syarh Muslim mengatakan, “Para ulama madzhab Syafi’i mengatakan bahwa paling afdhol (utama) melakukan puasa syawal secara berturut-turut (sehari) setelah shalat ‘Idul Fithri. Namun jika tidak berurutan atau diakhirkan hingga akhir Syawal maka seseorang tetap mendapatkan keutamaan puasa syawal setelah sebelumnya melakukan puasa Ramadhan.”

Meningkatkan Puasa Sunnah

Amalan setelah bulan Ramadan yang bisa dikerjakan yang ketiga adalah puasa sunnah. Selain puasa wajib di bulan Ramadan, kita juga bisa melaksanakan ibadah puasa sunnah di luar Ramadan. Amalan puasa sunnah sangat baik untuk dikerjakan karena keutamaan yang mengiringinya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang salah satu keutamaan puasa sunnah,

“Maukah kutunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan?; Puasa adalah perisai, …” (HR. Tirmidzi).

Puasa dalam hadis ini digambarkan seperti perisai bagi seorang Muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa akan bertindak sebagai perisai terhadap perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti, puasa akan menjadi perisai kita dari api neraka.

Keutaman lain dari puasa sunah dapat Anda lihat dalam hadis Qudsi berikut,

“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya.” (HR. Bukhari).

Dalam hadis tersebut dijelaskan bahwa salah satu keutamaan puasa sunnah adalah mendapatkan kecintaan dari Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang ini keutamaan dengan mustajabnya doa.

Menjaga Sholat Malam

Amalan setelah bulan Ramadan yang bisa dikerjakan keempat yakni menjaga sholat malam. Salah satu hal yang paling mencolok pada bulan Ramadan adalah pelaksanaan sholat malam. Di bulan Ramadan, kita bisa melihat masjid-masjid ramai oleh orang-orang yang hendak melaksanakan sholat tarawih, yang termasuk sholat malam. Di malam harinya pun, mereka dengan mudah melaksanakan sholat tahajud sebelum makan sahur.

Namun setelah Ramadan usai, ibadah ini tampak menghilang. Seakan-akan sholat malam hanya khusus dikerjakan pada saat bulan Ramadan. Padahal, keutamaan yang ada pada sholat malam ini begitu besar dan akan sayang jika dilewatkan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang kebaikan sholat malam,

“Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah. Sebaik-baik shalat setelah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim).

Orang yang mengerjakan sholat malam juga mendapatkan jaminan masuk surga dan selamat dari azab neraka. Dari Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

“Wahai manusia! Sebarkanlah salam, jalinlah tali silturahmi (dengan kerabat), berilah makan (kepada istri dan kepada orang miskin), shalatlah di waktu malam sedangkan manusia yang lain sedang tidur, tentu kalian akan masuk ke dalam surga dengan penuh keselamatan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Beramal Secara Kontinu

Amalan setelah bulan Ramadan yang bisa dikerjakan terakhir adalah melakukan amalan secara kontinu dan istikamah. Kita sering mendapati seseorang atau bahkan diri sendiri, yang begitu rajin beribadah di bulan Ramadan, namun lalai setelah bulan Ramadan berlalu. Ulama salaf pernah ditanya tentang orang yang seperti itu, kemudian dia menjawab,

“Alangkah buruknya tingkah mereka; mereka tidak mengenal Allah melainkan hanya di bulan Ramadhan!” (Latho’if Ma’arif).

Jika kita rajin melaksanakan sholat malam di bulan Ramadan, maka hendaknya kita menjaga amalan tersebut di bulan lain di luar Ramadan. Minimal Anda bisa mengerjakan sholat malam dengan dua rakaat dan witir, karena hal tersebut lebih baik dari pada tidak mengerjakan sama sekali.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Bebanilah diri kalian dengan amal sesuai dengan kemampuan kalian. Karena Allah tidaklah bosan sampai kalian merasa bosan. (Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun sedikit.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ibnu Khuzaimah).

Reporter : Andre Kurniawan

https://www.merdeka.com

 

Sabtu, 29 Mei 2021

Shalawat Jibril, Singkat Namun Berfadilah Sangat Dahsyat

Shalawat Jibril, Singkat Namun Berfadilah Sangat Dahsyat

 

HIDAYATUNA.COM – Shalawat ini disebut shalawat Jibril karena yang pertama melafadhkan shalawat ini adalah Malaikat Jibril ketika beliau memberikan pengajaran kepada Nabi Adam AS.

Saat Nabi Adam akan memegang Siti Hawa namun tidak diperbolehkan oleh Allah SWT karena belum halal dan Nabi Adam diharuskan membayar mahar.

Lantas Nabi Adam bertanya kepada Allah SWT :

“Apa Maharnya Tuhanku ?” tanya Nabi Adam.

Allah SWT lalu berfirman berfirman “صل الله على حبيب محمد ” Bacalah Shalawat kepada kekasihku Muhammad.

Lalu malaikat Jibril mendekati Nabi Adam dan membisiki Nabi Adam, katakan Nabi Adam : صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد Shollallohu A’la Muhammad.

Dari cerita diatas dapat kita ketahui bahwa Shalawat Jibril ini sangatlah singkat yaitu : صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد Shollallohu A’la Muhammad atau صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد Shollallohu A’la Sayyidina Muhammad.

Imam Sya’roni dalam kitab at-Thobaqotul Kubro berkata “Siapa yang membaca shalawat ini (shalawat Jibril) maka dia telah membuka 70 pintu rahmat untuk dirinya dan Allah SWT akan menyimpan rasa cinta ke dalam hati para manusia kepadanya.”

Para ulama menyimpulkan bahwa faidah shalawat jibril ini sangat banyak, diantaranya adalah :

1.    Agar dicintai oleh setiap orang

2.    Diberikan rezeki yang berlimpah oleh Allah SWT

3.    Memiliki banyak pengikut

4.    Selalu diberikan keselamatan atau diberikan perlindungan oleh Allah SWT

Lebih mendekatka

Rahasia Keutamaan Sholawat Jibril, Dibukakan Pintu Rahmat dan Dicintai Rasulullah

Rahasia Keutamaan Sholawat Jibril, Dibukakan Pintu Rahmat dan Dicintai Rasulullah

 

JAKARTA, iNews.id - Sholawat Jibril merupakan salah satu sholawat yang banyak diamalkan Muslim khususnya di Indonesia. Dinamakan Sholawat Jibril karena sholawat ini pertama kali diucapkan Malaikat Jibril saat membisiki Nabi Adam AS sebagai mahar untuk mempersunting Siti Hawa.

Dalam kitab Bada’i al-Zuhur Fi Waqa’i al-Duhur karya Syekh Muhammad bin Ahmad bin Iyas al-Hanafi seperti dikutip Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah (PISS-KTB) disebutkan Nabi Adam kemudian bertanya "apa mahar/mas kawinnya? Allah menjawab, aku mencegah kalian dari pohon gandum, maka janganlah kalian makan dan itulah maharnya.

Allah SWT lalu berfirman berfirman صل الله على حبيب محمد Bacalah Shalawat kepada kekasihku Muhammad.

Lalu Adam bertanya, siapak­ah Muhammad itu ? Allah menjawab, dia adalah anak cucumu nanti dan dia adalah penutup para nabi. Andai bukan karena dia (Muhammad), Aku (Alah) tidak akan menciptakan makhluk.

Lalu malaikat Jibril mendekati Nabi Adam dan membisiki Nabi Adam, katakan Nabi Adam : صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد Shollallohu A’la Muhammad.

Dalam Kitab Afdholus Sholawat, sholawat Jibril ini memiliki banyak keutamaan.

1. Dibukakan 70 Pintu Rahmat

“Telah berkata Al-Imam Asy-Sya’rani : Telah bersabda Nabi shollallohu alaihi wasallam : “Barang siapa yang membaca solawat ini, akan dibukakan ke atas dirinya tujuh puluh pintu dari rahmat, dan Allah akan meletakkan kecintaanNya pada kalbu-kalbu manusia. Tiada yang menjadi marah kepadanya melainkan orang yang memiliki kemunafikan di dalam kalbunya.”

2. Paling Dekat dengan Rasulullah

 

قال شيخنا يعني علياً الخواص رضي الله عنهما هذا الحديث والذي قبله وهو قوله صلى الله عليه وسلم أَقْرَبُ مَا يَكُونُ أَحَدُكُمْ مِنِّ إِذَا ذَكَرَنِي وَصَلَّى عَلَيَّ رويناهما عن بعض العارفين عن الخضر عليه السلام عن رسول الله صلى الله عليه وسلم وهما عندنا صحيحان في أعلى درجات الصحة وإن لم يثبتهما المحدثون على مقتضى اصطلاحهم والله أعلم ا.ه.

 

Telah berkata guru kami, yakni ‘Ali Al-Khawwas: “Hadits ini dan yang sebelumnya, yakni sabda Nabi : “Keadaan paling dekat denganku bagi seseorang daripada kalian ialah apabila aku disebut, dia bersolawat ke atasku”. Kami meriwayatkannya dari sebahagian Al-‘Arifin,dari Al-Khidir , dari Rasululloh shollallohu alaihi wasallam, dan keduanya di sisi kami adalah sohih, pada setinggi-tinggi derajat kesohihan, walaupun tiada ditetapkan oleh para ahli ilmu hadits, kerana kesulitan istilah-istilah mereka. Wallohu a'lam. Selesai kutipan dari Al-Imam Asy-Sya’rani.

3. Dicintai Allah dan Rasul

Al-Hafiz As-Sakhawi dari Majduddin Al-Fairuzabadi, pemilik Al-Qamus,dengan sanadnya yang sampai kepada Al-Imam As Samarqandi.  As Sakhawi telah berkata. “Aku telah mendengar Al-Khidir dan Ilyas , dan mereka berdua telah berkata, “Kami telah mendengar Rasululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda:“Tiadalah seorang yang beriman mengucapkan, “Semoga Allah melimpahkan solawat ke atas Muhammad”, melainkan akan dijadikan manusia mencintainya, walaupun mereka sedang membencinya. Demi Allah, tiadalah mereka mencintainya sehingga Allah mencintainya.”

Anjuran Perbanyak Sholawat

Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada umatnya untuk banyak membaca sholawat agar mendapat syafaatnya dan rahmat dari Allah SWT.

Dalam sebuah hadis disebutkan:

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا صَلَّى عَلَيَّ أَحَدٌ صَلَاةً إِلَّا صَلَّتْ عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ مَا دَامَ يُصَلِّي عَلَيَّ فَلْيُقِلَّ عَبْدٌ مِنْ ذَلِكَ أَوْ لِيُكْثِرْ حَدَّثَنَا شُعَيْبُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنَا عَاصِمُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ وَكَانَ بَدْرِيًّا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً فَذَكَرَهُ

 

Dari Abdullah bin Amir bin Rabiah dari Bapaknya berkata; Rasulullah Shallallahualaihiwasallam bersabda: "Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, melainkan Malaikat mendoakannya selama dia mengucapkan shalawat tersebut. Maka terserah saudara, mau mempersedikit dalam membacanya atau memperbanyak." Telah menceritakan kepada kami Syuaib bin Harb telah menceritakan kepada kami Syubah berkata; telah mengabarkan kepada kami Ashim bin Ubaidullah berkata; Muhammad Abdullah bin Amir bin Rabiah menceritakan dari Bapaknya dan dia adalah veteran Perang Badar, dari Nabi Shallallahualaihiwasallam bersabda: "Barangsiapa yang bershalawat atasku satu kali", lalu dia menyebutkannya. (HR. Ahmad) No. 15134.

Allah SWT pun bersholawat kepada Nabi-Nya. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

 

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

 

Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS. Al Ahzab: 56).

Imam Bukhari mengatakan, Abul Aliyah telah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan salawat dari Allah ialah pujian-Nya kepada Nabi Saw. di kalangan para malaikat, dan salawat dari para malaikat ialah doa mereka untuknya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yusalluna ialah memberikan keberkahan.

Wallahu a'lam.

Editor : Kastolani Marzuki

https://www.inews.id

 

Meluruskan Tata Cara Wudhu Sesuai Petunjuk Nabi

Meluruskan Tata Cara Wudhu Sesuai Petunjuk Nabi

 

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Setelah kita mempelajari berbagai macam najis, selanjutnya kita akan mengenal bagaimanakah tata cara wudhu yang benar yang sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga dengan pembahasan ini pula dapat meluruskan kesalahan-kesalahan yang selama ini ada. Hanya Allah yang beri taufik.

Shalat Tidak Sah Tanpa Berwudhu

Dari Ibnu ‘Umar –radhiyallahu ‘anhuma-, beliau berkata, “Saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

لاَ تُقْبَلُ صَلاَةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلاَ صَدَقَةٌ مِنْ غُلُولٍ

 

“Tidak ada shalat kecuali dengan thoharoh. Tidak ada sedekah dari hasil pengkhianatan.”[1]

An Nawawi –rahimahullah- mengatakan, “Hadits ini adalah nash[2] mengenai wajibnya thoharoh untuk shalat. Kaum muslimin telah bersepakat bahwa thoharoh merupakan syarat sah shalat.” [3]

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

 

“Shalat salah seorang di antara kalian tidak akan diterima -ketika masih berhadats- sampai dia berwudhu.“[4]

Tata Cara Wudhu

Mengenai tata cara berwudhu diterangkan dalam hadits berikut:

 

حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ أَخْبَرَهُ أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ – رضى الله عنه – دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ ». قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَكَانَ عُلَمَاؤُنَا يَقُولُونَ هَذَا الْوُضُوءُ أَسْبَغُ مَا يَتَوَضَّأُ بِهِ أَحَدٌ لِلصَّلاَةِ.

 

Humran pembantu Utsman menceritakan bahwa Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu pernah meminta air untuk wudhu kemudian dia ingin berwudhu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya 3 kali, kemudian berkumur-kumur diiringi memasukkan air ke hidung, kemudian membasuh mukanya 3 kali, kemudian membasuh tangan kanan sampai ke siku tiga kali, kemudian mencuci tangan yang kiri seperti itu juga, kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki yang kiri seperti itu juga. Kemudian Utsman berkata, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian beliau bersabda, “Barangsiapa berwudhu seperti wudhuku ini kemudian dia shalat dua rakaat dengan khusyuk (tidak memikirkan urusan dunia dan yang tidak punya kaitan dengan shalat[5]), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. Ibnu Syihab berkata, “Ulama kita mengatakan bahwa wudhu seperti ini adalah contoh wudhu yang paling sempurna yang dilakukan seorang hamba untuk shalat”.[6]

Dari hadits ini dan hadits lainnya, kita dapat meringkas tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai berikut.

Berniat –dalam hati- untuk menghilangkan hadats.

Membaca basmalah: ‘bismillah’.

Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali.

Mengambil air dengan tangan kanan, lalu dimasukkan dalam mulut (berkumur-kumur atau madmadho) dan dimasukkan dalam hidung (istinsyaq) sekaligus –melalui satu cidukan-. Kemudian air tersebut dikeluarkan (istintsar) dengan tangan kiri. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.

Membasuh seluruh wajah sebanyak tiga kali dan menyela-nyela jenggot.

Membasuh tangan –kanan kemudian kiri- hingga siku dan sambil menyela-nyela jari-jemari.

Membasuh kepala 1 kali dan termasuk di dalamnya telinga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kedua telinga termasuk bagian dari kepala” (HR Ibnu Majah, disahihkan oleh Al Albani). Tatacara membasuh kepala ini adalah sebagai berikut, kedua telapak tangan dibasahi dengan air. Kemudian kepala bagian depan dibasahi lalu menarik tangan hingga kepala bagian belakang, kemudian menarik tangan kembali hingga kepala bagian depan. Setelah itu langsung dilanjutkan dengan memasukkan jari telunjuk ke lubang telinga, sedangkan ibu jari menggosok telinga bagian luar.

Membasuh kaki 3 kali hingga ke mata kaki dengan mendahulukan kaki kanan sambil membersihkan sela-sela jemari kaki.

Berikut catatan penting yang perlu diperhatikan dalam tata cara wudhu di atas.

Niat Cukup dalam Hati

Yang dimaksud niat adalah al qosd (keinginan) dan al irodah (kehendak).[7] Sedangkan yang namanya keinginan dan kehendak pastilah dalam hati, sehingga niat pun letaknya dalam hati.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah– mengatakan, “Letak niat adalah di hati bukan di lisan. Hal ini berdasarkan kesepakatan para ulama kaum muslimin dalam segala macam ibadah termasuk shalat, thoharoh, zakat, haji, puasa, memerdekakan budak, jihad dan lainnya.”[8]

Ibnul Qayim –rahimahullah– mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam –di awal wudhu– tidak pernah mengucapkan “nawaitu rof’al hadatsi (aku berniat untuk menghilangkan hadats …)”. Beliau pun tidak menganjurkannya. Begitu pula tidak ada seorang sahabat pun yang mengajarkannya. Tidak pula terdapat satu riwayat –baik dengan sanad yang shahih maupun dho’if (lemah)- yang menyebutkan bahwa beliau mengucapkan bacaan tadi.”[9]

Berkumur-kumur dan Memasukkan Air dalam Hidung Dilakukan Sekaligus Melalui Satu Cidukan Tangan

Ibnul  Qayyim menyebutkan,

“Ketika berkumur-kumur dan memasukkan air dalam hidung (istinsyaq), terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan satu cidukan tangan, terkadang dengan dua kali cidukan dan terkadang pula dengan tiga kali cidukan. Namun beliau menyambungkan (tidak memisah) antara kumur-kumur dan istinsyaq. Beliau menggunakan separuh cidukan tangan untuk mulut dan separuhnya lagi untuk hidung. Ketika suatu saat beliau berkumur-kumur dan istinsyaq dengan satu cidukan maka kemungkinan cuma dilakukan seperti ini yaitu kumur-kumur dan istinsyaq disambung (bukan dipisah).

Adapun ketika beliau berkumur-kumur dan istinsyaq dengan dua atau tiga cidukan, maka di sini baru kemungkinan berkumur-kumur dan beristinsyaq bisa dipisah. Akan tetapi, yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam contohkan adalah memisahkan antara berkumur-kumur dan istinsyaq. Sebagaimana disebutkan dalam shahihain[10] dari ‘Abdullah bin Zaid bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tamadh-madho (berkumur-kumur) dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung) melalui air satu telapak tangan dan seperti ini dilakukan tiga kali. Dalam lafazh yang lain disebutkan bahwa  tamadh-madho (berkumur-kumur) dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung) melalui tiga kali cidukan. Inilah riwayat yang lebih shahih dalam masalah kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air dalam hidung).

Tidak ada satu hadits shahih pun yang menyatakan bahwa kumur-kumur dan istinsyaq dipisah. Kecuali ada riwayat dari Tholhah bin Mushorrif dari ayahnya dari kakeknya yang mengatakan bahwa dia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memisah antara kumur-kumur dan istinsyaq[11]. Dan riwayat tersebut hanyalah berasal dari Tholhah dari ayahnya, dari kakeknya. Padahal kakekanya tidak dikenal sebagai seorang sahabat.”[12]

Membasuh Kepala Cukup Sekali

Ibnul Qayyim menjelaskan,

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membasuh kepalanya seluruh dan terkadang beliau membasuh ke depan kemudian ke belakang. Sehingga dari sini sebagian orang mengatakan bahwa membasuh kepala itu dua kali. Akan tetapi yang tepat adalah membasuh kepala cukup sekali (tanpa diulang). Untuk anggota wudhu lain biasa diulang. Namun untuk kepala, cukup dibasuh sekali. Inilah pendapat yang lebih tegas dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berbeda dengan cara ini.

Adapun hadits yang membicarakan beliau membasuh kepala lebih dari sekali, terkadang haditsnya shahih, namun tidak tegas. Seperti perkataan sahabat yang menyatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dengan mengusap tiga kali tiga kali. Seperti pula perkataan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membasuh kepala dua kali. Terkadang pula haditsnya tegas, namun tidak shahih. Seperti hadits Ibnu Al Bailamani dari ayahnya dari ‘Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengusap tangannya tiga kali dan membasuh kepala juga tiga kali. Namun perlu diketahui bahwa Ibnu Al Bailamani dan ayahnya adalah periwayat yang lemah.”[13]

Kepala Sekaligus Diusap dengan Telinga

Telinga hendaknya diusap berbarengan setelah kepala karena telinga adalah bagian dari kepala. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

 

الأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ

 

“Dua telinga adalah bagian dari kepala.” [14] Hadits ini adalah hadits yang lemah jika marfu’ (dianggap ucapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam). Akan tetapi hadits di atas dikatakan oleh beberapa ulama salaf di antaranya adalah Ibnu ‘Umar.[15]

Ash Shon’ani menjelaskan,

”Walaupun sanad hadits ini dikritik, akan tetapi ada berbagai riwayat yang menguatkan satu sama lain. Sebagai penguat hadits tersebut adalah hadits yang mengatakan bahwa membasuh dua telinga adalah sekaligus dengan kepala sebanyak sekali. Hadits yang menyebutkan seperti ini amatlah banyak, ada dari ‘Ali, Ibnu ‘Abbas, Ar Robi’ dan ‘Utsman. Semua hadits tersebut bersepakat bahwa membasuh kedua telinga sekaligus bersama kepala dengan melalui satu cidukan air, sebagaimana hal ini adalah makna zhohir (tekstual) dari kata marroh (yang artinya: sekali). Jika untuk membasuh kedua telinga digunakan air yang baru, tentu tidak dikatakan, “Membasuh kepala dan telinga sekali saja”. Jika ada yang memaksudkan bahwa beliau tidaklah mengulangi membasuh kepala dan telinga, akan tetapi yang dimaksudkan adalah mengambil air yang baru, maka ini pemahaman yang jelas keliru.

Adapun riwayat yang menyatakan bahwa air yang digunakan untuk membasuh kedua telinga berbeda dengan kepala, itu bisa dipahami kalau air yang ada di tangan ketika membasuh kepala sudah kering, sehingga untuk membasuh telinga digunakan air yang baru.”[16]

Seluruh Kepala Dibasuh, Bukan Hanya Ubun-Ubun Saja

Allah Ta’ala berfirman,

 

وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ

 

“Dan basuhlah kepala kalian.” (QS. Al Maidah: 6)

Fungsi huruf baa’ dalam ayat di atas adalah lil ilsoq artinya melekatkan dan bukan li tab’idh (menyebutkan sebagian). Maknanya sama dengan membasuh wajah ketika tayamum, sebagaimana dalam ayat,

 

فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ

 

“Dan basuhlah wajah kalian.” (QS. Al Maidah: 6). Dua dalil di atas masih berada dalam konteks ayat yang sama. Mengusap wajah pada tayamum bukan hanya sebagian (namun seluruhnya) sehingga yang dimaksudkan dengan mengusap kepala adalah mengusap seluruh kepala.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan,

“Apabila ayat yang membicarakan tentang tayamum tidak mengatakan bahwa mash (membasuh) wajah hanya sebagian padahal tayamum adalah pengganti wudhu dan tayamum jarang-jarang dilakukan, bagaimana bisa ayat wudhu yang menjelaskan mash (membasuh) kepala cuma dikatakan sebagian saja yang dibasuh padahal wudhu sendiri adalah hukum asal dalam berthoharoh dan sering berulang-ulang dilakukan?! Tentu yang mengiyakan hal ini tidak dikatakan oleh orang yang berakal.”[17]

Begitu pula terdapat dalam hadits lain dijelaskan bahwa membasuh kepala adalah seluruhnya dan bukan sebagian. Dalilnya,

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدٍ قَالَ أَتَى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْرَجْنَا لَهُ مَاءً فِى تَوْرٍ مِنْ صُفْرٍ فَتَوَضَّأَ ، فَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا وَيَدَيْهِ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ ، وَمَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَقْبَلَ بِهِ وَأَدْبَرَ ، وَغَسَلَ رِجْلَيْهِ

 

Dari ‘Abdullah bin Zaid, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, lalu kami mengeluarkan untuknya air dalam bejana dari kuningan, kemudian akhirnya beliau berwudhu. Beliau mengusap wajahnya tiga kali, mengusap tangannya dua kali dan membasuh kepalanya, dia menarik ke depan kemudian ditarik ke belakang, kemudian terakhir beliau mengusap kedua kakinya.[18]

Dalam riwayat lain dikatakan,

 

وَمَسَحَ رَأْسَهُ كُلَّهُ

 

“Beliau membasuh seluruh kepalanya.”[19]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Tidak ada satu pun sahabat yang menceritakan tata cara wudhu Nabi yang mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mencukupkan dengan membasuh sebagian kepala saja.”[20] Namun ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membasuh ubun-ubun, beliau juga sekaligus membasuh imamahnya.[21]

Sedangkan untuk wanita muslimah tata cara membasuh kepala tidak dibedakan dengan pria. Akan tetapi, boleh bagi wanita untuk membasuh khimarnya saja. Akan tetapi, jika ia membasuh bagian depan kepalanya disertai dengan khimarnya, maka itu lebih bagus agar terlepas dari perselisihan para ulama. Wallahu a’lam.[22]

Semoga bermanfaat.

 

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel https://rumaysho.com

 

[1] HR. Muslim no. 224.

[2] Nash adalah dalil tegas yang tidak mengandung kemungkinan makna kecuali itu saja.

[3] Syarh Muslim, An Nawawi, 3/102, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobi, Beirut

[4] HR. Bukhari no. 6954 dan Muslim no. 225.

[5] Lihat maksud hadits “laa yuhadditsu bihi nafsuhu” Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 3/108 dan Syarh Sunan Abi Daud, Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad Al Badr, 1/371, Asy Syamilah

[6] HR. Bukhari dan Muslim.

[7] Lihat Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 22/242, Darul Wafa’, cetakan ketiga, 1426 H.

[8] Al Fatawa Al Kubro, Ibnu Taimiyah, 2/87, Darul Ma’rifah Beirut, cetakan pertama, 1386.

[9] Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/196, Tahqiq: Syu’aib Al Arnauth dan ‘Abudl Qodir Al Arnauth, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-17, tahun 1415 H

[10] Bukhari dan Muslim, sebagaimana dikatakan oleh pentahqiq Zaadul Ma’ad.

[11] Dikeluarkan oleh Abu Daud. Namun terdapat seorang periwayat yang dho’if dan Mushorrif –ayah Tholhah- itu majhul. Lihat catatan kaki Zaadul Ma’ad, hal. 192.

[12] Zaadul Ma’ad, 1/192-193.

[13] Zaadul Ma’ad, 1/193.

[14] HR. Abu Daud no. 134, At Tirmidzi no. 37, Ibnu Majah no. 443, dan Ahmad (5/264).

[15] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Abu Malik, 1/118, Al Maktabah At Taufiqiyah.

[16] Subulus Salam, Ash Shon’ani, 1/136-137, Mawqi’ Al Islam.

[17] Majmu’ Al Fatawa, 21/123

[18] HR. Bukhari no. 197.

[19] HR. Ibnu Khuzaimah (1/81). Al A’zhomi mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih.

[20] Majmu’ Al Fatawa, 21/122.

[21] Shahih Fiqh Sunnah, Abu Malik, 1/118, Al Maktabah At Taufiqiyah.

[22] Idem

https://rumaysho.co