Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Kamis, 31 Desember 2020

Keutamaan dan adab menuntut ilmu bersama dalil lengkap

Keutamaan dan adab menuntut ilmu bersama dalil lengkap

 

Sebagian menganggap menuntut ilmu itu sunah, padahal beberapa kondisi menyebabkannya wajib dilakukan.

Brilio.net - Ilmu adalah kunci segala kebaikan dan pengetahuan. Ilmu merupakan sarana untuk menjalankan apa yang Allah perintahkan pada kita. Tak sempurna keimanan dan tak sempurna pula amal kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu Allah disembah, dengannya hak Allah ditunaikan, dan dengan ilmu pula agama-Nya disebarkan.

Hal ini membuat kebutuhan pada ilmu lebih besar dibandingkan kebutuhan pada makanan dan minuman, sebab keberlangsungan agama dan dunia bergantung pada ilmu. Manusia lebih memerlukan ilmu daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman hanya dibutuhkan dua atau tiga kali sehari, sedangkan ilmu diperlukan di setiap waktu.

Sebagian di antara kita mungkin menganggap bahwa hukum menuntut ilmu agama sekadar sunnah, yang artinya mendapat pahala bagi yang melakukannya dan tidak berdosa bagi siapa saja yang meninggalkannya.

Padahal, terdapat beberapa kondisi di mana hukum menuntut ilmu agama adalah wajib atas setiap Muslim (fardhu ‘ain) sehingga berdosalah setiap orang yang meninggalkannya.

Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Senin (27/4), kewajiban menuntut ilmu agama sebagaimana sabda Rasulullah dalam suatu hadist shohih yang berbunyi:

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Tholabul ilmi fariindothun ala kulli muslimin

Artinya:

"Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224)

Keutamaan menuntut ilmu

Terdapat banyak dalil dari kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya terkait keutamaan ilmu dan pemilik ilmu. Di antaranya adalah:

1. Memudahkan seseorang mendapatkan surga.

Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

"Barang siapa menelusuri jalan untuk mencari ilmu padanya, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

2. Ilmu sebagai amal jariyah.

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

"Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu, sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631)

3. Akan diangkat derajatnya oleh Allah.

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah (58): 11)

Dan Allah berfirman:

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala." (QS. Al-Mulk : 10)

4. Orang berilmu adalah orang yang paling takut dengan Allah.

Seperti dalam surah Fatir 28, Allah menjelaskan seseorang dengan ilmu akan lebih memahami bagaimana kehidupan diciptakan dan mendalami pengetahuan tentang kuasa Allah sebagai sang Maha Pencipta. Orang berilmu akan takut melakukan hal-hal yang mengandung dosa karena ia memiliki pengetahuan akan kekuasaan dan juga kebesaran Allah SWT.

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

"Dan demikian pula di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun."

5. Orang berilmu diberi kebaikan di dunia dan akhirat oleh Allah.

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

"Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama." (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim No. 1037)

Adab menuntut ilmu dalam Islam

Selain memiliki beberapa keutamaan dalam menuntut ilmu, dalam Islam juga diajarkan bagaimana adab seseorang saat menuntut ilmu agar ilmu yang sedang ia pelajari dapat membawa banyak berkah bagi kehidupan. Seperti kata Imam Malik pada kaum Qurais yaitu sebagai berikut:

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

"Pelajarilah adab sebelum mempelajari suatu ilmu"

Dari pesan tersebut, dapat kita ketahui sangat penting untuk mempelajari adab terlebih dahulu sebelum seseorang menuntut ilmu. Berikut ini adab-adab menuntut ilmu yang perlu kita ketahui:

1. Niat Lillahi ta'ala.

Saat kita hendak menuntut ilmu, niat utama kita harus karena Allah. Seperti firman Allah dalam surah Al Bayyinah ayat 5:

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus."

2. Selalu berdoa saat menuntut ilmu.

Seperti Nabi Muhammad yang selalu berdoa dalam menuntut ilmu, sebagai berikut:

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:-"Ya Allah, berilah manfaat atas apa yang Engkau ajarkan kepadaku, ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahilah aku ilmu."

3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.

Ketika menuntut ilmu hendaknya kita bersungguh-sungguh dan selalu antusias untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Tuntutlah ilmu seolah-olah tidak pernah kenyang dengan ilmu yang didapatkan, hendaknya kita selalu berkeinginan untuk menambah ilmu kita.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam barsabda, "Dua orang yang rakus yang tidak pernah kenyang: yaitu orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang dengannya dan orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang dengannya." (HR. Al-Baihaqi)

4. Menjauhi maksiat.

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan 'ar raan' yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), 'Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka'."

Agar kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan penuh berkah,, maka kita harus menjauhkan diri dari maksiat, karena maksiat akan membuat otak menjadi sulit untuk berkonsentrasi sehingga ilmu yang kita tangkap akan sulit di mengerti.

5. Jangan sombong ketika menuntut ilmu.

Jika ingin mendapatkan ilmu yang bermanfaat, alangkah baiknya kita harus tetap rendah hati. Jangan merasa sombong ketika kita sudah merasa cukup dengan ilmu yang kita miliki, seperti kata Imam Mujahid seperti dibawah ini:

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

"Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong" (HR. Bukhari secara muallaq)

6. Menyimak guru saat menuntut ilmu.

Keutamaan dan adab menuntut ilmu dalam Islam © 2020 brilio.net View Image

Artinya:

"Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat."

Menyimak guru atau seseorang yang sedang memberikan ilmu kepada kita merupakan salah satu adab dalam menuntut ilmu. Jangan berbicara atau melakukan hal lain yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan pelajaran yang disampaikan saat menuntut ilmu, dalam artian kita harus fokus mendengarkan dan menyimak.

Nah mulai sekarang, usahakan tetap fokus dan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu ya. Tetap semangat menuntut ilmu di mana saja, tak hanya di bangku sekolah atau di bangku perkuliahan saja, namun juga harus diiringi dengan menuntut ilmu agama sebagai bekal kita hidup di akhirat nanti.

https://www.brilio.net

 

 

Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Dinaungi Sayap Malaikat

Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Dinaungi Sayap Malaikat

 

Imam Al-Ajurri Rahimahullah menyebutkan dalam kitab beliau bab tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid untuk mempelajari Al-Qur’an. Maksud beliau adalah pahala yang akan didapatkan atau kebaikan dan keutamaan yang akan didapatkan oleh orang yang duduk di masjid atau di rumah-rumah Allah ‘Azza wa Jalla.

Karena kata فضلdi sini mufrad namun diidhafahkan maka berarti umum, artinya keutamaan-keutamaan.

Perkataan beliau, “Untuk mempelajari Al-Qur’an” maksudnya adalah untuk mempelajari Al-Qur’an. Dan yang dimaksud di sini ada dua hal; yang pertama yaitu berkumpulnya beberapa orang kepada satu orang yang mutqin dalam membaca Al-Qur’an dan mengajarkan mereka satu persatu cara membaca yang benar. Dan yang kedua yaitu mereka semua duduk menghadiri majelis satu seorang yang memahami tentang Al-Qur’an kemudian alim tersebut menjelaskan kepada mereka makna-makna dan menerangkan kepada mereka petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dan semua yang kita sebutkan tadi termasuk mempelajari Al-Qur’an baik itu untuk mempelajari cara membaca yang benar atau untuk mengetahui isi dan petunjuk-petunjuk dari Al-Qur’an. Maka yang dimaksud dalam bab ini mencakup dua hal yang kita sebutkan tadi.

Imam Al-Ajurri Rahimahullah menyebutkan sanadnya sampai ke sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda:

 

مَا تَجَلَسَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا حَفَّتْ بِهِمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

 

“Tidaklah suatu kaum duduk di rumah dari rumah-rumah Allah mereka membaca kitabullah, mereka mempelajarinya, kecuali akan turun kepada mereka malaikat dan mereka akan diliputi rahmat dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyebutkan mereka di hadapan para makhlukNya yang ada di sisiNya. Dan barangsiapa yang terlambat amalannya maka tidak akan dicepatkan oleh nasabnya.”

Maksud sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Tidaklah suatu kaum duduk-duduk” di sini beliau menyebutkan dua orang atau lebih yang ikut serta dalam satu kegiatan. Dan di sini mengandung makna motivasi dan anjuran bagi orang-orang untuk saling tolong-menolong, saling bantu-membantu, saling dukung-mendukung untuk mempelajari Al-Qur’an. Karena setiap orang butuh untuk diberi motivasi, diberi dorongan, dikuatkan untuk selalu menghadiri pengajian dan untuk memperhatikan kegiatan-kegiatan tersebut. Dan seseorang yang menginginkan kebaikan kepada saudaranya, ia selalu membantu saudaranya untuk menghadiri pelajaran dan kajian dan sejenisnya.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Tidaklah berkumpul satu kaum di rumah dari rumah-rumah Allah” sebagian para ulama menyebutkan bahwasanya ini pada umumnya terjadi yaitu di rumah-rumah Allah. Namun jika kajian atau pelajaran tersebut dilakukan di sebuah madrasah atau di rumah tinggal maka diharapkan dengan izin Allah seorang juga akan mendapatkan keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini terutama dalam sebagian lafadz hadits (yaitu dalam shahih Muslim) Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 

لَا يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا حَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ

 

“Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kecuali akan dinaungi oleh para Malaikat, diliputi rahmat dan akan turun kepada mereka ketenangan. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan mereka di hadapan para makhlukNya yang ada di sisiNya.”

Dalam hadits ini tidak disebutkan, “di rumah dari rumah-rumah Allah” Maka tentu mempelajari Al-Qur’an jika dilakukan di sebuah masjid, tidak diragukan lagi bahwa ini lebih utama, lebih baik dan lebih sempurna. Namun jika dilakukan di rumah atau di madrasah atau selainnya, maka diharapkan juga akan mendapatkan keutamaan yang disebutkan dalam hadits ini.

Oleh karena itu Imam Al-Hafidz An-Nawawi Rahimahullah mengatakan bahwasanya disetarakan dengan masjid dalam keutamaan ini yaitu seseorang atau suatu kaum berkumpul di sebuah madrasah atau sekolah atau pesantren atau selainnya. Dan dalilnya adalah hadits yang kita bacakan tadi karena dalam hadits disebutkan secara mutlak yang mencakup semua tempat. Dan batasan dalam hadits, “Di rumah-rumah Allah” ini dalam istilahnya disebut secara umumnya. Yaitu pada umumnya biasanya orang belajar Al-Qur’an di masjid. Terutama di zaman Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Namun tidak harus kita memahami demikian. Maksudnya selain di Masjid pun seseorang akan mendapatkan keutamaan yang sama.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah-rumah Allah mereka membaca kitabullah.” maksudnya di sini yaitu satu orang membaca dan yang lain mendengarkan atau salah seorang membaca ayat kemudian seorang alim menjelaskan makna dan menafsirkan ayat-ayat tersebut. Maka inilah yang dimaksud dengan mereka semua membaca kitabullah. Dan semua (baik yang membaca maupun yang sekedar mendengarkan) akan mendapatkan bagian dari pahala.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “D an mereka mempelajari Al-Qur’an tersebut.” Yaitu mereka mempelajarinya dengan cara berusaha memahami makna-maknanya dan mengerti petunjuk-petunjuk dari ayat-ayat tersebut.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Kecuali mereka akan dinaungi oleh para Malaikat.” Dan Malaikat akan menaungi majelis tersebut dari semua sudutnya dan bagian-bagiannya. Dan apabila mereka berkumpul untuk mempelajari Al-Qur’an di rumah Allah dan mereka tidak melihat Malaikat di tempat tersebut namun kita harus meyakini bahwasanya ini adalah sabda yang pasti kebenarannya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maka pasti para Malaikat tersebut menaungi dan mengerumuni majelis-majelis tersebut dengan sayap-sayap mereka meskipun kita tidak melihatnya. Dalam hadits disebutkan:

 

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ المَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضَاءً لِطَالِبِ العِلْمِ

 

“Barangsiapa yang meniti jalan menuntut ilmu, Allah akan memudahkan untuknya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para Malaikat meletakkan sayapnya-sayapnya karena ridha dengan perbuatan penuntut ilmu.”

Juga dalam hadits yang lain disebutkan:

 

إِنَّ لِلَّهِ مَلَائِكَةً سَيَّاحِينَ فِي الأَرْضِ فُضُلًا عَنْ كُتَّابِ النَّاسِ، فَإِذَا وَجَدُوا أَقْوَامًا يَذْكُرُونَ اللَّهَ تَنَادَوْا: هَلُمُّوا إِلَى بُغْيَتِكُمْ، فَيَجِيئُونَ فَيَحُفُّونَ بِهِمْ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا

 

“Sesungguhnya Allah mempunyai Malaikat-malaikat yang selalu berkeliling di muka bumi selain Malaikat yang bertugas menjaga manusia dan menulis catatan amalan mereka. Maka apabila Malaikat-malaikat tersebut mendapati satu kaum yang berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala mereka saling menyeru: kemari, datangilah apa yang kalian cari dan mereka semua datang dan mereka menaungi kaum tersebut dan mereka berkerumun sampai ke langit dunia.” (HR. Tirmidzi)

Dan perbuatan Malaikat ini menunjukkan bahwasanya mereka ridha dan senang dengan apa yang dilakukan oleh kaum tersebut yaitu mereka berkumpul untuk berdzikir dan mempelajari ilmu agama.

Kemudian sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Mereka akan diliputi oleh Rahmat.” Maksudnya di sini adalah rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan betapa banyak rahmat yang turun di majelis-majelis dzikir, di rumah-rumah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan betapa banyak orang yang Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dan rahmati di sebuah majelis dzikir sehingga ia keluar dengan satu faedah, dia keluar dengan membawa ilmu, membawa kebaikan, membawa keutamaan yang tinggal padanya sampai akhir hayatnya. Maka lihatlah betapa besar rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bisa jadi kita dapati ada orang yang lalai kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala muliakan dia atau Allah berikan taufiq untuk menghadiri suatu majelis kemudian ia mendengar satu kalimat dan perkataan yang menghidupkan hatinya dan menjadi sebab keshalihan dia dan sebab dia mendapatkan hidayah.

Juga kita kadang mendapati ada seorang yang bertahun-tahun hidup diatas bid’ah, di atas kesesatan, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala bimbing dia untuk menghadiri suatu majelis sunnah sehingga ia berubah dari bid’ah kepada sunnah. Dan juga betapa banyak kita dapati orang-orang yang hidup diatas kesyirikan dari sejak kecil kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan dia untuk menghadiri suatu majelis yang dijelaskan di majelis tersebut aqidah yang benar, tauhid yang benar sehingga ia pun berubah dari kesesatan menuju kebenaran. Dan ini adalah salah satu rahmat dari rahmat-rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Juga betapa banyak orang yang mempunyai kesalahan dalam sisi tertentu baik dalam ibadahnya atau akhlaknya atau muamalahnya, kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala beri taufiq kepadanya untuk menghadiri suatu majelis dzikir, majelis ilmu, kemudian ia mendengar sesuatu yang bisa menghidupkan hatinya dan ia segera berubah. Ini semua adalah bentuk rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dalam akhir hadits yang kita jelaskan di sini, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 

هُمُ الْقَوْمُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ

 

“Mereka adalah suatu kaum yang tidak akan sengsara orang yang duduk bersama mereka.”

Karena majelis ilmu adalah majelis yang penuh rahmat, penuh ampunan, penuh hidayah dan sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan mereka yang duduk di majelis ilmu di hadapan para makhlukNya yang ada di sisiNya. Ini adalah keutamaan yang sangat besar, yang sangat mulia, sangat agung, yaitu Rabbul ‘Alamin (Tuhan semesta alam) di tempat yang paling tinggi di sisi para Malaikat yang mulia Allah menyebutkan mereka yang membaca firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang mempelajari makna-makna dari ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini berarti bahwasannya Allah ridha kepada mereka dan Allah mencintai mereka. Itulah sebabnya kenapa Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan mereka di hadapan makhluk yang ada di sisiNya.

Dalam hadits shahih yang berasal dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata bahwa suatu ketika sahabat Muawiyah keluar mendatangi satu perkumpulan di masjid. Maka beliau bertanya, “Apa yang membuat kalian duduk di masjid ini?” Mereka menjawab, “Kami duduk untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Kemudian Muawiyah berkata, “Demi Allah tidak ada yang membuat kalian duduk di sini kecuali untuk berdzikir?” Mereka mengatakan, “Demi Allah kami tidak duduk kecuali untuk perkara tersebut.” Kemudian Muawiyah mengatakan, “Sesungguhnya aku tidak meminta kalian bersumpah karena aku menuduh kalian berdusta. Karena tidak ada yang haditsnya lebih sedikit dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam walaupun kedudukannya dariku (artinya Muawiyah sedikit meriwayatkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) Dan sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam satu hari pernah keluar menemui satu majelis/perkumpulan yang dihadiri oleh para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam maka beliau mengatakan, “Aapa yang membuat kalian duduk di sini?” Mereka menjawab, “Kami duduk dan memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan kami petunjuk menuju agama Islam dan memberikan karunia yang banyak kepada kami.” Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “Demi Allah tidak ada yang membuat kalian duduk kecuali perkara tersebut?” Mereka mengatakan, “Demi Allah kami tidak duduk kecuali untuk perkara tersebut.” Kemudian Nabi mengatakan perkataan yang sama:

 

وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي، أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ

 

“Sesungguhnya aku tidak menyuruh kalian bersumpah karena aku menuduh kalian berdusta, akan tetapi Malaikat Jibril mendatangiku dan mengabarkan kepadaku bahwasannya Allah ‘Azza wa Jalla membanggakan kalian di hadapan para Malaikat.” (HR. Muslim)

Padahal Tuhan yang Maha Mulia tidak butuh kepada majelis-majelis yang dilakukan oleh para manusia. Allah tidak butuh kepada ketaatan mereka, Allah tidak butuh kepada ibadah mereka dan tidak bermanfaat bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala ketaatan orang yang berbuat ketaatan dan tidak membahayakan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala maksiat orang yang bermaksiat sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi, Allah berfirman:

 

يَا عِبَادِي! إنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّونِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي. يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا. يَا عِبَادِي! لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا.

 

“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak akan mampu menimpakan marabahaya kepadaKu, sesungguhnya kalian tidak akan memberi manfaat kepadaKu. Wahai hamba-hambaKu seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang belakangan serta semua jin dan manusia berada pada tingkat ketaqwaan yang paling tinggi, hal tersebut tidak akan menambah kekuasaanKu sedikitpun. Wahai hamba-hambaKu, seandainya orang yang terdahulu sampai orang belakangan di antara kalian dan semua jin dan manusia berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk maka hal tersebut tidak akan mengurangi sedikitpun dari kekuasaanKu.” (HR. Muslim)

Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak bermanfaat untukNya ketaatan orang yang melakukan ketaatan, tidak membahayakan bagi Allah maksiat orang yang bermaksiat. Akan tetapi karena besarnya karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah membanggakan makhlukNya di hadapan para MalaikatNya dan Allah menyebutkan nama-nama mereka di sisi para malaikatNya karena mereka berkumpul untuk berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, membaca FirmanNya dan mempelajari makna-makna dari ayat-ayat Al-Qur’an serta mereka berusaha mentadabburi Al-Qur’an. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan mereka di makhluk yang ada di sisiNya.

Kemudian di akhir hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Dan barangsiapa yang dilambatkan oleh amalnya, tidak akan ditempatkan oleh nasabahnya.” Maksudnya adalah barangsiapa yang lambat agamanya, maka pada hari kiamat nanti jika dia tidak membawa ketaatan yang bisa memberatkan timbangan kebaikannya dan meninggikan derajatnya, maka nasabnya tidak akan membuat dia cepat. Walaupun nasabnya adalah nasab yang paling tinggi tidak akan bermanfaat nasab tersebut dan tidak akan mengangkat derajatnya sedikitpun. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

 

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ ﴿١٠١﴾

 

“Dan apabila sangkakala ditiup, maka tidak ada tali nasab di antara mereka pada hari tersebut dan mereka pun tidak saling bertanya.” (QS. Al-Mu’minun[23]: 101)

Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

 

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّـهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿١٣﴾

 

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujarat[49]: 13)

Maka yang paling mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang paling bertakwa kepada Allah. Dan yang membuat seseorang cepat prosesnya di akhirat nanti yaitu takwanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, ketaatan kepadaNya dan ibadah yang telah dia lakukan.

https://www.radiorodja.com

 


Keutamaan Ilmu dalam Islam dan Dalilnya dalam Al Qur'an

Keutamaan Ilmu dalam Islam dan Dalilnya dalam Al Qur'an

 

 

Jakarta - Keutamaan ilmu, belajar dan mengajarkan ilmu sangat penting dalam Islam. Di dalam Al-Qur'an juga disebutkan beberapa keutamaan ilmu. Apa saja?

Rasulullah SAW bersabda,

 

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

 

Artinya: "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami'ish Shaghiir no. 3913)

1. Orang Berilmu Diangkat Derajatnya

Allah SWT berfirman:

"...Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat..." (QS. Al-Mujadilah [58]: 11).

Dan Allah SWT berfirman:

"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS. Al-Mulk : 10).

Allah SWT sudah memberikan banyak kenikmatan. Jika kita tidak gunakan dengan baik, maka kita akan menjadi salah satu orang yang merugi. Seperti tercantum dalam surat Al-Mulk ayat 10.

2. Orang Berilmu Takut Kepada Allah SWT

Dalam surat Fatir ayat 28, Allah SWT berfirman:

"Dan demikian pula diantara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Maha Perkasa, Maha Pengampun."

Ayat ini menjelaskan tentang, dengan ilmu, seseorang akan lebih memahami bagaimana kehidupan ini diciptakan dan mendalami pengetahuan tentang kuasa Allah SWT sebagai sang maha pencipta. Orang berilmu akan takut melakukan hal-hal yang mengandung dosa karena ia memiliki pengetahuan akan kekuasaan dan juga kebesaran Allah SWT.

3. Orang Berilmu akan Diberi Kebaikan Dunia dan Akhirat

Dalam surat Al-Baqarah [2]: 269, Allah SWT berfirman:

"Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)."

4. Orang Berilmu Dimudahkan Jalannya ke Surga

Dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu pengetahuan dalam Islam, Rasulullah SAW bersabda:

 

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

 

Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim, no. 2699)

5. Orang Berilmu Memiliki Pahala yang Kekal

Ilmu akan kekal dan bermanfaat bagi pemiliknya walaupun ia telah meninggal. Disebutkan dalam sebuah hadist tentang keutamaan ilmu dalam Islam:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata kepada Rasullullah shallallahu'alaihi wa sallam:

 

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 

Artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do'a anak yang sholeh" (HR. Muslim no. 1631)

Lusiana Mustinda - detikNews

https://news.detik.com

 


Rabu, 30 Desember 2020

Malaikat yang Mencari Majelis Dzikir

Malaikat yang Mencari Majelis Dzikir

 

Hadits #1447

عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ للهِ تَعَالَى مَلائِكَةً يَطُوفُونَ فِي الطُّرُقِ يَلْتَمِسُونَ أهْلَ الذِّكْرِ ، فِإِذَا وَجَدُوا قَوْمَاً يَذْكُرُونَ اللهَ – عَزَّ وَجَلَّ – ، تَنَادَوْا : هَلُمُّوا إِلَى حَاجَتِكُمْ ، فَيَحُفُّونَهُمْ بِأَجْنِحَتِهِم إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا ، فَيَسْألُهُمْ رَبُّهُمْ – وَهُوَ أعْلَم – : مَا يَقُوْلُ عِبَادِي ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : يُسَبِّحُونَكَ ، ويُكبِّرُونَكَ ، وَيَحْمَدُونَكَ ، ويُمَجِّدُونَكَ ، فَيَقُوْلُ : هَلْ رَأَوْنِي ؟ فَيَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ مَا رَأَوْكَ . فَيَقُوْلُ : كَيْفَ لَوْ رَأوْنِي ؟! قَالَ : يقُولُونَ : لَوْ رَأوْكَ كَانُوا أَشَدَّ لَكَ عِبَادَةً ، وَأَشَدَّ لَكَ تَمْجِيداً ، وَأَكْثَرَ لَكَ تَسْبِيحاً . فَيقُولُ : فَمَاذَا يَسْأَلُونَ ؟ قَالَ : يَقُولُونَ : يَسْألُونَكَ الجَنَّةَ . قَالَ : يَقُوْلُ : وَهَلْ رَأَوْها ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ يَا رَبِّ مَا رَأَوْهَا . قَالَ : يَقُوْلُ : فَكيفَ لَوْ رَأوْهَا ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لَوْ أنَّهُمْ رَأوْهَا كَانُوا أشَدَّ عَلَيْهَا حِرْصاً ، وَأَشَدَّ لَهَا طَلَباً ، وَأَعْظَمَ فِيهَا رَغْبَةً . قَالَ : فَمِمَّ يَتَعَوَّذُونَ ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : يَتَعَوَّذُونَ مِنَ النَّارِ ؛ قَالَ : فَيَقُوْلُ : وَهَلْ رَأوْهَا ؟ قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لاَ وَاللهِ مَا رَأوْهَا . فَيَقُولُ : كَيْفَ لَوْ رَأوْهَا ؟! قَالَ : يَقُوْلُوْنَ : لَوْ رَأوْهَا كَانُوا أَشَدَّ مِنْهَا فِرَاراً ، وَأَشَدَّ لَهَا مَخَافَةً . قَالَ : فَيَقُوْلُ : فَأُشْهِدُكُمْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُم ، قَالَ : يَقُوْلُ مَلَكٌ مِنَ المَلاَئِكَةِ : فِيْهِمْ فُلاَنٌ لَيْسَ مِنْهُمْ ، إنَّمَا جَاءَ لِحَاجَةٍ ، قَالَ : هُمُ الجُلَسَاءُ لاَ يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ )) . مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berkeliling jalan-jalan mencari ahli dzikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang sedang mengingat Allah, mereka berseru, ‘Marilah kalian menuju kebutuhan kalian.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Lalu para malaikat itu mengelilingi mereka dengan sayap-sayapnya sampai langit dunia.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Kemudian Rabb mereka bertanya kepada mereka,–dan Dia lebih tahu dari mereka–, ‘Apa yang dikatakan hamba-hamba-Ku?’ Mereka berkata, ‘Mereka bertasbih memahasucikan-Mu, bertakbir mengagungkan-Mu, bertahmid memuji-Mu, dan memuliakan-Mu.’ Lalu Allah berkata, ‘Apakah mereka melihat-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mereka tidak melihat-Mu.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihat-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihat-Mu, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh beribadah kepada-Mu, sangat bersungguh-sungguh memuliakan-Mu, dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu.’”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan, “Allah berkata, ‘Lalu apa yang mereka minta kepada-Ku?’ Mereka menjawab, ‘Mereka meminta surga kepada-Mu.’ Allah berkata, ‘Apakah mereka melihat surga?’ Mereka menjawab, “Tidak, demi Allah, wahai Rabb, mereka tidak melihatnya.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, mereka pasti sangat bersungguh-sungguh untuk mendapatkannya, sangat bersungguh-sungguh untuk memintanya, dan sangat menginginkannya.’”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah berkata, ‘Lalu dari apa mereka meminta perlindungan?’ Mereka menjawab, ‘Dari api neraka.’ Allah berkata, ‘Apakah mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Tidak, demi Allah, mereka tidak melihatnya.’ Allah berkata, ‘Bagaimana seandainya mereka melihatnya?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya mereka melihatnya, pasti mereka sangat bersungguh-sungguh lari darinya dan sangat takut kepadanya.’”

Beliau melanjutkan, “Allah berkata, ‘Maka Aku persaksikan kepada kalian sesungguhnya Aku telah mengampuni mereka.’ Salah satu malaikat pun berkata, ‘Namun, di antara mereka ada si fulan dan ia bukan bagian dari mereka. Ia datang hanya karena ada keperluan.’ Allah menjawab, ‘Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada sengsara orang yang duduk bermajelis bersama dengan mereka.’” (Muttafaqun ‘alaih) (HR. Bukhari, no. 6408 dan Muslim, no. 2689)

Penjelasan Hadits

Dalam hadits ini terdapat keutamaan majelis orang shalih. Majelis bersama orang shalih akan memudahkan rahmat Allah itu datang, meskipun kita belum tentu sama dengan mereka. Karena ada yang datang dengan maksud berdzikir dan berdoa, ada pula karena memenuhi hajat semata. Makanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, “Mereka semua adalah teman duduk, dan tidak ada sengsara orang yang duduk bermajelis bersama dengan mereka.”

Dari sini disimpulkan akan dianjurkannya berdzikir, membaca Al-Qur’an, bertasbih, bertahmid, dan bertahlil. Namun cukup berdzikir dan berdoa sendiri-sendiri.

Di antara bentuk berkumpul adalah berkumpul ketika shalat Shubuh dan shalat Ashar, karena seperti itu juga sudah termasuk berdzikir dengan membaca tasbih, takbir, tahlil, membaca Al-Qur’an, dan berdoa. Juga ada hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ada malaikat yang berkumpul pada waktu Shubuh dan ‘Ashar. Demikian diungkapkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Syarh Riyadh Ash-Shalihin, 5:532.

 

Referensi:

Syarh Riyadh Ash-Shalihin. Cetakan ketiga, Tahun 1427 H. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Madarul Wathan.

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

https://rumaysho.com

 


Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu

Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu

 

BincangSyariah.Com – Dalam kitab Al-Targhib wa Al-Tarhib, Ibn Abbas meriwayatkan: “Rasulullah telah ditanya oleh salah seorang sahabatnya perihal siapa teman duduk yang paling baik. Rasulullah menjawab, ‘Orang yang bila kamu lihat, dapat mengingatkanmu kepada Allah, menambahkan ilmumu dalam pembicaraannya, dan mengingatkanmu kepada akhirat dari amal-amalnya.’”

Hampir setiap kitab hadis menyebutkan tentang pentingnya duduk bersama ulama yang dimaksudkan di atas. Bahkan, Nabi menyebut keutamaan menghadiri majelis ilmu, tempat dimana ulama berkumpul dan duduk sebagai ‘taman-taman surga’. Dalam hadis yang diriwayatkan al-Thabrani, dalam kitab al Mu’jam al-Kabir, disebutkan bahwa Rasulullah bersabda,

“Apabila melewati taman surga, hendaklah kamu duduk di situ; istirahatlah di situ.”

Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa taman surga itu?”

Nabi SAW menjawab, “Majelis-majelis ilmu.”

Rasulullah juga bersabda, “Barangsiapa yang duduk bersama ulama, maka dia duduk bersamaku. Dan barangsiapa yang duduk bersamaku, seakan-akan dia duduk bersama Allah.”

Dalam hadis yang diterima dari Abu Umamah, yang diriwayatkan oleh Al-Thabrani, disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Lukman pernah menasehati anaknya: ‘Hai anaku, hendaklah engkau sering duduk bersama ulama dan mendengarkan pembicaraan para ahli hikmah. Karena, sesungguhnya Allah akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah; seperti Allah menghidupkan bumi yang mati dengan limpahan air hujan.’”

Ada beberapa keuntungan jika mendengarkan pengajian secara langsung di masjid. Pertama, tempat pengajian itu penuh berkah. Dalam sebuah hadis, pada kitab Sahih Bukhari, diceritakan bahwa para sahabat memperebutkan rambut Rasulullah untuk mengambil berkah. Al-Quran menyebutkannya: “Kami berkati tempat di sekitar Rasulullah itu” (Q.S. Al-Isra: 1). Mendengarkan pengajian hanya melalui pengeras suara dapat menghilangkan berkah dari taman surga. Mungkin ada yang berkata: “Buat apa datang ke pengajian bila hanya untuk tidur saja.” Tidur di masjid ketika mendengarkan pengajian lebih baik daripada tidur dan tidak mendengarkan pengajian. Sebab, menurut sebuah penelitian, otak manusia itu sebenarnya masih merekam suara di sekitarnya walaupun dalam keadaan tidur.

Keutamaan berikutnya, menghadiri majelis ilmu itu dapat menyambung tali kekeluargaan. Di era informasi, ketika setiap rumah sudah dilengkapi alat elektronik yang dapat menghubungkan kita dengan tetangga kita, dengan pasar atau kantor, orang akan jarang berhubungan dengan sesamannya. Mereka tidak perlu lagi datang ke kantor, dengan pakaian resmi. Mereka pun tidak perlu lagi datang ke pengajian, karena mereka dapat mendengarkannya lewat alat elektronik. Ada yang hilang dari hal seperti itu, yaitu hubungan silaturahmi antarmanusia.

Bersilaturahmi boleh jadi kita lakukan di tempat maksiat; seperti di hotel, bar, dan tempat-tempat lain. Bahkan ada sebuah hadis yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata, “Ada seorang pendosa yang senang menyambungkan persaudaraan. Kemudian Allah menambahkan usia dan rezekinya.” Apalagi, bila perbuatan baik itu (silaturahim) dilakukan oleh orang yang bukan pendosa. Bar juga merupakan tempat silaturahmi yang mungkin lebih intim dari tempat lain. silaturahmi diberkati tetapi perbuatan maksiatnya tidak.

Sebenarnya banyak hadis yang menyuruh kita menghormati ulama. Hal ini bukan merupakan kultus individu. Ini memang aneh! Bila ada yang mengormati artis mereka tidak menyebutnya sebagai kultus individu; mereka menyebutnya ‘mengidolakan’. Marilah kita berusaha membiasakan duduk dan menghormati para ulama yang memiliki kriteria di atas. Ulama yang ketika kita melihatnya, ia dapat menginngatkan kita pada Allah. Ulama yang apabila kita mendengarkan pembicaraannya, dapat menambah ilmu kita. Ulama yang jika kita melihat amal-amalnya, akan mengingatkan kita pada hari akhirat. Hal itu dikarenakan ada hubungan antara tingkah laku kita dengan orang yang kita cintai; dan ulama yang kita hormati akan segera membentuk perilaku kita.

Ulama seperti itulah teman didik kita yang baik. Ulama seperti itu, selain mengingatkan kita kepada Allah jika kita melihatnya, juga akan menambah ilmu kita bila kita mendengar pembicaraannya. Mereka juga akan mengantar kita pada hari akhirat jika kita melihat amal-amalnya. Allahu A’lam.

Penulis Abdul Aziz

https://bincangsyariah.com

 


Keutamaan Mendatangi Majelis Ilmu

Keutamaan Mendatangi Majelis Ilmu

 

AKURAT.CO, Ilmu adalah cahaya yang menerangi perjalanan hidup manusia. Kita tidak bisa mengetahui apa itu Islam, bagaimana caranya salat, apa saja yang diperintahkan, apa saja yang dilarang, dan lain sebagainya tanpa adanya suatu ilmu. Maka dari itu, menuntut ilmu hukumnya wajib bagi seluruh kaum muslimin dan muslimat dari lahir sampai ke liang lahat.

Menurut Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw pernah ditanya oleh salah seorang sahabatnya perihal siapa teman duduk yang paling baik.

Rasulullah kemudian bersabda, "Orang yang apabila kamu lihat, dapat mengingatkanmu kepada Allah, menambahkan ilmumu dalam pembicaraannya, dan mengingatkanmu kepada akhirat dari amal-amalnya."

Dari keterangan hadis di atas, jelas bahwa kita diperintahkan untuk selalu mencari ilmu dan mendatangi majelis-majelis ilmu. Meski saat ini kemajuan zaman sudah membuat sendi-sendi kehidupan serba praktis, tetapi menghadiri majelis ilmu dan duduk bersama guru atau ulama tetap lebih utama.

Dalam kitab Al Mu’jam al-Kabir diceritakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda;

"Apabila melewati taman surga, hendaklah kamu duduk di situ dan istirahatlah di situ."

Para sahabat lantas bertanya, "Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud taman surga itu?"

Nabi Muhammad saw menjawab, "Ialah majelis-majelis ilmu. Barang siapa yang duduk bersama ulama, maka dia duduk bersamaku. Dan barang siapa yang duduk bersamaku, seakan-akan dia duduk bersama Allah." (HR. Thabrani)

Bagi siapa saja yang duduk bersama guru dan para ulama dalam suatu majelis ilmu, maka akan mendapat berbagai keutamaan.

Pertama ia akan dimudahkan menuju surganya Allah.

Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga." (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud)

Kedua ia akan dimuliakan para malaikat.

Nabi Muhammad saw bersabda, "Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya." (HR. Muslim)

Ketiga ia akan mendapat pahala jihad fi sabilillah.

Jihad bukan hanya perang, melainkan juga menuntut ilmu sebagaimana yang tercantum dalam salah satu hadis Nabi Muhammad saw.

Rasulullah saw bersabda, "Barang siapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarinya, maka ia seperti mujahid fi sabilillah. Dan barang siapa yang memasukinya bukan dengan tujuan tersebut, maka ia seperti orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya." (HR. Ibnu Hibban).

 

Wallahu a'lam. []

https://akurat.co

 


Selasa, 29 Desember 2020

Majelis Dzikir

Majelis Dzikir

 

Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam kitab Shahih Muslim :

 

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمِ بْنِ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا بَهْزٌ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا سُهَيْلٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ حَتَّى يَمْلَئُوا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَإِذَا تَفَرَّقُوا عَرَجُوا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ قَالَ فَيَسْأَلُهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ فَيَقُولُونَ جِئْنَا مِنْ عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي الْأَرْضِ يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيُهَلِّلُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيَسْأَلُونَكَ قَالَ وَمَاذَا يَسْأَلُونِي قَالُوا يَسْأَلُونَكَ جَنَّتَكَ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا لَا أَيْ رَبِّ قَالَ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا جَنَّتِي قَالُوا وَيَسْتَجِيرُونَكَ قَالَ وَمِمَّ يَسْتَجِيرُونَنِي قَالُوا مِنْ نَارِكَ يَا رَبِّ قَالَ وَهَلْ رَأَوْا نَارِي قَالُوا لَا قَالَ فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا نَارِي قَالُوا وَيَسْتَغْفِرُونَكَ قَالَ فَيَقُولُ قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ فَأَعْطَيْتُهُمْ مَا سَأَلُوا وَأَجَرْتُهُمْ مِمَّا اسْتَجَارُوا قَالَ فَيَقُولُونَ رَبِّ فِيهِمْ فُلَانٌ عَبْدٌ خَطَّاءٌ إِنَّمَا مَرَّ فَجَلَسَ مَعَهُمْ قَالَ فَيَقُولُ وَلَهُ غَفَرْتُ هُمْ الْقَوْمُ لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ

 

Muhammad bin Hatim bin Maimun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Bahz menuturkan kepada kami. Dia berkata; Wuhaib menuturkan kepada kami. Dia berkata; Suhail menuturkan kepada kami dari ayahnya dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah tabaraka wa ta’ala memiliki para malaikat khusus yang senantiasa berkeliling mencari di mana adanya majelis-majelis dzikir. Apabila mereka menemukan sebuah majelis yang padanya terdapat dzikir maka mereka pun duduk bersama orang-orang itu dan meliputi mereka satu sama lain dengan sayap-sayapnya sampai-sampai mereka memenuhi jarak antara orang-orang itu dengan langit terendah, kemudian apabila orang-orang itu telah bubar maka mereka pun naik menuju ke atas langit” Nabi berkata, “Maka Allah ‘azza wa jalla pun bertanya kepada mereka sedangkan Dia adalah yang paling mengetahui keadaan mereka, ‘Dari mana kalian datang?’. Para malaikat itu menjawab, ‘Kami datang dari sisi hamba-hamba-Mu yang ada di bumi. Mereka mensucikan-Mu (bertasbih), mengagungkan-Mu (bertakbir), mengucapkan tahlil, dan memuji-Mu (bertahmid), serta meminta (berdo’a) kepada-Mu.’ Lalu Allah bertanya, ‘Apa yang mereka minta kepada-Ku?’. Para malaikat itu menjawab, ‘Mereka meminta kepada-Mu surga-Mu.’ Allah bertanya, ‘Apakah mereka telah melihat surga-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Belum wahai Rabbku.’ Allah mengatakan, ‘Lalu bagaimana lagi jika mereka benar-benar telah melihat surga-Ku?’. Para malaikat itu berkata, ‘Mereka juga meminta perlindungan kepada-Mu.’ Allah bertanya, ‘Dari apakah mereka meminta perlindungan-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Mereka berlindung dari neraka-Mu, wahai Rabbku’. Maka Allah bertanya, ‘Apakah mereka pernah melihat neraka-Ku?’. Mereka menjawab, ‘Belum, wahai Rabbku.’ Lalu Allah mengatakan, ‘Lalu bagaimanakah lagi jika mereka telah melihat neraka-Ku.’ Mereka mengatakan, ‘Mereka meminta ampunan kepada-Mu.’ Maka Allah mengatakan, ‘Sungguh Aku telah mengampuni mereka. Dan Aku telah berikan apa yang mereka minta dan Aku lindungi mereka dari apa yang mereka minta untuk berlindung darinya.’.” Nabi bersabda, “Para malaikat itu berkata, ‘Wahai Rabbku, di antara mereka ada si fulan, seorang hamba yang telah banyak melakukan dosa, sesungguhnya dia hanya lewat kemudian duduk bersama mereka.’.” Nabi mengatakan, “Maka Allah berfirman, ‘Dan kepadanya juga Aku akan ampuni. Orang-orang itu adalah sebuah kaum yang teman duduk mereka tidak akan binasa.’.” (HR. Muslim dalam Kitab ad-Dzikr wa ad-Du’a wa at-Taubah wa al-Istighfar, hadits no. 2689, lihat Syarh Muslim [8/284-285] cetakan Dar Ibn al-Haitsam)

Hadits yang mulia ini memberikan banyak pelajaran penting bagi kita, di antaranya adalah :

1.    Hadits ini menunjukkan tentang keutamaan dzikir dan majelis dzikir serta duduk bersama orang-orang yang berdzikir (Syarh Nawawi [8/285])

2.    Hadits ini juga menunjukkan keutamaan duduk bersama orang-orang soleh (Syarh Nawawi [8/285])

3.    Di dalamnya juga terkandung iman kepada para malaikat dan bahwasanya mereka itu adalah makhluk nyata bukan khayalan, dan malaikat tersebut memiliki sayap. Dan Allah tidak membutuhkan malaikat

4.    Hadits ini juga menunjukkan disyari’atkannya membuat majelis dzikir yang di dalamnya mereka mengingat Allah, memuji, dan mengagungkan-Nya, mensucikan dan memohon ampunan-Nya. Namun ini bukan berarti berdzikir secara berjama’ah yang banyak dikenal oleh orang pada jaman sekarang. Yang dimaksud adalah memperbanyak dzikir tersebut secara sendiri-sendiri di dalam majelis tersebut tanpa perlu dikomando. Hal ini berdasarkan atsar Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu yang mengingkari perbuatan orang-orang yang melakukan hal semacam itu. Dan hendaknya dzikir itu dengan suara yang pelan, tidak perlu dikeras-keraskan.

5.    Hadits ini juga menunjukkan keutamaan bacaan tasbih, tahlil, tahmid, dan takbir dibandingkan bacaan dzikir yang lain.

6.    Penetapan sifat Allah al-Kalam/berbicara demikian juga al-’Ilmu/mengetahui

7.    Disyari’atkannya berdoa kepada Allah agar masuk surga dan selamat dari neraka

8.    Di dalamnya juga terkandung dorongan untuk beramal saleh supaya masuk ke dalam surga

9.    Di dalamnya juga terkandung peringatan dan ancaman agar menjauhi amal-amal buruk aagar tidak terjerumus ke neraka

10.  Surga dipenuhi dengan kenikmatan sedangkan neraka dipenuhi dengan kesengsaraan

11.  Iman kepada surga dan neraka

12.  Hadits ini menunjukkan keutamaan beriman kepada perkara gaib

13.  Penetapan salah satu nama Allah yaitu Rabb

14.  Bolehnya menyeru Allah dengan lafazh Ya Rabbi (wahai Rabbku)

15.  Disyari’atkannya untuk meminta ampunan kepada Allah

16.  Hadits ini juga menunjukkan kemurahan Allah ta’ala

17.  Hadits ini menunjukkan bahwa Allah itu tinggi berada di atas langit

18.  Duduk di majelis ilmu merupakan sebab terampuninya dosa dan terkabulnya doa

19.  Dan faidah lainnya yang belum saya ketahui, wallahu a’lam.

Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Ari Wahyudi, S.Si.

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

Artikel Muslim.Or.Id

https://muslim.or.id