Istri Penentu Surga
Suami
“DEK, tadi Mas mau
dikasih uang lima belas juta cash oleh perusahaan provider relasi perusahaan
Mas yang kemarin. Itu pun kalo kurang mau ditambah lagi.”
“Uang apa? Hati-hati ya Mas, ade nggak mau Mas ngambil
uang yang abu-abu gak jelas. Masa ngasih uang tanpa sebab ‘kan gak mungkin.”
“Iya, memang Mas tolak, kok. Dokumen penagihan mereka
yang nilainya ratusan juta ada sama Mas, Mas bilang, ‘uang ini kasih buat
kantor saya yang kemarin, ini bukan hak saya. Karena saya tidak bekerja di sana
lagi sekarang.’ Bapaknya tadi bilang, kalau Mas mau besok atau kapan mau ambil
uangnya dipersilakan. Gimana menurut Adek?”
“Jangan, ah. Gapapa kita susah, asal jangan makan hak
orang lain. Berat Mas pertanggungjawabannya, mengalir di tubuh anak. Anak-anak
jadinya bandel, gak bakal berkah Mas hidup kalo kita ngambil hak orang, hati
pasti gak tenang, hiii… ngeri, naudzubillah!”
“Iya, Mas juga bangga kok nggak ngambil uang itu,
meskipun dalam kondisi kita yang begini.”
Sekelumit percakapanku dengan suami lima tahun yang lalu.
Di mana saat itu adalah masa transisi suami pindah ke perusahaan baru,
sementara saya baru saja melahirkan anak kedua, tentu biaya dan kebutuhan lebih
banyak, saya yang kala itu baru pulang dari kampung, usai persalinan menghabiskan
uang yang tidak sedikit, di tambah lagi sebulan berikutnya suami baru dapat
panggilan kerja di perusahaan baru, maka selama satu bulan, kami harus makan
uang tabungan, perhiasan serta uang DP rumah pun habis terpakai, untuk biaya
perawatan saya serta buat biaya hidup lainnya.
Uang lima belas juta, bukanlah nominal yang “wah” bagi
kami kala suami masih di perusahaan lama. Namun, ketika masa transisi, uang
lima belas juta itu amat sangatlah menggiurkan, mengingat kondisi kami yang
sudah tidak seperti dulu lagi.
Andai saya sebagai istri khilaf, dan memaksa suami untuk
mengambil saja uang itu, saya yakin suami pasti mengambilnya. Tapi saya sadari,
saya adalah penyebab suami saya masuk neraka.
Saat itu, Allah benar-benar menguji keimanan kami berdua.
Uang sudah menipis, gajian pun masih jauh, biaya hidup di Balikpapan yang
sangat mahal, ditambah lagi hidup di kota
besar, membuat hal mustahil apabila kami menolak uang dengan nominal
yang tidak sedikit.
Apalagi saya yang sebelumnya terbiasa konsumtif, membeli sesuatu
tanpa harus berpikir dua kali, benar-benar sulit menerima keputusan suami yang
minta resign dari posisi yang sudah nyaman dari perusahaan lamanya.
Sebagai istri saya hormati keputusan suami. Walaupun
harus siap dengan kondisi baru yang hasil pendapatannya tak seberapa jika
dibandingkan sebelumnya.
Saya sering bilang kepada suami, bahwa bagi saya dunia
ini bukan segala-galanya bagi, saya memang senang perhiasan, shopping, kongkow
di mall, makan-makan di restaurant mewah, membeli apa saja yang saya mau. Tapi
tahu batasan mana yang harus saya ambil bagiannya hingga tidak makan uang yang
bukan menjadi hak kami.
Banyak suami yang terjerat kasus korupsi, demi memenuhi
tuntutan istrinya yang minta ini itu tanpa harus berpikir dua kali itu uang
siapa, halal atau tidak. Karena pada dasarnya
laki-laki khususnya suami, punya naluri ingin selalu membahagiakan istri
serta anak-anaknya. Kalau wanita tidak mampu berperan sebagai istri yang mampu
menyelamatkan suaminya dari bahaya maksiat salah satunya korup, maka lihat
saja, dibuatnya sang suami lupa daratan, lupa bahwa hak orang tidak semestinya
dipergunakan untuk kepentingan pribadi.
Istri seharusnya sadar, bahwa ia penentu kebaikan
suaminya, ia memegang peranan penting juga
dalam keputusan rumah tangga. seharusnya ia sadar, bahwa suaminya kelak
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Banyak sekali istri yang tidak mempedulikan hal itu,
mungkin lupa pada perkataan Nabi, bahwa penghuni terbanyak di neraka adalah
wanita.
Tak bergidikkah ia membayangkan suaminya kelak disiksa
buah dari keinginannya yang silau akan dunia.
Seorang suami kadang memang dilematis menghadapi kondisi
istrinya yang minta perabotan mewah, perhiasan, dan kemewahan lainnya. Tidak
dituruti ngancamnya minta cerai, marah-marah serta menekuk wajah hingga 180°
celcius.
Naluri lelaki itu melindungi dan ingin membahagiakan,
maka ketika sang istri menuntutnya harus begini dan begitu mau tidak mau, lama
kelamaan pasti sang suami terpengaruh juga.
Seorang suami juga sebaiknya ingat, bahwa ia adalah pemimpin
dalam rumah tangganya, pengambil keputusan terbesar, serta orang yang pertama
kali dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Tidak seharusnya lemah,
patuh dan tunduk pada kemauan serta perintah istri yang mana perintah tersebut
menyebabkan ia menjadi penghuni neraka Jahanam.
Pemimpin itu harus kuat serta tegas dalam mengambil
keputusan, tidak sekedar keputusan urusan dunia, tapi juga keputusan akhirat.
Sayang istri boleh, tapi bukan begitu caranya. Mengikuti kemauannya secara
membabi buta, melanggar koridor syar’i yang telah Allah tetapkan.
Suami itu imam bagi keluarganya, maka makmum wajib
mengikuti imam, apabila imam melakukan kesalahan, makmumlah yang mengingatkan.
Bukan malah sebaliknya. Makmum memerintahkan imam
melakukan pelanggaran dan kesalahan eh imamnya malah manut pada makmum. Logika
darimana ini?
Ingatlah wahai para suami, ingat ketika kelak kalian
dihadapkan dan ditanya Allah perihal nafkah yang kalian berikan kepada istri
dan anak-anak kalian, apakah tega kalian menjawab,
“Dari hasil korupsi ya Allah, dari hasil merampas hak
orang, dari hasil menipu serta dari hasil perbuatan-perbuatan haram yang Engkau
larang”
Begitukah kalian akan menjawab pertanyaan Allah kelak,
wahai para suami?
Atau kalian akan menjawab ketika ditanya mengapa hal tersebut
kalian lakukan,
“Karena sayang istri ya Allah, takut ditinggalkannya,
atas perintah istri”
Baguskah jawaban yang seperti itu jika dilontarkan di
hadapan sang Khalik?
Pantaskah kalian menjawab karena lebih takut kepada istri
daripada kepada Allah?
Benarkah jawaban kalian wahai para suami melakukan
maksiat atas perintah istri?
Istri pun harusnya demikian, sebaiknya berpikirlah
sebelum memerintah dan menyuruh suami melakukan perbuatan yang dilarang Allah.
Istri….
Pakai iman dan logikamu, jangan mau diperbudak nafsu.
Kenikmatan dan kemewahan hidup di dunia dari sesuatu yang haram serta gemerlap
hidup yang kamu rasakan tidak bertaham lama, tidak akan membawa kemuliaan
bagimu. Kamu dimuliakan di dunia saja, dimuliakan oleh manusia bukan oleh
Allah.
Kamu terlihat, memukau dengan perhiasan mewahmu, dengan
kemewahan-kemewahan lain yang kamu pamerkan dan kamu pakai tapi kamu adalah
seorang durjana nista di mata Allah!
Itu kah yang kamu harapkan?
Apa yang kamu cari wahai para istri? Hidup ini sebentar,
tak kasihankah kau pada suamimu jika kelak harus disiksa buah dari perbuatanmu?
Coba kau tatap wajah suamimu saat ia tertidur, wajah
lelahnya yang menanggung beban hidup demi kebahagiaanmu dan anak-anakmu,
suamimu lembur, dimarahi atasannya, pulang kerumah kamu cerca lagi dengan
kemauanmu yang penuh kemanjaan serta keserakahan, kamu seret suamimu melakukan
perbuatan haram demi ego mu, gengsi hidup yang kau utamakan, melupakan
kewajibanmu sebagai pengingat atas kesalahan imammu, justru kamu yang mendorong
suamimu masuk neraka. Tidak bisakah kamu membayangkan sedikiiiit saja, apabila laki-laki yang kau sebut-sebut
sebagai belahan jiwamu kelak menahan siksa api neraka akibat nafkah haram yang
diberikannya akibat kemauanmu serta tuntutanmu yang terlalu banyak?
Kasihanilah suamimu wahai istri, ingatlah penghuni neraka
banyak ditempati oleh kaum kita.
Jangan kau utamakan gengsi, Allah tidak akan bertanya
seberapa gengsimu saat masih di dunia, Allah tanya tanggung jawab dan perananmu
sebagai istri.
Apa yang akan kamu jawab ketika Allah bertanya kelak,
“Mengapa kamu jerumuskan suamimu melakukan perbuatan
haram?”
Kamu akan menjawab apa wahai istri?
Berpikirlah.
Sadarlah.
Sadar, bahwa hidup ini sebentar. Kamu mulia bahkan
bidadari syurga pun cemburu pada kemuliaanmu, jangan kamu merusak kemuliaan
itu. Ajak dan gandenglah suamimu menuju jalan ke syurga. Itu lebih baik bagimu.
Tidak usah mendengarkan apa kata orang, jalani hidupmu
dengan jalan yang sudah Allah tentukan. Jangan
hak orang lain kau rampas demi harta dan gemerlap yang
dunia janjikan.
Jangan!
Wahai istri, di syurga sana banyaak sekali perhiasan
mewah yang lebih mewah dari apa yang kamu pakai saat di dunia, banyak
tempat-tempat indah daripada sekedar tempat yang kau kunjungi di dunia.
Berpikir dan sadarlah, uang haram buah dari tuntutanmu
pada suamimu, akan memgaliri darah anak-anakmu.
Ingatlah pada tujuan hidupmu.
Dunia ini akan kiamat dan kamu bersiaplah menuai dari apa
yang kamu tanam. Neraka itu panas. Pernahkan tanganmu melepuh wahai istri?
Bagaimana rasanya? Panas, bukan?
Maka neraka lebih panas dan tidak hanya melepuhkan kulit
halusmu, tapi menghancurkan hingga tulang belulangmu. Ingatlah itu!
…
Maka.
Benar sekali apa yang Rasulullah katakan, apabila
menikahi wanita maka pilihlah yang
paling baik agamanya, walaupun tidak melupakan tiga pilihan sebelumnya.
Karena wanita yang besar kesadaran akan perintah agamanya
pasti tidak akan menjerumuskan lelakinya pada lembah kemaksiatan.
Semoga akan lebih banyak lagi istri yang benar-benar
sayang kepada suaminya, tidak sekedar
sayang untuk hal duniawi, tapi sebenar-benarnya sayang hingga berbuah syurga
dan senantiasa menahan suaminya agar
tidak melakukan perbuatan hingga
melanggar batas syar’i sebagaimana yang Allah tetapkan dalam Al Qur’an.
Semoga.
Aamiin ya Mujibbasailin!
Oleh: Anna
Jameela
1 komentar:
DEWAPK^^ agen judi terpercaya, ayo segera bergabungan dengan kami
dicoba keberuntungan kalian bersama kami dengan memenangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi segera buka link kami ya :) :)
Posting Komentar