Berikut Ini Tiga
Ibadah yang Paling Dicintai Allah Ta'ala
Berikut Ini Tiga Ibadah yang Paling Dicintai Allah Taala
Salat dalam waktunya adalah salah satu ibadah yang
dicintai Allah SWT. Foto/Ilustrasi/Ist
BANYAK riwayat hadis tentang fadhail amal yang menjelaskan
tentang amalan yang paling dicintai Allah. Namun para ulama hadis berkata bahwa
jawaban Rasulullah dalam hadis-hadis tersebut disesuaikan dengan sang penanya.
Asma` binti Rasyid ar-Ruwaisyid dalam " Ibadah Yang
Paling Dicintai Allah" menyebut ada belasan ibadah yang sangat dicintai
Allah. Dari yang belasan itu, Asma' menempatkan urutan pertama adalah iman
kepada Allah, kedua kedua silaturahim dan ketiga amar ma'ruf serta nahi munkar.
(Baca juga: Iman Kepada Allah: Ibadah Hati yang Paling Dicintai Allah )
Pada ulasan sebelumnya telah dibahas amal yang sangat
dicintai Allah pertama, yaitu iman kepada-Nya, silaturahim dan amar ma'ruf
serta nahi munkar. (Baca juga: Ibadah Paling Dicintai Allah: Silaturahim, Amar
Ma'ruf, dan Nahi Munkar )
Pada tulisan ini kali akan membahas ibadah yang sangat
dicintai Allah selanjutnya.
Faraidh
Menurut Asma`, ibadah yang sangat dicintai Allah selain
iman kepada Allah, silaturahim, amar ma'ruf dan nahi munkar adalah faraidh
(kewajiban). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) bersabda
menyampaikan berita dari Rabb-nya:
قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((مَنْ عادى لي وليًا فقد آذنتُهُ بالحرب وما
تقرَّب إليَّ عبدي بشيءٍ أحبَّ إليَّ مما افترضْتُ عليه)) [أخرجه البخاري].
“Siapa yang
memusuhi wali-Ku maka sungguh ia mengumumkan perang dengan-Ku, dan tidaklah
seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan sesuatu yang lebih kucintai dari
yang Kuwajibkan kepadanya.” (HR. al-Bukhari).
Wali-Ku
yang dimaksud adalah wali Allah subhanahu wa ta’ala (SWT). Mereka adalah orang yang
berilmu, selalu taat kepada-Nya, ikhlas dalam ibadah-Nya.
Firman-Nya:
‘dari yang kuwajibkan kepadanya’: fara’idh: masuk di bawah lafazh ini semua
kewajiban, fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Serta kewajiban yang zahir, yaitu
perbuatan: seperti wudhu, salat , zakat , zakat fitrah, puasa , ihram, haji ,
dan jihad fi sabilillah .
Tazkiyah
(pembersihan diri, meninggalkan): seperti zina, membunuh, meminum arak, riba,
memakan daging babi dan yang lainnya berupa segala yang diharamkan dan keji,
yang tampak darinya dan yang tersembunyi.
Dan
kewajiban yang batin (tidak nampak): seperti mengetahui Allah SWT wa ta’ala,
mencintai-Nya, tawakal kepada-Nya, dan takut dari-Nya.
Asma'
mengatakan menunaikan kewajiban adalah ibadah yang paling dicintai Allah dan
yang paling kuat untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Dan dalam melaksanakan
kewajiban menurut cara yang diperintahkan berarti menjunjung perintah,
menghormati yang menyuruh, mengagungkan-Nya dengan tunduk kepada-Nya,
menampakkan keagungan rububiyah, dan merendahkan ubudiyah. Maka mendekatkan
diri dengan hal itu adalah ibadah yang paling agung.
Kewajiban
yang paling dicintai adalah salat dalam waktunya. Dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi SAW, "Apakah
ibadah yang paling dicintai Allah SWT? Beliau menjawab: "Salat dalam
waktunya.”
Menurut
Ibnu Baththal, hadis ini menjelaskan bahwa memulai salat di awal waktunya lebih
utama dari pada menundanya, karena sesungguhnya disyaratkan padanya bahwa amal
yang paling dicintai adalah bila dilaksanakan dalam waktunya yang dianjurkan.
Sementara
menurut Ath-Thabari, sesungguhnya orang yang menyia-nyiakan salat yang
diwajibkan hingga keluar waktunya tanpa ada uzur, padahal mudah melaksanakannya
dan besar keutamaannya, maka ia lebih menyia-nyiakan bagi yang lainnya.
Maka
mengeluarkannya dari waktunya adalah haram. Dan firman Allah subhanahu wa
ta’ala:
قال الله تعالى: ﴿ فَوَيْلٌ
لِلْمُصَلِّينَ . الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ {
[ الماعون:4-5]
Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari
salatnya. (QS. al-Ma’uun:4-5)
Dan
firman-Nya: ‘Bagi orang-orang yang salat”: yaitu orang-orang yang melaksanakan
salat, kemudian mereka lalai darinya. Bisa jadi meninggalkannya sama sekali dan
bisa jadi melalaikannya dari waktunya yang sudah ditentukan secara syara’ maka
ia mengeluarkannya dari waktunya secara menyeluruh.
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Orang-orang yang menundanya dari
waktunya. Dari Abul ‘Aliyah: mereka tidak melaksanakannya dalam waktu, tidak
menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.
Orang-orang
yang lalai dari salatnya, bisa jadi dari waktunya yang pertama, maka mereka
menundanya hingga akhirnya secara terus menerus atau biasanya, bisa jadi lalai
dari menunaikannya dengan rukun-rukunya dan syarat-syaratnya menurut cara yang
diperintahkan, bisa jadi lalai dari khusyu’ dan tadabbur terhadap
makna-maknanya.
Witir
Selanjutnya,
Allah SWT menyukai witir. Rasulullah SAW bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: ((وإن الله وترٌ يحبُّ الوتر)) [رواه مسلم].
“Dan
sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala witir (ganjil) menyukai yang witir.” HR.
Muslim.
Menurut
Asma' witir sama dengan tunggal. Maknanya dalam sesuai sifat Allah SWT, Yang
Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan tidak ada taranya.
Esa pada
zat-Nya, maka tidak ada yang serupa dan bandingnya. Esa pada sifat-Nya: maka
tidak ada yang menyerupai dan setara. Dan Esa pada perbuatan-Nya; maka tidak
ada sekutu dan pembantu bagi-Nya.
Ada yang
berpendapat, sesungguhnya makna ‘menyukai witir’ mengutamakan yang witir dalam
amal ibadah, maka Dia menjadikan salat lima waktu, bersuci tiga kali, thawat
tujuh kali, sa’i tujuh kali, melontar jumrah tujuh kali, hari-hari tasyriq tiga
hari, istinja` tiga kali, dan demikian pula kafan.
Dan Dia
menjadikan mayoritas makhluk-Nya yang besar berjumlah witir, di antaranya
langit, bumi, laut, hari-hari dalam seminggu dan yang lainnya.
Dan ada
yang berpendapat, sesungguhnya maknanya ditujukan kepada sifat orang yang
menyembah Allah SWT dengan wahdaniyah secara ikhlas. Ada yang berpendapat,
memberi pahala dan menerimanya. Ada yang berpendapat bahwa maksudnya adalah
salat witir berdasarkan hadis:
قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: (( إن الله وتر يحب الوتر فأوتروا يا أهل القرآن )) [أخرجه الترمذي]
“Sesungguhnya
Allah SWT menyukai witir, maka salat witirlah wahai ahli al-Qur`an.” (HR
At-Tirmidzi). Akan tetapi makna hadis itu tidak hanya untuk pengertian itu,
akan tetapi bersifat umum lebih nampak.
Berbakti
kepada Kedua Orang Tua
Selanjutnya,
amal yang paling dicintai Allah adalah berbakti kepada kedua orang tua.
Dari
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Aku bertanya kepada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam: Apakah ibadah yang paling dicintai Allah
subhanahu wa ta’ala?
قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: ((الصلاة على وقتها» قلتُ: ثم أي قال: «ثم بر الوالدين)) [رواه البخاري].
Beliau
menjawab: ‘Salat dalam waktunya.’ Aku bertanya lagi: Kemudian apa? Beliau
menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua.” (HR al-Bukhari).
Nabi SAW
mengabarkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah ibadah yang paling
dicintai Allah SWT setelah salat yang merupakan pondasi Islam yang paling besar
dan mengurutkannya dengan ‘kemudian’ yang memberikan urutan.
Dan Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ وَقَضَى
رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا
يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا
أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا * وَاخْفِضْ لَهُمَا
جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي
صَغِيرًا ﴾ [ الإسراء :23-24 ]
Dan Rabbmu
telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan
penuh kesayangan dan ucapkanlah:"Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS.
al-Isra`:23-24)
قال الله تعالى: ﴿ أَنِ
اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ ﴾ [ لقمان :14 ]
Bersyukurlah
kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS.
Luqman:14)
Dan makna,
kami katakan kepadanya: ‘Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu dan ada yang berkata, bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala
terhadap nikmat iman dan kepada kedua orang tua terhadap nikmat pendidikan.
(Baca juga: Kisah Cinta Mengharukan Atikah dan Abdullah Putra Abu Bakar ).
Menurut
sejumlah ulama, manusia paling berhak – setelah Allah SWT Yang Maha Pencipta-
disyukuri, berbuat baik, berbakti, taat dan patuh kepada orang yang disertakan
Allah SWT berbuat baik kepadanya dengan ibadah dan taat serta syukur, mereka
adalah kedua orang tua.
Di antara
berbakti kepada mereka, menghadapi mereka dengan ucapan yang menunjukkan
kemuliaan, yaitu yang tidak ada cacat. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه
وسلم: ((رغم أنفه ثم رغم أنفه ثم رغم أنفه!! قيل: من يا رسول الله قال: من أدرك
أبويه عند الكبر أحدهما أو كليهما فلم يدخل الجنة»)) [رواه مسلم].
Berlumpur
hidungnya, berlumpur hidungnya, berlumpur hidungnya. Ada yang bertanya:
‘Siapakah ya Rasulullah? Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Orang
yang mendapati kedua orang tuanya saat tua, salah seorang atau keduanya, maka
ia tidak masuk surga.” (HR. Muslim).
Orang yang
beruntung adalah yang segera mengambil kesempatan berbakti kepada keduanya agar
tidak hilang kesempatan dengan wafatnya, maka ia menyesal atas hal itu. Dan
orang yang celaka adalah yang durhaka kepada mereka, terutama orang sampai
perintah kepadanya untuk berbakti kepada mereka.
Dan
termasuk berbakti kepada mereka, tidak menghardik mereka, namun berbicara
kepada mereka dengan ucapan yang sopan.
Kasih
sayang kepada mereka dan merendahkan diri seperti budak kepada tuannya. Memohon
rahmat dan berdoa untuk mereka, menyayangi mereka sebagaimana keduanya
menyayanginya. Bersikap lembut kepada mereka sebagaimana keduanya bersikap
lembut dengannya. Akan tetapi taat kepada orang tua tidak sampai melanggar dosa
dan tidak pula sampai meninggalkan fardhu ‘ain. Wallahu'alam. (Baca juga: 4
Perkara Syarat Diterimanya Amal Saleh dan Digandakan Pahalanya)
Miftah H.
Yusufpati