Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Sabtu, 29 Juni 2019

Suara Bacaan Al Quran Miliki Efek Relaksasi Terbaik Turunkan Stres


Suara Bacaan Al Quran Miliki Efek Relaksasi Terbaik Turunkan Stres



[Unpad.ac.id, 3/03/2016] Suara bukan sekadar bunyi yang keluar dari suatu instrumen. Dalam ilmu Fisika, suara merupakan gelombang mekanik yang merambat melalui udara. Hal inilah yang kemudian menjadi salah satu kajian dari Dr. Andri Abdurochman, S.Si., M.T., Dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad.

Pada penelitian yang dilakukan, Dr. Andri bersama tim dari Laboratorium Fisika Instrumentasi (dahulu Instrumentasi Elektronika) mencoba melakukan identifikasi emosi manusia berdasarkan suara yang diucapkannya sejak 2006. Penelitian yang merupakan research grant Technological and Professional Skill Pevelopment sector project (TPSDP) Dikti tersebut dapat juga dimanfaatkan untuk menentukan bagaimana membedakan suara manusia yang diucapkan secara natural dengan suara yang dikeluarkan ketika melakukan peran (acting).

Dengan mengambil sampel suara beberapa individu, Dr. Andri dan tim kemudian melakukan ekstraksi untuk mengambil parameter-parameter suaranya. Parameter-parameter ini pula yang kemudian akan dipakai untuk menentukan bagaimana jenis emosi manusia dilihat dari suara yang dikeluarkan/diucapkan.

Dr. Andri pada awalnya merekam suara seseorang tanpa emosi, sebagai baseline. Hal ini untuk menentukan bagaimana parameter-parameter suara tanpa emosi tersebut. Setelah itu, dengan dibantu beberapa mahasiswa Fisika, Dr. Andri pun merekam suara ketika marah, sedih, hingga tertawa.

“Kami buat orang menjadi marah betulan dan mengeluarkan suara (berbicara). Kami rekam, kami ekstraksi, dan akhirnya kita tahu bagaimana distribusi parameter suara yang marah. Kemudian itu jadi database kita,” jelas Dr. Andri saat diwawancarai Humas Unpad beberapa waktu lalu.

Setelah memiliki database tersebut, Dr. Andri dan tim kemudian mengambil sampel kedua dengan merekam suara beberapa aktor peran dari beberapa film. Ia merekam suara aktor saat memerankan akting marah, sedih, serta tertawa. Suara ini kemudian diekstraksi dan diambil parameter suaranya.

Proses ekstraksi yang dilakukan adalah untuk menentukan intonasi dan frekuensi suaranya. Dr. Andri menjelaskan, frekuensi suara manusia biasanya hanya memiliki 5 oktaf. Setiap oktaf memiliki range tersendiri.

“Ketika orang marah, oktaf dalam suara akan naik, tetapi maksimalnya sampai 5 oktaf saja,” kata dosen kelahiran Bandung, 26 Mei 1974 tersebut.

Langkah selanjutnya, Dr. Andri membandingkan dua parameter suara dari sampel pertama dengan sampel kedua melalui software yang dikembangkannya di laboratorium. “Kita buat software dan diprogram untuk mengenali suara acting atau natural. Software tersebut hampir 90% mengetahui ini acting atau natural,” kata Dr. Andri.

Selain mengenali emosi, Dr. Andri juga tertarik untuk mengetahui efek gelombang suara pada tubuh manusia. Pada tahun 2007, ia membandingkan suara bacaan (murattal) Kitab Suci Al-Quran terhadap musik klasik dan musik terapi relaksasi untuk digunakan sebagai terapi menurunkan stres.

“Penelitian menunjukkan, suara bacaan Al-Quran memiliki tingkat relaksasi paling baik dibanding musik klasik atau musik relaksasi lainnya,” ungkapnya.

Hal ini dibuktikan melalui penelitian tahun 2010 yang dilakukannya terhadap beberapa naracoba anak-anak dan remaja usia sekolah (SD, SMP dan SMA) dari sebuah Yayasan di Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang. Untuk beberapa waktu, anak-anak ini diberikan musik yang bisa meningkatkan stres. Dr. Andri pun melakukan perekaman otak si anak untuk mengetahui bagaimana frekuensi gelombang otak yang ditimbulkan dari musik pembangkit stres itu.

Kemudian sang anak diberikan terapi mendengarkan bacaan Al-Quran selama tiga bulan, kemudian diperdengarkan kembali musik yang bisa meningkatkan stres. Hasilnya menunjukkan, daya tahan anak terhadap stres pada kesempatan kedua jauh lebih kuat daripada pada saat pemberian musik yang pertama jika dilihat dari rekaman gelombang otaknya.

“Anak yang sudah didengarkan suara bacaan (terapi) Al-Quran akan jauh lebih tenang dan lebih tahan terhadap stres,” simpulnya.

Adapun bacaan Al-Quran yang didengarkannya merupakan kumpulan ayat-ayat yang memiliki satu kata yang sama. Dr. Andri mencari kata di dalam Al-Quran yang bermakna positif lalu mengumpulkan bacaan (murattal) ayat-ayat tersebut.

Lulusan program Doktor di Université de Strasbourg, Perancis ini mengungkapkan, efek ini muncul karena relaksivitas yang dihasilkan akibat mendengar bacaan tersebut. Ini disebabkan setiap sel dalam otak manusia punya frekuensi alamiah masing-masing. Pada saat otak diberikan stimulus berupa suara, jika spektrum frekuensi suaranya itu adalah berbanding lurus dengan frekuensi natural sel, maka si sel akan beresonansi.

“Ketika resonansi itu, si sel kemudian bisa aktif atau memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon, karena si kelenjar kesehatan itu akan aktif hanya pada kondisi tertentu, misalnya tidur,” jelas Dr. Andri.

Pada saat mendengar bacaan Al-Quran, otak mengalami relaksasi yang baik sehingga seolah-seolah sedang berada dalam keadaan tidur. Pada kondisi tersebut, sel kemudian memberikan sinyal ke kelenjar dalam tubuh untuk mengeluarkan hormon. Kondisi inilah yang dialami oleh seseorang ketika melakukan terapi tersebut.

Lebih lanjut Dr. Andri menjelaskan, sesuatu yang dilakukan atau didengarkan berulang-ulang juga akan memiliki efek hipnosis. Berdasarkan kemampuan peningkatan daya tahan naracoba karena bacaan Al-Quran, ia juga dalam penelitian pada bidang komunikasi kedokteran gigi. Pada penelitian tersebut, Dr. Andri berperan dalam pengolahan data frekuensi dan spektrum suara pada saat kata-kata hipnosis tersebut disampaikan kepada naracoba, serta respon otak (rekaman elecro-encephalogram) terhadap hipnosis.*

Dr. Andri Abdurochman, S.Si., M.T.
Laporan oleh: Arief Maulana


Manfaat Membaca Alquran Bagi Kesehatan


Manfaat Membaca Alquran Bagi Kesehatan



REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membaca atau mendengarkan ayat-ayat Alquran, dapat memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh. Baik mereka yang mengerti maupun yang tidak mengerti Bahasa Arab, akan merasakan manfaat kesehatan tersebut.

Sebuah survey yang dilakukan oleh Dr Ahmed Al-Qadhi di Klinik Besar Florida, Amerika Serikat, telah berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan ayat suci Alquran, ternyata memberikan perubahan fisiologis yang sangat besar. Termasuk salah satunya dapat menangkal berbagai macam penyakit. Hal tersebut, kemudian dikuatkan lagi oleh penemuan Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston.

Dalam Islam, bagi mereka yang sedang mengaji disarankan untuk bersuara atau minimal terdengar oleh telinga sendiri. Rupanya, setiap sel di dalam tubuh manusia bergetar di dalam sebuah sistem yang seksama, dan perubahan sekecil apapun dalam getaran ini akan menimbulkan potensi penyakit di berbagai bagian tubuh.

"Sel-sel yang rusak ini harus digetarkan kembali untuk mengembalikan keseimbangannya," tutur Muhammad Salim dalam hasil penelitiannya itu.

Dr Al Qadhi menemukan, membaca Alquran dengan bersuara, akan memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap sel-sel otak untuk mengembalikan keseimbangannya. Penelitian berikutnya, membuktikan sel kanker dapat hancur dengan menggunakan frekuensi suara saja.

Ini membuktikan, membaca Alquran memiliki dampak hebat dalam proses penyembuhan penyakit sekaliber kanker, tentu harus dengan keyakinan dan tawakal. Tidak hanya itu, virus dan kuman juga berhenti bergetar saat dibacakan ayat suci Alquran, dan di saat yang sama, sel-sel sehat menjadi aktif.

Pengembalian keseimbangan tubuh itu dengan baca Alquran, juga tertulis dalam Surat Al Isra 17: 82. "Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian"

Umat Islam harus lebih sering lagi rajin dalam membaca Alquran, karena dalam sebuah penelitian lainnya, ditemukan bahwa suara yang paling memiliki pengaruh kuat terhadap sel-sel tubuh, adalah suara si pemilik tubuh itu sendiri. Hal itu juga tertulis dalam Surat Al-Araf 7: 55, "Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas"

Untuk itu, sebaiknya bacalah Alquran di pagi hari dan malam hari sebelum tidur, untuk mengembalikan sistem tubuh kembali normal. Kurangi mendengarkan musik hingar bingar, ganti saja dengan murotal yang jelas memberikan efek menyembuhkan. Perbaiki membaca Alquran (baca dengan tartil, penuhi Hukum Tajwid), karena efek suara kita sendirilah yang paling dahsyat dalam penyembuhan.



Bonus Tilawah Sehat Jiwa dan Raga


Bonus Tilawah Sehat Jiwa dan Raga


Apakah tilawah hanya berbuah pahala? Adakah manfaatnya untuk kesehatan fisik kita?

Al-Qur’an mempunyai bermacam nama. Salah satunya adalah as-Syifa’ yang berarti penyembuh. Dalam surah Yunus [10]: 57 Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Ayat ini menyebutkan bahwa al-Qur’an merupakan obat bagi penyakit. Bukan saja penyakit bathin, melainkan juga penyakit fisik.

Dalam surah ar-Ra’du [13]: 28, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Dzikir dalam ayat di atas disinyalir sebagai penenang hati. Sedangkan dzikir yang paling utama adalah membaca al-Qur’an. Menghendaki ketenangan dalam setiap jenak kehidupan kita? Al-Qur’anlah solusinya.

Mari ambil wudhu, kondisikan hati dan lingkungan. Setelahnya, gapailah al- Qur’an. Baca dengan tartil. Tidak usah lama-lama. Ambil waktu secukupnya. Mulailah tilawah, dari ayat mana saja yang kita sukai. nikmati ia, sebisa jangkauan hati.

Dalam beberapa saat, cobalah rasakan apa yang terjadi dalam hati. Ia akan berbunga-bunga, dilimpahi ketenangan yang tidak berbatas. Hal itu terjadi karena irama al-Qur’an yang sengaja Allah ciptakan sesuai dengan irama detak jantung kita. Sehingga, membaca al-Qur’an sama saja dengan menormalkan irama jantung dan anatomi tubuh yang seringkali kita zhalimi sendiri.

Syaikh Ibrahim bin Ismail berkata, “Terdapat beberapa hal yang bisa menyebabkan seseorang kuat ingatan atau hafalannya. Diantaranya, menyedikitkan makan, membiasakan ibadah sahalat malam, dan membaca al-Qur’an sambil melihat mushaf.” Lanjut beliau, “Tidak ada lagi bacaan yang dapat meningkatkan daya ingat dan memberikan ketenangan kepada seseorang kecuali membaca al-Qur’an.”

Sedangkan dr. Egha Zainur Ramadhani dalam bukunya “Super Health” menyimpulkan sebagai berikut, “Al-Qur’an memberi manfaat kesehatan menakjubkan bagi setiap muslim (baik mereka yang berbahasa arab maupun yang bukan) dengan efek meditasi Islami. Seperti menurunkan depresi, kesedihan, bahkan dapat memperoleh ketenangan dan menolak berbagai macam penyakit.”

Efek kesehatan yang dihadiahkan oleh Allah manakala kita mengakrabi Kalam-Nya bukanlah tujuan utama interaksi kita degan al-Qur’an. Karena ibadah memang selayaknya dilakukan secara ikhlas, untuk-Nya semata.

Kesehatan yang diperoleh oleh siapa yang bertilawah, sejatinya hanyalah bonus. Ia ibarat belut yang ada dalam ladang pertanian seseorang. Ia hanya pernak pernik yang semestinya tidak melenakkan sehingga melenceng dari tujuan utama. Bahwa tilawah yang kita lakukan, sejatinya adalah wujud pengabdian kita. Karena al-Qur’an adalah surah cinta yang memang wajib untuk kita lantunkan dengan tartil setiap saat.

Al-Qur’an harus senantiasa didengungkan. Hingga Allah benar-benar memasukannya ke dalam jiwa sehingga kita menjadi generasi Qur’ani. Generasi Robbani. Generasi yang bertindak sesuai dengan ‘titah’ Allah dalam al-Qur’an. Semoga Allah mengabulkan keinginan baik kita. Amiin. Oya, sudahkah kita membaca al-Qur’an hari ini? []

Penulis : Pirman
Redaktur Bersamadakwah.com


Jumat, 28 Juni 2019

Al Quran Obat Fisik dan Jiwa


Al Quran Obat Fisik dan Jiwa


Ayat-Ayat Al Qur’an Sebagai Penyembuh

Semua ayat Al-Qur`an adalah obat yang bisa menyembuhkan. Namun, ada beberapa ayat atau surat dari Al-Qur`an yang lebih dikhususkan karena memiliki keutamaan sebagai obat penyembuh, misalnya surat Al-fatihah. Allah berfirman


ﻭَﻧُﻨَﺰّﻝُ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥِ ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺂﺀٌ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔٌ ﻟّﻠْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﻻَ ﻳَﺰِﻳﺪُ ﺍﻟﻈّﺎﻟِﻤِﻴﻦَ ﺇَﻻّ ﺧَﺴَﺎﺭﺍً


“Dan Kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (QS. Al-Israa’: 82).

Syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqith menjelaskan bahwa maksud obat dalam ayat ini adalah obat untuk penyakit fisik dan jiwa. Beliau berkata


ﻣَﺎ ﻫُﻮَ ﺷِﻔَﺎﺀٌ ﻳَﺸْﻤَﻞُ ﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً ﻟِﻠْﻘَﻠْﺐِ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮَﺍﺿِﻪِ ; ﻛَﺎﻟﺸَّﻚِّ ﻭَﺍﻟﻨِّﻔَﺎﻕِ ﻭَﻏَﻴْﺮِ ﺫَﻟِﻚَ ، ﻭَﻛَﻮْﻧَﻪُ ﺷِﻔَﺎﺀً ﻟِﻠْﺄَﺟْﺴَﺎﻡِ ﺇِﺫَﺍ ﺭُﻗِﻲَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﺑِﻪِ ، ﻛَﻤَﺎ ﺗَﺪُﻝُّ ﻟَﻪُ ﻗِﺼَّﺔُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﺭَﻗَﻰ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﺍﻟﻠَّﺪِﻳﻎَ ﺑِﺎﻟْﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ، ﻭَﻫِﻲَ ﺻَﺤِﻴﺤَﺔٌ ﻣَﺸْﻬُﻮﺭَﺓٌ


“Obat yang mencakup obat bagi penyakit hati/jiwa, seperti keraguan, kemunafikan, dan perkara lainnya. Bisa menjadi obat bagi jasmani jika dilakukan ruqyah kepada orang yang sakit. Sebagaimana kisah seseorang yang terkena sengatan kalajengking diruqyah dengan membacakan Al-Fatihah. Ini adalah kisah yanh shahih dan masyhur” (Tafsir Adhwaul Bayan).

Kisah Pengobatan Penyakit Jasmani Menggunakan Al Qur’an

Berikut kisah pengobatan penyakit fisik/jasmani dengan menggunakan Al-Fatihah. Kisah ini berasal dari sahabat Abu Sa’id Al-Khudri yang sedang mengobati dengan membacakan bacaan ruqyah kepada orang yang hampir lumpuh karena terkena sengatan kalajengking. Beliau menggunakan Al-Fatihah sebagai bacaan ruqyah dan ternyata atas izin Allah hal tersebut berhasil menyembuhkannya.

Berikut kisahnya dalam hadits,


ﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻰ ﺳَﻌِﻴﺪٍ ﺍﻟْﺨُﺪْﺭِﻯِّ ﺃَﻥَّ ﻧَﺎﺳًﺎ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺭَﺳُﻮﻝِ ﺍﻟﻠَّﻪِ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻓﻰ ﺳَﻔَﺮٍ ﻓَﻤَﺮُّﻭﺍ ﺑِﺤَﻰٍّ ﻣِﻦْ ﺃَﺣْﻴَﺎﺀِ ﺍﻟْﻌَﺮَﺏِ ﻓَﺎﺳْﺘَﻀَﺎﻓُﻮﻫُﻢْ ﻓَﻠَﻢْ ﻳُﻀِﻴﻔُﻮﻫُﻢْ . ﻓَﻘَﺎﻟُﻮﺍ ﻟَﻬُﻢْ ﻫَﻞْ ﻓِﻴﻜُﻢْ ﺭَﺍﻕٍ ﻓَﺈِﻥَّ ﺳَﻴِّﺪَ ﺍﻟْﺤَﻰِّ ﻟَﺪِﻳﻎٌ ﺃَﻭْ ﻣُﺼَﺎﺏٌ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺟُﻞٌ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻧَﻌَﻢْ ﻓَﺄَﺗَﺎﻩُ ﻓَﺮَﻗَﺎﻩُ ﺑِﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻓَﺒَﺮَﺃَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﻓَﺄُﻋْﻄِﻰَ ﻗَﻄِﻴﻌًﺎ ﻣِﻦْ ﻏَﻨَﻢٍ ﻓَﺄَﺑَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻘْﺒَﻠَﻬَﺎ . ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺣَﺘَّﻰ ﺃَﺫْﻛُﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟِﻠﻨَّﺒِﻰِّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ .- ﻓَﺄَﺗَﻰ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰَّ – ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻓَﺬَﻛَﺮَ ﺫَﻟِﻚَ ﻟَﻪُ . ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣَﺎ ﺭَﻗَﻴْﺖُ ﺇِﻻَّ ﺑِﻔَﺎﺗِﺤَﺔِ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ . ﻓَﺘَﺒَﺴَّﻢَ ﻭَﻗَﺎﻝَ ‏« ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺩْﺭَﺍﻙَ ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﺭُﻗْﻴَﺔٌ ‏» . ﺛُﻢَّ ﻗَﺎﻝَ ‏« ﺧُﺬُﻭﺍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﺍﺿْﺮِﺑُﻮﺍ ﻟِﻰ ﺑِﺴَﻬْﻢٍ ﻣَﻌَﻜُﻢْ »

“Dari Abu Sa’id Al-Khudri, bahwa ada sekelompok sahabat Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dahulu berada dalam perjalanan safar, lalu melewati suatu kampung Arab. Kala itu, mereka meminta untuk dijamu, namun penduduk kampung tersebut enggan untuk menjamu. Penduduk kampung tersebut lantas berkata pada para sahabat yang mampir, ‘Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah karena pembesar kampung tersebut tersengat binatang atau terserang demam.’ Di antara para sahabat lantas berkata, ‘Iya ada.’ Lalu ia pun mendatangi pembesar tersebut dan ia meruqyahnya dengan membaca surat Al-Fatihah. Pembesar tersebut pun sembuh. Lalu yang membacakan ruqyah tadi diberikan seekor kambing, namun ia enggan menerimanya -dan disebutkan, ia mau menerima sampai kisah tadi diceritakan pada Nabi

shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan kisahnya tadi pada beliau. Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku tidaklah meruqyah kecuali dengan membaca surat Al-Fatihah.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas tersenyum dan berkata, ‘Bagaimana engkau bisa tahu Al-Fatihah adalah ruqyah?’ Beliau pun bersabda, ‘Ambil kambing tersebut dari mereka dan potongkan untukku sebagiannya bersama kalian’” (HR. Bukhari dan Muslim).

Kesembuhan Dari Al Qur’an Tergantung Kadar Keimanan

Keberhasilan pengobatan dengan Al-Qur`an sangat terkait dengan keimanan, kalau tidak sembuh bukan Al-Qur`annya yang salah, tetapi keimanan orang yang menggunakan Al-Quran yang kurang. Bisa jadi ada orang yang terlihat shalih tetapi kita tidak tahu keimanannya. Hal ini mencakup baik yang mengobati dan yang diobati. Jadi jika ada orang yang terkena penyakit karena disengat kalajengking atau yang lebih ringan misalnya disengat tawon, kemudian ada yang membacakan Al-Fatihah namun ternyata tidak sembuh. Maka jangan salahkan Al-Fatihah jika tidak sembuh, tetapi salahkan tangan lemah yang tidak mahirmemegang pedang tajam. Jika iman, amal, dan tawakkal sebaik Abu Sa’id Al-Khudri maka kita bisa berharap penyakit tersebut sembuh.

Ada beberapa ayat lainnya yang juga memiliki keutamaan sebagai obat dari penyakit fisik dan jiwa, misalnya surat Al-Muwadzatain, Al-Falaq, An-Naas, dan ayat kursi untuk mengobati sihir. Selain itu, masih banyak ayat lain yang memiliki keutamaan masing-masing. Demikian semoga bermanfaat.

Penulis: dr. Raehanul Bahraen
Artikel Muslim.or.id


“Berobat” dengan Al-Quran, Bagaimana Hukumnya?


“Berobat” dengan Al-Quran, Bagaimana Hukumnya?



BAGAIMANA hukumnya berobat dengan kertas-kertas yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran untuk penyembuhan suatu penyakit?

Pengertian yang salah dari sebagian kaum muslimin telah menggunakan kertas-kertas yang bertuliskan ayat-ayat Al-Quran untuk menyembuhkan suatu penyakit. Ayat-ayat Al-Quran yang ditulis di atas suatu kertas itu lalu dicelupkan ke dalam bejana atau gelas yang berisi air, dan air secepatnya menghapus tinta yang mengandung ayat-ayat Al-Quran lalu si dukun memberikannya pada orang sakit yang memintanya.

Adapun cara lain yaitu dukun tersebut menyuruh agar kertas yang berisi ayat-ayat Al-Quran itu ditelan begitu saja, atau dibakar yang kemudian uapnya diuapkan pada orang sakit dengan tujuan untuk kesembuhan.

Cara khurafat atau kelenik ini telah keluar dari ajaran Islam dan telah merendahkan ayat-ayat Tuhan itu sendiri yang dipraktekan oleh mereka yang kurang faham tentang Quran dan Islam.

Dan sebenarnya terhadap penyakit-penyakit jasmani telah disediakan oleh Allah berupa obat-obatan yang perlu diteliti berdasar penyelidikan kedokteran sehingga hal tersebut dapat bermanfaat pada yang sakit, baik dengan menggunakan jamu-jamu, pil-pil atau kapsul dan menurut cara yang sesuai dengan ilmu kedokteran.

Dan hal ini diperkuaat dengan adanya hadist Nabi yang menyebutkan bahwa telah menjenguk orang sakit yang kemudian meminta pada keluarganya untuk membawanya pada dokter. Dan seseorang bertanya: “Apakah Tuan berkata yang demikian, Ya Rasulullah?” Nabi menjawab, “Ya , sesungguhnya Allah SWT tidak menurunkan penyakit kecuali juga telah menurunkan obatnya, diajarkan kepada mereka belajar, tidak diketahui oleh mereka yang bodoh, kecuali penyakit beracun, dan itulah kematian,”  (HR. Hakim).

Pandangann Nabi yang demikian telah menunjukan perlunya orang yang sakit untuk berobat, dan penyakit jasmani perlu diobati dengan obat-obatan yang dianalisa dan dibenarkan oleh hasil penyelidikan agar benar-benar dapat membawa kesembuhan, sedangkan penyakit rohani disembuhkan dengan pengobatan kerohanian pula.

Sebagaimana firman Allah, “Dan Kami turunkan dari Quran beupa penyembuhan penyakit rohani dan satu rahmat untuk orang-orang mukmin,” (QS. Al-Isra ayat 82). []

Sumber: Jawaban Islam/Karya: Hussein Khalid Bahreisj/Penerbit:Al-Ikhlas


Bagaimana Cara Berobat dengan Al Quran ?


Bagaimana Cara Berobat dengan Al Quran ?


Pertanyaan :

Sebagian orang mengaku mampu mengobati orang sakit dengan meminta bantuan jin dan membacakan al-Qur’an pada air atau minuman. Demikian pula membacakan al-Qur’an pada beberapa peralatan seperti pisau.  Bagaimana hukum syari’at tentang perbuatan tersebut?

Jawaban :

Bismillah, segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada baginda Rasulullah. Wa ba’du.

Kita tidak boleh menafsirkan semua jenis penyakit yang terjadi disebabkan karena jin atau sihir. Namun pertama-pertama wajib bagi orang sakit untuk berkonsultasi dengan orang yang memiliki keahlian dalam pengobatan. Inilah yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 [تداوو يا عباد الله]

“Berobatlah wahai sekalian hamba Allah!”

Mendatangi dokter tidaklah bertentangan dengan membaca ruqyah syar’i sebagai wasilah (sarana) tersendiri untuk memperoleh kesembuhan. Sebelumnya, kita harus yakin bahwa kesembuhan itu berada di Tangan Allah Ta’ala, adapun dokter dan ruqyah hanyalah sebab dan tidaklah dapat memberi pengaruh kecuali dengan seizin Allah. Kita harus betul-betul waspada jangan sampai terjatuh dalam perangkap para pembohong, peramal, dan dukun yang memanfaatkan hajat manusia lalu merampas harta mereka dengan mengaku bahwa mereka punya kemampuan luar biasa menyembuhkan penyakit dengan Al-Qur’an.

Mendekatkan diri kepada Allah dan rutin berdzikir adalah satu-satunya senjata yang menjaga seseorang agar tidak dimangsa dukun dan jin.

Berkata DR. Husamuddin ‘Afanah, seorang pengajar Fiqih dan Usul Fiqih di Universitas al-Quds:

Di zaman kita sekarang ini banyak sekali orang yang mengaku bisa menyembuhkan penyakit dengan Al-Qur’anul Karim dan orang-orang yang mengaku bisa bekerjasama dengan jin untuk menyembuhkan orang sakit. Kebanyakan dari mereka ini adalah pendusta dan penipu yang memanfaatkan kobodohan orang banyak dan kelemahan mereka. Dukun dan penipu itu merampas dan mengambil harta orang-orang dengan cara yang tidak benar dan melakukan perbuatan yang menyalahi syariat. Oleh karena itu perlu kita perjelas beberapa poin berikut ini:

Pertama: Apabila seseorang menderita sakit maka hendaknya dia mendatangi dokter yang kompeten di bidangnya, karena sesungguhnya Allah menciptakan penyakit dan menciptakan pula obatnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً [رواه البخاري ومسلم]

“Tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Allah menurunkan pula penyembuhnya (obatnya).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيْبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ [رواه مسلم]

“Bagi setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat telah sesuai dengan penyakitnya, maka penyakit tersebut akan sembuh dengan izin Allah.” (HR. Muslim)

Kedua: Bahwasanya pengobatan dengan Al-Qur’an dan ruqyah dengan Al-Qur’an adalah perkara yang disyari’atkan. Allah Ta’ala berfirman,

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا [الإسراء: 82]

“Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Al-Israa: 82)

Al-Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahih beliau dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu ‘anhu bahwa serombongan shahabat Rasulullah berangkat dalam suatu perjalanan sampai mereka memasuki sebuah perkampungan arab. Mereka meminta dijamu namun penduduk kampung enggan menjamu mereka. Saat itu kepala kampung tersebut digigit kalajengking. Penduduk kampung telah mengupayakan segala cara untuk mengobatinya namun tidak berguna sama sekali.  Lalu beberapa orang dari mereka berkata, “Seandainya kalian mendatangi rombongan kafilah itu yang singgah di tempat kalian, barangkali mereka memiliki sesuatu (obat).”

Merekapun mendatangi para shahabat nabi, mereka berkata, “Wahai kafilah, sesungguhnya kepala kampung kami digigit kalajengking dan kami telah mengupayakan segala cara untuk mengobatinya namun tidak berguna sama sekali, apakah ada di antara kalian yang bisa mengobatinya?”

Salah seorang dari shahabat berkata, “Ya, demi Allah aku orang yang bisa meruqyah. Namun demi Allah, sungguh kami telah meminta kalian menjamu kami namun kalian tidak mau, maka aku tidak akan meruqyah untuk kalian kecuali jika kalian memberi imbalan untuk kami.”

Mereka (penduduk kampung) setuju memberi imbalan berupa beberapa ekor kambing.
Shahabat tadi berangkat, (setelah sampai di tempat kepala kampung) beliau meludah dan membaca:

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ،،،،

Hingga kepala kampung tersebut seolah-olah terlepas dari tali ikatan, dia langsung bisa berdiri dan berjalan.

Perawi hadits berkata, “Akhirnya mereka (penduduk kampung) memberikan imbalan yang telah mereka sepakati kepada para sahabat Rasulullah. Sebagian shahabat berkata, “Bagilah!”

Shahabat yang meruqyah menjawab, “Jangan lakukan itu sampai kita mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kita ceritakan kepada beliau apa yang terjadi. Kita tunggu apa yang beliau perintahkan kepada kita.”

Mereka lalu mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan kejadian tersebut kepada beliau. Beliaupun bersabda,

وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ؟ قَدْ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بسَهْمٍ

“Tahukah engkau yang engkau lakukan itu adalah ruqyah? Kalian telah benar, bagilah dan tetapkan bagian bagiku bersama kalian!”

Telah tetap dalam sebuah hadits shahih, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata,

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرِضَ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِهِ نَفَثَ عَلَيْهِ بِالْمُعَوِّذَتَيْنِ [رواه مسلم]

“Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila salah seorang keluarga beliau sakit, beliau menjampinya dengan Mu’awwidzatain” (Surah al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas).” (HR. Muslim)

Ketiga: Tidak pantas bagi siapapun berpofesi mengobati orang-orang dengan ruqyah Al-Qur’an, atau dengan zikir-zikir, lalu mempromosikan dirinya kepada orang banyak bahwa dirinya seorang terapist al-Qur’an, sebagai pengobatan alternatif mengobati gangguan jin, kesurupan, penyakit karena ‘ain, dan penyakit-penyakit lain yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Atau mempromosikan dirinya dengan membuka klinik al-Qur’an, membagi-bagikan kartu nama, dan menentukan jam praktek layaknya dokter ahli. Semua ini bukanlah metode para shahabat nabi, tabi’in, dan orang-orang shalih. Profesi seperti ini tidak lumrah di kalangan mereka padahal di setiap waktu dan zaman pasti ada orang-orang yang sakit, karena sesungguhnya profesi seperti ini membuka peluang terjadinya kerusakan yang banyak dan akan masuk di dalamnya para pendusta, dukun, dan semisalnya.

Keempat: Tidak mengapa membacakan ayat Al-Qur’anul Karim pada bejana yang berisi air, kemudian diminum oleh orang yang sakit atau digunakan untuk mandi. Ibnu Qayyim berkata, “Mayoritas kalangan salaf menganggap tidak mengapa menulis ayat al-Qur’an kemudian diminumkan pada orang yang sakit. Mujahid berkata, “Tidak mengapa menulis ayat al-Qur’an dan dicelupkan ke dalam air kemudian diminumkan kepada orang yang sakit.” Perkataan serupa diriwayatkan dari Abu Qilabah.

Kelima: Sesungguhnya masuknya jin ke tubuh manusia benar adanya. Terdapat banyak dalil yang menerangkan hal tersebut baik dari Al-Qur’an maupun Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Fakta yang ada juga membuktikan hal tersebut.

Keenam: Tidak dibolehkan mempercayai siapapun yang mengaku dirinya mampu menyembuhkan penyakit dengan Al-Qur’an, atau mampu mengeluarkan jin dari tubuh orang yang kesurupan, kecuali setelah diketahui dia betul-betul orang yang shalih yang berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dan dia menempuh cara-cara yang dianjurkan oleh syariat dalam meruqyah dan mengobati, serta dia tidak mendatangkan setan dan jin di mana setan dan jin tersebut tidak akan membantu kecuali untuk melakukan perbuatan haram.

Begitu pula sebagian dari mereka ada yang mengobati dengan membaca mantra atau mengucapkan kata-kata yang tidak bisa difahami maknanya. Ini semua tidak boleh dilakukan.

[DR. Husamuddin ‘Afanah, Pengajar Fiqih dan Usul Fiqih di Universitas al-Quds]
Sumber : Al-Ajwibatun Nafi’ah Lil ‘Amiliin fil Majaalit Thibbi karya Ibrahim Ismail Ghanim (Abu Abdirrahman)

Penerjemah : dr. Supriadi


Kamis, 27 Juni 2019

Kebiasaan Nabi dan Orang Sholih di Pagi Hari


Kebiasaan Nabi dan Orang Sholih di Pagi Hari


“Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada seorangpun yang membebani dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan dikalahkan. Hendaklah kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan dan menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi dan waktu setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” (HR. Bukhari no. 39. Lihat penjelasan hadits ini di Fathul Bari). Al Jauhari mengatakan bahwa yang dimaksud ‘al ghodwah’ adalah waktu antara shalat fajar hingga terbitnya matahari. (Lihat Fathul Bari 1/62, Maktabah Syamilah).

JELAS sudah bahwa dalam ajaran Islam, waktu pagi menempati  sesuatu yang sangat penting dalam perjalanan hidup sepanjang hari. Ibaratnya, pagi adalah jenderal. Berikut adalah kebiasaan Nabi Muhammad SAW dan orang-orang shalih setiap pagi.

Kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

An Nawawi dalam Shohih Muslim membawakan bab dengan judul ‘Keutamaan Tidak Beranjak Dari Tempat Shalat Setelah Shalat Shubuh Dan Keutamaan Masjid’. Dalam bab tersebut terdapat suatu riwayat dari seorang tabi’in, Simak bin Harb. Beliau rahimahullah mengatakan bahwa dia bertanya kepada Jabir bin Samuroh : “Apakah engkau sering menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk?”. Jabir menjawab : “Iya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum saja.” (HR. Muslim no. 670).

Al Qadhi mengatakan bahwa inilah sunnah yang biasa dilakukan oleh salaf dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan waktu tersebut untuk berdzikir dan berdo’a hingga terbit matahari.” (Syarh An Nawawi ‘ala Muslim, 8/29, Maktabah Syamilah).

Kebiasaan Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu :

Dari Abu Wa’il, dia berkata, “Pada suatu pagi kami mendatangi Abdullah bin Mas’ud selepas kami melaksanakan shalat shubuh. Kemudian kami mengucapkan salam di depan pintu. Lalu kami diizinkan untuk masuk. Akan tetapi kami berhenti sejenak di depan pintu. Lalu keluarlah budaknya sembari berkata, “Mari silakan masuk.” Kemudian kami masuk sedangkan Ibnu Mas’ud sedang duduk sambil berdzikir.

Ibnu Mas’ud lantas berkata, “Apa yang menghalangi kalian padahal aku telah mengizinkan kalian untuk masuk?”

Lalu kami menjawab, “Tidak, kami mengira bahwa sebagian anggota keluargamu sedang tidur.”

Ibnu Mas’ud lantas bekata, “Apakah kalian mengira bahwa keluargaku telah lalai?”. Kemudian Ibnu Mas’ud kembali berdzikir hingga dia mengira bahwa matahari telah terbit. Lantas beliau memanggil budaknya, “Wahai budakku, lihatlah apakah matahari telah terbit.” Si budak tadi kemudian melihat ke luar. Jika matahari belum terbit, beliau kembali melanjutkan dzikirnya. Hingga beliau mengira lagi bahwa matahari telah terbit, beliau kembali memanggil budaknya sembari berkata, “Lihatlah apakah matahari telah terbit.” Kemudian budak tadi melihat ke luar. Jika matahari telah terbit, beliau mengatakan : “Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami berdzikir pada pagi hari ini.” (HR. Muslim no. 822)

Keadaan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :
  
Ketika menjelaskan faedah dzikir bahwa dzikir dapat menguatkan hati dan ruh, Ibnul Qayim mengatakan, “Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah suatu saat shalat shubuh. Kemudian (setelah shalat shubuh) beliau duduk sambil berdzikir kepada Allah Ta’ala hingga pertengahan siang. Kemudian berpaling padaku dan berkata, ‘Ini adalah kebiasaanku di pagi hari. Jika aku tidak berdzikir seperti ini, hilanglah kekuatanku’ –atau perkataan beliau yang semisal ini-.” (Al Wabilush Shoyib min Kalamith Thoyib, hal.63, Maktabah Syamilah). []

Sumber: azwariskandar


Dahsyatnya Istighfar


Dahsyatnya Istighfar



Jika ikhwah sering menghadiri majelis-majelis zikir, tentu tidak hanya majelis kami, ikhwah pasti sering sekali mendengar dari para ustaz dan ulama kita tentang pelaziman istighfar.

Dalam majelis zikir yang kami helat, misalnya, istighfar minimal seratus kali dibaca dan sekaligus sebagai pembuka zikir kami.

Lalu, mengapa kita sangat perlu beristighfar? Berikut ini adalah tuturan hikmahnya. Mohon ikhwah baca dengan iman dan pelan, serta resapi dan rujukkan kepada maraji'-nya.

Pertama, penyebab Allah jatuh cinta kepada hamba-Nya; hubbullaah (baca QS Al-Baqarah [2]: 222). Kedua, akan mendapatkan kemuliaan di hadapan Allah dan makhluk-Nya; al-mukarromuun (QS Yasin [36]: 27).

Ketiga, mendapatkan ampunan Allah; al-magfuuruun (QS Az-Zumar [39]: 53). Berikutnya, al-fadhilah, upaya untuk mendapatkan karunia Allah yang paling besar (QS An-Nur [24]: 21). Dengan beristighfar, kita memberi kebaikan untuk tercegahnya bala dan hura-hura kiamat; daf'ul balaai (QS Al-Anfal [8]: 33).

Istighfar adalah Du'aaur Rasuul, doa yang menjadi wirid harian Rasulullah SAW. Istighfar juga adalah ijaabatul Malaikah, doa yang diaminkan para malaikat. Ia adalah rahmatullah, mengundang hujan yang penuh rahmat. Bahkan istighfar, bi amwaalin, memudahkan meraih rezeki halal penuh berkah.

Istighfar juga as-sahlu, penyebab Allah memudahkan dalam setiap urusan. Al-Marjuuqu, solusi rezeki yang tidak ia sangka-sangka.

Quwwatul iimaani, bisa memperkuat iman. Adz-Dzihnu, kecerdasan spiritual, kecerdasan yang terbimbing. Qowlan tsaqiilan, dengan istighfar akan menjadikan arah bicaranya hikmah dan disimak.

Orang yang melazimkan istighfar akan didapati pada dirinya quwwatul jasadi, fisik yang kuat dan prima. Tathmainnul quluubi, hati terliputi tenang, damai, dan bahagia.

Dawaaun, ia adalah solusi dan obat penyakit jasmani dan rohani. Miftaahul falaahi, kunci sukses dan bahagia dunia akhirat (QS An-Nur [24]: 31).

Terakhir, simak kalam Allah dengan iman, "Sesungguhnya Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang sungguh-sungguh bertobat dan terus-menerus menjaga kesucian diri-Nya." (QS Al-Baqoroh [2]: 222).

"Mohonlah kalian pada ampunan Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Allah akan turunkan hujan yang lebat, kemudahan meraih rezeki halal penuh berkah, generasi yang saleh-saleh, dan kesejahteraan dengan kebun-kebun yang indah serta sungai sungai jernih yang mengalir." (QS Nuh [71]: 10-12).

Dari Abu Hurairah RA berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda, "Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar memohon ampunan kepada Allah dan bertobat kepada-Nya setiap hari lebih dari tujuh puluh kali." (HR Bukhari).

Dari al-Aghar bin Yasar al-Muzani RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Wahai manusia bertobatlah kamu kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya, karena sesungguhnya aku bertobat dalam sehari seratus kali." (HR Muslim).

Allahumma ya Allah ampunilah seluruh dosa-dosa kami. Mari kita sungguh-sungguh bertobat dengan banyak mohon ampunan-Nya.

Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham