Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Kamis, 29 Maret 2018

Tips Menjaga Interaksi dengan Al Quran


Tips Menjaga Interaksi dengan Al Quran

Salah satu materi dari Ust Agus Subagio dalam Mukhoyyam Quran kedua, setelah sebelumya digelar di Masjid Al Irsyad Padalarang, yang digelaroleh MQSU kemarin (pertama di IT Telkom, red) judulnya adalah langkah-langkah untuk berinteraksi dan menguatkan interaksi dengan Al-Qur’an.

Jadi, ada tujuh langkah untuk berinteraksi dan menguatkan interaksi dengan Al-Qur’an, yaitu :

1. Ar-Roghbah

“Ar-Roghbah” diartikan sebagai kemauan yang keras. Kemauan untuk bersama dan berinteraksi terus dengan Al-Qur’an. Kemauan ini harus diungkapkan dan dituliskan. Misalnya saja menuliskan target tilawah (membaca, red) Al-Qur’an 1 juz per hari, target muroja’ah (mengulang hapalan, red) 1 juz per hari, dan target ziyadah (tambahan hafalan, red) 1 halaman per hari di buku rencana kita.

Ada beberapa penyebab rendahnya “Ar-Roghbah” berinteraksi dengan Al-Qur’an, seperti:

a. Keimanan yang lemah

b. Sangat cinta dunia.

Betapapun sibuknya kita, jika memiliki kemauan yang keras pasti akan selalu ada waktu yang kita sisihkan. Walaupun itu pada akhirnya mengorbankan waktu-waktu yang dengan kita sendirinya sadari tidak terlalu bermanfaat semisal menonton TV. banyak berbicara dengan teman, dls.

Kemauan yang keras juga akan memicu bantuan dari Allah yaitu dibukakan jalan berupa kelapangan waktu, tenaga dan kesempatan. Masih ingat bukan pepatah juga mengatakan, “Man Jadda, Wajada”

Bagaimana menjaga kemauan kita agar tetap kuat? 

Naik turunnya kemauan adalah hal manusiawi seiring keimanan yang kita miliki. Namun itu juga bergantung seberapa besar nilai Al Quran dalam diri kita. Sahabat Rasul sampai mengatakan bahwa Al Quran lebih baik dari apa-apa yang dikumpulkan oleh para pencari dunia. Jadi tinggikan nilai Al Quran dalam diri kita

2. At-Tanfidz

“At-Tanfidz” diartikan sebagai aksi/tindakan. Ar-Roghbah saja tidak cukup, harus berlanjut ke AKSI. Make the willingness real.

Jadi, apa yang telah dituliskan tadi diaplikasikan, dilakukan. Kemudian didukung dengan banyak mendengar murotal Qur’an, perbanyak koleksi murottal dengan berbagai Qori, membaca buku tentang Al-Qur’an.

Ikut komunitas dan membentuk komunitas tahsin dan tahfizh juga salah satu cara ampuh karena interaksi dengan Al Quran itu akan lebih kuat jika bersama-sama.

Kisah Umar bin Khattab dan Al Walid bin Mughiroh

Umar yang mati dalam hidayah Islam dan Al Walid dalam kekafiran memiliki kisah menarik untuk kita simak.

Umar masuk Islam ketika mendengar saudarinya membaca Quran surah Ath Thaha. Mendengar alunan penuh makna yang indah ia langsung bertanya, “Apa yang engkau baca itu?”. Tak puas mengetahuinya ia menemui Rasulullah dan saat itulah juga ia bersyahadat kemudian.

Lain halnya kisah hidup Al Walid, seorang penyair yang terkenal karena menguasai berbagai jenis syair di dunia. Ia diutus kaum kafir untuk membujuk Rasul mengehentikan dakwahnya. Dengan kemampuan speaking-nya dia menghadap rasul dan menanyakan “Apa yang engkau kehendaki, Muhammad?”

Ketika ditawari harta, tahta maupun wanita Rasul hanya menjawab dengan salah satu bagian surah dalam Al Quran. Al Walid lantas terhenyak. Pertama kali ia mendengar makna indah seperti itu. Tak mungkin ia tak lantas masuk Islam. Ia masih berminat menimbang-nimbang. Akhirnya di perjalanan ia bertemu kawan-kawannya dari kafir Quraisy dan kekagumannya pun hilang. Akhirnya dia tidak jadi masuk Islam dan bahkan menganggap Al Quran berisi sihir belaka.

Dari dua kisah tersebut kita bisa menarik kesimpulan. Ketika kita menunda-nunda boleh jadi nikmat iman dan islam kita akan perlahan terkikis oleh waktu dan keadaan. Karena seyogyanya penundaan kebaikan akan hanya bermuara pada dua hal :

1. tidak jadi berbuat

2. penurunan kualitas dalam berbuat

Maka mari segerakan kita mengambil langkah sigap.

Alangkah indah nasihat Ibnu Umar: “Jika di waktu sore maka janganlah menunggu datangnya pagi, jika di waktu pagi jangan menunggu datangnya petang, gunakan waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, gunakan kesempatan hidupmu sebelum datang kematianmu.”

3. At-Tashobbur

“At-Tashobbur” diartikan sebagai menyabarkan-nyabarkan diri. Artinya lebih dalam dari sekedar “sabar”. Tidak hanya “sabar”, tapi “menyabar-nyabarkan” diri untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an. Terkadang perlu untuk memaksa diri berinteraksi dengan Al-Qur’an dalam porsi yang besar. Kemudian tidak “melarikan diri” darinya. Jika kita memiliki batas kesabaran maka kita akan lampaui batas itu dan berusaha meningkatkannya.
Demikian pula ketika dalam menghafal, tidak meloncati suroh yang akan dihapal karena dianggap sulit merupakan sikap at tashobur.

“Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan).”

(QS. Al-Insyiqoq : 19)

Ada tips untuk menghapal suroh yang sulit itu. Pindahkan fokusnya pada waktu. Misalnya “saya akan bersama Suroh Al-Jin selama 1 jam.” Tidak perlu membebani pikiran bahwa 1 jam itu mesti hapal, tapi rutin saja lakukan itu dulu. InsyaAllah ketika sudah familiar dengan surohnya, akan mudah terhapal.

4. At-Taladzudz

“At-Taladzuz” diartikan sebagai menikmati. Ketika sudah menyabarkan diri bersama Al-Qur’an dengan porsi yang besar, memenuhi targetannya, maka yang awalnya terasa sulit, akhirnya menjadi “menikmati” semuanya.

5. Al-Mudawamah

“Al-Mudawamah” diartikan sebagai terus-menerus bersama Al-Qur’an. Karena telah terasa nikmatnya bersama Al-Qur’an, maka tidak akan rela jika satu hari pun terlewat bersamanya. Langkah ini adalah langkah penting sebagai bentuk syukur nyata kita telah diberi kenikmatan iman dan islam, serta kelapangan waktu, kesehatan dan segala hal sehingga memungkinkan untuk terus berinteraksi dengan Al Quran

6. Al-Iktsaar

“Al-Iktsaar” diartikan sebagai banyaknya waktu yang digunakan untuk bersama Al-Qur’an. Waktu menjadi produktif bersama Qur’an. Jadi, jika dipoin ke-5, frekuensi berinteraksi dengan Al-Qur’an adalah terus-menerus, maka di poin ini, kuantitasnya diperbanyak.
Bagaimana menyikapi pandangan, “buat apa tilawah banyak, yang penitng dipahami. Buat apa hafal banyak yang penting implementasi,” dan semacamnya?

1. Jangan bercita-cita di salah satu target interaksi saja. Bahkan apabila sudah hafal 30 juz sekalipun. Mimpi  dan usaha kita harus menyeluruh. Dari mulai membaca, menghafal, mentadabburi dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun keterbatasan kta tidak bisa dipungkiri. Ada yang memilih fokus pada tilawah dahulu dirutinkan  dan diperbagus tahsinnya, baru mulai menghafal. Ada yang mulai dari mentadabburi baru menghafal. Yang mana saja boleh, sesuai kemampuan kita masing-masing

2. Jangan pernah kita menganggap remeh aktivitas interaksi lain. Sehingga muncul sikap negatif terhadap orang lain yang baru mulai belajar tahsin, atau baru membiasakan tilawah, atau memilih menghafal walau belum sempat secara intensif mengkaji tafsirnya. Karena boleh jadi kita hanya menilai orang lain sementara kita sendiri belum bisa melaksanakannya.

7. Al-Istiqomah

Ternyata poin istiqomah berada di akhir. Ya, karena sulitnya untuk istiqomah ini dan untuk menjadi istiqomah diperlukan waktu yang cukup panjang dan setelah melewati berbagai tahapan. Istiqomah, dengan kemantapan hati berinteraksi dengan Al-Qur’an baik itu membaca, menghapal, membaca tafsir, dan mengamalkannya dalam kehidupan hingga Allah SWT memanggil kembali pada-Nya.

Semoga kita bisa perlahan namun pasti mengamalkan langkah-langkah di atas dan seperti langkah terakhir – ISTIQOMAH- untuk terus mengamalkannya.

Sumber Referensi :
[1] : Materi Mukhoyyam Al Quran 2013, oleh Ust Subagiyo di Masjid Syamsul ‘Ulum IT Telkom



Inilah Manfaatnya Bila Anda Rajin Membaca Istighfar


Inilah Manfaatnya Bila Anda Rajin Membaca Istighfar

Ternyata Membaca Istighfar Banyak Manfaatnya!

Pendek, sederhana, dan mudah diingat. Mungkin ini pendapat kebanyakan umat islam tentang bacaan istighfar. Umumnya, bacaan istighfar yang berbunyi “Astahgfirullah” atau lengkapnya “Astaghfirullahhala’dhim di baca seusai shalat ketika berzikir, ketika melakukan sebuah kesalahan, ketika melupakan sesuatu, ataupun ketika mengalami sesuatu yang buruk. Tetapi tahukah Anda bahwa dibalik lafad yang sederhana dan mudah diingat ini terkandung beragam manfaat yang dahsyat di dunia dan akhirat? Mungkin Anda tidak pernah membayangkannya.

rajin membaca istighfar

Keutamaan lafad Istighfar kerap disebut dalam hadis Rasul dan Beliau yang merupakan manusia yang dapat masuk surga tanpa hisab selalu mengamalkan bacaan ini sedikitnya seratus kali dalam sehari. Berikut manfaat dahsyat dibalik rajin membaca Istighfar.

1. Dapat meninggikan derajat seseorang di akhirat

Sebuah hadis menceritakan tentang seseorang yang mendapatkan derajat tinggi di akhirat karena lafad istighfar yang dibacakan oleh sang anak kepadanya. Hal ini menunjukkan betapa kuat doa anak pada orang tua.

2. Menjadi sebaik-baiknya orang yang bersalah

Lafad istighfar menunjukkan bahwa seseorang menyadari bahwa dirinya tidak pernah luput dari kesalahan. Karena itu, membaca istighfar merupakan sebuah bentuk introspeksi diri untuk menjadi diri yang lebih baik lagi.

3. Menggembirakan Allah dan Mengecewakan syaitan

Tidak hanya memperbaiki diri, lafad istighfar ternyata merupakan suatu bentuk usaha untuk menggembirakan Allah dan eminta taubat atas segala dosa dan bila dibaca terus-menerus akan membuat syaitan berputus asa dari usaha menjerumuskan manusia pada perbuatan dosa.

4. Dapat mengampuni segala dosa sehingga membebaskan seseorang dari azab

Tidak hanya bergemsekaligus dapat mengecewakan syaitan. Istighfar menandakan bahwa seseorang mbira, Allah akan mengampuni dosa-dosa orang yang tak henti-hentinya bertaubat dengan membaca istighfar. Meskipun orang tersebut terus berbuat dosa, lafad istighfar akan mengembalikan dirinya pada fitrahnya yang suci. Dengan demikian, dirinya akan terbebas dari azab maha pedih di akhirat.

5. Mengusir kesedihan, melapangkan kita dari berbagai kesempitan, dan melancarkan rezeki

Selain manfaat-manfaat di atas, ternyata bacaan istighfar dapat membantu kita menjalani segala kesusahan hidup. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi yang menyatakan bahwa seseorang yang senantiasa beristighfar akan akan mendapatkan anugerah kegembiraan dari Allah. Selain itu Allah juga akan membantunya lepas dari segala kesempitan hidup dan juga menganugerahinya rezeki yang tidak disangka-sangka. Anda masih menyangsikan manfaat Istighfar?



6 Jenis Buah Memiliki Khasiat Ajaib Yang Disebut Dalam Al-Qur'an


6 Jenis Buah Memiliki Khasiat Ajaib Yang Disebut Dalam Al-Qur'an

Al-Qur`an menyebutkan sejumlah buah-buahan yang oleh ilmu pengetahuan modern ditegaskan  untuk mencegah beberapa jenis penyakit. Buah-buahan yang memberikan Suplemen pada tubuh manusia, juga enak rasanya. Di dalam Kitab Al-Qur`an, Allah menyuruh manusia supaya memperhatikan keberagaman dan keindahan dan juga agar merenungkan ciptaan-ciptaan-Nya yang amat Ajaib. Lalu buah saja yang termaktub dalam Al-Qur’an?

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuhan-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan Kami keluarkan pula zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pula) kematangannya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (al-An’aam [6]: 99)

Allah menjadikan beragam jenis buah, setiap buah memiliki cita rasa dan aroma masing-masing,meskipun semuanya tumbuh di tanah yang sama dan diairi dengan air yang sama.
Pada artikel ini, secara singkat, kita akan membahas Khasiat Ajaib dari buah-buah yang disebut di dalam Al-Qur`an.

1) Buah Zaitun dalam Al-Quran

“Dialah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu mengembalakan ternakmu. Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman; zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya, pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (an-Nahl [16]: 10-11)

Dari penelitian  para pakar, belum lama berselang, diketahui bahwa zaitun tidak saja enak rasanya, tapi juga merupakan sumber makanan sehat. Kandungan asam linoleik yang terdapat dalam buah ini secara khusus sangat bermanfaat bagi ibu-ibu yang tengah menyusui anaknya. Kekurangan asam linoleik dapat mengurangi pertumbuhan bayi dan memperbesar potensi pada timbulnya beberapa penyakit kulit. Organisasi-organisasi kesehatan, termasuk WHO, menganjurkan penduduk yang bermukim dalam masyarakat yang tingkat penderita diabetes dan arterioclerosis (penebalan saluran urat darah) tinggi supaya mengonsumsi minyak zaitun yang mengandung paling kurang 30% asam linoleik. Hal ini telah menaikkan harga zaitun.

Khasiat Menakjubkan zaitun tidak hanya terbatas pada asam linoleik. Misalnya, unsur klorin yang dikandungnya dapat meningkatkan fungsi liver lebih sempurna, sehingga dengan begitu memfasilitasi tubuh dalam mengeluarkan bahan buangan. Karena juga memberi sumbangan pada kerangka tubuh, zaitun dengan demikian membuat tubuh jadi kuat dan panjang usia. Unsur-unsur tersebut juga baik untuk serabut arteri otak.

Selain manfaat-manfaat yang sudah disebutkan itu, minyak zaitun adalah sumber penting bagi gizi manusia. Berbeda dengan mentega padat, minyak zaitun tidak meninggikan tingkat kolesterol di dalam darah; sebaliknya minyak ini tetap mengendalikannya. Karena itu, para dokter sangat menganjurkan pemakaian zaitun dalam hal masak-memasak. Sementara itu, apakah dalam keadaan panas atau dingin, minyak zaitun mengurangi jumlah asam pencernaan dan dengan demikian melindungi perut dari penyakit-penyakit radang usus dan sakit magh. Minyak zaitun juga membuat teraturnya gerakan kantong empedu.
Penelitian juga telah mengungkapkan bahwa minyak zaitun memiliki kemampuan tertentu untuk mencegah timbulnya penyakit urat darah koroner melalui pengurangan level LDL, sejenis kolesterol yang mengganggu kesehatan, sementara meninggikan tingkat kolesterol yang bermanfaat untuk kesehatan HDL di dalam darah.

Vitamin E, A, D, dan K dalam darah sangat penting untuk pertumbuhan tulang dan kadar mineral dalam tubuh anak-anak dan orang dewasa. Ia memperkuat tulang-belulang dengan cara menstabilkan kalsium. Minyak zaitun merupakan unsur vital dalam membangun organisme-organisme tubuh. Unsur-unsur antioksidan semacam ini dan asam-asam lemak seperti asam linoleik, yang sangat penting bagi manusia, memperbanyak hormon dan sintesis membran sel-sel biologis. Karena vitamin-vitamin ini memperbaharui sel, mereka juga digunakan untuk mengatasi keluhan-keluhan yang terkait dengan usia seseorang dan perawatan kulit.

Karena vitamin memberi sumbangan pada pertumbuhan otak dan jaringan saraf bayi sebelum dan sesudah kelahiran, satu-satunya rekomendasi para spesialis kepada para ibu adalah minyak zaitun. Di samping memiliki satu peringkat asam linoleik yang sangat mirip tarafnya dengan ASI, minyak zaitun berfungsi sebagai sumber nutrisi alami seperti halnya ASI bila dicampur dengan susu sapi bebas lemak. Sebagai harta milik kesehatan yang penting, minyak zaitun, mujarab untuk mengatasi penyakit-penyakit jantung dan saluran darah. Sehubungan dengan segala kemanjuran dan kemanfaatan itu, minyak zaitun telah menarik perhatian para spesialis kesehatan dalam kurun tahun terakhir ini dan Menjadikan buah zaitun sebagai buah Ajaib yang memiliki khasiat luar biasa.

2) Buah Tin dalam Al-Quran

Buah Ajaib Berikutnya Bernama Tin, yang namanya tercantum dalam Al-Qur`an disamping buah zaitun, disebut-sebut oleh hasil penelitian medis terbaru sebagai buah yang bermanfaat untuk mencegah kanker.

Buah Tin atau ada yang menyebutnya buah Ara/Fig / Figue / Feige / Higo / figu / Figo / Fico. Buah tin banyak mengandung gula dalam jumlah yang banyak, dan juga mengandung garam utama, yang terpenting diantaranya adalah kalsium, fosfor, dan Vitamin C. Inilah yang menyebabkan kandungan gizi buah tin sangat tinggi.

Menurut ilmu kedokteran khasiat buah tin sangat banyak sekali, terutama untuk kesehatan, karena buah tin diyakini mampu mengobati berbagai jenis penyakit .

Itulah buah buah yang disebut dalam Al-Quran. Allah Sang pencipta manusia telah menciptakan buah bermanfaat ini dan menjuruskan perhatian kita pada manfaatnya. Allah menegaskan bahwa Dia sudah memberikan kepada manusia apa saja yang diinginkan dan perlukan, dan telah mengingatkan mereka agar tidak bersekutu dengan mereka yang tidak bersyukur,

“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (Ibrahim [14]: 34)

3) Buah Pisang dalam Al-Quran

Dalam Al-Qur`an juga menyebut pisang sebagai salah satu buah-buahan surga, “Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon-pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya.” (al-Waaqi’ah [56]: 28-33).

Pisang merupakan salah satu buah Ajaib yang disebut dalam Al-Qur`an. Bahkan juga disebut pisang sebagai salah satu buah dalam surga. Seperti semua karunia lainnya, buah pisang yang dinikmati para penghuni surga tentu akan jauh lebih sempurna dari pisang yang dapat dibayangkan kini tersedia di dunia. Betapapun, pisang-pisang yang tersedia di surga tidak pernah jadi busuk dan akan memiliki rasa dan wangi yang tidak mungkin kita bayangkan sekarang. Namun, di dunia ini pun Allah sudah menciptakan sejenis buah yang sangat mirip dengan yang ada di surga dan telah menyediakannya untuk kita.

Pisang, buah yang sangat bergizi, terdiri atas air (75%), protein (1.3%) dan lemak (0.6%). Tiap buah pisang juga mengandung karbohidrat dan potassium dalam jumlah cukup. Di samping menolong menyembuhkan banyak penyakit, pisang sangat dianjurkan untuk penyembuhan demam, gangguan sistem kerja pencernaan, kejang-kejang, dan terkilir. Tingginya jumlah potassium yang dikandungnya (0.24%) memfasilitasi pembuangan ampas dari tubuh.

Pisang menurunkan tekanan darah dan digunakan untuk penyembuhan beragam alergi. Potassium berfungsi bersama sodium, meningkatkan pertumbuhan sel dan otot, dan mengatur ekuilibrium air dan detak jantung. Setiap perubahan pada keseimbangan sodium-potassium dapat mandatangkan ketidakteraturan pada sistem kerja saraf dan otot. Itu sebabnya, orang harus menjaga ekuilibrium potassium tubuh. Di samping itu, kekurangan potassium dapat berakibat pada edema (penumpukan air berlebihan di suatu organ tubuh) dan menurunkan jumlah sirkulasi gula di dalam darah, maka keseimbangan ini perlu tetap dijaga.

Pisang, yang kaya vitamin B6, juga memainkan peran penting dalam menggugah reaksi-reaksi unsur kimia dari protein dan asam amino, dan merupakan alat penting untuk menjaga otak berfungsi normal. Unsur-unsur kimiawi ini meningkatkan produksi sel darah merah, menjaga keseimbangan kimia dalam cairan tubuh, membantu produksi energi, dan memberikan kemampuan bertahan terhadap tekanan (stres). Karbohidrat berfungsi sebagai enzim penolong dalam proses metabolisme lemak dan protein. Selain itu, pisang menyembuhkan banyak jenis penyakit anemia (kekurangan sel darah merah dalam darah atau dalam kadar hemoglobin penderita), adalah instrumental dalam pembangunan sel dan otot, memelihara keseimbangan cairan tubuh, dan menyembuhkan penyakit-penyakit pada jantung. Sebaliknya, kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan letih, mempengaruhi kemampuan berkonsentrasi seseorang, insomnia, anemia, penyakit kulit, dan lain-lain.

4) Buah Kurma dalam Al-Quran

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.” (ar-Ra’d [13]: 4)

Kurma, buah-buahan yang disebut dalam surah Maryam, pohonnya tumbuh di padang gersang bersuhu panas dan banyak manfaatnya. Allah mengindentifikasikan khasiat penyembuhan dari buah ini dengan menceritakan pada Maryam, yang sedang menghadapi persalinan, supaya makan daging buah kurma,

“Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah:‘Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum, dan bersenang hatilah….” (Maryam [19]: 24-26)

Allah mempunyai maksud tertentu dengan menyeru kita untuk memperhatikan kurma. Dengan meneliti isi kandungan buah ini akan membuat kita lebih paham tentang maksud Ilahi itu. Kurma, dengan kandungan 50% gula, sungguh sangat bergizi karena daging buahnya terdiri atas fruktosa dan glukosa yang keduanya berkalori tinggi, dan mudah serta cepat dicerna.

Kandungan gulanya menenangkan saraf yang gelisah serta memberikan rasa aman pada kejiwaan. Sudah pasti tiap persalinan selalu mengeluarkan banyak darah, yang dengan sendirinya jumlah gula darah yang tertumpah karenanya cukup banyak. Karena gula yang lenyap itu harus diganti, keterlibatan kurma, seperti pada persalinan Maryam, nyata benar manfaatnya sebagai tambahan. Kurma juga mengurangi tekanan darah. Meskipun daging sangat besar manfaatnya, tapi tidaklah sebanding dengan lebih besarnya manfaat kurma segar dalam segala hal. Mengonsumsi terlalu banyak daging, yang tak terbantahkan mengandung banyak protein, tidaklah mustahil pada saat yang sama dapat mengakibatkan keracunan. Jadi, makanan-makanan ringan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, yang tentu saja mudah dicerna, hendaknya lebih menjadi pilihan.

Dalam cahaya ayat tadi, kita melihat kurma, khususnya, sungguh bermanfaat bagi wanita hamil dan ibu-ibu yang menyusui secara alami. Daging buah kurma meningkatkan kesehatan janin di dalam perut ibu, mencegah ibu dari rasa lemah, dan memperbanyak air susu bergizi tinggi.

Di saat yang sama, kurma segar memberikan manfaat besar kepada otak. Kurma, dengan kandungan 2.2% protein, juga berisi banyak jenis vitamin A, B1, dan B2. Protein-protein ini melindungi tubuh dari serangan penyakit dan infeksi, menunjang sel-sel tubuh memperbaharui diri, dan menyeimbangkan cairan-cairan tubuh. Vitamin A meningkatkan kemampuan pandangan mata dan kekuatan badan, juga kekuatan tulang dan gigi. Vitamin B1 memfasilitasi jaringan saraf berfungsi sehat sempurna, menunjang tubuh mengubah karbohidrat menjadi energi, mengatur selera makan dan pencernaan, serta memberdayakan metabolisme berasal dari protein dan lemak. Vitamin B2 memfasilitasi pembakaran protein-protein yang disebutkan tadi, karbohidrat, dan lemak yang diperlukan untuk penyedian energ dan pembaharuan sel.

Di samping semua ini, kurma juga mengandung banyak mineral yang esensial bagi tubuh (seperti potassium, sodium, kalsium, besi, mangan, dan tembaga). Bila potassium dan sodium bekerja bersamaan, mereka bertindak selaku pengatur ritme detak jantung. Dengan menfasillitasi pengalihan oksigen ke otak, potassium dapat memberdayakan pikiran jernih. Lebih jauh lagi, ia menyediakan kandungan alkali secukupnya pda cairan tubuh, merangsang ginjal mengeluarkan sampah-sampah racun metabolis, membantu menurunkan tekanan darah tinggi, dan menunjang pembentukan kulit sehat.

Menarik juga untuk dicatat, bahwa daging buah kurma secara khusus bermanfaat bagi mereka yang hidup dalam kawasan di mana kebun-kebun pepohonan ini tumbuh merata. Protein dan gula dari buah kurma merupakan sumber gizi yang paling utama bagi penduduk gurun pasir.

5) Buah Anggur dalam Al-Quran

“Lalu dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di dalam kebun-kebun itu kamu memperoleh buah-buahan yang banyak dan sebagian dari buah-buahan itu kamu makan.” (al-Mu`minuun [23]: 19)

Anggur, yang bergizi tinggi dan kaya dengan beragam vitamin dan bahan-bahan metalik, merupakan satu jenis makanan penting. Sekitar 20-25% isinya adalah gula, yang dapat dengan cepat masuk ke dalam aliran darah. Karena itu, anggur baik untuk mereka yang banyak menggunakan kegiatan fisik dan mental, sebab ia menghilangkan rasa penat dan menggempur anemia.

Banyak sekali kandungan besi dan gula di dalam buah anggur yang juga mempergiat produksi darah dan menjadi obat untuk untuk penderita-penderita liver, ginjal, dan sistem pencernaan. Anggur merangsang berfungsinya ginjal dan membantu mengeluarkan ampas-ampas tubuh seperti urea. Dengan mengeluarkan air yang berlebihan dari tubuh, anggur menurunkan tekanan darah.

Para penderita bisul (ulcer) perut, sakit mag, radang persendian, radang usus kecil, rematik, dan mereka yang keracunan, dianjurkan minum jus buah anggur.

Anggur juga menguatkan organ jantung, befaedah dalam menyembuhkan bronchitis dan batuk, serta meningkatkan kecantikan kulit karena anggur membersihkan darah.

Karena anggur meningkatkan produksi air susu, ibu-ibu yang menyusui dianjurkan minum jus buah anggur. Sejumlah unsur kimia yang terdapat dalam buah anggur dapat mengurangi kemungkinan terjangkit kanker kulit.

6) Buah Delima dalam Al-Quran

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma. Tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya yang bermacam-macam itu bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya);dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (al-An’aam [6]: 141)

Delima, sejenis buah lain yang disebutkan di dalam Al-Qur`an, mengandung potassium yang besar volumenya, selain dari mineral-mineral lain seperti fosfor, kalsium, besi, dan sodium, dan vitaman-vitamin A, B1, B2, B3, dan C. Bereaksi bersama sodium, potassium mengatur ekuilibrium air tubuh dan menjaga detak jantung agar tetap normal.

Dengan memelihara keseimbangan kadar potassium-sodium, buah ini juga menunjang kepekaan saraf dan otot agar berfungsi secara teratur, mencegah edema, dan mengurangi kadar gula yang beredar di dalam darah. Delima menghilangkan rasa letih otot dan memungkinkannya bergerak dengan mudah, dan juga menguatkan jantung.



Selasa, 27 Maret 2018

Obat obatan yang disyariatkan oleh alquran dan As sunah


Obat obatan yang disyariatkan oleh alquran dan As sunah

Berikut ini obat-obatan alami yang ditunjukkan oleh al Qur’an dan as Sunnah seperti madu, habbatus sauda (jintan hitam), air zam-zam dan minyak zaitun yang insya Allah dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dengan izin Allah Ta’ala:

Pertama, madu.

Allah Ta’ala berfirman, “Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang memikirkan” (QS. An Nahl : 69)

Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda, “Kesembuhan itu ada pada tiga hal, yaitu dalam pisau pembekam, meminumkan madu, pengobatan dengan besi panas (kayy). Dan aku melarang ummatku melakukan pengobatan dengan besi panas” (HR. al Bukhari no. 5681)

Dalam sebuah riwayat lain disebutkan,

“Alaykum bisy syifaa-ayna al ‘asali wal qur-aani” yang artinya “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, madu dan al Qur’an” (HR. Ibnu Majah dan al Hakim dalam Shahih-nya, beliau berkata, “Hadits ini shahih sesuai dengan sistem periwayatan al Bukhari dan Muslim”, dan disetujui oleh adz Dzahabi. Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallaHu ‘anHu secara marfu’)

Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah mengatakan, “Madu memiliki banyak khasiat. Madu dapat membersihkan kotoran yang terdapat pada usus, pembuluh darah, dapat menetralisir kelembaban tubuh, baik dengan cara dikonsumsi atau dioleskan, sangat bermanfaat untuk lanjut usia dan mereka memiliki keluhan pada dahak atau yang metabolismenya cenderung lembab dan dingin” (Metode Pengobatan Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, hal. 42-43)

Kedua, habbatus sauda (jinten hitam).

Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di dalam habbatus sauda’ (jinten hitam) terdapat penyembuh bagi segala macam penyakit kecuali kematian” (HR. al Bukhari no. 5688 dan Muslim no. 2215, ini lafazhnya Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallaHu ‘anHu)

Jinten hitam atau al Habbah as Sauda ini dikenal juga sebagai Syuwainiz dalam bahasa Persia, disebut juga Kammun hitam atau Kammun India, disebut juga dengan biji al Barakah. Dari biji ini bisa dibuat minyak yang berkhasiat mengobati batuk, membantu pencernaan, menghilangkan masuk angin dan sejenisnya. Namun saat ini, biasanya jinten hitam ini dikonsumsi dalam bentuk pil.

Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah berkata, “Jinten hitam memiliki banyak sekali khasiat. Arti sabda Nabi, ‘obat dari segala jenis penyakit’, seperti firman Allah, ‘Menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabb-nya’, yakni segala sesuatu yang bisa hancur. Banyak lagi ungkapan-ungkapan sejenis. Jinten hitam memang berkkhasiat mengobati segala jenis penyakit dingin, bisa juga membantu kesembuhan berbagai penyakit panas karena faktor temporal” (Metode Pengobatan Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, hal. 365)

Ketiga, air zam-zam

Dari Abu Dzar radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda, “Air zam-zam itu penuh berkah. Ia makanan yang mengeyangkan (dan obat bagi penyakit)” (HR. Muslim IV/1922, yang terdapat di dalam kurung adalah menurut riwayat al Bazzar, al Baihaqi dan ath Thabari dan sanadnya shahih, lihat Majma’uz Zawaa-id III/286)

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menceritakan pengalamannya berkaitan dengan cara menyembuhkan penyakitnya dengan air zam-zam yang dikombinasikan dengan metode ruqyah dari al Qur’an ini,

“Pada suatu ketika aku pernah jatuh sakit, tetapi aku tidak menemukan seorang dokter atau obat penyembuh. Lalu aku berusaha mengobati dan menyembuhkan diriku dengan surat al Fatihah, maka aku melihat pengaruh yang sangat menakjubkan. Aku ambil segelas air zamzam dan membacakan padanya surat al Faatihah berkali-kali, lalu aku meminumnya hingga aku mendapatkan kesembuhan. Selanjutnya aku bersandar dengan cara tersebut dalam mengobati berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat yang sangat besar. Kemudian aku beritahu kepada orang banyak yang mengeluhkan suatu penyakit dan banyak dari mereka yang sembuh dengan cepat” (Zaadul Ma’aad IV/178 dan al Jawaabul Kaafi hal. 23)

Keempat, minyak zaitun.

Allah Ta’ala berfirman,

“ … yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah Timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah Barat” (QS. An Nur : 35)

Dari Abu Hurairah radhiyallaHu ‘anHu, Rasulullah ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam bersabda, “Makanlah oleh kalian minyak (zaitun) dan poleskan dengannya, karena sesungguhnya minyak (zaitun) itu dari pohon yang diberkahi” (HR. Ahmad III/497, at Tirmidzi no. 1851 dan Ibnu Majah no. 3319, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahiih at Tirmidzi II/166)
Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah mengatakan, “Minyak yang dihasilkan dari buah zaitun yang sudah masak adalah yang terbaik dan paling stabil.” (Metode Pengobatan Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa sallam, hal. 387)

Beliau (Ibnu Qayyim al Jauziyah) juga menjelaskan (pada halaman yang sama) bahwa minyak zaitun berkhasiat mengatasi racun, melapangkan perut, dan memperkuat gusi. Daunnya berkhasiat menghadapi demam, kesemutan, koreng, mencegah keringat berlebih dan banyak lagi khasiat lainnya.

***
Sumber Bacaan:
Doa dan Wirid, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka Imam Syafi’i, Cetakan Keenam, DzulHijjah 1426 H/Januari 2006 M.
Metode Pengobatan Nabi ShallallaHu ‘alaiHi wa Sallam, Imam Ibnu Qayyim al Jauziyah, Griya Ilmu, Jakarta, Cetakan Kedelapan, Muharram 1428 H/Januari 2007 M.
Ruqyah Mengobati Guna-guna dan Sihir, Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka Imam Syafi’i, Jakarta, Cetakan Kedua, Muharram 1426 H/Maret 2005 M.
Dari Sahabat, mudah-mudahan bermanfaat.
Catatan :
Semua jenis obat alami di atas, saat ini cukup mudah didapatkan di Indonesia (terutama di Jakarta) dan dijual di sebagian besar Toko-toko Buku Islam.


Terapi Herbal Dalam Al-Quran dan Kaitannya Dengan Kedokteran Modern


Terapi Herbal Dalam Al-Quran dan Kaitannya Dengan Kedokteran Modern

Herbal atau phytomedicine adalah Praktik pengobatan tradisional yang menggunakan bahan tumbuhan untuk preventef atau terapi.[1] Dengan pengertian ini maka ada bagian dari thibbun nabawi yang disebut herbal semisal habbatus sauda. Akan tetapi secara konsep thibbun nabawi berbeda dengan herbal. Saat ini yang sedang berkembang dan digunakan luas adalah kedokteran modern. Secara umum metode pengobatan apapunprinsipnya sama sehingga antara herbal, thibbun nabawi dan kedokteran modern memilik kaitan, tidak bertentangan dan bahkan bisa dikolaborasikan.

Pengobatan dengan prinsip “back to nature” kembali marak akhir-akhir ini. Pengobatan dengan herbal dan thibbun nabawi menjadi sering kita dengar di media masa, dunia maya, seminar-seminar dan dilakukan oleh praktisi. Alhamdulillah, hal ini merupakan kebaikan, karena berobat dengan herbal dan thibbun nabawi yang alami dan diramu oleh ahlinya dengan cara yang benar lebih baik, berobat dengan bahan alami serta mengamalkan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dengan maraknya hal ini, maka kita temui banyak toko-toko yang menjual herbal dan bahan thibbun nabawi, banyak praktisi membuka semacam praktek, kemudian tidak kalah juga di dunia maya bermunculan toko dan lapak on-line yang menawarkan hal ini. Akan tetapi yang perlu kita luruskan dalam hal ini adalah, para penjual yang menawarkan belum mengetahui perbedaan antara thibbun nabawi dan herbal. Beberapa herbal disebut sebagai thibbun nabawi sehingga pembeli merasa yakin bahwa ini adalah pengobatan yang mujarab dan manjur karena merupakan wahyu. Contoh lainnya juga, misalnya ada ramuan herbal tertentu, kemudian sekedar ditambahkan dengan madu dan habbatus sauda, maka ini diklaim sebagai thibbun nabawi.

DOKTER, AHLI HERBAL, AHLI THIBBUN NABAWI SAMA BAIKNYA ASALKAN AHLI, BERILMU DAN BERPENGALAMAN

Sebagian orang bingung ketika berobat, ada yang menyarankan ke dokter atau ke ahli herbal atau harus ngotot pakai thibun nabawi. Kebingungan bertambah ketika ada berita kalau ke dokter nanti dikasi obat kimia yang berbahaya, belum lagi metodenya kebanyakan dari orang kafir. Begitu juga dengan herbal, ada info nanti herbalnya palsu, tidak terstandar, dicampur “obat dewa” kortikosteroid, dan bisa jadi ahli herbalnya jadi-jadian, baru pelatihan  satu dua kali udah buka praktek, apa ada pengalaman mendiagnosis? Begitu juga dengan info thibbun nabawi.  Bisa jadi orangnya belum menguasai penuh, apalagi harus ada unsur keimanan baru sembuh, misalnya hanya baca Al-Fatihah bisa sembuh dari kalajengking. Belum lagi sebagian kecil kalangan yang tidak bertanggung jawab memasukkan semua metode ke dalam thibbun nabawi, padahal itu bukan thibbun nabawi (misalnya ramuan tertentu).

Jadi pilih yang mana? Ke mana kita harus berobat

Semuanya baik asalkan Ahli, Berilmu Dan Berpengalaman

Dokter, ahli herbal  dan hali thibbun nawabi sama baiknya asalkan pengobatan dilakukan oleh ahlinya. Untuk dokter, maka mereka sudah ada pendidikan resmi, bertahap dan diterapkan di semua negara dengan standar yang hampir sama. Mereka sudah belajar dan diuji apakah sudah layak untuk melakukan pengobatan atau tidak.

Sedangkan untuk herbalis, sampai sekarang belum ada resmi dan diakui oleh pemerintah, misalnya sekolah herbal atau perguruan tinggi dengan jurusan herbal. Dengan kurikulum terstandar dan teruji. Inilah yang membuat herbal agak kurang diminati oleh orang. Akan tetapi cukup banyak kita temukan herbalis yang benar-benar pengalaman, sudah belajar dengan waktu yang cukup lama walapun tidak formal dan sudah berpengalaman. Untuk herbalis seperti ini, baik juga untuk pengobatan, bahkan ada metode pengobatan yang belum ditemukan dalam kedokteran modern ternyata ada metode pengobatannya oleh herbalis terpercaya. Begitu juga dengan ahli thibbun nabawi.

Demikian jugalah yang ditetapkan oleh agama Islam yang mulia ini. Praktek kedokteran harus dilakukan oleh ahlinya dan sudah berpengalaman

shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَطَبَّبَ وَلَمْ يُعْلَمْ مِنْهُ طِبٌّ قَبْلَ ذَلِكَ فَهُوَ ضَامِنٌ

“Barang siapa yang melakukan pengobatan dan dia tidak mengetahui ilmunya sebelum itu maka dia yang bertanggung jawab.”[2]

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullahu berkata,

أنه لا يحل لأحد أن يتعاطى صناعة من الصناعات وهو لا يحسنها ، سواء كان طبا أو غيره ، وأن من تجرأ على ذلك ، فهو آثم . وما ترتب على عمله من تلف نفس أو عضو أو نحوهما ، فهو ضامن له

“Tidak boleh bagi seseorang melakukan suatu praktek pekerjaan dimana ia tidak mumpuni dalam hal tersebut. Demikian juga dengan praktek kedokteran dan lainnya. Barangsiapa lancang melanggar maka ia berdosa. Dan apa yang ditimbulkan dari perbuatannya berupa hilangnya nyawa dan kerusakan anggota tubuh atau sejenisnya, maka ia harus bertanggung jawab.”[3]

Ulama sekaligus dokter terkenal di zamannya, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullahu berkata,

فإيجابُ الضمان على الطبيب الجاهل، فإذا تعاطى عِلمَ الطِّب وعمله، ولم يتقدم له به معرفة

“Maka wajib mengganti rugi [bertanggung jawab] bagi dokter yang bodoh jika melakukan praktek kedokteran dan tidak mengetahui/mempelajari ilmu kedokteran sebelumnya”[4]
Managemen terapi harus sesuai dosis dan indikasi

Demikian juga dengan obat yang digunakan, haruslah seorang dokter atau herbalis tahu benar obat dan herbal tersebut, bagaimana indikasinya, untuk penyakit apa (tentunya ia harus mampu mendiagnosis), tahu campurannya, tahu efek sampingnya dan sebagainya,
Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata,


فقد اتفق الأطباء على أن المرض الواحد يختلف علاجه باختلاف السن والعادة والزمان والغذاء المألوف والتدبير وقوة الطبيعة…لأن الدواء يجب أن يكون له مقدار وكمية بحسب الداء إن قصر عنه لم يدفعه بالكلية وإن جاوزه أو هي القوة وأحدث ضررا آخر


“Seluruh tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya tahan fisik…karena obat harus sesuai kadar dan jumlahnya dengan penyakit, jika dosisnya berkurang maka tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika dosisnya berlebih dapat menimbulkan bahaya yang lain.”[5]

KEDOKTERAN MODERN TIDAK BERTENTANGAN DENGAN HERBAL APALAGI THIBBUN NABAWI

Ada sebagian kecil kaum muslimin yang masih kurang memahami prinsip herbal dan thibbun nabawi. Mereka terlalu kaku dan keras, atau bisa jadi ada kepentingan dunia dan bisnis dibalik hal ini. Mereka salah paham mengenai pengobatan khususnya thibbun nabawi dan kedokteran barat modern. Kesalahpahaman tersebut berdampak timbul angapan bahwa kedokteran barat modern bertentangan semua dengan thibbun nabawi, sikap anti total terhadap pengobatan barat modern, kemudian jika memilih pengobatan selain thibbun nabawi berarti tidak cinta kepada sunnah serta dipertanyakan keislamannya. Padahal kedokteran barat modern bisa dikombinasikan dengan thibbun nabawi atau dipakai bersamaan.  Dan juga ada beberapa tulisan-tulisan mengenai hal ini yang menyebar melalui dunia nyata dan dunia maya. Oleh karena itu, dengan mengharap petunjuk dari Allah Ta’ala kami mencoba mengangkat tema ini.

Beberapa kesalahpahaman

Ada yang beranggapan bahwa jika sakit seseorang harus bahkan wajib berobat dengan thibbun nabawi, kemudian ditambah lagi dengan adanya anggapan yang kurang benar mengenai kedokteran modern misalnya,

– Berasal dari orang kafir

– Menggunakan bahan kimia yang Hanya berbahaya bagi tubuh

-Jika tidak menggunakan pengobatan nabawi berarti tidak memilih pengobatan nabawi dan tidak mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaii wa sallam.

Berikut contoh kasus yang kami temui langsung

Contoh  pertama:

Seorang senior kami penuntut ilmu agama, ia sudah terkena demam cukup tinggi selama tiga hari, di tambah batuk dan pilek. Tetapi beliau tidak mau mengkonsumsi obat-obat kimia dari kedokteran barat, apalagi konsultasi ke dokter. Beliau hanya mengkomsumsi madu dan habbatus sauda selama sakit, akan tetapi qaddarullah, Allah belum berkehendak memberikan kesembuhan kepadanya, kemudian ustadz kami menanyakan kepada beliau kenapa tidak periksa ke dokter. Saya (penulis) juga sempat berdiskusi dengan beliau, saya berkata, mengapa tidak dikombinasi saja pengobatannya minum obat kedokteran barat dengan minum madu dan habbatus sauda. Karena demam tinggi jika tidak diobati akan berdampak cukup serius bagi tubuh. Dengan mengkonsumsi obat penurun panas sederhana seperti paracetamol maka demam tubuh bisa turun dan kondisi tubuh bisa lebih stabil untuk melakukan upaya peyembuhan sendiri melalui imunitas tubuh.

Contoh kedua:

Ada seseorang yang berkata kepada saya (penulis) ketika membicarakan tentang diare, ia mengatakan jika seorang anak diare, tidak perlu dibawa ke dokter, cukup diberi campuran air minum plus madu maka diarenya bisa sembuh. Ia membuktikan bahwa anaknya sembuh dengan terapi tersebut. Kemudian ia berkata, jika di bawa ke dokter nanti malah di infus seperti anak temannya, anaknya kesakitan disuntik infus kemudian butuh biaya juga buat infus.

Menngenai hal ini saya ingin menjelaskan bahwa dalam ilmu kedokteran modern, anak diare dan mengalami dehidrasi  tidak langsung dipasang infus akan tetapi diterapi sesuai dengan tingkat dehidrasinya. Dalam kedokteran modern dehidrasi diare ada tiga derajat berdasarkan gejalanya:

1 . tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% Berat badan)

dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5%-10% Berat badan)

dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% Berat badan)

(lihat Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak hal. 50, IDAI, 2004)

Untuk terapinya, diare tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang diterapi dengan cairan oral, yaitu diberi minum seperti biasa (jika masih bisa minum) dengan menggunakan ukuran tertentu khususnya setelah diare dan muntah. Dan terapi dengan air minum plus madu adalah terapi yang tepat dalam kasus ini.

Akan tetapi pada kasus dehidrasi berat pada anak, terlebih lagi jika anak muntah-muntah dan  tidak bisa minum karena pengaruh penyakitnya maka jalan terakhir adalah penggantian cairan melalui infus. Karena dehidrasi berat pada anak cukup berbahaya jika dibiarkan lama, bisa menyebabkan kematian, terlebih lagi pada anak yang umurnya masih beberapa bulan.

Maka yang perlu kami sorot dalam kasus ini adalah, sikap anti total terhadap kedokteran barat modern dan seolah-olah kedokteran barat itu bertentangan semuanya dengan thibbun nabawi.

Memperbaiki kesalahpahaman

Kami mencoba memperbaiki kesalahpahaman tersebut dengan beberapa uraian
Kedokteran modern berasal dari barat

anggapan semakin kuat dengan orang barat yang notabenenya kafir pasti meinginkan kehancuran bagi umat islam dan ada makar ingin menggantikan pengobatan nabawi pada umat islam. Maka hal ini terlalu jauh berpikir ke arah sana.

Perlu diketahui bahwa kedokteran barat modern yang sekarang merupakan pegembangan dari kedokteran yang dahulunya dikembangkan dan ditemukan oleh orang Islam dan para tabib cendikiawan muslim yaitu disaat Islam mencapai puncak kejayaannya dengan kemajuan ilmu pengetahuan di saat itu seperti kejayaan saat dinasti Abbasiyah. Tehnik pengobatan yang dkembangkan oleh tabib cendikiawan muslim bahkan hampir dipakai di seluruh dunia. Dan banyak dokter dan tabib dari negara lain yang datang belajar kepada tabib muslim saat itu.

Kemudian di saat dinasti Abbasiyah runtuh, maka orang-orang kafir yang menggulingkan dinasti Abbasiyah mengambil semua ilmu dan menguasai perpustakaan sumber ilmu. Kemudian mereka orang-orang kafir berlomba-lomba mengklaim diri mereka dan mengumumkan kepada dunia bahwa mereka sebagai penemu teori dan ilmu pengetahuan di saat itu, padahal tidak sedikit dari mereka yang hanya mencontoh total penemuan ilmu pengetahuan yang sudah ditemukan sebelumnya oleh cendikiawan muslim. Termasuk dalam hal ini ilmu kedokteran. Sehingga tidak benar sepenuhnya kedokteran barat adalah hasil usaha mereka dan berasal dari orang kafir barat.

Kita bisa membaca sejarah bagaimana tabib cendikiawan muslim dahulunya dengan kitab-kitab pedoman kedokteran karangan mereka dan buku-buku mereka bahkan ada yang menjadi pegangan kedokteran barat sampai saat ini. Sebutlah tabib muslim seperti Muhammad bin Zakaria Al-Razi  di barat dikenal dengan Razes,  ahli bedah Al-Zahrawi dikenal dengan Abulcasis, Ibnu Rusdy atau Averroes, Ibnu El-Nafis,  Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan masih banyak yang lainnya.

Kemudian walaupun pengembangan selanjutnya dilakukan oleh ilmuan barat yang notabenenya kafir, maka kita tidak semata-mata langsung berpikiran negatif dan tidak berlaku adil kepada mereka. Jika memang ilmu kedokteran tersebut bermanfaat dan benar maka kita perlu juga mempelajarinya dan bisa menggunakannya. Sebagaimana fasilitas saat ini seperti mobil, kereta, pesawat dan alat-alat elektronik lainnya. Kita tetap harus adil dalam menyikapi hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,


لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.


“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Al-Mumtahah: 8)

Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir  As-Sa’diy rahimahullah,

 “Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan , berbuat adil kepada orang-orang musyrik,  baik dari keluarga kalian dan orang lain. Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka tidak mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian menjalin hubungan dengan mereka karena menjalin hubungan dengan mereka dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada kerusakan.” (Taisir Karimir Rahmah hal. 819)

Menggunakan bahan kimia yang HANYA berbahaya bagi tubuh

Memang obat-obat kedokteran barat modern menggunakan bahan kimia. Tetapi bahan kimia yang digunakan sudah diteliti dan sudah diatur dosisnya agar sesuai dengan terapi yang diinginkan. Dan ini juga berlaku pada beberapa obat-obat alami dan thibbun nabawi, jika dosis habbatus sauda berlebihan dikonsumsi maka akan berefek negatif bagi tubuh karena habbatus sauda mengandung bahan aktif seperti thymoquinone (TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY).

Dalam kedokteran barat modern dikenal ungkapan,

“ All substances are poison. There is none that is not poison, the right dose and indication deferentiate a poison and a remedy”

“semua zat adalah (berpotensi menjadi) racun. Tidak ada yang tidak(berpotensi menjadi) racun. Dosis dan indikasi yang tepat membedakannya apakah ia racun atau obat”
(toksikologi hal. 4, Bag Farmakologi dan Toksikologi UGM, 2006)

Oleh karena itu, kedokteran modern barat dalam teorinya tidak gegabah begitu saja dalam memberikan terapi obat-obatan kimia. Tetapi sesuai dengan dosis dan indikasi pengobatan. Jika penyakit dibiarkan dan lebih berbahaya, maka lebih baik memkonsumsi obat bahan kimia yang walaupun juga asalnya berbahaya tetapi bisa menyembuhkan dengan dosis yang tepat. Begitu juga dengan operasi pembedahan, dilakukan sesuatu yang berbahaya bagi tubuh “merusaknya” dengan menyayat dan membelah, tetapi ini demi kesembuhan. Prinsip ini diajarkan dalam Islam seusai dengan kaidah fiqhiyah,

إذا تعارض ضرران دفع أخفهما

” Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka di ambil yang paling ringan “
Dan jika kita kembali ke pengertian zat kimia, maka zat kimia itu ada yang alami dan ada yang buatan. Obat-obatan pada kedokteran modern juga ada yang menggunakan bahan kimia alami. Begitu juga dengan bahan thibbun nabawi seperti habbatus sauda juga mengandung zat kimia aktif seperti thymoquinone (TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone (THQ) dan thymol (THY) yang merupakan zat aktif. Zat kimia aktif bisa lebih berbahaya jika mencapai dosis tertentu. Sehingga perlu juga dilakukan penelitian mengenai dosis dan indikasinya atau pengobatan dengan habbatus sauda di lakukan oleh ahlinya yang tahu metode pengobatan dan berpengalaman. Kita percaya benar bahwa habbatus sauda adalah obat segala penyakit, tetapi orang yang meramu dan melakukan pengobatannya juga harus ahli. Sebagaimana pedang yang sangat tajam, tetapi untuk berfungsi dengan baik saat peperangan misalnya perlu tangan terlatih yang menggunakannya.

Jika tidak menggunakan pengobatan nabawi berarti tidak memilih pengobatan nabawi dan tidak mengikuti sunnah

Ini adalah pandangan kaku sebagian kecil saudara kita, perlu diketahui hukum asal berobat adalah mubah karena ini adalah masalah dunia dan tidak berkaitan dengan ibadah. Sesuai dengan kaidah fiqhiyah,

الأصل في الأسياء الإباحة

“Hukum asal sesuatu (perkara dunia) adalah mubah”

 Begitu juga dengan thibbun nabawi, akan tetapi jika bisa mendapat pahala jika melakukan thibbun nabawi atas dasar kecintaan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena perkara mubah bisa menjadi sunnah, wajib, makruh atau haram sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selaras dengan kaidah fiqhiyah,


الوسائل لها أحكام المقاصد

“hukum wasilah (perkara mubah) sesuai dengan hukum tujuan”
Oleh karena itu seseorang boleh berobat dengan thibbun nabawi, boleh juga tidak dan jika ia tidak menggunakan thibbun nabawi ia tidak berdosa dan tidak tercela. Ia menjadi tercela jika tidak beriman dan tidak percaya keutamaan thibbun nabawi. Misalnya tidak percaya, bahwa air zam-zam itu khasiatnya sesuai hajat peminumnya, tidak percaya bahwa madu itu penyembuh bagi manusia (syifaa’un linnaas). Tidak percaya bahwa habbatus sauda adalah obat segala penyakit dan lain-lain. Karena dalil-dalil tersebut sahih.

Rasulullah Rasulullah shalallahu ‘alaii wa sallam tidak diutus menjadi ahli pengobatan
Bisa kita lihat dalam kisah hadist berikut,

“Dari Sahabat Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku, beliau meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau menderita penyakit jantung, temuilah Al-Harits bin Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib. Dan hendaknya dia (Al-Harits bin Kalidah) mengambil tujuh buah kurma ajwah, kemudian ditumbuh beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” (HR. Abu Dawud no.2072)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu ramuan obat yang sebaiknya diminum, akan tetapi beliau tidak meraciknya sendiri tetapi meminta sahabat Sa’ad radhiallahu ‘anhu agar membawanya ke Al-Harits bin Kalidah sebagai seorang tabib. Hal ini karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tahu ramuan obat secara global saja dan Al-Harits bin Kalidah sebagai tabib mengetahui lebih detail komposisi, cara meracik, kombinasi dan indikasinya.

Jadi pengobatan yang diberi petunjuk oleh Islam dalam thibbun nabawi bukan satu-satunya cara untuk berikhtiar mencapai kesembuhan, metode pengobatan lainnya juga bisa digunakan untuk mencapai kesembuhan atas izin Allah Ta’ala. Terlebih lagi jika pengobatan sudah teruji dan terbukti melalui penelitian dan eksperimen, artinya lebih banyak yang sembuh menggunakannya dari pada yang tidak sembuh. Pengobatan lainnya seperti kedokteran cina, kedokteran Yunani dan termasuk kedokteran barat modern saat ini.

Ada yang tidak sembuh dengan thibbun nabawi

Mengapa bisa tidak sembuh? Padahal jelas thibbun nabawi bahwa obat bagi segala macam penyakit, penyembuh bagi manusia. Maka jawabannya cukup panjang jika dijabarkan, namum di sini kita bahas beberapa aspek saja. semoga di lain kesempatan kita bisa membahasnya dengan panjang lebar.

Salah satu penyebab tidak sembuh adalah kurang tepat dalam:

-mendiagnosa penyakit

-memilih obat

-menggunakan dosis obat

-menghindari berbagai pantangan yang dapat menghambat kerja atau berkebalikan kerjanya dengan obat

Sehingga walaupun sudah pasti habbatus sauda adalah obat bagi segala macam penyakit dan madu adalah penyembuh bagi manusia (syifaa’un linnaas), akan tetapi ini masih bahannya saja, perlu kemampuan lagi untuk tepat dalam mendignosis penyakit, memilih obat, menggunakan dosis obat, meraciknya dan mengkombinasi dengan obat yang lainnya. Sehingga untuk lebih efektif pengobatannya lebih baik berkonsultasi kepada ahlinya atau tabib.

Sementara apa yang diterapkan pada kasus  contoh 1 yang kami sebutkan di atas, hanya mengkonsumsi habbatus sauda dan madu secara biasa  (asal-asalan) dan dilakukan secara mandiri tanpa tahu apa penyakitnya, bagaimana dosisnya dan bagaimana racikannya. Ini juga yang dilakukan sebagian kecil saudara kita.

Begitu juga dengan Al-Quran yang diturunkan sebagai penyembuh baik penyakit hati dan badan, kita bisa contoh dalam hadits sahabat Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu membacakan ruqyah Al-Fatihah kepada kepala suku yang tersengat kalajengking dan atas izin Allah Ta’ala sembuh. Lalu ada yang pernah mencoba dengan pasien yang sakit demam ringan tetapi qaddarullah tidak sembuh. Maka bukan Al-Qurannya yang salah tetapi manusianya yang kurang Iman dan tawakkalnya. Ibaratnya thibbun nabawi adalah sebuah pedang yang pasti tajam, akan tetapi pedang tajam tersebut berguna dengan tepat jika dipegang oleh ahlinya.

Di zaman ini di mana sangat sulit kita mendapatkan orang seperti sahabat Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, maka tidak menutup kemungkinan pengobatan lain juga bisa digunakan seperti kedokteran barat modern dan pengobatannya juga bisa dikombinasikan dan berjalan bersamaan.

CONTOH PENERAPAN YANG PERLU KITA PERBAIKI BERSAMA

1.Apakah Rumput Fatimah (herbal tradisional Arab)  bukan Thibbun Nabawi

Mungkin kita pernah mendengar “rumput fatimah”? ya, ini cukup terkenal di beberapa kalangan. Ketika umrah atau naik haji, tidak sedikit wanita yang sedang hamil minta dibawakan oleh-oleh rumput fatimah. Katanya bisa membantu mempermudah persalinan. Benarkah hal ini? Bagaimana secara medis?

Tidak ada satupun hadits shahih mengenai rumput fatimah ataupun keutamaannya. Masarakat awam banyak salah paham, hanya karena di namakan dengan “Fatimah” kemudian banyak ditawarkan kepada jama’ah haji dan umrah. Bahkan dijadikan oleh-oleh, maka banyak yang menganggap rumput fatimah adalah thibbun nabawi atau ada keutamaannnya dalam Islam sebagaimana kurma dan air zam-zam. Oleh karenanya kita sebaiknya berhati-hati dengan segala sesuatu yang dinisbatkan dengan thibbun nabawi, bisa jadi ini merupakan jalan “pelaris dagangan” saja.

Oleh karena kita perlu tahu Pengertian thibbun nabawi[6]

Ada beberapa pengertian mengenai thibbun nabawi yang didefinisikan oleh ulama di antaranya,

الطب النبوي هو هو كل ما ذكر في القرآن والأحاديث النبوية الصحيحة فيما يتعلق بالطب سواء كان وقاية أم علاجا

Thibbun nabawi adalah segala sesuatu yang disebutkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah yang Shahih yang berkaitan dengan kedokteran baik berupa pencegahan (penyakit) atau pengobatan.

Pendangan secara medis

Setahu kami belum ada penelitian yang valid mengenai rumput fatimah (nama lainnya Labisia pumila). Tetapi ada beberap sumber yang menyatakan bahwa ternyata rumput Fatimah mengandung hormon oksitoksin yang bisa merangsang kontraksi rahim.

Tentu ini akan berbahaya jika diminum berlebihan tanpa dosis yang jelas dan arahan dari ahli herbal yang berpengalaman. Beberapa sumbe menyatakan, sebaiknay diminum ketika proses melahirkan, pada pembukaan kelahiran.

Yang salah paham adalah wanita hamil meminumnya dengan tanpa dosis yang jelas dan ketika belum saatnya melahirkan, akibatnya rahim akan kontraksi dan terkadang bisa mengugurkan kandungan. Ini sudah cukup banyak kami temui kasus seperti ini.

Untuk lebih amannya, sebaiknya dikonsultasikan dengan ahli herbal yang sudah berpengalaman. Dan yang paling penting adalah jangan sampai kita beranggapan bahwa ini adalah ajaran atau bagian dari Islam dan menganggapanya thibbun nabawi atau bahkan menganggapnya memiliki barakah.

firman Allah ta’ala,


وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا


“Janganlah kamu mengikuti apa-apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, itu semua pasti akan dimintai pertanggungjawabannya.” (Qs. al-Isra’: 36)

2.Mengobati demam dengan air

Dari nafi’, dari ‘Umar radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

عن نافع، عن ابن عمر، أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إنما الحمى أو شدة من فيح جهنم، فأبردوها بالماء»

”Sesungguhnya demam atau demam yang sangat adalah sebagian dari aroma neraka jahannam; maka dinginkanlah ia dengan air”. [mutafaqun alaihi]
Dijelaskan oleh Ibnul Qayyim rahimahullah,

وقد أشكل هذا الحديث على كثير من جهلة الأطباء، ورأوه منافيا لدواء الحمى وعلاجها، ونحن نبين بحول الله وقوته وجهه وفقهه، فنقول: «خطاب النبي صلى الله عليه وسلم نوعان: عام لأهل الأرض، وخاص ببعضهم، فالأول «كعامة خطابه، والثاني: كقوله: «لا تستقبلوا القبلة بغائط» . ولا بول، ولا تسدبروها، ولكن شرقوا، أو غربوا» «2» ، فهذا ليس بخطاب لأهل المشرق والمغرب ولا العراق، ولكن لأهل المدينة وما على سمتها، كالشام وغيرها. وكذلك قوله: «ما بين المشرق والمغرب قبلة» » .وإذا عرف هذا، فخطابه في هذا الحديث خاص بأهل الحجاز، وما والاهم، إذ كان أكثر الحميات التي تعرض لهم من نوع الحمى اليومية العرضية الحادثة عن شدة حرارة الشمس وهذه ينفعها الماء البارد شربا واغتسالا

“Hadits ini menimbulkan banyak masalah bagi dokter yang bodoh, yang memandangnya sabagai peniadaan pengobatan bagi penyakit demam dan pencegahannya. Kami akan menjelaskan -dengan daya dan kekuatan Allah- segi dan maknanya.

Maka kami katakan: Seruan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam ada dua macam:

yang umum bagi penduduk bumi

dan yang khusus bagi sebagian mereka.

yang pertama misalnya seruan baliau pada umumnya.

Dan yang kedua seperti ucapan beliau:”Janganlah kamu menghadap kiblat dengan tahi dan air kencing. Dan jangan pula kamu membelakanginya; akan tetapi menghadaplahh ke timur atau ke barat”.Ini bukanlah seruan kepada penduduk timur atau penduduk barat, juga bukan penduduk Irak. Tetapi ia adalah seruan kepada pendudukk Madinah dan kawasan yang serupa dengannya seperti syiria dan yang  lain. Juga ucapan baliau: “Apa yang ada diantara  timur dan barat adalah kiblat”.Apabila yang demikian diketahui, maka seruan beliau didalam hadits ini adalah khusus bagi penduduk Hijaz dan siapa yang ada di sekitar mereka, sebab kebanyakan demam yang menyerang mereka dari jenis demam matahari dan aksidental yang terjadi karena terik sinar matahari. Dan ini dapat diatasi dengan air yang dingin, baik minum atau pun mandi.”[7]

Ringkasnya penjelasan Ibnul Qayyim rahimahullah bahwa perintah tersebut khusus untuk penduduk Hijaz dan disekitar mereka karena umumnya penyebab demam di sana akibat sengatan matahari yang sangat panas.

catatan

dalam ilmu kedokteran mungkin kasus yang digambarkan dalam hadits adalah kasus sunburn atau luka bakar matahari yang sudah kita ketahui semua, gejala-gejalanya mengalami demam, panas-dingin, dan kelemahan dan bahkan pada saat yang langka bisa menjadi syok (ditandai dengan tekanan darah yang sangat rendah, pusing, dan sangat lemah).

Sedangkan untuk terapinya:

-Kompres air dingin bisa menyejukkan kulit yang terbakar

-pelembab kulit

-Salep atau lotion mengandung anestesi local (misalnya, benzocaine)

-Tablet kortikosteroid juga bisa membantu meringankan peradangan tetapi digunakan hanya untuk luka bakar yang sangat serius.

– Krim antibiotik untuk luka bakar khusus diperlukan hanya untuk lepuhan berat.

Oleh karenanya terapinya sejalan dengan kedokteran modern [Barat]. Kemudian jika demam adalah demam dengan suhu tinggi mungkin akibat penyakit kemudian diberikan air, bahkan ada yang bilang bila perlu dimandikan, maka ini bisa  berbahaya bagi pasien.

Demikian semoga bermanfaat

@Markaz YPIA, Yogyakarta tercinta

Penyusun:  Raehanul Bahraen