Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Rabu, 31 Maret 2021

Open Donasi Buka Puasa dan Sahur Rumah Sajada

 


┏﷽☘☘☘☘☘☘☘☘━┓
Kesempatan Istimewa, di Bulan Istimewa

Ramadhan ibarat hadiah Allah untuk kaum muslimin; pahala ‘diobral’ dan pintu ampunanpun terbuka begitu lebar.

Allah telah mendesainnya untuk menjadi musim kebaikan, sehingga manusia termotivasi untuk bergiat dalam beramal dan memantaskan
pribadinya sehingga mendapat hasil yang optimal. 

Kesempatan berharga ini terlalu mewah untuk dilewatkan begitu saja, kita perlu mengerahkan segala macam daya dan upaya agar taqwa semakin mengokoh di dada.
--------------------------------------------
📋 Kesempatan istimewa untuk Anda.
Rumah Sajada membuka kesempatan amal shalih di bulan Ramadhan nan istimewa, dengan program-program yang semoga mendatangkan rahmat dan barokah dari Allah Ta'ala: Membuka donasi Ramadhan di Rumah Sajada
---------------------------------------------
---------------------------------------------

🍒 Total Kebutuhan anggaran:
Rp. 54.000.000,-

📌 Target buka dan sahur untuk 75 porsi/hari selama bulan Ramadhan

---------------------------------------------
---------------------------------------------
💳 Dengan transfer ke BSM/BSI
No. Rek: 71134 66 043
Nama. : Yayasan Sajada 01
.
Mohon diikhlaskan untuk menyertakan nominal 9 dibelakang jumlah nominal yang ditransfer,
💳 misal: Rp 500.009,00 untuk kode donasi Puasa #Ramadhan
---------------------------------------------
---------------------------------------------

Info dan Konfirmasi: kontak kami via WA/SMS ke wa.me/6281370056300 atau ayi 085106005057
.
Semoga Allah meridhai, memberkahi, dan memudahkan kita untuk meraih berkah Ramadhan. Aamiin yaa rabbal A'lamin
---------------------------------------------
Official Account:
---------------------------------------------
📷 IG. @rumah_sajada
📮 t.me/rumahsajada
🎥 Youtube Rumah Sajada
🐦 Twitter @SajadaRumah
.
Supported by.
🏠 @sajadastore
💞 @hubbdistro
🍯Madu Sajada
☕ Kopi Sajada
.
🌱🌱💐💐💐🌱🌱

Mukjizat Istighfar pada Waktu Sahur

Mukjizat Istighfar pada Waktu Sahur

 

Mukjizat Istighfar pada Waktu Sahur

“Wa bil–ashâri hum yastaghfirûn(a), dan pada waktu sahur, mereka pun beristighfar”

 [adz Dzâriyyât : 18]

Berbincang tentang istighfar pada waktu sahur, ada dua ayat yang diabadikan Allah dalam firman-Nya; pertama, surat Ali Imran ayat 17, kedua, surat Adz-Dzariyat ayat 18. Kedua ayat ini sama-sama menyebutkan salah satu amalan orang yang dijanjikan surga; beristighfar pada waktu sahur. Kita bertanya, sedemikian istimewakah waktu sahur sehingga beristighfar pada waktu itu berbuah surga?

Jawabannya, tentu iya. Berikut sedikit penjelasan tentang masalah ini.

Waktu Sahur dan Keistimewaannya

Tentang waktu sahur, Sayyid Quthb dengan sangat baik hati memaparkan kepada kita tentang betapa indahnya waktu mulia ini dalam karya fenomenalnya, Fi Zhilâlil Qur’ân; beliau menjelaskan ketika menafsiri surat Ali Imran ayat 17 yang berbunyi, “Ash-shâbirîna wash-shâdiqîna wal-qânitîna wal-munfiqîna wal-mustaghfirîna bil ashâr, (juga) orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sahur.” Katanya, “Kata ‘Al-Ashâr’ yang bermakna pada waktu sahur itu sendiri mengambarkan situasi pada waktu malam menjelang fajar. Saat yang hening, menimbulkan nuansa lembut dan tenang, dan tercurahlah semua perasaan serta getaran yang tertahan dalam hati. Apabila hal ini dipadukan dengan istighfar, maka akan memberikan kesan yang amat serasi dalam jiwa dan hati nurani, dan akan bertemulah ruh manusia dengan ruh alam semesta, yang sama-sama menghadap kepada Pencipta alam dan Pencipta manusia.” Kemudian Sayyid Quthb mengakhiri, “Mereka yang sabar, jujur, taat kepada Allah, suka berinfak dan memohon ampunan Allah pada waktu sahur, akan mendapatkan keridhaan Allah. Merekalah yang layak mendapatkan keridhaan dengan naungannya yang segar dan maknanya yang penuh kasih sayang. Ini lebih baik dari semua keinginan dan semua kesenangan.”

Nashir Makarim Asy-Syairazi, dalam kitabnya ‘Al-Amtsal fî Tafsîri KitâbillÂh Al-Munazzal’ juga berkata, “Mengapa diisyaratkan kepada waktu sahur dari semua waktu siang-malam, padahal istighfar dan dzikir itu dituntut pada tiap waktu? Itu tersebab keistimewaan waktu sahur; ialah waktu tenang, hening dan jauh dari aktivitas-aktivitas yang bersifat materi, dan juga karena semangat yang dirasakan seseorang setelah bangun dari istirahat dan tidurnya,. Ia menjadi lebih siap menghadap Allah. Inilah yang bisa dicerna sesuai dengan pengalaman. Sehingga beberapa ulama ada yang mengoptimalkan waktu sahur ini untuk memecahkan masalah-masalah ilmiah. Jadi, cahaya berfikir dan ruh manusia itu lebih berpendar dan memancar pada waktu tersebut, dibanding waktu kapan pun. Dan juga karena ruh ibadah dan istighfar adalah menghadapkan dan menghadirkan hati, maka ibadah dan istighfar pada waktu ini lebih agung dari waktu kapan pun.”

Karenanya, waktu sahur ialah salah satu waktu teristimewa untuk berdoa, meminta, dan beristighfar kepada Allah. Orang yang paling beruntung adalah orang yang memanfaatkan kesempatan emas ini, karena doa, pinta dan istighfar akan dijawab oleh Allah. Pada waktu inilah, -lantaran termasuk sepertiga malam terakhir-, Dzat yang Maha Kaya, Pemilik segala perbendaharaan langit dan bumi turun ke langit dunia untuk mengabulkan semua doa, pinta dan istighfar hamba-hamba-Nya. Rasulullah bersabda,

 

« يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ »

 

            “Rabb kita Tabâraka wa Ta’âlâ turun pada setiap malam ke langit dunia ketika malam hanya tinggal sepertiga di akhir, lalu berfirman, “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan, barangsiapa meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri, dan barangsiapa memohon ampun kepada-Ku, pasti akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, hadits nomor 1094).

Tentang hadits di atas, Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari menyebutkan tentang perbedaan antara tiga hal yang disebutkan dalam hadits ini, yaitu doa, pinta dan istighfar. Beliau berkata, “Sesuatu yang dicari itu bisa berupa terhindarnya seseorang dari mudharat dan tercapainya keinginan, atau karena ingin mendapatkan maslahat agama, atau bisa juga karena ingin mendapatkan maslahat duniawi. Istighfar bermanfaat untuk mendapatkan poin pertama, doa bermanfaat untuk mendapatkan poin kedua, dan pinta bermanfaat untuk mendapatkan poin ketiga.”

Maka, siapa yang ingin terhindar dari mudharat, keinginannya terkabulkan, mengharap mendapatkan maslahat agama dan dunia, hendaknya memanfaatkan waktu sahur meminta, berdoa dan beristighfar kepada-Nya.

Ah, kita jadi teringat perbincangan antara Nabi Dawud dan Malaikat Jibril yang diabadikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam salah satu karyanya, Az-Zuhd. Ketika itu, Nabi Dawud bertanya, “Yâ Jibrîl, ayyul laili afdhal, wahai Jibril, waktu malam manakah yang paling utama.” Kemudian Jibril menjawab, “lâ adri, aku tidak tahu”, tetapi kemudian Jibril memberitakan kejadian di sekitaran langit ketika waktu sahur, “Illâ annal arsya yahtazzu minas sahar, hanyasaja pada waktu sahur, Arsy berguncang.”

Iya, Arsy Allah berguncang. Mungkin karena ada jutaan, bahkan milyaran pinta, doa, dan istighfar manusia dan jin yang naik ke langit itulah, Arsy Ar-Rahman berguncang; hamba-hamba yang lemah, miskin, tak berdaya itu sedang bermunajat kepada Pemilik kekuasaan yang kalau seandai pun Dia memberi semua pinta dan doa semua makhluk; jin dan manusia, dari awal sampai akhir, pengabulan pinta-doa mereka tidak mengurangi kerajaan-Nya, kecuali hanya sebatas seperti jarum yang membawa setitik air dari air laut seluruhnya.

Istighfar pada Waktu Sahur

Mengingat urgensi waktu sahur, maka meminta, berdoa, dan istighfar adalah kebutuhan yang tidak boleh diabaikan. Kita sangat membutuhkan karunia, kebaikan, dan ampunan Allah, melebihi segala-galanya, melebihi semua kenikmatan yang ada.

Beristighfar pada waktu mulia ini menjadi semakin bermakna karena itu merupakan bentuk pengamalan dari perintah Allah.

Anas bin Malik berkata, “Umirnâ an nastaghfira bis sahar sab’îna istighfâratan, kita diperintahkan untuk beristighfar 70 kali pada waktu sahur.”

Oleh itulah, para shalihin mengisi waktu sahur dengan istighfar. Berikut beberapa contohnya :

Nafi’ berkata, “Adalah Ibnu Umar selalu menghidupkan malamnya, kemudian bertanya, “Wahai Nafi’, apakah kita sudah masuk waktu sahur?” aku menjawab, “Belum.” Lalu beliau kembali melanjutkan shalatnya, kemudian bertanya, ketika aku sudah menjawab iya, beliau bersiap-siap beristighfar.

Imam Al-Qurthubi menyebutkan riwayat Ibrahim bin Hathib yang meriwayatkan dari ayahnya yang berkata, “Pada waktu sahur, aku pernah mendengar ada seorang lelaki di sudut masjid berkata, “Yâ Rabb, amartanî fa atha’tuka, wa hadza saharun fa-ghfir lî, Ya Allah, Engkau memerintahkanku lalu aku menaati-Mu, sekarang adalah waktu sahur maka ampunilah aku.” Aku pun melihat lelaki itu, ternyata dia adalah Ibnu Mas’ud.

Ibnu Zaid, sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya, mengatakan, “Telah sampai kepada kami bahwa Nabiyullah Ya’qub Shallallâhu alaihi wa sallam, ketika diminta oleh anak-anaknya agar memohonkan ampunan kepada Allah untuk mereka, “Yâ abânâ-staghfir lanâ dzunûbanâ, wahai ayah, mintalah ampunan untuk dosa-dosa-dosa kami.” Beliau menjawab, “Saufa astaghfiru lakum rabbî, aku akan memohonkan ampunan kepada Allah untuk kalian.” Ibnu Zaid melanjutkan, “Sebagian ahli ilmu –dan mayoritas mufassirin- menyebutkan bahwa beliau mengakhirkan istighfar untuk mereka (anak-anaknya) hingga waktu sahur.” Sebagian ahli ilmu juga menyebutkan bahwa saat di mana pintu-pintu surga dibuka adalah waktu sahur. [as-sâ’ah al-latî tuftahu fîhâ abwâbul jannatu, as-saharu].

Demikianlah, akhirnya kita berkesimpulan bahwa waktu sahur adalah salah satu waktu terbaik untuk meminta, berdoa dan beristighfar kepada Allah Ta’ala.

Sebagai penutup, mari merenungi kekata Luqman, ahli hikmah yang namanya diabadikan oleh Allah menjadi nama surat di dalam Al-Qur’an itu. Beliau pernah menasehati putranya, “Yâ bunayya, lâ yakunid-dîk akyasa minka, yunâdî bil ashâri wa anta nâ’im, wahai anakku, janganlah sampai ayam jantan lebih cerdas daripada dirimu; dia berkokok pada waktu sahur sementara dirimu masih terlelap tidur.” Allâhumma waffiqnâ lil amalish shâlih.

http://www.oaseimani.com

 


Doa Pendek Namun Ampuh Untuk Keselamatan Diri Dan Dijauhkan Dari Marabahaya,

Doa Pendek Namun Ampuh Untuk Keselamatan Diri Dan Dijauhkan Dari Marabahaya,

 

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sempat mengarahkan suatu doa pendek tetapi jitu buat keselamatan diri dan juga dijauhkan dari marabahaya.

sebagaimana diriwayatkan oleh ‘aban bin utsman radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan. saya sempat mendengar utsman bin affan mengatakan, kalau rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

bukanlah seseorang hamba membaca doa bagaikan berikut tiap hari di pagi hari dan juga tiap sore di malam hari: ,

“bismillahilladzi laa yadurru ma’as - mihi syai - un fil ardhi wa laa fissamaa - i, wa huas samii’ul ‘aliim”

hingga bukanlah beresiko menurutnya whatever juga” (hendak terhindarlah ia dari bahaya apa aja)

(hr bukhari, muslim, abu dawud, tirmidzi , nasa’i dan juga ibnu majah)

maksudnya: (dengan nama allah yang tidak terdapat suatu whatever yang beresiko berbarengan nama - nya, baik di bumi ataupun di langit, dan juga ia maha mendengar dan juga maha mengenali) , sebanyak 3 kali, kecuali tidak hendak terdapat suatu yang membahayakannya.

“barangsiapa membacanya sebanyak 3 kali kala pagi dan juga petang hari, hingga tidak terdapat sesuatupun yang membahayakan pribadinya. ” (hr. abu dawud 4/323, at - tirmidzi 5/465, ibnu majah dan juga ahmad. amati shahih ibnu majah 2/332)

bacalah doa pendek ini 3 kali satu hari dan juga 3 kali tadi malam supaya bebas dari seluruh bahaya, kendala, kerugian, penyakit, godaan, kemudharatan, gempuran, musuh - musuh, dan juga ancaman.

doa ini menggambarkan suatu ungkapan keberserahan diri pada allah dari seluruh bahaya yang sewaktu - waktu dapat terjalin pada diri dan juga keluarga kita. pastinya kita bagaikan manusia yang lemah tidak dapat mengenali apa yang hendak terjalin besok ataupun sedetik yang hendak tiba, hingga sudah sepatutnya kita menyerahkan diri meminta proteksi cuma pada allah subhanahu wata’ala yang maha mengenali.

jangan hingga tidak dibaca, jangan sombong, hidup ini kudu banyak - banyak memohon proteksi allah subhanahu wa ta’ala. jangan kurang ingat sebarkan pada yang lain bila kamu tercantum umat nabi muhammad, mudah - mudahan kita dan juga keluarga tetap dikasih keselamatan dan juga dijauhkan dari bermacam berbagai marabahaya, aamiin

 

https://www.ikhwanakhawat.com

Istighfar

Istighfar

 

Diceritakan oleh Imam Al-Quthubi dari Ar-Rabi’ bin Shabih, empat orang pernah datang kepada Hasan Bashri mengadukan masalah yang berbeda-beda.

Orang pertama mengadukan tanahnya yang tandus dan gersang, orang kedua mengadukan rizkinya yang sempit, orang ketiga mengadukan telah lama tidak memiliki anak, dan orang keempat mengadukan tanamannya yang tidak berbuah.

Kepada keempat orang itu, Hasan Bashri hanya berkata singkat, Beristigfarlah! Ibnu Shabih merasa heran. Bertanyalah ia kepada Hasan Bashri, “Wahai Hasan, empat orang mengadukan permasalahan berbeda, kenapa engkau menyuruh semuanya beristigfar?”

Hasan Bashri menjawab, “Apa yang aku katakan kepada mereka bukanlah dariku, tapi dari Allah SWT dalam QS Nuh [71]: 10-12.”

Dalam surah tersebut disebutkan, ’’Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”

Istighfar, memohon ampunan kepada Allah dengan mengucapkan kalimat astaghrifullaah, adalah amalan agung yang menjadi kebiasaan para nabi, ulama, dan orang-orang saleh.

Ketika Nabi Ibrahim mengajak ayahnya meninggalkan penyembahan berhala, beliau berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu. Aku akan memintakan ampun (beristighfar) bagimu kepada Tuhanku, sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.” (QS Maryam [19]: 47).

Rasulullah SAW juga selalu membiasakan istighfar. Dalam satu majelis, beliau bisa beristighfar 70 sampai 100 kali. “Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar dan taubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR Bukhari).

Selain mendapatkan ampunan Allah, istighfar mempunyai banyak  manfaat. Pertama, orang yang memperbanyak istighfar terutama di waktu pagi sebelum Subuh, mendapatkan sanjungan Allah dan disediakan baginya surga dengan segala kenikmatannya. (QS Ali Imran [3]: 15-17).

Kedua, istighfar adalah pintu untuk membuka kenikmatan-kenikmatan baik yang disediakan oleh Allah. “Dan hendaklah kamu meminta ampun (beristighfar) kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS Hud [11]: 3).

Ketiga, istighfar bisa menghindarkan kita dari bencana. “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun (beristigfar).” (QS Al-Anfal [8]: 33).

Dalam memahami ayat ini, Abu Musa Al-Asy’ari pernah berkata, “Dulu kami mempunyai dua penjaga (dari bencana) di dunia ini. Satunya telah pergi dan tersisa satu lagi. Yang pergi adalah Rasulullah, yang yang masih tersisa adalah istighfar. Jika yang satu ini hilang, maka celakalah kami semua.” Wallau a’lam.

 

Oleh: Jauhar Ridloni Marzuq

https://www.republika.co.id/

 

Selasa, 30 Maret 2021

Keutamaan Istighfar di Waktu Sahur

Keutamaan Istighfar di Waktu Sahur

 

Waktu sahur adalah salah satu waktu istimewa di bulan Ramadhan. Umat muslim, para shaimin, ditawarkan keberkahan pada makan di waktu tersebut untuk puasa besok harinya (makan sahur). Di waktu tersebut terdapat saat-saat istimewa untuk mohon ampun (istighfar) dan doa. Maka jangan rusak waktu tersebut dengan melihat tontonan perusak hati dan aktifitas tak berarti.

Allah telah memuji para hamba-Nya yang gemar beristighfar pada waktu tersebut,

“Orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17)

Imam Ibnu Katsir berkata tentang kalimat “وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ”: menunjukkan keutamaan istghfar di waktu sahur (penghujung malam). Ada pendapat mengatakan, saat Nabi Ya’kub ‘alaihis salam berkata kepada anak-anaknya, “pasti aku akan mintakan ampun kepada tuhanku untuk kalian” (QS. Yusuf: 98), beliau mengakhirkan pelaksanaannya sampai waktu sahur.

Waktu sahur adalah waktu di penghujung malam menjelang Shubuh. Keutamaannya tidak didapatkan pada waktu-waktu selainnya. Kesempurnaan istighfar di waktu ini diawali dengan kegiatan shalat malam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzariyaat: 15-18)

Syaikh Al-Sa’di –dalam tafsirnya- menjelaskan tentang prakteknya, “Maka mereka memperpanjang shalat sampai waktu sahur. Kemudian mereka menutup shalat malamnya dengan duduk beristighfar kepada Allah layaknya istighfar seorang mudznid (pendosa) untuk dosanya. Istighfar di waktu sahur ini memiliki keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki waktu selainnya.”

Keutamaan istighfar pada waktu sahur ini karena saat itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala turun di langit dunia. Allah membuka selebar-lebarnya pintu rahmah, ampunan, dan kemurahan-Nya bagi hamba-Nya yang mau berdoa dan memohon ampun.

Diterangkan dalam Shahihain, dari sejumlah sahabat, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

“Rabb kami Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam saat tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan doanya, siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan beri permintaannya, dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni dia.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Allah menawarkan ampunan, pemberian, kebaikan, dan pengabulan doa kepada hamba di sepertiga malam tersebut. Maka siapa berdiri di hadapan Allah, bertaqarrub & bermunajat kepada-Nya, lalu diikuti dengan berdoa dan beristighfar kepada-Nya, niscaya ia akan memperoleh hajatnya dan ampunan atas dosa-dosanya. Maka jangan sia-siakan waktu yang sangat istimewa ini! Wallahu A’lam.

https://umma.id

 

 


Inilah Keutamaan Istighfar di Akhir Malam

Inilah Keutamaan Istighfar di Akhir Malam

 

Seorang hamba senantiasa butuh kepada ampunan Allah. Karena dirinya senantiasa berbalut dosa pada siang dan malam hari. Sedangkan dosa penyebab kerasnya hati, kegalauan, kesulitan dan datangnya berbagai musibah.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam hadits qudsi,

“Wahai hamba-hambaKu sesungguhnya kalian semua melakukan kesalahan di waktu malam dan siang, sedangkan Aku mengampuni segala dosa semuanya, maka mintalah ampun kalian semua padaKu niscaya Aku ampuni kalian.” (HR. Muslim)

Ini merupakan bukti bahwa hamba itu butuh kepada Rabb-nya. Dan istighfar ikrar ubudiyah dan ketundukan hamba kepada-Nya.

Allah telah memuji para hamba-Nya yang gemar beristighfar, terutama pada waktu-waktu mulia dan istimewa.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang hamba-hamba-Nya yang shalih,

“Orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS. Ali Imran: 17)

Imam Ibnu Katsir berkata tentang kalimat “وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ”: menunjukkan keutamaan istghfar di waktu sahur (penghujung malam). Ada pendapat mengatakan, saat Nabi Ya’kub ‘alaihis salam berkata kepada anak-anaknya, “pasti aku akan mintakan ampun kepada tuhanku untuk kalian” (QS. Yusuf: 98), beliau mengakhirkan pelaksanaannya sampai waktu sahur.

Waktu sahur adalah waktu di penghujung malam menjelang Shubuh. Keutamaannya tidak didapatkan pada waktu-waktu selainnya. Kesempurnaan istighfar di waktu ini diawali dengan kegiatan shalat malam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,

“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzariyaat: 15-18)

Syaikh Al-Sa’di –dalam tafsirnya- menjelaskan tentang prakteknya, “Maka mereka memperpanjang shalat sampai waktu sahur. Kemudian mereka menutup shalat malamnya dengan duduk beristighfar kepada Allah layaknya istiighfar seorang mudznid (pendosa) untuk dosanya. Istighfar di waktu sahur ini memiliki keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki waktu selainnya.”

Keutamaan istighfar pada waktu sahur ini karena saat itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala turun di langit dunia. Allah membuka selebar-lebarnya pintu rahmah, ampunan, dan kemurahan-Nya bagi hamba-Nya yang mau berdoa dan memohon ampun.

Diterangkan dalam Shahihain, dari sejumlah sahabat, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

“Rabb kami Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam saat tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan doanya, siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan beri permintaannya, dan siapa yang memohon ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni dia.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Allah menawarkan ampunan, pemberian, kebaikan, dan pengabulan doa kepada hamba di sepertiga malam tersebut. Maka siapa berdiri di hadapan Allah, bertaqarrub & bermunajat kepada-Nya, lalu diikuti dengan berdoa dan beristighfar kepada-Nya, niscaya ia akan memperoleh hajatnya dan ampunan atas dosa-dosanya. Maka jangan sia-siakan waktu yang sangat istimewa ini! Wallahu A’lam.

https://umma.id

 

DAHSYATNYA ISTIGHFAR

DAHSYATNYA ISTIGHFAR

 

Khutbah Pertama

Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang Maha mengetahui lagi maha bijaksana, pemberi karunia yang besar. Aku memuji Robbku dan aku bersyukur kepadaNya dan aku bertaubat kepadaNya dan beristighfar kepadaNya. Dan aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tiada sekutu bagiNya –Pemilik ‘Arsy yang mulia-. Dan aku bersaksi bahwasanya Nabi kita dan pemimpin kita Muhammad adalah hamba dan RasulNya, pemilik akhlak yang agung. Ya Allah curahkanlah shalawat dan salam kepada hambaMu dan rasulMu Muhammad, dan kepada keluarganya serta para sahabatnya yang merupakan para da’i yang mendapatkan petunjuk menujuk kepada jalan yang lurus.

Amma ba’du, maka bertakwalah kepada Allah dengan menjalankan apa yang diridoi oleh Allah dan meninggalkan apa yang diharamkanNya agar kalian meraih keridoanNya dan kenikmatan surgaNya, serta kalian selamat dari kemurkaanNya dan siksaanNya.

Kaum muslimin sekalian, sesungguhnya Robb kita yang Maha mulia telah memperbanyak pintu-pintu kebaikan dan jalan-jalan untuk beramal sholeh sebagai bentuk karunia, kasih sayang, kedermawanan, dan kebaikan Allah yang maha perkasa dan mulia. Agar seorang muslim masuk ke pintu kebaikan mana saja dan menempuh jalan ketaatan mana saja sehingga Allah memperbaiki kehidupan dunianya, dan mengangkat derajatnya di akhirat. Maka Allah akan memuliakannya dengan kehidupan yang baik dan penuh kebahagiaan, dan meraih kenikmatan yang abadi serta keridhoan Robbnya setelah kematiannya. Allah berfirman :

 

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

 

Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS Al-Baqoroh : 148)

Dan Allah berfirman tentang para Nabi –’alaihis salam- yang merupakan teladan bagi manusia

 

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

 

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu´ kepada Kami (QS Al-Anbiyaa : 90)

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Mu’adz radhiallahu ‘anhu :

“Maukah aku tunjukan kepadamu pintu-pintu kebaikan?, puasa adalah perisai, dan sedekah memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api,  dan sholatnya seseorang di tengah malam, lalu Nabi membacakan firman Allah :

 

تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (16) فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 

Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan (QS As-Sajdah 16-17)

Kemudian Nabi berkata ; “Maukah aku kabarkan kepadamu tentang kepala agama ini dan tiangnya serta puncaknya?”

Aku (Muadz) berkata : “Tentu wahai Rasulullah”

Nabi berkata, “Kepala agama adalah Islam, dan tiangnya adalah sholat, dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah” (HR At-Tirmidzi dan dishahihkan olehnya)

Diantara pintu-pintu kebaikan dan jalan-jalan ketaatan serta sebab-sebab penghapus dosa-dosa adalah beristighfar. Dan istighfar adalah sunnahnya para nabi dan rasul ‘alaihimus salam. Allah berfirman tentang dua nenek moyang manusia :

 

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

 

Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi (QS Al-A’rof : 23)

Dan Allah berfirman tentang Nuh ‘alaihis salam :

 

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

 

Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. (Qs Nuuh : 28)

Allah azza wa jalla berfirman tentang Al-Kholil (Ibrahim a.s) :

 

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

 

Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)” (Qs Ibrahim : 41)

Allah berfirman tentang Musa a.s :

 

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

 

Musa berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang” (QS Al-A’raf : 151)

Dan Allah berfirman :

 

وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ

 

Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat (QS Shaad : 24)

Allah berfirman seraya memerintahkan NabiNya shallallahu ‘alaihi wasallam:

 

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ

 

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. (Qs Muhammad : 19)

Diantara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah banyak beristighfar padahal Allah telah mengampuni bagi beliau dosa beliau yang telah lalu maupun yang akan datang. Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma ia berkata :

 

كُنَّا نَعُدُّ لِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ “رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ تَوَّابُ رَحِيْمٌ

 

“Kami menghitung dalam satu majelis seratus kali Rasulullah berucap : “Ya Allah ampuni aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat dan maha penyayang” (HR Abu Dawud dan At-Thirmidzi, dan ia berkata : Hadits hasan shahih).

Dan dari Aisyah r.a ia berkata :

“Rasulullah sebelum meninggalnya banyak mengucapkan :

 

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغِفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

 

(Aku mensucikan Allah dan memujiNya, Aku beristighfar kepadaNya dan bertaubat kepadaNya) (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih banyak dari pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam mengucapkan :

 

أَسْتَغِفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ

 

Aku beristighfar kepadaNya dan bertaubat kepadaNya (HR An-Nasaai).

Dan Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam setelah salam dari sholat beliau berkata “Astaghfirullah” (Aku memohon ampunan Allah) sebanyak tiga kali” (HR Muslim dari Tsauban r.a), lalu setelah itu Nabi mengucapkan dzikir yang disyari’atkan setelah sholat.

Istighfar merupakan kebiasaan orang-orang shalih dan amal orang-orang baik yang bertakwa, serta merupakan syi’ar kaum mukminin. Allah berfirman tentang mereka :

 

الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ

 

(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,  (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur (Qs Ali-‘Imron : 16-17)

Dan Allah berfirman :

 

وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ

 

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui (QS Ali-Imron : 135)

Ibnu Rojab rahimahullah berkata, “Adapun beristighfar dari dosa-dosa adalah adalah memohon ampunan, dan seorang hamba sangat membutuhkan ampunan Allah, karena ia berdosa siang dan malam, dan telah berulang-ulang dalam Al-Qur’an penyebutan taubat dan istighfar dan perintah untuk melakukan keduanya serta motivasi untuk melakukannya”

Dan memohon ampunan kepada Rabb jalla wa ‘ala maka Allah menjanjikan untuk mengabulkan dan memberi ampunan.

          Dan disyari’atkan seorang hamba memohon ampunan untuk dosa tertentu berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

 

إِنَّ عَبْدًا أَذْنَبَ ذَنْبًا فَقَالَ : يَا رَبِّ إِنِّي عَمِلْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْ لِي، فَقَالَ اللهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ ربّاً يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي

 

“Sesungguhnya seorang hamba berbuat suatu dosa, maka ia berkata : Ya Rabbku sesungguhnya aku melakukan suatu dosa maka ampunilah aku. Maka Allah berkata, “HambaKu tahu bahwasanya ia memiliki Robb yang mengampuni dosa dan menghukum karena dosa, maka sungguh aku telah mengampuni hambaKu” (HR Al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Hurairah r.a)

Sebagaimana juga disyari’atkan agar seorang hamba memohon ampunan (maghfiroh) secara mutlak yaitu dengan berkata

 

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي

 

“Ya Allah ampuni aku dan rahmatilah aku”

Allah berfirman :

 

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ

 

Dan katakanlah: “Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik” (QS Al-Mukminun : 118)

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada seseorang jika ia masuk Islam agar ia berdoa dengan doa berikut :

 

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَارْزُقْنِي

 

“Ya Allah ampuni aku, rahmatilah aku, berilah petunjuk kepadaku, sehatkanlah tubuhku, dan berilah rizki kepadaku” (HR Muslim dari hadits Thariq bin Usyaim r.a.)

Sebagaiman disyari’atkan bagi seorang hamba untuk memohon dari Robnya ampunan bagi seluruh dosa-dosanya apa yang ia ketahui dana yang ia tidak ketahui dari dosa-dosanya tersebut. Karena banyak dari dosa yang ia tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah sementara hamba dihukum karenanya.

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau berdoa dengan doa berikut ini :

 

«اللهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، اللهُمَّ اغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي، وَخَطَئِي وَعَمْدِي، وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي، اللهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ»

 

“Ya Allah ampunilah bagiku dosa karena kesalahanku, dosa karena kebodohanku, sikap berlebihanku dalam urusanku, dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku, Ya Allah ampunilah bagiku dosa yang karena yang kulakukan dengan sungguh-sungguh, dosa karena candaku, dosa karena ketidak sengajaanku, dosa karena kesengajaanku, dan itu semua ada pada diriku. Ya Allah ampunilah dosa-dosakua yang telah lalu dan yang akan datang, dosa yang kulakukan dengan sembunyi-sembunyi dan yang aku lakukan terang-terangan, dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya dari pada aku. Engkau adalah yang menentukan maju atau mundurnya, dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Dan berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihin wasallam :

 

الشِّرْكُ فِي هَذِهِ الأُمَّةِ أَخْفَى مِنْ دَبِيْبِ النَّمْلِ

 

“Kesyirikan pada umat ini lebih samar daripada rayapan semut”. Maka Abu Bakar radhiallahu ‘anhu berkata,

 

فَكَيْفَ الْخَلاَصُ مِنْهُ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟

 

“Bagaimana cara selamat darinya wahai Rasulullah?”.

Nabi berkata, “Hendaknya engkau berdoa :

 

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا وَأَنَا أَعْلَمُهُ وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنَ الذَّنْبِ الَّذِي لاَ أَعْلَمُ

 

“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari berbuat syirik apapun kepadaMu yang aku  mengetahuinya dan aku memohon ampunan kepadaMu dari dosa yang aku tidak mengetahuinya” (HR Ibnu Hibban dari hadits Abu Bakar, dan Ahmad dari hadits Abu Musa).

Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya beliau berdoa :

 

اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ، وَجِلَّهُ، خَطَأَهُ وَعَمْدَهُ وَسِرَّهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ

 

“Ya Allah ampunilah dosaku seluruhnya, yang kecil dan yang besar, yang tanpa sengaja maupun yang disengaja, yang tersembunyi maupun yang tampak, yang awal dan yang terakhir” (HR Muslim dan Abu Dawud)

Jika seorang hamba memohon kepada Robbnya ampunan dosa-dosanya dengan doa yang ikhlas dan penuh permohonan serta permintaan penuh ketundukan dan kehinaan maka mencakup taubat dari dosa-dosa.

Dan memohon taubat serta bimbingan untuk taubat mencakup istighfar, maka istighfar dan taubat jika disebutkan masing-masing sendirian maka mencakup yang lainnya. Dan jika disebutkan keduanya (secara bersamaan) dalam nash-nash maka makna istighfar adalah memohon dihapuskannya dosa-dosa dan dihilangkannya sisa dan dampaknya serta memohon perlindungan dari buruknya dosa-dosa yang telah lalu serta agar ditutup. Dan taubat maknanya adalah kembali kepada Allah dengan meninggalkan dosa-dosa dan memohon perlindungan dari apa yang dikhawatirkan di kemudian hari dari keburukan-keburukan amalannya serta tekad untuk tidak kembali melakukannya lagi.

Dan telah dikumpulkan antara istighfar dan taubat dalam firman Allah :

 

وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ

 

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat (QS Huud :3) dan ayat-ayat lainnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ ! تُوْبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَاسْتَغْفِرُوْهُ، فَإِنِّي أَتُوْبُ إِلى اللهِ وَأَسْتَغْفِرُهُ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ

 

“Wahai manusia ! bertobatlah kalian kepada Tuhan kalian dan mintalah ampun kepadaNya. Sesungguhnya aku sendiri bertobat kepada Allah dan memohon ampunanNya setiap hari Seratus kali “. HR An-Nasai dari hadis Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu

Seorang hamba seharusnya selalu sangat butuh untuk memohon ampun kepada Allah, terutama di zaman seperti sekarang ini karena bermacam-macam cobaan lantaran banyaknya dosa dan fitnah, sehingga Allah membimbingnya dalam kehidupannya dan setelah matinya serta memperbaiki urusannya. Sesungguhnya istighfar merupakan pintu masuk segala kebaikan dan benteng dari segala keburukan berikut  hukumannya. Maka umat ini sangat perlu beristighfar secara terus menerus agar Allah mengangkat bencana yang menimpa umat ini, dan menghapuskan sanksi hukuman yang akan dijatuhkan. Tidak ada yang enggan beristighfar kecuali orang yang tidak memahami manfaatnya dan keberkahannya. Al-Qur’an dan As-Sunnah telah banyak menjelaskan tentang keutamaan istighfar.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nabi Salih a.s. :

 

قَالَ يَاقَوْمِ لِمَ تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

 

“ Dia [Shalih] berkata, “ Hai kaumku ! Mengapa kalian meminta disegerakan suatu keburukan sebelum kebaikan, mengapakah kalian tidak memohon ampun kepada Allah supaya kalian mendapatkan rahmat “.(QS An-Naml : 46)

Maka dengan Istighfar, turunlah rahmat Allah kepada umat ini.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nuh a.s. :

 

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا

 

 “Mintalah ampun kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Supaya Dia menurunkan kepada kalian hujan deras dari langit. Dan mengirim bantuan kepada kalian [berupa] harta benda dan [keturunan] anak-anak lelaki serta menjadikan untuk kalian kebun-kebun dan sungai-sungai. (QS Nuuh : 10-12)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nabi Hud, a.s. :

 

وَيَاقَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

 

“Wahai kaumku ! mohonlah ampun kepada Tuhan kalian kemudian bertobatlah kalian kepadaNya, niscaya Dia akan mengirimkan hujan deras kepada kalian dan menambah kekuatan lebih dari kekuatan yang ada pada kalian, dan janganlah kalian berpaling sebagai orang-orang yang berdosa”. (QS Huud : 52)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

 

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

 

 “Tidaklah mungkin Allah menghukum mereka sementara engkau berada di tengah-tengah mereka, dan tidak mungkin pula Allah menghukum mereka sementara mereka sedang beristighfar “ (QS Al-Anfaal : 33)

Abu Musa berkata  : “Kalian dahulu mendapatkan dua jaminan keamanan; Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka telah wafat, namun istighfar tetap ada pada kalian hingga hari Kiamat.

Seringnya istighfar yang dilakukan umat ini dapat mengangkat bencana yang telah terjadi dan menolak bencana yang akan terjadi. Tiada suatu bencana yang melanda kecuali disebabkan suatu dosa manusia, dan tidak ada cara lain menghilangkan bencana kecuali bertobat dan beristighfar”.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

 

مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

 

“ Barangsiapa yang selalu beristighfar, maka Allah menjadikan baginya pada setiap kesempitan suatu solusi, dan setiap keprihatinan suatu jalan keluar, dan Allah memberinya rezeki dari jalan yang tak terduga”). HR Abu Dawud.

Telah datang dari Nabi Saw. sabda-sabda beliau yang terjaga yang penuh berkah tentang Istighfar, dimana istighfar mendatangkan pahala yang besar. Antara lain sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

 

مَنْ قَالَ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ

 

“Barangsiapa mengucapkan kalimat : Aku memohon ampun kepada Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Yang Mengayomi. Aku bertobat kepadaNya, maka diampuni dosa-dosanya meskipun ia pernah lari dari barisan perang”. HR Abu Dawud  dan At-Turmuzi dan Al-Hakim. Dikatakannya, sebagai hadis Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim.

Dari Abi Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

 

مَنْ قَالَ حِينَ يَأْوِي إِلَى فِرَاشِهِ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِله إِلا هوَ الحيَّ القيومَ وأتوبُ إِليهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبُهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ أَوْ عَدَدَ رَمْلِ عَالَجٍ أَوْ عَدَدَ وَرَقِ الشَّجَرِ أَوْ عَدَدَ أَيَّامِ الدُّنْيَا

 

“Barangsiapa berucap ketika hendak  menuju tempat tidurnya, “Aku memohon ampun kepada Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Yang Mengayomi. Aku bertobat kepadaNya tiga kali, maka Allah ampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di laut ). HR At-Turmuzi.

Dari Ubadah Bin As-Shamit radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

 

مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ قَالَ: رَبِّ اغْفِرْ لِي أَوْ قَالَ: ثمَّ دَعَا استيجيب لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ

 

“Barangsiapa yang terjaga di malam hari lalu mengucapkan zikir, “ Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Hanya milikNya kerajaan dan hanya milikNya pula segala pujian. Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa. Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah ampunilah aku. Lalu berdo’a, niscaya dikabulkan do’anya. Jika dia shalat, niscaya diterima shalatnya”. (HR Bukhari).

Disebutkan dalam hadis pula :

 

من قال صبيحة يوم الجمعة قبل صلاة الغداة: أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه ثلاث مرات غفر الله تعالى ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر

 

“Barangsiapa yang berzikir sebelum terbitnya fajar hari Jum’at, “Aku memohon ampun kepada Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Yang Mengayomi. Aku bertobat kepadaNya Tiga kali, maka diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di laut”.

Diriwayatkan dari Syaddad Bin Aus  radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

Penghulu Istighfar adalah ucapan seorang hamba :

 

سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ تَقُولَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعَتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ “. قَالَ: «وَمَنْ قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ»

 

“Ya Allah, Engkau Tuhanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah ciptakan diriku, dan aku hambaMu, aku tetap setia memegang janjiMu dengan segala kemampuanku, aku berlindung kepadaMu dari kejahatan perbuatanku, aku mengakui besarnya nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Barangsiapa yang mengucapkannya di siang hari dengan penuh keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum menjelang sore, maka masuklah ia ke dalam surga. Dan barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum menjelang pagi, maka diapun termasuk penghuni surga”. (HR Bukhari)

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

 

يَا ابنَ آدمَ إِنَّك لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ وَلَا أُبَالِي

 

“Wahai anak Adam, Andaikata dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit lalu maku meminta ampun kepadaKu, Akupun mengampunimu tanpa mempedulikan”  (HR Turmuzi. Dikatakannya sebagai hadis hasan).

Sebagaimana pula seseorang diperintahkan beristighfar ketika sedang melaksanakan ibadah dan ketika selesai beribadah untuk menutup kekurangan yang terjadi, serta menghindari rasa ujub (bangga diri) dan riya’.  Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

 

ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

 

Kemudian bertolaklah kalian dari tempat di mana orang-orang lainnya bertolak dan mintalah ampun kalian kepada Allah, sesungguhnya ALLAH Maha Pengampun dan Maha Pemurah. (QS Al-Baqoroh : 199)

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

 

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

 

Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah dengan suatu pinjaman yang baik. Apapun kebaikan yang kalian lakukan untuk diri kalian, niscaya akan kalian dapatkannya di sisi Allah suatu balasan yang lebih baik dan pahala yang lebih besar. Dan mintalah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Pemurah (QS Al-Muzammil ; 20)

Sebagaimana disyariatkan juga seorang muslim memintakan ampun untuk kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal, sebagai suatu persembahan amal baik dan rasa cinta yang tulus kepada mereka yang seagama dan sebagai syafaat bagi mereka di sisi Allah.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

 

وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

 

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka berdoa, “Ya Tuhan kami ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam iman, janganlah Engkau jadikan dalam hati kami rasa dendam terhadap orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyayang dan Pemurah (QS Al-Hasyr : 10)

Dari Ubadah Bin Shamit radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda :

 

مَنِ اسْتَغْفَرَ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلِلْمُؤْمِنَاتِ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلِّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ حَسَنَةً

 

Barangsiapa yang memintakan ampun untuk orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, maka Allah subhanahu wa ta’ala mencatat baginya suatu kebaikan sebanyak  orang mukmin lelaki dan perempuan (Al-Haitsami berkata : Isnad hadis ini adalah Jayyid ( bagus ),

Istighfar yang dimaksud seperti ketika mendoakan mereka dalam shalat Jenazah dan memintakan ampun untuk mereka  yang ada di alam kubur ketika berziarah kubur

Dan memohonkan ampunan bagi kaum mukminin adalah untuk meneladani para Malaikat pembawa Arasy dan Malaikat Muqarrabin.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman  :

 

الَّذِينَ يَحْمِلُونَ الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

 

“Mereka [malaikat] pemikul Arasy di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhan mereka, dan beriman kepadaNya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman, “ Ya Tuhan kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan pengetahuan, maka ampunilah orang-orang bertobat dan mengikuti jalanMu, lindunginlah mereka dari siksa neraka Jahim” (QS Ghofir : 7)

Dan ini merupakan bentuk berbuat baik yang besar untuk kaum mukminin. Wahai hamba-hamba Allah. Laksanakanlah perintah TuhanMu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam hadis Qudsi :

 

يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ

 

“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua berbuat salah di malam dan siang hari, sedangkan Aku mengampuni segala dosa, maka mohonlah ampun kepadaKu, niscaya Aku mengampuni kalian semua “ (HR Muslim dari hadis Abi Zar).

Maka, bersungguh-sungguhlah kalian beristighfar kepada Allah, niscaya akan kalian rasakan kemurahan dan keberkahan Allah Swt, akan kalian rasakan pula pengaruhnya pada penghapusan dosa dan terangkatnya derajat kalian.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

 

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

 

“Demi Allah yang jiwaku ada pada genggamanNya, seandainya kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah akan melenyapkan kalian dan mendatangkan kaum lain yang berbuat dosa lalu mereka memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala lalu Allah mengampuni mereka”. (HR Muslim)

Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala Maha luas ampunanNya, Maha Pemurah dan Maha Mulia.

Firman Allah  :

 

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا

 

Barangsiapa yang melakukan suatu kejahatan atau berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri lalu memohon ampun kepada Allah, niscaya ia dapatkan Allah Maha Pengampun dan Maha Pemurah (QS An-Nisaa : 110).

Semoga Allah mencurahkan keberkahan atas kita semua berkat Al-Qur’an yang agung.

==================

Khotbah Kedua

Segala puji bagi Allah, Maha Pengampun dosa, Maha Penerima tobat, Yang Maha keras siksaNya, Yang mempunya karunia, tiada Tuhan yang berhak disembah kesuali Dia. Kepadanya segalanya akan kembali. Aku memuji Tuhanku dan bersyukur kepadaNya atas anugerahNya yang agung. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya, Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Aku bersaksi bahwa Nabi kita dan junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Hamba Allah dan Rasul-Nya, sebagai Pemberi kabar gembira dan peringatan bagaikan pelita yang menerangi. Ya Allah curahkanlah shalawat, salam dan keberkahan kepada HambaMu dan RasulMu, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Selanjutnya, Bertakwalah kepada Tuhan kalian dan murnikanlah ibadah kalian hanya untuk Allah. Takutlah akan hukumanNya dan siksaNya.

Kaum muslimin !  waspadalah terhadap fitnah (bencana ) yang sangat membahayakan agama dan urusan dunia, membinasakan hamba di akhirat dan merusak penghidupannya di dunia ini. Maka orang yang selamat adalah orang yang menghindarkan dirinya dari fitnah.  Dan fitnah (bencana) yang paling besar adalah ketika seseorang rancu kepadanya kebenaran yang telah bercampur baur dengan kebatilan, petunjuk dengan kesesatan, amal kebajikan dengan kemungkaran, yang halal dengan yang haram. Nah kini fitnah itu telah mengacaukan negeri  dan penduduknya sehingga sebagian anak-anak muda kaum muslimin keluar dari tempat naungan dan lingkungan mereka yang aman dan kokoh, dari komunitas masyarakat yang santun beralih ke jalan pemikiran yang menyimpang dan sesat karena mengikuti dan loyal kepada kelompok khawarij masa kini yang menyeret mereka untuk mengkafirkan kaum muslimin dan menumpahkan darah tak berdosa, bahkan menfatwakan untuk meledakkan bom bunih diri – Naudzu billah-. Apakah mereka yang meledakkan dirinya itu mengira bahwa dengan perbuatannya itu akan masuk surga.?.  Apakah mereka tidak tahu bahwa orang yang bunuh diri itu tempatnya di neraka ?

Tidakkah mereka mendengar atau membaca firman Allah  :

 

وَلَا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (29) وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرًا (30)

 

Janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah Maha Pengasih terhadap kalian. Barangsiapa yang melakukan perbuatan itu karena melampaui batas dan aniaya, maka Kami akan masukkan dia ke dalam neraka. Dan yang demikian itu bagi Allah sangat mudah (QS An-Nisaa : 29-30)

Apakah orang yang membunuh orang islam itu mengira bahwa perbuatannya itu menjadi penyebab dirinya masuk surga ?. Apakah dia tidak tahu bahwa membunuh seorang muslim itu menyebabkan dirinya kekal di neraka ? Apakah dia tidak mendengar atau membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala :

 

وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا

 

Barangsiapa yang membunuh orang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya neraka Jahannam, kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya serta mengutuknya dan menyedikan baginya siksa yang besar (QS An-Nisaa : 93).

Apakah tidak sampai kepadanya peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :

 

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ

 

Barangsiapa yang membunuh seorang kafir Mu’ahad ( yang terikat perjanjian damai ), maka ia tidak akan mencium aroma surga .

Apakah mereka tidak mengambil pelajaran dari rekan-rekannya sebelumnya di mana mereka melanggar ketentuan-ketentuan Allah lalu akhirnya mereka menyesali perbuatan mereka pada saat penyesalan tidak lagi berguna dan orang-orang yang memperdayakan pun tidak mampu menyelamatkan mereka.  Katakan kepada orang yang menyuruh Anda meledakkan diri, supaya mereka meledakkan dirinya sendiri terlebih dahulu, dan ia tidak mungkin berani melakukannya sendiri, karena ia ingin mencampakkan diri Anda ke neraka. Ia ingin memerangi kaum muslimin melalui tangan Anda, mengacaukan keamanan dengan bantuan Anda, menciptakan huru hara melalui perbuatan Anda. Demikian pula kerusakan perusakan dan pertumpahan darah jiwa tak berdosa, mereka jadikan Anda sebagai alat dan mengeluarkan Anda dari masyarakat muslim dan pemimpin umat islam. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah berpesan :

 

عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ

 

Hendaklah kalian tetap bersama jemaah kaum muslimin, barangsiapa yang menyendiri akan menyendiri pula di neraka ).

Hamba Allah ! Sesungguhnya Allah dan malaikatNya bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orang yag beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan sampaikan do’a keselamatan kepadanya.

===========  Do’a   ===========

Oleh Asy-Syaikh Ali Al-Hudzaifi

Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda

www.firanda.com

https://firanda.com