Membangun Generasi Qur'ani & Mandiri
Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta
Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman
Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman
Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman
Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman
Mukjizat Istighfar
pada Waktu Sahur
Mukjizat Istighfar pada Waktu Sahur
“Wa bil–ashâri hum yastaghfirûn(a), dan pada waktu sahur,
mereka pun beristighfar”
[adz Dzâriyyât :
18]
Berbincang tentang istighfar pada waktu sahur, ada dua
ayat yang diabadikan Allah dalam firman-Nya; pertama, surat Ali Imran ayat 17,
kedua, surat Adz-Dzariyat ayat 18. Kedua ayat ini sama-sama menyebutkan salah
satu amalan orang yang dijanjikan surga; beristighfar pada waktu sahur. Kita
bertanya, sedemikian istimewakah waktu sahur sehingga beristighfar pada waktu
itu berbuah surga?
Jawabannya, tentu iya. Berikut sedikit penjelasan tentang
masalah ini.
Waktu Sahur dan Keistimewaannya
Tentang waktu sahur, Sayyid Quthb dengan sangat baik hati
memaparkan kepada kita tentang betapa indahnya waktu mulia ini dalam karya
fenomenalnya, Fi Zhilâlil Qur’ân; beliau menjelaskan ketika menafsiri surat Ali
Imran ayat 17 yang berbunyi, “Ash-shâbirîna wash-shâdiqîna wal-qânitîna
wal-munfiqîna wal-mustaghfirîna bil ashâr, (juga) orang yang sabar, orang yang
benar, orang yang taat, orang yang menginfakkan hartanya, dan orang yang
memohon ampunan pada waktu sahur.” Katanya, “Kata ‘Al-Ashâr’ yang bermakna pada
waktu sahur itu sendiri mengambarkan situasi pada waktu malam menjelang fajar.
Saat yang hening, menimbulkan nuansa lembut dan tenang, dan tercurahlah semua
perasaan serta getaran yang tertahan dalam hati. Apabila hal ini dipadukan
dengan istighfar, maka akan memberikan kesan yang amat serasi dalam jiwa dan
hati nurani, dan akan bertemulah ruh manusia dengan ruh alam semesta, yang
sama-sama menghadap kepada Pencipta alam dan Pencipta manusia.” Kemudian Sayyid
Quthb mengakhiri, “Mereka yang sabar, jujur, taat kepada Allah, suka berinfak
dan memohon ampunan Allah pada waktu sahur, akan mendapatkan keridhaan Allah.
Merekalah yang layak mendapatkan keridhaan dengan naungannya yang segar dan
maknanya yang penuh kasih sayang. Ini lebih baik dari semua keinginan dan semua
kesenangan.”
Nashir Makarim Asy-Syairazi, dalam kitabnya ‘Al-Amtsal fî
Tafsîri KitâbillÂh Al-Munazzal’ juga berkata, “Mengapa diisyaratkan kepada
waktu sahur dari semua waktu siang-malam, padahal istighfar dan dzikir itu
dituntut pada tiap waktu? Itu tersebab keistimewaan waktu sahur; ialah waktu
tenang, hening dan jauh dari aktivitas-aktivitas yang bersifat materi, dan juga
karena semangat yang dirasakan seseorang setelah bangun dari istirahat dan
tidurnya,. Ia menjadi lebih siap menghadap Allah. Inilah yang bisa dicerna
sesuai dengan pengalaman. Sehingga beberapa ulama ada yang mengoptimalkan waktu
sahur ini untuk memecahkan masalah-masalah ilmiah. Jadi, cahaya berfikir dan
ruh manusia itu lebih berpendar dan memancar pada waktu tersebut, dibanding
waktu kapan pun. Dan juga karena ruh ibadah dan istighfar adalah menghadapkan
dan menghadirkan hati, maka ibadah dan istighfar pada waktu ini lebih agung
dari waktu kapan pun.”
Karenanya, waktu sahur ialah salah satu waktu teristimewa
untuk berdoa, meminta, dan beristighfar kepada Allah. Orang yang paling
beruntung adalah orang yang memanfaatkan kesempatan emas ini, karena doa, pinta
dan istighfar akan dijawab oleh Allah. Pada waktu inilah, -lantaran termasuk
sepertiga malam terakhir-, Dzat yang Maha Kaya, Pemilik segala perbendaharaan
langit dan bumi turun ke langit dunia untuk mengabulkan semua doa, pinta dan
istighfar hamba-hamba-Nya. Rasulullah bersabda,
« يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ
إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ
يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ
يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ »
“Rabb kita Tabâraka wa Ta’âlâ turun
pada setiap malam ke langit dunia ketika malam hanya tinggal sepertiga di
akhir, lalu berfirman, “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan,
barangsiapa meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri, dan barangsiapa memohon
ampun kepada-Ku, pasti akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, hadits nomor 1094).
Tentang
hadits di atas, Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari menyebutkan tentang
perbedaan antara tiga hal yang disebutkan dalam hadits ini, yaitu doa, pinta
dan istighfar. Beliau berkata, “Sesuatu yang dicari itu bisa berupa
terhindarnya seseorang dari mudharat dan tercapainya keinginan, atau karena
ingin mendapatkan maslahat agama, atau bisa juga karena ingin mendapatkan
maslahat duniawi. Istighfar bermanfaat untuk mendapatkan poin pertama, doa
bermanfaat untuk mendapatkan poin kedua, dan pinta bermanfaat untuk mendapatkan
poin ketiga.”
Maka, siapa
yang ingin terhindar dari mudharat, keinginannya terkabulkan, mengharap
mendapatkan maslahat agama dan dunia, hendaknya memanfaatkan waktu sahur
meminta, berdoa dan beristighfar kepada-Nya.
Ah, kita
jadi teringat perbincangan antara Nabi Dawud dan Malaikat Jibril yang
diabadikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam salah satu karyanya, Az-Zuhd.
Ketika itu, Nabi Dawud bertanya, “Yâ Jibrîl, ayyul laili afdhal, wahai Jibril,
waktu malam manakah yang paling utama.” Kemudian Jibril menjawab, “lâ adri, aku
tidak tahu”, tetapi kemudian Jibril memberitakan kejadian di sekitaran langit ketika
waktu sahur, “Illâ annal arsya yahtazzu minas sahar, hanyasaja pada waktu
sahur, Arsy berguncang.”
Iya, Arsy
Allah berguncang. Mungkin karena ada jutaan, bahkan milyaran pinta, doa, dan
istighfar manusia dan jin yang naik ke langit itulah, Arsy Ar-Rahman
berguncang; hamba-hamba yang lemah, miskin, tak berdaya itu sedang bermunajat
kepada Pemilik kekuasaan yang kalau seandai pun Dia memberi semua pinta dan doa
semua makhluk; jin dan manusia, dari awal sampai akhir, pengabulan pinta-doa
mereka tidak mengurangi kerajaan-Nya, kecuali hanya sebatas seperti jarum yang
membawa setitik air dari air laut seluruhnya.
Istighfar
pada Waktu Sahur
Mengingat
urgensi waktu sahur, maka meminta, berdoa, dan istighfar adalah kebutuhan yang
tidak boleh diabaikan. Kita sangat membutuhkan karunia, kebaikan, dan ampunan
Allah, melebihi segala-galanya, melebihi semua kenikmatan yang ada.
Beristighfar
pada waktu mulia ini menjadi semakin bermakna karena itu merupakan bentuk
pengamalan dari perintah Allah.
Anas bin
Malik berkata, “Umirnâ an nastaghfira bis sahar sab’îna istighfâratan, kita
diperintahkan untuk beristighfar 70 kali pada waktu sahur.”
Oleh
itulah, para shalihin mengisi waktu sahur dengan istighfar. Berikut beberapa
contohnya :
Nafi’
berkata, “Adalah Ibnu Umar selalu menghidupkan malamnya, kemudian bertanya,
“Wahai Nafi’, apakah kita sudah masuk waktu sahur?” aku menjawab, “Belum.” Lalu
beliau kembali melanjutkan shalatnya, kemudian bertanya, ketika aku sudah
menjawab iya, beliau bersiap-siap beristighfar.
Imam Al-Qurthubi
menyebutkan riwayat Ibrahim bin Hathib yang meriwayatkan dari ayahnya yang
berkata, “Pada waktu sahur, aku pernah mendengar ada seorang lelaki di sudut
masjid berkata, “Yâ Rabb, amartanî fa atha’tuka, wa hadza saharun fa-ghfir lî,
Ya Allah, Engkau memerintahkanku lalu aku menaati-Mu, sekarang adalah waktu
sahur maka ampunilah aku.” Aku pun melihat lelaki itu, ternyata dia adalah Ibnu
Mas’ud.
Ibnu Zaid,
sebagaimana yang disebutkan oleh Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya, mengatakan,
“Telah sampai kepada kami bahwa Nabiyullah Ya’qub Shallallâhu alaihi wa sallam,
ketika diminta oleh anak-anaknya agar memohonkan ampunan kepada Allah untuk
mereka, “Yâ abânâ-staghfir lanâ dzunûbanâ, wahai ayah, mintalah ampunan untuk
dosa-dosa-dosa kami.” Beliau menjawab, “Saufa astaghfiru lakum rabbî, aku akan
memohonkan ampunan kepada Allah untuk kalian.” Ibnu Zaid melanjutkan, “Sebagian
ahli ilmu –dan mayoritas mufassirin- menyebutkan bahwa beliau mengakhirkan
istighfar untuk mereka (anak-anaknya) hingga waktu sahur.” Sebagian ahli ilmu
juga menyebutkan bahwa saat di mana pintu-pintu surga dibuka adalah waktu
sahur. [as-sâ’ah al-latî tuftahu fîhâ abwâbul jannatu, as-saharu].
Demikianlah,
akhirnya kita berkesimpulan bahwa waktu sahur adalah salah satu waktu terbaik
untuk meminta, berdoa dan beristighfar kepada Allah Ta’ala.
Sebagai
penutup, mari merenungi kekata Luqman, ahli hikmah yang namanya diabadikan oleh
Allah menjadi nama surat di dalam Al-Qur’an itu. Beliau pernah menasehati
putranya, “Yâ bunayya, lâ yakunid-dîk akyasa minka, yunâdî bil ashâri wa anta
nâ’im, wahai anakku, janganlah sampai ayam jantan lebih cerdas daripada dirimu;
dia berkokok pada waktu sahur sementara dirimu masih terlelap tidur.” Allâhumma
waffiqnâ lil amalish shâlih.
Doa Pendek Namun Ampuh Untuk Keselamatan Diri Dan
Dijauhkan Dari Marabahaya,
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sempat mengarahkan
suatu doa pendek tetapi jitu buat keselamatan diri dan juga dijauhkan dari
marabahaya.
sebagaimana diriwayatkan oleh ‘aban bin utsman
radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan. saya sempat mendengar utsman bin affan
mengatakan, kalau rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
bukanlah seseorang hamba membaca doa bagaikan berikut
tiap hari di pagi hari dan juga tiap sore di malam hari: ,
“bismillahilladzi
laa yadurru ma’as - mihi syai - un fil ardhi wa laa fissamaa - i, wa huas
samii’ul ‘aliim”
hingga bukanlah beresiko menurutnya whatever juga”
(hendak terhindarlah ia dari bahaya apa aja)
(hr bukhari, muslim, abu dawud, tirmidzi , nasa’i dan
juga ibnu majah)
maksudnya: (dengan nama allah yang tidak terdapat suatu
whatever yang beresiko berbarengan nama - nya, baik di bumi ataupun di langit,
dan juga ia maha mendengar dan juga maha mengenali) , sebanyak 3 kali, kecuali
tidak hendak terdapat suatu yang membahayakannya.
“barangsiapa membacanya sebanyak 3 kali kala pagi dan
juga petang hari, hingga tidak terdapat sesuatupun yang membahayakan
pribadinya. ” (hr. abu dawud 4/323, at - tirmidzi 5/465, ibnu majah dan juga
ahmad. amati shahih ibnu majah 2/332)
bacalah doa pendek ini 3 kali satu hari dan juga 3 kali
tadi malam supaya bebas dari seluruh bahaya, kendala, kerugian, penyakit,
godaan, kemudharatan, gempuran, musuh - musuh, dan juga ancaman.
doa ini menggambarkan suatu ungkapan keberserahan diri
pada allah dari seluruh bahaya yang sewaktu - waktu dapat terjalin pada diri
dan juga keluarga kita. pastinya kita bagaikan manusia yang lemah tidak dapat
mengenali apa yang hendak terjalin besok ataupun sedetik yang hendak tiba,
hingga sudah sepatutnya kita menyerahkan diri meminta proteksi cuma pada allah
subhanahu wata’ala yang maha mengenali.
jangan hingga tidak dibaca, jangan sombong, hidup ini
kudu banyak - banyak memohon proteksi allah subhanahu wa ta’ala. jangan kurang
ingat sebarkan pada yang lain bila kamu tercantum umat nabi muhammad, mudah -
mudahan kita dan juga keluarga tetap dikasih keselamatan dan juga dijauhkan
dari bermacam berbagai marabahaya, aamiin
Istighfar
Diceritakan oleh Imam Al-Quthubi dari Ar-Rabi’ bin
Shabih, empat orang pernah datang kepada Hasan Bashri mengadukan masalah yang
berbeda-beda.
Orang pertama mengadukan tanahnya yang tandus dan
gersang, orang kedua mengadukan rizkinya yang sempit, orang ketiga mengadukan
telah lama tidak memiliki anak, dan orang keempat mengadukan tanamannya yang
tidak berbuah.
Kepada keempat orang itu, Hasan Bashri hanya berkata
singkat, Beristigfarlah! Ibnu Shabih merasa heran. Bertanyalah ia kepada Hasan Bashri,
“Wahai Hasan, empat orang mengadukan permasalahan berbeda, kenapa engkau
menyuruh semuanya beristigfar?”
Hasan Bashri menjawab, “Apa yang aku katakan kepada
mereka bukanlah dariku, tapi dari Allah SWT dalam QS Nuh [71]: 10-12.”
Dalam surah tersebut disebutkan, ’’Maka aku katakan
kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha
Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan
(pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
Istighfar, memohon ampunan kepada Allah dengan
mengucapkan kalimat astaghrifullaah, adalah amalan agung yang menjadi kebiasaan
para nabi, ulama, dan orang-orang saleh.
Ketika Nabi Ibrahim mengajak ayahnya meninggalkan
penyembahan berhala, beliau berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu.
Aku akan memintakan ampun (beristighfar) bagimu kepada Tuhanku, sesungguhnya
Dia sangat baik kepadaku.” (QS Maryam [19]: 47).
Rasulullah SAW juga selalu membiasakan istighfar. Dalam
satu majelis, beliau bisa beristighfar 70 sampai 100 kali. “Demi Allah,
sesungguhnya aku beristighfar dan taubat kepada Allah dalam sehari lebih dari
70 kali.” (HR Bukhari).
Selain mendapatkan ampunan Allah, istighfar mempunyai
banyak manfaat. Pertama, orang
yang memperbanyak istighfar terutama di waktu pagi sebelum Subuh, mendapatkan
sanjungan Allah dan disediakan baginya surga dengan segala kenikmatannya. (QS
Ali Imran [3]: 15-17).
Kedua, istighfar adalah pintu untuk membuka kenikmatan-kenikmatan
baik yang disediakan oleh Allah. “Dan hendaklah kamu meminta ampun
(beristighfar) kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan
yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus)
kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan
kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika
kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari
kiamat.” (QS Hud [11]: 3).
Ketiga, istighfar bisa menghindarkan kita dari bencana. “Dan
Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di
antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka
meminta ampun (beristigfar).” (QS Al-Anfal [8]: 33).
Dalam memahami ayat ini, Abu Musa Al-Asy’ari pernah
berkata, “Dulu kami mempunyai dua penjaga (dari bencana) di dunia ini. Satunya
telah pergi dan tersisa satu lagi. Yang pergi adalah Rasulullah, yang yang
masih tersisa adalah istighfar. Jika yang satu ini hilang, maka celakalah kami
semua.” Wallau a’lam.
Oleh: Jauhar
Ridloni Marzuq
Keutamaan Istighfar
di Waktu Sahur
Waktu sahur adalah salah satu waktu istimewa di bulan
Ramadhan. Umat muslim, para shaimin, ditawarkan keberkahan pada makan di waktu
tersebut untuk puasa besok harinya (makan sahur). Di waktu tersebut terdapat
saat-saat istimewa untuk mohon ampun (istighfar) dan doa. Maka jangan rusak
waktu tersebut dengan melihat tontonan perusak hati dan aktifitas tak berarti.
Allah telah memuji para hamba-Nya yang gemar beristighfar
pada waktu tersebut,
“Orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat,
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu
sahur.” (QS. Ali Imran: 17)
Imam Ibnu Katsir berkata tentang kalimat “وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ”: menunjukkan keutamaan istghfar di waktu sahur (penghujung
malam). Ada pendapat mengatakan, saat Nabi Ya’kub ‘alaihis salam berkata kepada
anak-anaknya, “pasti aku akan mintakan ampun kepada tuhanku untuk kalian” (QS.
Yusuf: 98), beliau mengakhirkan pelaksanaannya sampai waktu sahur.
Waktu sahur
adalah waktu di penghujung malam menjelang Shubuh. Keutamaannya tidak
didapatkan pada waktu-waktu selainnya. Kesempurnaan istighfar di waktu ini
diawali dengan kegiatan shalat malam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa
Ta'ala,
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata
air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan
mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang
berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir
malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzariyaat: 15-18)
Syaikh
Al-Sa’di –dalam tafsirnya- menjelaskan tentang prakteknya, “Maka mereka
memperpanjang shalat sampai waktu sahur. Kemudian mereka menutup shalat
malamnya dengan duduk beristighfar kepada Allah layaknya istighfar seorang
mudznid (pendosa) untuk dosanya. Istighfar di waktu sahur ini memiliki
keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki waktu selainnya.”
Keutamaan
istighfar pada waktu sahur ini karena saat itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala turun
di langit dunia. Allah membuka selebar-lebarnya pintu rahmah, ampunan, dan
kemurahan-Nya bagi hamba-Nya yang mau berdoa dan memohon ampun.
Diterangkan
dalam Shahihain, dari sejumlah sahabat, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda,
“Rabb kami
Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam saat tersisa sepertiga
malam terakhir. Dia berfirman: siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan
doanya, siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan beri permintaannya, dan
siapa yang memohon ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni dia.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Allah
menawarkan ampunan, pemberian, kebaikan, dan pengabulan doa kepada hamba di
sepertiga malam tersebut. Maka siapa berdiri di hadapan Allah, bertaqarrub
& bermunajat kepada-Nya, lalu diikuti dengan berdoa dan beristighfar
kepada-Nya, niscaya ia akan memperoleh hajatnya dan ampunan atas dosa-dosanya.
Maka jangan sia-siakan waktu yang sangat istimewa ini! Wallahu A’lam.
Inilah Keutamaan
Istighfar di Akhir Malam
Seorang hamba senantiasa butuh kepada ampunan Allah.
Karena dirinya senantiasa berbalut dosa pada siang dan malam hari. Sedangkan
dosa penyebab kerasnya hati, kegalauan, kesulitan dan datangnya berbagai
musibah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam hadits qudsi,
“Wahai hamba-hambaKu sesungguhnya kalian semua melakukan
kesalahan di waktu malam dan siang, sedangkan Aku mengampuni segala dosa
semuanya, maka mintalah ampun kalian semua padaKu niscaya Aku ampuni kalian.”
(HR. Muslim)
Ini merupakan bukti bahwa hamba itu butuh kepada
Rabb-nya. Dan istighfar ikrar ubudiyah dan ketundukan hamba kepada-Nya.
Allah telah memuji para hamba-Nya yang gemar
beristighfar, terutama pada waktu-waktu mulia dan istimewa.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang
hamba-hamba-Nya yang shalih,
“Orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat,
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu
sahur.” (QS. Ali Imran: 17)
Imam Ibnu Katsir berkata tentang kalimat “وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ”: menunjukkan keutamaan istghfar di waktu sahur (penghujung
malam). Ada pendapat mengatakan, saat Nabi Ya’kub ‘alaihis salam berkata kepada
anak-anaknya, “pasti aku akan mintakan ampun kepada tuhanku untuk kalian” (QS.
Yusuf: 98), beliau mengakhirkan pelaksanaannya sampai waktu sahur.
Waktu sahur
adalah waktu di penghujung malam menjelang Shubuh. Keutamaannya tidak
didapatkan pada waktu-waktu selainnya. Kesempurnaan istighfar di waktu ini
diawali dengan kegiatan shalat malam. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa
Ta'ala,
“Sesungguhnya
orang-orang yang bertakwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata
air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan
mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang
berbuat baik; Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam; Dan di akhir-akhir
malam mereka memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzariyaat: 15-18)
Syaikh
Al-Sa’di –dalam tafsirnya- menjelaskan tentang prakteknya, “Maka mereka
memperpanjang shalat sampai waktu sahur. Kemudian mereka menutup shalat
malamnya dengan duduk beristighfar kepada Allah layaknya istiighfar seorang
mudznid (pendosa) untuk dosanya. Istighfar di waktu sahur ini memiliki
keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki waktu selainnya.”
Keutamaan
istighfar pada waktu sahur ini karena saat itu Allah Subhanahu Wa Ta'ala turun
di langit dunia. Allah membuka selebar-lebarnya pintu rahmah, ampunan, dan
kemurahan-Nya bagi hamba-Nya yang mau berdoa dan memohon ampun.
Diterangkan
dalam Shahihain, dari sejumlah sahabat, bahwasanya Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda,
“Rabb kami
Tabaraka wa Ta’ala turun ke langit dunia setiap malam saat tersisa sepertiga
malam terakhir. Dia berfirman: siapa yang berdoa kepada-Ku niscaya Aku kabulkan
doanya, siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan beri permintaannya, dan
siapa yang memohon ampunan kepada-Ku niscaya Aku ampuni dia.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Allah
menawarkan ampunan, pemberian, kebaikan, dan pengabulan doa kepada hamba di
sepertiga malam tersebut. Maka siapa berdiri di hadapan Allah, bertaqarrub
& bermunajat kepada-Nya, lalu diikuti dengan berdoa dan beristighfar
kepada-Nya, niscaya ia akan memperoleh hajatnya dan ampunan atas dosa-dosanya.
Maka jangan sia-siakan waktu yang sangat istimewa ini! Wallahu A’lam.
DAHSYATNYA
ISTIGHFAR
Khutbah Pertama
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang Maha mengetahui lagi maha bijaksana, pemberi karunia yang
besar. Aku memuji Robbku dan aku bersyukur kepadaNya dan aku bertaubat
kepadaNya dan beristighfar kepadaNya. Dan aku bersaksi bahwasanya tidak ada
sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah semata tiada sekutu bagiNya
–Pemilik ‘Arsy yang mulia-. Dan aku bersaksi bahwasanya Nabi kita dan pemimpin
kita Muhammad adalah hamba dan RasulNya, pemilik akhlak yang agung. Ya Allah
curahkanlah shalawat dan salam kepada hambaMu dan rasulMu Muhammad, dan kepada
keluarganya serta para sahabatnya yang merupakan para da’i yang mendapatkan
petunjuk menujuk kepada jalan yang lurus.
Amma ba’du, maka bertakwalah kepada Allah dengan
menjalankan apa yang diridoi oleh Allah dan meninggalkan apa yang diharamkanNya
agar kalian meraih keridoanNya dan kenikmatan surgaNya, serta kalian selamat
dari kemurkaanNya dan siksaanNya.
Kaum muslimin sekalian, sesungguhnya Robb kita yang Maha
mulia telah memperbanyak pintu-pintu kebaikan dan jalan-jalan untuk beramal
sholeh sebagai bentuk karunia, kasih sayang, kedermawanan, dan kebaikan Allah
yang maha perkasa dan mulia. Agar seorang muslim masuk ke pintu kebaikan mana
saja dan menempuh jalan ketaatan mana saja sehingga Allah memperbaiki kehidupan
dunianya, dan mengangkat derajatnya di akhirat. Maka Allah akan memuliakannya
dengan kehidupan yang baik dan penuh kebahagiaan, dan meraih kenikmatan yang
abadi serta keridhoan Robbnya setelah kematiannya. Allah berfirman :
فَاسْتَبِقُوا
الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maka
berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS Al-Baqoroh : 148)
Dan Allah
berfirman tentang para Nabi –’alaihis salam- yang merupakan teladan bagi
manusia
إِنَّهُمْ كَانُوا
يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا
خَاشِعِينَ
Sesungguhnya
mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan
cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu´ kepada Kami (QS Al-Anbiyaa :
90)
Dan Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Mu’adz radhiallahu ‘anhu :
“Maukah aku
tunjukan kepadamu pintu-pintu kebaikan?, puasa adalah perisai, dan sedekah
memadamkan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan sholatnya seseorang di tengah malam, lalu
Nabi membacakan firman Allah :
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ
الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنْفِقُونَ (16) فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ
أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan
penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezeki yang Kami
berikan. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah
dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan (QS
As-Sajdah 16-17)
Kemudian
Nabi berkata ; “Maukah aku kabarkan kepadamu tentang kepala agama ini dan
tiangnya serta puncaknya?”
Aku (Muadz)
berkata : “Tentu wahai Rasulullah”
Nabi
berkata, “Kepala agama adalah Islam, dan tiangnya adalah sholat, dan puncaknya
adalah jihad di jalan Allah” (HR At-Tirmidzi dan dishahihkan olehnya)
Diantara
pintu-pintu kebaikan dan jalan-jalan ketaatan serta sebab-sebab penghapus
dosa-dosa adalah beristighfar. Dan istighfar adalah sunnahnya para nabi dan
rasul ‘alaihimus salam. Allah berfirman tentang dua nenek moyang manusia :
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
Keduanya
berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika
Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah
kami termasuk orang-orang yang merugi (QS Al-A’rof : 23)
Dan Allah
berfirman tentang Nuh ‘alaihis salam :
رَبِّ اغْفِرْ لِي
وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ
Ya Tuhanku!
Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan
semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. (Qs Nuuh : 28)
Allah azza
wa jalla berfirman tentang Al-Kholil (Ibrahim a.s) :
رَبَّنَا اغْفِرْ لِي
وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ya Tuhan
kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)” (Qs Ibrahim : 41)
Allah
berfirman tentang Musa a.s :
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي
وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Musa
berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami ke dalam
rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang” (QS
Al-A’raf : 151)
Dan Allah
berfirman :
وَظَنَّ دَاوُودُ أَنَّمَا
فَتَنَّاهُ فَاسْتَغْفَرَ رَبَّهُ وَخَرَّ رَاكِعًا وَأَنَابَ
Dan Daud
mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu
menyungkur sujud dan bertaubat (QS Shaad : 24)
Allah
berfirman seraya memerintahkan NabiNya shallallahu ‘alaihi wasallam:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
Maka
ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah
dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki
dan perempuan. (Qs Muhammad : 19)
Diantara
petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah banyak beristighfar padahal
Allah telah mengampuni bagi beliau dosa beliau yang telah lalu maupun yang akan
datang. Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma ia berkata :
كُنَّا نَعُدُّ لِرَسُولِ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ
مَرَّةٍ “رَبِّ اغْفِرْ لِي وَتُبْ عَلَيَّ إِنَّكَ أَنْتَ تَوَّابُ رَحِيْمٌ”
“Kami
menghitung dalam satu majelis seratus kali Rasulullah berucap : “Ya Allah
ampuni aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha penerima taubat dan
maha penyayang” (HR Abu Dawud dan At-Thirmidzi, dan ia berkata : Hadits hasan
shahih).
Dan dari
Aisyah r.a ia berkata :
“Rasulullah
sebelum meninggalnya banyak mengucapkan :
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
أَسْتَغِفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
(Aku
mensucikan Allah dan memujiNya, Aku beristighfar kepadaNya dan bertaubat
kepadaNya) (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Dan dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Aku tidak pernah melihat
seorangpun yang lebih banyak dari pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dalam mengucapkan :
أَسْتَغِفِرُ اللهَ
وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Aku
beristighfar kepadaNya dan bertaubat kepadaNya (HR An-Nasaai).
Dan Nabi
shallalahu ‘alaihi wasallam setelah salam dari sholat beliau berkata
“Astaghfirullah” (Aku memohon ampunan Allah) sebanyak tiga kali” (HR Muslim
dari Tsauban r.a), lalu setelah itu Nabi mengucapkan dzikir yang disyari’atkan
setelah sholat.
Istighfar
merupakan kebiasaan orang-orang shalih dan amal orang-orang baik yang bertakwa,
serta merupakan syi’ar kaum mukminin. Allah berfirman tentang mereka :
الَّذِينَ يَقُولُونَ
رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
(16) الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ
وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ
(Yaitu)
orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka
ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka, (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar,
yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon
ampun di waktu sahur (Qs Ali-‘Imron : 16-17)
Dan Allah
berfirman :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا
فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا
لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى
مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Dan (juga)
orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui (QS Ali-Imron
: 135)
Ibnu Rojab
rahimahullah berkata, “Adapun beristighfar dari dosa-dosa adalah adalah memohon
ampunan, dan seorang hamba sangat membutuhkan ampunan Allah, karena ia berdosa
siang dan malam, dan telah berulang-ulang dalam Al-Qur’an penyebutan taubat dan
istighfar dan perintah untuk melakukan keduanya serta motivasi untuk
melakukannya”
Dan memohon
ampunan kepada Rabb jalla wa ‘ala maka Allah menjanjikan untuk mengabulkan dan
memberi ampunan.
Dan disyari’atkan seorang hamba
memohon ampunan untuk dosa tertentu berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam :
إِنَّ عَبْدًا أَذْنَبَ
ذَنْبًا فَقَالَ : يَا رَبِّ إِنِّي عَمِلْتُ ذَنْبًا فَاغْفِرْ لِي، فَقَالَ
اللهُ : عَلِمَ عَبْدِي أَنَّ لَهُ ربّاً يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِهِ قَدْ
غَفَرْتُ لِعَبْدِي
“Sesungguhnya
seorang hamba berbuat suatu dosa, maka ia berkata : Ya Rabbku sesungguhnya aku
melakukan suatu dosa maka ampunilah aku. Maka Allah berkata, “HambaKu tahu
bahwasanya ia memiliki Robb yang mengampuni dosa dan menghukum karena dosa,
maka sungguh aku telah mengampuni hambaKu” (HR Al-Bukhari dan Muslim dari
hadits Abu Hurairah r.a)
Sebagaimana
juga disyari’atkan agar seorang hamba memohon ampunan (maghfiroh) secara mutlak
yaitu dengan berkata
رَبِّ اغْفِرْ لِي
وَارْحَمْنِي
“Ya Allah
ampuni aku dan rahmatilah aku”
Allah
berfirman :
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ
وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
Dan
katakanlah: “Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah
Pemberi rahmat Yang Paling baik” (QS Al-Mukminun : 118)
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada seseorang jika ia masuk Islam
agar ia berdoa dengan doa berikut :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي
وَارْحَمْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَارْزُقْنِي
“Ya Allah
ampuni aku, rahmatilah aku, berilah petunjuk kepadaku, sehatkanlah tubuhku, dan
berilah rizki kepadaku” (HR Muslim dari hadits Thariq bin Usyaim r.a.)
Sebagaiman
disyari’atkan bagi seorang hamba untuk memohon dari Robnya ampunan bagi seluruh
dosa-dosanya apa yang ia ketahui dana yang ia tidak ketahui dari dosa-dosanya
tersebut. Karena banyak dari dosa yang ia tidak ada yang mengetahuinya kecuali
Allah sementara hamba dihukum karenanya.
Dari Abu
Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallalahu ‘alaihi wasallam
bahwasanya beliau berdoa dengan doa berikut ini :
«اللهُمَّ اغْفِرْ
لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ
مِنِّي، اللهُمَّ اغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي، وَخَطَئِي وَعَمْدِي، وَكُلُّ
ذَلِكَ عِنْدِي، اللهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا
أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، أَنْتَ
الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ»
“Ya Allah ampunilah
bagiku dosa karena kesalahanku, dosa karena kebodohanku, sikap berlebihanku
dalam urusanku, dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada aku, Ya Allah
ampunilah bagiku dosa yang karena yang kulakukan dengan sungguh-sungguh, dosa
karena candaku, dosa karena ketidak sengajaanku, dosa karena kesengajaanku, dan
itu semua ada pada diriku. Ya Allah ampunilah dosa-dosakua yang telah lalu dan
yang akan datang, dosa yang kulakukan dengan sembunyi-sembunyi dan yang aku
lakukan terang-terangan, dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya dari pada
aku. Engkau adalah yang menentukan maju atau mundurnya, dan Engkau Maha Kuasa
atas segala sesuatu” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dan
berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihin wasallam :
الشِّرْكُ فِي هَذِهِ الأُمَّةِ
أَخْفَى مِنْ دَبِيْبِ النَّمْلِ
“Kesyirikan
pada umat ini lebih samar daripada rayapan semut”. Maka Abu Bakar radhiallahu
‘anhu berkata,
فَكَيْفَ الْخَلاَصُ مِنْهُ
يَا رَسُوْلَ اللهِ؟
“Bagaimana
cara selamat darinya wahai Rasulullah?”.
Nabi
berkata, “Hendaknya engkau berdoa :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ
بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ شَيْئًا وَأَنَا أَعْلَمُهُ وَأَسْتَغْفِرُكَ مِنَ
الذَّنْبِ الَّذِي لاَ أَعْلَمُ
“Ya Allah
aku berlindung kepadaMu dari berbuat syirik apapun kepadaMu yang aku mengetahuinya dan aku memohon ampunan
kepadaMu dari dosa yang aku tidak mengetahuinya” (HR Ibnu Hibban dari hadits
Abu Bakar, dan Ahmad dari hadits Abu Musa).
Dan dari
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bahwasanya beliau berdoa :
اللهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي
كُلَّهُ دِقَّهُ، وَجِلَّهُ، خَطَأَهُ وَعَمْدَهُ وَسِرَّهُ وَعَلَانِيَتَهُ
وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ
“Ya Allah
ampunilah dosaku seluruhnya, yang kecil dan yang besar, yang tanpa sengaja
maupun yang disengaja, yang tersembunyi maupun yang tampak, yang awal dan yang
terakhir” (HR Muslim dan Abu Dawud)
Jika
seorang hamba memohon kepada Robbnya ampunan dosa-dosanya dengan doa yang
ikhlas dan penuh permohonan serta permintaan penuh ketundukan dan kehinaan maka
mencakup taubat dari dosa-dosa.
Dan memohon
taubat serta bimbingan untuk taubat mencakup istighfar, maka istighfar dan
taubat jika disebutkan masing-masing sendirian maka mencakup yang lainnya. Dan
jika disebutkan keduanya (secara bersamaan) dalam nash-nash maka makna
istighfar adalah memohon dihapuskannya dosa-dosa dan dihilangkannya sisa dan
dampaknya serta memohon perlindungan dari buruknya dosa-dosa yang telah lalu
serta agar ditutup. Dan taubat maknanya adalah kembali kepada Allah dengan
meninggalkan dosa-dosa dan memohon perlindungan dari apa yang dikhawatirkan di
kemudian hari dari keburukan-keburukan amalannya serta tekad untuk tidak
kembali melakukannya lagi.
Dan telah
dikumpulkan antara istighfar dan taubat dalam firman Allah :
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ
مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُ وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ
عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ
Dan
hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika
kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik
(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan
memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan
ditimpa siksa hari kiamat (QS Huud :3) dan ayat-ayat lainnya.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ !
تُوْبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَاسْتَغْفِرُوْهُ، فَإِنِّي أَتُوْبُ إِلى اللهِ
وَأَسْتَغْفِرُهُ كُلَّ يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai
manusia ! bertobatlah kalian kepada Tuhan kalian dan mintalah ampun kepadaNya.
Sesungguhnya aku sendiri bertobat kepada Allah dan memohon ampunanNya setiap
hari Seratus kali “. HR An-Nasai dari hadis Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu
Seorang
hamba seharusnya selalu sangat butuh untuk memohon ampun kepada Allah, terutama
di zaman seperti sekarang ini karena bermacam-macam cobaan lantaran banyaknya
dosa dan fitnah, sehingga Allah membimbingnya dalam kehidupannya dan setelah
matinya serta memperbaiki urusannya. Sesungguhnya istighfar merupakan pintu
masuk segala kebaikan dan benteng dari segala keburukan berikut hukumannya. Maka umat ini sangat perlu
beristighfar secara terus menerus agar Allah mengangkat bencana yang menimpa
umat ini, dan menghapuskan sanksi hukuman yang akan dijatuhkan. Tidak ada yang
enggan beristighfar kecuali orang yang tidak memahami manfaatnya dan
keberkahannya. Al-Qur’an dan As-Sunnah telah banyak menjelaskan tentang
keutamaan istighfar.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nabi Salih a.s. :
قَالَ يَاقَوْمِ لِمَ
تَسْتَعْجِلُونَ بِالسَّيِّئَةِ قَبْلَ الْحَسَنَةِ لَوْلَا تَسْتَغْفِرُونَ
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“ Dia
[Shalih] berkata, “ Hai kaumku ! Mengapa kalian meminta disegerakan suatu
keburukan sebelum kebaikan, mengapakah kalian tidak memohon ampun kepada Allah
supaya kalian mendapatkan rahmat “.(QS An-Naml : 46)
Maka dengan
Istighfar, turunlah rahmat Allah kepada umat ini.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nuh a.s. :
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ
مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ
وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا
“Mintalah ampun kepada Tuhan kalian,
sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Supaya Dia menurunkan kepada kalian
hujan deras dari langit. Dan mengirim bantuan kepada kalian [berupa] harta
benda dan [keturunan] anak-anak lelaki serta menjadikan untuk kalian
kebun-kebun dan sungai-sungai. (QS Nuuh : 10-12)
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman tentang Nabi Hud, a.s. :
وَيَاقَوْمِ اسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا
وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
“Wahai
kaumku ! mohonlah ampun kepada Tuhan kalian kemudian bertobatlah kalian
kepadaNya, niscaya Dia akan mengirimkan hujan deras kepada kalian dan menambah
kekuatan lebih dari kekuatan yang ada pada kalian, dan janganlah kalian
berpaling sebagai orang-orang yang berdosa”. (QS Huud : 52)
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَمَا كَانَ اللَّهُ
لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ
يَسْتَغْفِرُونَ
“Tidaklah mungkin Allah menghukum mereka
sementara engkau berada di tengah-tengah mereka, dan tidak mungkin pula Allah
menghukum mereka sementara mereka sedang beristighfar “ (QS Al-Anfaal : 33)
Abu Musa
berkata : “Kalian dahulu mendapatkan dua
jaminan keamanan; Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam maka telah wafat,
namun istighfar tetap ada pada kalian hingga hari Kiamat.
Seringnya
istighfar yang dilakukan umat ini dapat mengangkat bencana yang telah terjadi
dan menolak bencana yang akan terjadi. Tiada suatu bencana yang melanda kecuali
disebabkan suatu dosa manusia, dan tidak ada cara lain menghilangkan bencana
kecuali bertobat dan beristighfar”.
Dari Ibnu
Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ
جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا
وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
“
Barangsiapa yang selalu beristighfar, maka Allah menjadikan baginya pada setiap
kesempitan suatu solusi, dan setiap keprihatinan suatu jalan keluar, dan Allah
memberinya rezeki dari jalan yang tak terduga”). HR Abu Dawud.
Telah
datang dari Nabi Saw. sabda-sabda beliau yang terjaga yang penuh berkah tentang
Istighfar, dimana istighfar mendatangkan pahala yang besar. Antara lain sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ قَالَ: أَسْتَغْفِرُ
اللَّهَ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
غُفِرَ لَهُ وَإِنْ كَانَ قَدْ فَرَّ مِنَ الزَّحْفِ
“Barangsiapa
mengucapkan kalimat : Aku memohon ampun kepada Allah Yang tiada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Yang Mengayomi. Aku bertobat
kepadaNya, maka diampuni dosa-dosanya meskipun ia pernah lari dari barisan
perang”. HR Abu Dawud dan At-Turmuzi dan
Al-Hakim. Dikatakannya, sebagai hadis Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim.
Dari Abi
Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
مَنْ قَالَ حِينَ يَأْوِي
إِلَى فِرَاشِهِ: أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الَّذِي لَا إِله إِلا هوَ الحيَّ القيومَ
وأتوبُ إِليهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبُهُ وَإِنْ كَانَتْ
مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ أَوْ عَدَدَ رَمْلِ عَالَجٍ أَوْ عَدَدَ وَرَقِ الشَّجَرِ
أَوْ عَدَدَ أَيَّامِ الدُّنْيَا
“Barangsiapa
berucap ketika hendak menuju tempat
tidurnya, “Aku memohon ampun kepada Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Yang Mengayomi. Aku bertobat kepadaNya tiga
kali, maka Allah ampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di laut ). HR
At-Turmuzi.
Dari Ubadah
Bin As-Shamit radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
مَنْ تَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ
فَقَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ
وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَسُبْحَانَ اللَّهِ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ قَالَ: رَبِّ اغْفِرْ لِي أَوْ قَالَ: ثمَّ
دَعَا استيجيب لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ
“Barangsiapa
yang terjaga di malam hari lalu mengucapkan zikir, “ Tiada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Hanya milikNya kerajaan
dan hanya milikNya pula segala pujian. Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa. Maha
Suci Allah, segala puji bagi Allah. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali
Allah, Allah Maha Besar. Ya Allah ampunilah aku. Lalu berdo’a, niscaya dikabulkan
do’anya. Jika dia shalat, niscaya diterima shalatnya”. (HR Bukhari).
Disebutkan
dalam hadis pula :
من قال صبيحة يوم الجمعة قبل
صلاة الغداة: أستغفر الله الذي لا إله إلا هو الحي القيوم وأتوب إليه ثلاث مرات
غفر الله تعالى ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر
“Barangsiapa
yang berzikir sebelum terbitnya fajar hari Jum’at, “Aku memohon ampun kepada
Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha Hidup dan
Yang Mengayomi. Aku bertobat kepadaNya Tiga kali, maka diampuni dosa-dosanya
meskipun sebanyak buih di laut”.
Diriwayatkan
dari Syaddad Bin Aus radhiyallahu ‘anhu
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Penghulu
Istighfar adalah ucapan seorang hamba :
سَيِّدُ الِاسْتِغْفَارِ أَنْ
تَقُولَ: اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا
عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ
شَرِّ مَا صَنَعَتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ بِذَنْبِي
فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ “. قَالَ: «وَمَنْ
قَالَهَا مِنَ النَّهَارِ مُوقِنًا بِهَا فَمَاتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ
يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ وَمَنْ قَالَهَا مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ
مُوقِنٌ بِهَا فَمَاتَ قَبْلَ أَنْ يُصْبِحَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ»
“Ya Allah,
Engkau Tuhanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Engkau telah
ciptakan diriku, dan aku hambaMu, aku tetap setia memegang janjiMu dengan
segala kemampuanku, aku berlindung kepadaMu dari kejahatan perbuatanku, aku
mengakui besarnya nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah
aku, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.
Barangsiapa yang mengucapkannya di siang hari dengan penuh keyakinan lalu
meninggal pada hari itu sebelum menjelang sore, maka masuklah ia ke dalam surga.
Dan barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dengan penuh keyakinan lalu
meninggal sebelum menjelang pagi, maka diapun termasuk penghuni surga”. (HR
Bukhari)
Dari Anas
radhiyallahu ‘anhu berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda : Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
يَا ابنَ آدمَ إِنَّك لَوْ
بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ
وَلَا أُبَالِي
“Wahai anak
Adam, Andaikata dosa-dosamu telah mencapai setinggi langit lalu maku meminta
ampun kepadaKu, Akupun mengampunimu tanpa mempedulikan” (HR Turmuzi. Dikatakannya sebagai hadis
hasan).
Sebagaimana
pula seseorang diperintahkan beristighfar ketika sedang melaksanakan ibadah dan
ketika selesai beribadah untuk menutup kekurangan yang terjadi, serta
menghindari rasa ujub (bangga diri) dan riya’.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ
أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Kemudian
bertolaklah kalian dari tempat di mana orang-orang lainnya bertolak dan
mintalah ampun kalian kepada Allah, sesungguhnya ALLAH Maha Pengampun dan Maha
Pemurah. (QS Al-Baqoroh : 199)
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ
وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَقْرِضُوا اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا وَمَا تُقَدِّمُوا
لِأَنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ هُوَ خَيْرًا وَأَعْظَمَ
أَجْرًا وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah dengan suatu
pinjaman yang baik. Apapun kebaikan yang kalian lakukan untuk diri kalian,
niscaya akan kalian dapatkannya di sisi Allah suatu balasan yang lebih baik dan
pahala yang lebih besar. Dan mintalah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Pengampun dan Maha Pemurah (QS Al-Muzammil ; 20)
Sebagaimana
disyariatkan juga seorang muslim memintakan ampun untuk kaum mukminin dan
mukminat, muslimin dan muslimat, baik yang masih hidup maupun yang telah
meninggal, sebagai suatu persembahan amal baik dan rasa cinta yang tulus kepada
mereka yang seagama dan sebagai syafaat bagi mereka di sisi Allah.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ
بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ
آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka berdoa, “Ya Tuhan kami ampunilah kami
dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam iman, janganlah
Engkau jadikan dalam hati kami rasa dendam terhadap orang-orang yang beriman,
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyayang dan Pemurah (QS Al-Hasyr :
10)
Dari Ubadah
Bin Shamit radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa
beliau bersabda :
مَنِ اسْتَغْفَرَ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلِلْمُؤْمِنَاتِ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِكُلِّ مُؤْمِنٍ
وَمُؤْمِنَةٍ حَسَنَةً
Barangsiapa
yang memintakan ampun untuk orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, maka
Allah subhanahu wa ta’ala mencatat baginya suatu kebaikan sebanyak orang mukmin lelaki dan perempuan
(Al-Haitsami berkata : Isnad hadis ini adalah Jayyid ( bagus ),
Istighfar
yang dimaksud seperti ketika mendoakan mereka dalam shalat Jenazah dan
memintakan ampun untuk mereka yang ada
di alam kubur ketika berziarah kubur
Dan
memohonkan ampunan bagi kaum mukminin adalah untuk meneladani para Malaikat
pembawa Arasy dan Malaikat Muqarrabin.
Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman :
الَّذِينَ يَحْمِلُونَ
الْعَرْشَ وَمَنْ حَوْلَهُ يُسَبِّحُونَ بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَيُؤْمِنُونَ بِهِ
وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً
وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا وَاتَّبَعُوا سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ
الْجَحِيمِ
“Mereka
[malaikat] pemikul Arasy di sekelilingnya bertasbih dengan memuji Tuhan mereka,
dan beriman kepadaNya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman, “
Ya Tuhan kami, Engkau meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan pengetahuan,
maka ampunilah orang-orang bertobat dan mengikuti jalanMu, lindunginlah mereka
dari siksa neraka Jahim” (QS Ghofir : 7)
Dan ini
merupakan bentuk berbuat baik yang besar untuk kaum mukminin. Wahai hamba-hamba
Allah. Laksanakanlah perintah TuhanMu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
dalam hadis Qudsi :
يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ
تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا
فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ
“Wahai
hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua berbuat salah di malam dan siang hari,
sedangkan Aku mengampuni segala dosa, maka mohonlah ampun kepadaKu, niscaya Aku
mengampuni kalian semua “ (HR Muslim dari hadis Abi Zar).
Maka,
bersungguh-sungguhlah kalian beristighfar kepada Allah, niscaya akan kalian
rasakan kemurahan dan keberkahan Allah Swt, akan kalian rasakan pula
pengaruhnya pada penghapusan dosa dan terangkatnya derajat kalian.
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda :
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ
لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ
فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
“Demi Allah
yang jiwaku ada pada genggamanNya, seandainya kalian tidak berbuat dosa niscaya
Allah akan melenyapkan kalian dan mendatangkan kaum lain yang berbuat dosa lalu
mereka memohon ampun kepada Allah subhanahu wa ta’ala lalu Allah mengampuni
mereka”. (HR Muslim)
Sesungguhnya
Allah subhanahu wa ta’ala Maha luas ampunanNya, Maha Pemurah dan Maha Mulia.
Firman
Allah :
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ
يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
Barangsiapa
yang melakukan suatu kejahatan atau berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri
lalu memohon ampun kepada Allah, niscaya ia dapatkan Allah Maha Pengampun dan
Maha Pemurah (QS An-Nisaa : 110).
Semoga
Allah mencurahkan keberkahan atas kita semua berkat Al-Qur’an yang agung.
==================
Khotbah
Kedua
Segala puji
bagi Allah, Maha Pengampun dosa, Maha Penerima tobat, Yang Maha keras siksaNya,
Yang mempunya karunia, tiada Tuhan yang berhak disembah kesuali Dia. Kepadanya
segalanya akan kembali. Aku memuji Tuhanku dan bersyukur kepadaNya atas
anugerahNya yang agung. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Selain Allah semata,
tiada sekutu bagiNya, Yang Maha Mengetahui dan Maha Kuasa. Aku bersaksi bahwa
Nabi kita dan junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
Hamba Allah dan Rasul-Nya, sebagai Pemberi kabar gembira dan peringatan
bagaikan pelita yang menerangi. Ya Allah curahkanlah shalawat, salam dan
keberkahan kepada HambaMu dan RasulMu, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.
Selanjutnya,
Bertakwalah kepada Tuhan kalian dan murnikanlah ibadah kalian hanya untuk
Allah. Takutlah akan hukumanNya dan siksaNya.
Kaum
muslimin ! waspadalah terhadap fitnah
(bencana ) yang sangat membahayakan agama dan urusan dunia, membinasakan hamba
di akhirat dan merusak penghidupannya di dunia ini. Maka orang yang selamat
adalah orang yang menghindarkan dirinya dari fitnah. Dan fitnah (bencana) yang paling besar adalah
ketika seseorang rancu kepadanya kebenaran yang telah bercampur baur dengan
kebatilan, petunjuk dengan kesesatan, amal kebajikan dengan kemungkaran, yang
halal dengan yang haram. Nah kini fitnah itu telah mengacaukan negeri dan penduduknya sehingga sebagian anak-anak
muda kaum muslimin keluar dari tempat naungan dan lingkungan mereka yang aman
dan kokoh, dari komunitas masyarakat yang santun beralih ke jalan pemikiran
yang menyimpang dan sesat karena mengikuti dan loyal kepada kelompok khawarij
masa kini yang menyeret mereka untuk mengkafirkan kaum muslimin dan menumpahkan
darah tak berdosa, bahkan menfatwakan untuk meledakkan bom bunih diri – Naudzu
billah-. Apakah mereka yang meledakkan dirinya itu mengira bahwa dengan
perbuatannya itu akan masuk surga.?.
Apakah mereka tidak tahu bahwa orang yang bunuh diri itu tempatnya di
neraka ?
Tidakkah
mereka mendengar atau membaca firman Allah
:
وَلَا تَقْتُلُوا
أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا (29) وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ
عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ
يَسِيرًا (30)
Janganlah
kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah Maha Pengasih terhadap kalian.
Barangsiapa yang melakukan perbuatan itu karena melampaui batas dan aniaya,
maka Kami akan masukkan dia ke dalam neraka. Dan yang demikian itu bagi Allah
sangat mudah (QS An-Nisaa : 29-30)
Apakah
orang yang membunuh orang islam itu mengira bahwa perbuatannya itu menjadi
penyebab dirinya masuk surga ?. Apakah dia tidak tahu bahwa membunuh seorang
muslim itu menyebabkan dirinya kekal di neraka ? Apakah dia tidak mendengar
atau membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala :
وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا
مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ
وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا
Barangsiapa
yang membunuh orang yang beriman dengan sengaja, maka balasannya neraka
Jahannam, kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya serta mengutuknya dan
menyedikan baginya siksa yang besar (QS An-Nisaa : 93).
Apakah
tidak sampai kepadanya peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ
يَرَحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ
Barangsiapa
yang membunuh seorang kafir Mu’ahad ( yang terikat perjanjian damai ), maka ia
tidak akan mencium aroma surga .
Apakah
mereka tidak mengambil pelajaran dari rekan-rekannya sebelumnya di mana mereka
melanggar ketentuan-ketentuan Allah lalu akhirnya mereka menyesali perbuatan
mereka pada saat penyesalan tidak lagi berguna dan orang-orang yang
memperdayakan pun tidak mampu menyelamatkan mereka. Katakan kepada orang yang menyuruh Anda meledakkan
diri, supaya mereka meledakkan dirinya sendiri terlebih dahulu, dan ia tidak
mungkin berani melakukannya sendiri, karena ia ingin mencampakkan diri Anda ke
neraka. Ia ingin memerangi kaum muslimin melalui tangan Anda, mengacaukan
keamanan dengan bantuan Anda, menciptakan huru hara melalui perbuatan Anda.
Demikian pula kerusakan perusakan dan pertumpahan darah jiwa tak berdosa,
mereka jadikan Anda sebagai alat dan mengeluarkan Anda dari masyarakat muslim
dan pemimpin umat islam. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
berpesan :
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ
وَمَنْ شَذَّ شَذَّ فِي النَّارِ
Hendaklah
kalian tetap bersama jemaah kaum muslimin, barangsiapa yang menyendiri akan
menyendiri pula di neraka ).
Hamba Allah
! Sesungguhnya Allah dan malaikatNya bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orang
yag beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan sampaikan do’a keselamatan
kepadanya.
=========== Do’a
===========
Oleh Asy-Syaikh
Ali Al-Hudzaifi
Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda