Kantor Sekretariat Rumah Sajada

Alamat : Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman D.I. Yogyakarta

Tampak Depan PAPP Rumah Sajada

Komplek Kantor dan Asrama Putri Wirokraman RT 04 RW 13 Sidokarto Godean Sleman

Pendopo Rumah Sajada

Komplek Asrama Putra Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putri Rumah Sajada

Komplek Asarama Putri Wirokraman Sidokarto Godean Sleman

Asrama Putra

Alamat : Sorolaten Sidokarto Godean Sleman

Rabu, 31 Oktober 2018

Meredakan Murka Allah dengan Sedekah Rahasia


Meredakan Murka Allah dengan Sedekah Rahasia

sedekah rahasia“Ada empat hal yang menyebabkan kemurkaan Allah kepada hambaNya, yaitu: Penjual yang suka bersumpah, orang fakir yang sombong, orang lanjut usia yang berzina, dan pemimpin yang durhaka (jahat).” (HR. An Nasai dari Abu Hurairah).

Sahabat, apakah kita pernah melakukan salah satu dari empat hal yang dapat memancing kemurkaan Allah sebagaimana tersebut pada hadits di atas?

Misalnya bersumpah palsu hanya demi barang dagangan laku terjual. Mengatakan hal-hal yang baik saja tentang produk tersebut, padahal ada cacat dan keburukan pada barang dagangan tersebut. Sesungguhnya Allah murka pada penjual yang suka bersumpah palsu.

Demikian juga seorang fakir yang sombong, yang mungkin saja merasa sudah menjadi ahli surga atas kefakirannya, sehingga berhak mengkafirkan orang lain atau menganggap selainnya adalah hamba Allah yang lebih buruk darinya.

Astaghfirullah. Sungguh malang orang yang fakir di dunia maupun di akhirat. Allah murka pada orang seperti ini.

Selanjutnya, Allah pun murka pada seorang yang sudah lanjut usia tapi masih saja melakukan zina. Padahal semestinya bertambahnya umur membuat seseorang makin mendekat pada Allah dengan amalan-amalan shaleh, bukan malah masih berkubang dalam maksiat yang menjijikkan.

Selain itu, Allah menjatuhkan murkanya pada seorang pemimpin yang berbuat durhaka (jahat), baik pemimpin suatu negeri, instansi, atau bahkan pemimpin di suatu kelompok kecil sekalipun. Tak sepatutnya seorang pemimpin berbuat kezaliman, karena pemimpin merupakan inspirasi bagi pengikutnya.

Pemimpin yang durhaka dan bahkan menzalimi orang yang dipimpinnya tentu saja pantas mendapat murka Allah. Na’udzubillah min dzalik, semoga kita terjauh dari hal-hal tersebut.
Akan tetapi, Sahabat, ketahuilah bahwa sedekah secara sembunyi-sembunyi atau rahasia, ternyata mampu untuk meredakan kemurkaan Allah. Ini menjadi catatan penting bagi seorang yang berbuat dosa dan ingin bertaubat serta menghindarkan diri dari kemurkaan Allah, maka iringilah taubat tersebut dengan sedekah rahasia!

“Sesungguhnya sedekah secara rahasia bisa meredam murka Rabb (Allah) tabaroka wa ta’ala.” (HR. ath-Thabrani)

Sedekah secara rahasia tentu saja dilakukan secara diam-diam tanpa diketahui seorang pun, ini berarti sedekah tersebut memang dimaksudkan untuk menarik perhatian Allah saja, tak ada maksud untuk pamer pada makhlukNya.

Selain dapat meredam murka Allah, sedekah sembunyi-sembunyi ini juga bisa membuat sebagian kesalahan-kesalahan kita terhapus, terutama kesalahan atau dosa yang pernah kita lakukan terhadap Allah.

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Baqarah: 271)

Oleh sebab itu, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Sekalipun kita melakukan perbuatan dosa yang membuatNya murka, namun rahmat Allah senantiasa mendahului kemurkaannya. Bahkan kita telah diajarkan cara untuk meredakan kemurkaanNya, subhanallah!

“Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari no. 6855 dan Muslim no. 2751)

Sahabat, semoga kita terhindar dari perbuatan yang mendatangkan kemurkaan Allah, serta selalu menyibukkan diri dengan amalan-amalan tersembunyi yang tak diketahui makhluk, termasuklah melakukan sedekah rahasia. Dengan demikian, semoga Allah mengampuni sebagian besar kesalahan yang pernah kita lakukan. Aamiin. (SH)



Keutamaan Bersedekah Secara Rahasia


Keutamaan Bersedekah Secara Rahasia

Allah Pasti Membalasnya
Allah ta’ala berfirman,

وَمَا أَنفَقْتُم مِّن نَّفَقَةٍ أَوْ نَذَرْتُم مِّن نَّذْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُهُ

“Apapun infak yang kalian berikan atau nadzar apapun yang kalian canangkan, sesungguhnya Allah mengetahuinya.” (QS. Al-Baqarah: 270)
Allah Pasti Menggantinya
Allah ta’ala berfirman,

وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah sebaik-baik pemberi rizki.” (QS. Saba’: 39)\

Mendapatkan Naungan Allah Pada Hari Kiamat
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ada tujuh golongan orang yang akan diberi naungan oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan dari-Nya. Seorang pemimpin yang adil. Seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ‘azza wa jalla. Seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid-masjid. Dua orang lelaki yang saling mencintai karena Allah, mereka berdua bertemu dan berpisah karena-Nya. Seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’. Seorang lelaki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. Dan seorang lelaki yang mengingat Allah dalam kesendirian lalu mengalirlah air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim, lihat Shahih at-Targhib [1/531])

Memadamkan Kemurkaan Allah
Dari Mu’awiyah bin Haidah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya sedekah secara rahasia bisa meredam murka Rabb [Allah] tabaroka wa ta’ala.” (HR. ath-Thabrani dalam al-Kabir, lihat Shahih at-Targhib [1/532])

Menyelamatkan Dari Siksa Neraka
Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang-orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah: [1] Seorang lelaki yang berjuang mencari mati syahid. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku berperang di jalan-Mu sampai aku menemui mati syahid.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu berperang agar disebut-sebut sebagai pemberani, dan sebutan itu telah kamu peroleh di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka. [2] Seorang lelaki yang menimba ilmu dan mengajarkannya serta pandai membaca/menghafal al-Qur’an. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Aku menimba ilmu dan mengajarkannya serta aku membaca/menghafal al-Qur’an di jalan-Mu.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sebenarnya kamu menimba ilmu agar disebut-sebut sebagai orang alim, dan kamu membaca al-Qur’an agar disebut sebagai qari’. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka. [3] Seorang lelaki yang diberi kelapangan oleh Allah serta mendapatkan karunia berupa segala macam bentuk harta. Lalu dia dihadirkan dan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang sekiranya akan diperolehnya, sehingga dia pun bisa mengenalinya. Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah kamu lakukan untuk mendapatkan itu semua?”. Dia menjawab, “Tidak ada satupun kesempatan yang Engkau cintai agar hamba-Mu berinfak padanya melainkan aku telah berinfak padanya untuk mencari ridha-Mu.” Allah menimpali jawabannya, “Kamu dusta. Sesungguhnya kamu berinfak hanya demi mendapatkan sebutan sebagai orang yang dermawan. Dan sebutan itu telah kamu dapatkan di dunia.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya dalam keadaan tertelungkup di atas wajahnya hingga akhirnya dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR. Muslim)

Kunci Meraih Kelezatan Amal
Abu Turab rahimahullah mengatakan, “Apabila seorang hamba bersikap tulus/jujur dalam amalannya niscaya dia akan merasakan kelezatan amal itu sebelum melakukannya. Dan apabila seorang hamba ikhlas dalam beramal, niscaya dia akan merasakan kelezatan amal itu di saat sedang melakukannya.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 594)

Abul Aliyah berkata: Para Sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadaku, “Janganlah kamu beramal untuk selain Allah. Karena hal itu akan membuat Allah menyandarkan hatimu kepada orang yang kamu beramal karenanya.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 568)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang membiasakan dirinya untuk beramal ikhlas karena Allah niscaya tidak ada sesuatu yang lebih berat baginya daripada beramal untuk selain-Nya. Dan barangsiapa yang membiasakan dirinya untuk memuaskan hawa nafsu dan ambisinya maka tidak ada sesuatu yang lebih berat baginya daripada ikhlas dan beramal untuk Allah.” (lihat Ma’alim Fi Thariq al-Ishlah, hal. 7)

Lebih Selamat Bagi Hati

Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Sesungguhnya amalan jika ikhlas namun tidak benar maka tidak akan diterima. Demikian pula apabila amalan itu benar tapi tidak ikhlas juga tidak diterima sampai ia ikhlas dan benar. Ikhlas itu jika diperuntukkan bagi Allah, sedangkan benar jika berada di atas Sunnah/tuntunan.” (lihatJami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal. 19 cet. Dar al-Hadits).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Ketahuilah, bahwasanya keikhlasan seringkali terserang oleh penyakit ujub. Barangsiapa yang ujub dengan amalnya maka amalnya terhapus. Begitu pula orang yang menyombongkan diri dengan amalnya maka amalnya menjadi terhapus.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 584)

Yusuf bin Asbath rahimahullah berkata, “Allah tidak menerima amalan yang di dalamnya tercampuri riya’ walaupun hanya sekecil biji tanaman.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 572)


Diriwayatkan bahwa ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu pernah berkata, “Amal yang salih adalah amalan yang kamu tidak menginginkan pujian dari siapapun atasnya kecuali dari Allah.” (lihat al-Ikhlas wa an-Niyyah, hal. 35)

Abu Ishaq al-Fazari rahimahullah berkata, “Sesungguhnya diantara manusia ada orang yang sangat menggandrungi pujian kepada dirinya, padahal di sisi Allah dia tidak lebih berharga daripada sayap seekor nyamuk.” (lihat Ta’thir al-Anfas, hal. 573)

Jalan Untuk Meraih Keikhlasan
Sufyan bin Uyainah berkata: Abu Hazim rahimahullah berkata, “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu lebih daripada kesungguhanmu dalam menyembunyikan kejelekan-kejelekanmu.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 231).

al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Ilmu dan amal terbaik adalah yang tersembunyi dari pandangan manusia.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 231)

Ibrahim at-Taimi rahimahullah berkata, “Orang yang ikhlas adalah yang berusaha menyembunyikan kebaikan-kebaikannya sebagaimana dia suka menyembunyikan kejelekan-kejelakannya.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 252)

al-Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’ sedangkan beramal untuk dipersembahkan kepada manusia merupakan kemusyrikan. Adapun ikhlas itu adalah tatkala Allah menyelamatkan dirimu dari keduanya.” (lihat Adab al-’Alim wa al-Muta’allim, hal. 8)

Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Dahulu dikatakan: Bahwa seorang hamba akan senantiasa berada dalam kebaikan, selama jika dia berkata maka dia berkata karena Allah, dan apabila dia beramal maka dia pun beramal karena Allah.” (lihat Ta’thir al-Anfas min Hadits al-Ikhlas, hal. 592)

Wallahu a’lam. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Penulis: Ari Wahyudi, S.Si.
Artikel Muslim.Or.Id


Inilah Keajaiban Sedekah Membuat Rezeki Penuh Barokah


Inilah Keajaiban Sedekah Membuat Rezeki Penuh Barokah


Sedekah bikin rezeki barokah, Keajaiban Sedekah“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.” (QS. Ali Imran 133-134)

Sahabat, sungguh aneh jika kita menelisik berbagai ayat atau hadits mengenai sedekah. Tak ada ayat dan hadits yang menyatakan untuk bersedekah di kala rezeki lapang saja. Justru kita dianjurkan menginfakkan sedekah baik di kala mudah maupun susah. Bukankah hal ini terdengar aneh?

Bagaimana kita bisa bersedekah jika kebutuhan diri sendiri saja tidak cukup? Apa maksudnya kita diminta bersedekah padahal kondisi sendiri masih susah? Nah, ternyata di sinilah letak keajaiban sedekah.

Sahabat, sesungguhnya sedekah bisa membuat rezeki yang sedikit sekalipun menjadi barokah, dalam artian membuat yang sedikit menjadi cukup, yang sempit menjadi lapang.

“Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. At Thalak: 7)

Dari ayat di atas jelas bahwa sekalipun dalam kondisi sulit, kita diminta untuk menginfakkan harta. Salah satu contoh Sahabat Rasulullah yang biasa bersedekah sekalipun dalam kondisi sempit dan bisa kita jadikan pelajaran adalah kisah keluarga Ali bin Abi Thalib radiyallaahu ‘anhu, yang ikhlas berbagi bahkan dalam kondisi mereka yang amat miris sekalipun.

Dikisahkan bahwa saat itu Hasan dan Husein, putra dari Ali dan Fathimah, sedang jatuh sakit. Oleh karena itu, Ali, Fathimah, bahkan juga kedua putranya bernazar untuk melakukan puasa karena Allah selama 3 hari bila diberi kesembuhan atas penyakit yang diderita.

Allah pun mengabulkan nazar mereka. Hasan dan Husein sembuh. Maka mereka sekeluarga pun berpuasa selama 3 hari untuk memenuhi nazar. Pada hari pertama saat hendak berbuka, tak ada makanan untuk berbuka selain sepotong roti. Namun saat mereka baru saja hendak melahapnya, tiba-tiba saja terdengar suara orang yang mengucapkan salam dari balik pintu. Ali menjawab salam kemudian bangkit untuk menemui orang tersebut.

Rupanya, ada seorang miskin yang menyatakan bahwa dirinya sedang kelaparan karena sudah beberapa hari tidak makan apapun. Ia datang memohon kemurahan hati Ali untuk memberinya sesuatu yang bisa mengisi perutnya. Sungguh kondisi ini membuat Ali bimbang. Ia tahu bahwa keluarganya juga lapar karena telah berpuasa seharian, akan tetapi orang yang berdiri di hadapannya kini tentu jauh lebih kelaparan daripada keluarganya.

Ali pun masuk ke dalam. Ia sampaikan kondisi dan penderitaan orang miskin tadi kepada Fathimah dan kedua putranya. Dengan hati lapang, mereka semua sepakat rela memberikan sepotong roti yang hendak mereka makan kepada orang miskin itu. Tinggallah mereka semua, hanya berbuka dengan beberapa teguk air putih saja, dan pada malam harinya tertidur dengan kondisi menahan lapar.

Pada hari kedua, juga pada saat berbuka, sekali lagi hanya ada sepotong roti yang tersedia bagi keluarga Ali bin Abi Thalib. Roti itu baru saja hendak masuk ke mulut mereka sebagai hidangan berbuka. Namun terdengarlah ucapan salam dari mulut seorang bocah di balik pintu rumah. Ali pun bangkit lalu pergi ke sumber suara. Di sana ia menjumpai seorang bocah yang mengaku yatim dan berkata bahwa dirinya lapar karena ia tidak memiliki orang tua yang memberinya makan.

Hati Ali terenyuh mendengarnya, namun ia sadar bahwa keluarganya pun sedang dalam lapar. Akan tetapi begitu luar biasa keluarga Ali bin Abi Thalib, bahkan roti yang hampir dilahap tadi, akhirnya diberikan kepada bocah yatim yang malang itu. Malam kedua, mereka pun merasakan rasa lapar yang bertambah berat.

Hari terakhir berpuasa untuk memenuhi nazar pun mereka jalankan. Kondisi tubuh sudah semakin lemah. Perut melilit dan terasa perih. Namun sedikit pun mereka tiada mengeluh, bahkan mereka berharap ganjaran pahala berlebih dari Allah yang tiada pernah terpejam. Saat berbuka sudah menjelang, sekali lagi hanya sepotong roti yang hendak mereka santap berlima. Kali itu, pintu pun diketuk dan ucapan salam terdengar.

Hati mereka was-was karena sudah begitu lapar. Namun sekali lagi Ali bangkit dan pergi ke luar. Di sana ia temui ada seorang tawanan yang baru saja dilepaskan. Seperti tawanan lainnya, ia selalu disiksa dan tidak diberi makan. Ia datang dengan perawakan kurus kering, wajah lusuh dan hampir ambruk karena tidak bertenaga. Ali pun merasakan penderitaannya. Sejurus ia pergi ke dalam, ia sampaikan kondisi manusia malang itu. Dengan sukarela mereka sekeluarga mengikhlaskan roti yang hendak mereka santap. Malam itu pun mereka lalui dengan rasa lapar yang makin menjadi.

Sungguh mengagumkan apa yang dilakukan oleh keluarga Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Az Zahra ini, mereka mampu mengekang keinginan untuk menyantap hidangan yang disukainya dan justru mengalah dengan lebih memilih bersedekah meski dalam keadaan susah.

Allah memuji keluarga Ali dan Fathimah dan mengisahkannya dalam Al Qur’an surah Al-Insan ayat 7-11:

“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.”

Sahabat, mungkin kondisi kita tak seburuk apa yang dialami oleh Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang menahan lapar tiga hari berturut-turut hanya dengan beberapa teguk air saja. Maukah kita berbagi meski dalam kondisi yang tak ideal? Jika kita tetap dapat bersedekah di kala susah, rezeki yang ada akan menjadi berkah. Bisa jadi dengan jalan Allah limpahkan kesehatan, ketenangan jiwa, kebahagiaan, maupun bentuk kemudahan hidup lainnya. In syaa Allah. (SH)



Selasa, 30 Oktober 2018

Inilah Keajaiban Sedekah Membuat Rezeki Penuh Barokah


Inilah Keajaiban Sedekah Membuat Rezeki Penuh Barokah


Sedekah bikin rezeki barokah, Keajaiban Sedekah“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit.” (QS. Ali Imran 133-134)

Sahabat, sungguh aneh jika kita menelisik berbagai ayat atau hadits mengenai sedekah. Tak ada ayat dan hadits yang menyatakan untuk bersedekah di kala rezeki lapang saja. Justru kita dianjurkan menginfakkan sedekah baik di kala mudah maupun susah. Bukankah hal ini terdengar aneh?

Bagaimana kita bisa bersedekah jika kebutuhan diri sendiri saja tidak cukup? Apa maksudnya kita diminta bersedekah padahal kondisi sendiri masih susah? Nah, ternyata di sinilah letak keajaiban sedekah.

Sahabat, sesungguhnya sedekah bisa membuat rezeki yang sedikit sekalipun menjadi barokah, dalam artian membuat yang sedikit menjadi cukup, yang sempit menjadi lapang.

“Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. At Thalak: 7)

Dari ayat di atas jelas bahwa sekalipun dalam kondisi sulit, kita diminta untuk menginfakkan harta. Salah satu contoh Sahabat Rasulullah yang biasa bersedekah sekalipun dalam kondisi sempit dan bisa kita jadikan pelajaran adalah kisah keluarga Ali bin Abi Thalib radiyallaahu ‘anhu, yang ikhlas berbagi bahkan dalam kondisi mereka yang amat miris sekalipun.

Dikisahkan bahwa saat itu Hasan dan Husein, putra dari Ali dan Fathimah, sedang jatuh sakit. Oleh karena itu, Ali, Fathimah, bahkan juga kedua putranya bernazar untuk melakukan puasa karena Allah selama 3 hari bila diberi kesembuhan atas penyakit yang diderita.

Allah pun mengabulkan nazar mereka. Hasan dan Husein sembuh. Maka mereka sekeluarga pun berpuasa selama 3 hari untuk memenuhi nazar. Pada hari pertama saat hendak berbuka, tak ada makanan untuk berbuka selain sepotong roti. Namun saat mereka baru saja hendak melahapnya, tiba-tiba saja terdengar suara orang yang mengucapkan salam dari balik pintu. Ali menjawab salam kemudian bangkit untuk menemui orang tersebut.

Rupanya, ada seorang miskin yang menyatakan bahwa dirinya sedang kelaparan karena sudah beberapa hari tidak makan apapun. Ia datang memohon kemurahan hati Ali untuk memberinya sesuatu yang bisa mengisi perutnya. Sungguh kondisi ini membuat Ali bimbang. Ia tahu bahwa keluarganya juga lapar karena telah berpuasa seharian, akan tetapi orang yang berdiri di hadapannya kini tentu jauh lebih kelaparan daripada keluarganya.

Ali pun masuk ke dalam. Ia sampaikan kondisi dan penderitaan orang miskin tadi kepada Fathimah dan kedua putranya. Dengan hati lapang, mereka semua sepakat rela memberikan sepotong roti yang hendak mereka makan kepada orang miskin itu. Tinggallah mereka semua, hanya berbuka dengan beberapa teguk air putih saja, dan pada malam harinya tertidur dengan kondisi menahan lapar.

Pada hari kedua, juga pada saat berbuka, sekali lagi hanya ada sepotong roti yang tersedia bagi keluarga Ali bin Abi Thalib. Roti itu baru saja hendak masuk ke mulut mereka sebagai hidangan berbuka. Namun terdengarlah ucapan salam dari mulut seorang bocah di balik pintu rumah. Ali pun bangkit lalu pergi ke sumber suara. Di sana ia menjumpai seorang bocah yang mengaku yatim dan berkata bahwa dirinya lapar karena ia tidak memiliki orang tua yang memberinya makan.

Hati Ali terenyuh mendengarnya, namun ia sadar bahwa keluarganya pun sedang dalam lapar. Akan tetapi begitu luar biasa keluarga Ali bin Abi Thalib, bahkan roti yang hampir dilahap tadi, akhirnya diberikan kepada bocah yatim yang malang itu. Malam kedua, mereka pun merasakan rasa lapar yang bertambah berat.

Hari terakhir berpuasa untuk memenuhi nazar pun mereka jalankan. Kondisi tubuh sudah semakin lemah. Perut melilit dan terasa perih. Namun sedikit pun mereka tiada mengeluh, bahkan mereka berharap ganjaran pahala berlebih dari Allah yang tiada pernah terpejam. Saat berbuka sudah menjelang, sekali lagi hanya sepotong roti yang hendak mereka santap berlima. Kali itu, pintu pun diketuk dan ucapan salam terdengar.

Hati mereka was-was karena sudah begitu lapar. Namun sekali lagi Ali bangkit dan pergi ke luar. Di sana ia temui ada seorang tawanan yang baru saja dilepaskan. Seperti tawanan lainnya, ia selalu disiksa dan tidak diberi makan. Ia datang dengan perawakan kurus kering, wajah lusuh dan hampir ambruk karena tidak bertenaga. Ali pun merasakan penderitaannya. Sejurus ia pergi ke dalam, ia sampaikan kondisi manusia malang itu. Dengan sukarela mereka sekeluarga mengikhlaskan roti yang hendak mereka santap. Malam itu pun mereka lalui dengan rasa lapar yang makin menjadi.

Sungguh mengagumkan apa yang dilakukan oleh keluarga Ali bin Abi Thalib dan Fathimah Az Zahra ini, mereka mampu mengekang keinginan untuk menyantap hidangan yang disukainya dan justru mengalah dengan lebih memilih bersedekah meski dalam keadaan susah.

Allah memuji keluarga Ali dan Fathimah dan mengisahkannya dalam Al Qur’an surah Al-Insan ayat 7-11:

“Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.”

Sahabat, mungkin kondisi kita tak seburuk apa yang dialami oleh Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang menahan lapar tiga hari berturut-turut hanya dengan beberapa teguk air saja. Maukah kita berbagi meski dalam kondisi yang tak ideal? Jika kita tetap dapat bersedekah di kala susah, rezeki yang ada akan menjadi berkah. Bisa jadi dengan jalan Allah limpahkan kesehatan, ketenangan jiwa, kebahagiaan, maupun bentuk kemudahan hidup lainnya. In syaa Allah. (SH)



5 Kisah Keajaiban Sedekah yang Bikin Kita Ikhlas Kosongkan Dompet


5 Kisah Keajaiban Sedekah yang Bikin Kita Ikhlas Kosongkan Dompet


Sudah bukan rahasia lagi jika salah satu cara cepat kaya tapi halal adalah dengan sedekah. Memang secara logika, sedekah akan membuat milik kita berkurang alias minus. Namun dipandang dari kacamata Islam, sedekah justru malah menambah. Jadi, makin kita banyak mengeluarkan, makin banyak pula yang kita dapatkan..

Mengenai sedekah yang justru menambahkan bisa kita tengok dalam Surat Al-An’am ayat 160. Allah berfirman jika untuk sebuah sedekah maka 10 kali lipat balasannya, dan ini adalah janjiNya. Jadi, rasanya tak perlu kita mempertanyakan keabsahan dari fadilah sedekah ini.

Nah, sekarang kita bicara bukti. Ya, tentu saja banyak sekali orang-orang yang sudah merasakan khasiat sedekah ini. Percaya atau tidak, satu sedekah memang nyaris dibayar 10 kali lipat, bahkan seringkali lebih. Berkat khasiat sedekah pula banyak orang-orang yang kemudian karirnya sukses, jadi orang kaya dan sebagainya. Berikut adalah kisah fenomenal orang-orang yang sudah membuktikan janji Allah perihal sedekah tersebut.

1. Kisah Sedekah Berbalas Seribu Kali

Suatu ketika ada seorang pria paruh baya yang ingin menghadiri sebuah pengajian. Namun langkahnya terhenti gara-gara vespanya mogok tiba-tiba. Uang dikantung tinggal Rp 5000. Sayangnya, pom bensin jalannya berlawanan dengan tempat pengajian. Kemudian lantaran takut telat, pria ini pun mendorong vespanya ke tempat pengajian dan akan mengisi bensin nanti.

Siapa yang menyangka jika pengajian saat itu membahas sedekah. Di akhir tausiah, sang ustad menghimbau jamaah untuk melakukan sedekah dalam rangka membantu masjid. Sang pria pun bingung, hanya Rp 5000 yang dimilikinya. Bahkan nanti mau dibelikan bensin. Setelah berdebat dengan diri sendiri, pria ini pun menyedekahkan uang satu-satunya itu.

Benar saja, ia harus mendorong vespanya yang berat itu. Sempat muncul sedikit sesal hingga akhirnya sebuah mobil menghampirinya. Ternyata rekan satu jamaah si pria tersebut. Lalu setelah ngobrol singkat, teman si pria ini membelikan seliter bensin seharga Rp 10 ribu. Tak cuma itu, ketika hendak pulang teman si pria ini memberikan sebuah amplop yang belakangan diketahui isinya lima juta utuh.

2. Sedekah Untuk Membeli Pekerjaan

Sabrina tak pernah menyangka jika mencari kerja ternyata sesulit ini. Ya, wanita satu ini sudah beberapa tahun menganggur setelah lulus kuliah. Bukannya tak berusaha, tapi Sabrina sudah memberikan banyak amplop coklat berisi lamaran ke banyak perusahaan. Sayangnya, tak ada satu pun yang memanggilnya kerja.

Hingga suatu ketika ia teringat akan sedekah yang konon bisa mempermudah urusan. Maka kemudian ia mencoba melakukan sedekah tersebut. Sempat ada panggilan, namun sayangnya Sabrina tak bisa masuk kualifikasi. Meskipun masih tetap gagal, Sabrina konsisten untuk bersedekah.

Hingga suatu ketika keajaiban benar terjadi. Ia mendapatkan panggilan interview dan akhirnya lolos. Kini Sabrina bisa sangat tenang hidupnya dengan gaji yang menurutnya sudah lebih dari cukup.

3. Sedekah Bisa Juga untuk Membeli Jodoh

Dalam sebuah seminarnya, Ustad Yusuf Mansur menceritakan kisah seorang wanita berusia 37 tahun yang belum mendapatkan jodoh. Sama seperti wanita pada umumnya, salah satu jamaah Ustad Yusuf ini takut kalau tidak bisa menikah lantaran usianya yang katanya tidak lagi diminati banyak pria. Namun Ustad menawarkan sedekah sebagai solusinya.

Ketika itu si wanita ini mendapati sebuah masjid yang butuh renovasi. Teringat akan ucapan Ustad, maka si wanita tersebut tanpa pikir panjang langsung memberikan uang yang ada di dompetnya sejumlah Rp 600 ribu. Janji Allah memang takkan pernah meleset. Sebulan setelah peristiwa sedekah itu, sang wanita untuk pertama kalinya dilamar oleh seorang pria dan tak lama mereka pun menikah.

4. Tukang Bubur Naik Haji

Mungkin bukan cerita asing di telinga, namun kisah tukang bubur ini nyata dan bisa kita jadikan pelajaran. Dikisahkan, seorang pria tukang bubur begitu ngebet ingin naik haji. Tak cuma dirinya, namun juga istri dan ibunya. Namun sayangnya pekerjaan tukang bubur sampai kapan pun tak kan pernah bisa memberangkatkan mereka haji, begitu kata si pria. Meskipun demikian, sang tukang bubur tetap konsisten sambil meminta doa sang ibu, tak lupa pula ia juga menyedekahkan sebagian rezekinya.

Selain memberikan sedekah rutin berupa bubur dan uang, sang pria juga pernah memberikan semua buburnya ke sebuah rumah yatim. Di saat yang bersamaan, ternyata si pria juga sudah memiliki tabungan haji. Keajaiban pun terjadi ketika ia hendak menyetorkan uang ke bang. Siapa yang menyangka ia memenangkan sebuah mobil. Dan berita bagusnya, mobil tersebut bisa ditukar dengan ongkos naik haji untuk beberapa orang.

Pria tukang bubur ini pun berangkat dan bersama-sama dengan istri dan ibunya. Semua orang dibikin tak percaya dengan kisah nyata ini. Namun Allah lagi-lagi takkan pernah lupa memberikan balasan kepada hambanya yang berbuat baik.

5. Hutang Rp 100 Juta Lunas Seketika

Punya hutang Rp 100 juta dan tak ada yang bisa dibayarkan, sudah pasti rasanya seperti ingin mati saja. Namun si pria pemilik hutang tersebut untungnya tidak berpikiran pendek walaupun hutang tersebut sangat menyiksanya. Hingga akhirnya Allah memberikan petunjuk dengan membuat pria tersebut hadir dalam sebuah pengajian.

Pas sekali tausiah dalam pengajian tersebut adalah tentang sedekah. Dalam salah satu poinnya, sang Ustad mengatakan jika sedekah bisa membuat hutang terselesaikan. Berbekal keyakinan itu, sang pria pun menyedekahkan Rp 100 ribu, uang satu-satunya yang ia miliki di dompet. Pulang pengajian, ternyata ia malah tertabrak mobil. Namun dari sini hutangnya nanti akan benar-benar lunas.

Bukan lantaran sang pria tersebut mati dan si pemilik hutang mengikhlaskannya, tapi lantaran si penabraknya adalah orang kaya yang dermawan. Singkat cerita, si orang kaya ini membiayai pengobatan si pria dan sekaligus hutangnya yang berjumlah Rp 100 juta itu.
Begitulah sedekah, ia bekerja dengan cara-cara yang sama sekali tak bisa dinalar secara logika. Sebenarnya masih banyak lagi cerita lain tentang keajaiban sedekah yang memang terbukti secara nyata. Nah, mulai sekarang sepertinya kita tak perlu ragu lagi mengamalkan sedekah sebagai jalan penyelesai masalah dan segala beban kita. Percayalah jika Allah akan memudahkan kita dengan jalan bersedekah ini.



4 Kisah Inspiratif Keajaiban Sedekah


4 Kisah Inspiratif Keajaiban Sedekah


KISAH INSPIRATIF KEAJAIBAN SEDEKAH. Pembaca setia Pondok Islami dan sahabat Quran yang dimuliakan Allah SWT, sedekah merupakan sebuah perintah Allah yang memiliki banyak fadhilah, hikmah dan kebaikan, bahkan keajaiban. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya :

“Orang-orang yang menginfakkan hartanya di waktu malam dan siang secara sembunyi dan terang-terangan maka mereka mendapat pahala dari Tuhannya. Maka tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak ada berduka cita bagi mereka.” (QS. Al-Baaqarah: 274)

dalam surat yang lain Allah SWT pun berkata yang artinya :

“…Gembirakanlah orang-orang yang taat, yaitu orang yang apabila disebut nama Allah maka bergetar hatinya dan orang yang bersabar atas apa yang menimpanya serta orang yang mendirikan shalat dan orang yang menginfakkan sebagian rizkinya yang Kami berikan kepadanya.” (QS. Al Hajj: 34-35)

Betapa besar keutamaan infaq (sedekah) bagi yang mampu mengeluarkannya dengan ikhlas, semata karena Allah SWT. Rasulullah SAW pun menegaskan dalam hadistnya, yang artinya :

“Sesungguhnya, sedekah dapat memadamkan kemurkaan Tuhan”(HR. Tirmidzi).

Musibah,  malapetaka,  penyakit dan berbagai cobaan yang kita terima dalam kehidupan, yang merupakan bagian dari ujian akan ketaatan kita kepada Allah SWT,  atas izin-Nya dapat dihindari dengan bersedekah. Bahkan hingga kematian pun atas izin Allah SWT dapat kita hindari dengan bersedekah atau meng-infakkan harta kita di jalan Allah SWT.

Rasulullah bersabda yang artinya :

“Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya bisa dihapus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar makruf nahi munkar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

” Obatilah orang-orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah” (HR. Baihaqi dan Tabrani )

Berikut ini adalah beberapa kisah tentang keutamaan dan keajaiban sedekah yang dilakukan oleh orang-orang sholeh terdahulu dan beberapa kisah nyata terkini yang penulis coba kumpulkan dari beberapa sumber buku dan internet.

Kesemua kisah ini semoga dapat memberikan pelajaran/ibroh yang besar bagi kita, agar lebih bersemangat lagi dalam jihad fisabilillah melalui harta kita,  salah satunya dengan berinfaq / bersedekah.

Kisah Keajaiban Sedekah Menyembuhkan Penyakit Menahun

Salah seorang ulama ahli fikih dan hadist terkemuka Abdullah bin Mubarrak atau lebih dikenal dengan Ibnul Mubarak adalah seorang tabi’in yang lahir pada tahun 118 Hijriyah. Ia sangat terkenal karena ketinggian ilmunya, kezuhudan dan kedermawanannya. Karenanya beliau memiliki banyak gelar kehormatan, di antaranya: Syekh Al-Islam, Al-Hafizh, Fakhr Al-Mujahidin, pemimpin para ahli zuhud, dan gelar-gelar lainnya

Tidak mengherankan apabila beliau merupakan salah satu ulama, yang menjadi tempat bertanya bagi orang-orang di zamannya, untuk mencari solusi segala permasalahan.

Ibnul Mubarak juga senang sekali melakukan perjalanan. Usia beliau banyak dihabiskan untuk melakukan perjalanan dalam rangka berhaji, berjihad, serta berdagang, sehingga beliaupun dikenal juga dengan juluk “As-Saffar” (sebutan untuk orang yang suka sering melakukan perjalanan).

Suatu hari seseorang bertanya kepada Ibnul Mubarak, tentang penyakit yang dideritanya selama bertahun-tahun.  “Wahai Abu Abdirrahman, penyakit borok yang ada di lututku sudah berusia tujuh tahun, sudah banyak tabib yang aku tanyai dan berobat kepada mereka, akan tetapi hingga hari ini penyakitku ini tidak kunjung sembuh” tanya orang tersebut dengan penuh pengharapan.

Ibnul Mubarak pun menjawab pertanyaan tersebut, “Pergilah engkau ke suatu tempat dimana banyak orang membutuhkan air,” Jawab Ibnul Mubarrak. “Buatlah sumur di sana. Aku berbarap akan muncul mata air dan penyakit borokmu tidak akan lagi mengeluarkan darah dan nanah.”

Orang itu pun segera mengikuti saran dari Ibnul Mubarrak. Ia segera mencari daerah yang penduduknya sedang mengalami kesulitan air. Kemudian ia pun segera membuatkan sumur untuk kebutuhan air mereka, dan atas izin Allah SWT, penyakit yang selama ini mendekam dalam tubuhnya hilang dan sembuh seperti sedia kala.

Seperti hadist Rasulullah SAW di atas, bersedekah mampu mengobati berbagai macam penyakit. Mari kita mencoba untuk bermuhasabah. Apabila diri kita atau orang yang kita kenal dan sayangi sedang tertimpa ujian berupa sakit yang tidak kunjung sembuh, maka bisa jadi ada perbuatan kita yang sudah mengundang murka Allah SWT. Barangkali kita selama ini lebih sering tenggelam dalam dosa dan kemaksiatan.

Maka segeralah bertobat, kembali ke jalan Allah SWT, perbanyaklah sedekah, insya Allah murka Tuhan akan padam dan anda sembuh dari penyakit.

Kisah Keajaiban Sedekah Menyembuhkan Penyakit Putrinya Yang Sulit Disembuhkan
Syaikh Sulaiman Al-Mufarraj bercerita tentang sebuah kejadian ajaib yang didapatnya dari seseorang yang mengalami peristiwa ajaib terhadap putrinya. Ia berkata, bahwa orang itu menceritakan kepadaku tentang kejadian yang menimpa putri kecilnya. Ia terkena penyakit di tenggorokannya dan sudah lama berobat ke berbagai rumah sakit dan dokter. Tetapi tak jua menyembuhkannya.

Orang itu menambahkanpun menambahkan bahwa sakit putrinya itu semakin hari semakin membandel. Lantaran memikirkan kondisi putrinya tersebut orang itu pun hampir saja ikut jatuh sakit, karena tidak bisa tidur dan beristirahat dengan cukup. Berbagai langkah dan ikhtiar sudah dilakukan untuk meringankan sakit putri kecilnya itu namun tak kunjung jua membaik. Hingga akhirnya keputus-asaan pun hampir menjangkitinya,  kecuali hanya kepada rahmat Allah SWT.

Orang itu pun melanjutkan ceritanya,  hingga suatu saat ia dihubungi oleh seorang shaleh yang mengingatkan akan salah satu hadist Rasulullah SAW tentang keutamaan sedekah,  yang artinya :

”Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Walaupun ia sudah banyak bersedekah akan tetapi orang shaleh itu pun memberikan penjelasan lebih jauh lagi dan berkata,”Bersedekahlah saat ini, dengan niat agar puterimu mendapat kesembuhan.” Akhirnya ia pun bersedekah dengan niat semata karena Allah, dilandasi kerendahan hati kepada salah seorang fakir. Akan tetapi setelahnya pun tetap tidak terjadi perubahan pada penyakit putrinya itu.

Orang itu kembali mengkomunikasikan kenyataan itu kepada orang shaleh tadi, dan orang shaleh itu pun memberikan penjelasan bahwa sedekah yang dilakukan harus sepadan dengan harta yang dimilikinya. Karena hartanya banyak maka sebaiknya ia pun bersedekah seukuran dengan hartanya.

Orang itu pun akhirnya bersedekah untuk kedua kalinya dengan membeli berbagai kebutuhan untuk orang yang membutuhkan dalam jumlah yang besar. Mobilnya ia penuhi dengan beras, ayam dan barang yang baik-baik, kemudian ia bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Mereka pun bersukacita dengan pemberian sedekahku itu. Sungguh Allah Maha Kuasa dan Maha Pemberi, subhanallah, setelah sedekah itu diberikan maka puterinya menjadi sembuh total. Alhamdulillah, Allahu Akbar.

Orang itu sangat yakin, bahwa sedekah yang ia lakukan itulah yang menyebabkan Allah mengangkat penyakit yang diderita putrinya. Sejak saat itu, berkat anugerah Allah SWT, putri kecilnya tidak lagi pernah terkena penyakit apapun. Dan setiap hari, ia pun merasakan kenikmatan, keberkahan dan kesehatan dalam harta dan keluarga.

Ia pun menjadi sering membagikan kisahnya dan menasihati setiap orang yang sakit, agar memperbanyak sedekah dengan harta yang paling berharga yang mereka miliki. Niscaya Allah SWT akan memberikan kesembuhan atas penyakit mereka. Allah SWT tidak akan pernah menyia-nyiakan perbuatan baik yang kita lakukan dan tentunya ganjaran pahala yang layak bagi kita.

Keajaiban Sedekah Memperpanjang Usia

Kisah Pertama

Syaikh ‘Abdul Hadi Badlah, Imam Masjid Jami’ur Ridhwan di Halab Syiria, menceritakan kisahnya, “Saat awal aku menikah, Allah SWT memberikan anugerah kepada kami seorang anak yang tentu saja sangat membuat Kami bergembira dengan anugerah itu.

Akan tetapi, Allah SWT memiliki kehendak lain pada anak kami dengan memberikan ujian penyakit keras yang diderita anak kami itu. Berbagai upaya pengobatan sepertinya tidak berhasil menyembuhkan penyakitnya, bahkan semakin hari keadaannya semakin memburuk. Begitu pula akibatnya buat kami berdua karena sedih dan khawatir akan kondisi buah hati kami dan cahaya mata kami ini .

Tentu saja pembaca sekalian paham bagaimana artinya memiliki anak pertama dalam sebuah pernikahan. Kegundahan dan kekhawatiran yang sangat besar menyeruak dalam hati, karena merasa tak berdaya untuk memberikan pengobatan dan menghilangkan penderitaan pada anak pertama Kami itu.

Dalam kondisi tersebut datanglah seorang yang baik hati yang menyarankan Kami untuk menemui seorang dokter yang berpengalaman dan terkenal, maka Kami pun pergi bersama anakku kepadanya. Anakku mengeluhkan demam yang sangat tinggi, dan dokter itu mengatakan kepada Kami sesuatu yang sangat mengejutkan. Ia berkata kepada kami, “Apabila panas anak Anda tidak turun malam ini, maka ia kemungkinan bisa meninggal esok hari !”

Aku pulang dengan anakku dengan kegelisahan yang memuncak. Perasaan sedih dan sakit menyerang hatiku, hingga kelopak mataku tak mampu terpejam untuk tidur. Aku pun kemudian melaksanakan shalat, dan berlalu pergi dengan wajah sedih dan bingung meninggalkan isteriku yang menangis sedih di dekat kepala anakku.

Dalam kegundahanku, aku terus berjalan di jalanan, tak tahu harus berbuat apa untuk mengobati anakku. Sekonyong-konyong aku teringat dengan hadist Rasulullah SAW tentang sedekah yang artinya,“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” Tapi ditengah malam gulita seperti saat ini, siapa orang yang akan aku temui ?

Bisakah aku mengetuk pintu seseorang dan bersedekah kepadanya ? Apa yang ia akan katakan kepadaku jika aku melakukan hal itu ?Tiba-tiba dihadapanku muncul seekor kucing yang sedang mengeong karena lapar di dalam kegelapan malam.

Aku pun teringat pada sabda Rasulullah SAW ketika ditanya oleh salah seorang sahabat, yang artinya, “Apakah berbuat baik kepada binatang bagi kami ada pahalanya?” Beliau menjawab, “Di dalam setiap apa yang bernyawa ada pahalanya” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka akupun bersegera kembali ke rumahku dan mengambil sepotong daging untuk aku berikan kepada kucing itu. Aku menutup pintu belakang rumahku, dan suara pintu itu bercampur dengan suara istriku yang bertanya, “Apakah engkau pulang kembali kepadaku dengan cepat?” Aku pun bergegas menuju ke arahnya. Dan, aku mendapatkan wajah isteriku telah berubah, dari permukaan wajahnya telah menyiratkan kegembiraan!

Ia berkata, “Setelah engkau pergi, aku tertidur sebentar dalam keadaan duduk. Saat dalam tidurku, aku melihat pemandangan yang menakjubkan!” Aku melihat diriku mendekap anakku. Tiba-tiba muncul seekor burung hitam besar dari langit yang terbang hendak menyambar anak kita, ingin mengambilnya dariku.

Aku menjadi sangat takut, dan tidak tahu harus melakukan apa? Tiba-tiba muncul seekor kucing yang menyerang secara dahsyat burung itu, dan keduanya pun saling berkelahi. Perkelahian itu terlihat seimbang,  tidak terlihat kucing itu lebih kuat daripada si burung, karena si burung badannya gemuk. Namun akhirnya, burung itu pun pergi menjauh.

Seketika aku terbangun saat mendengar suaramu tadi. Syaikh ‘Abdul Hadi berkata, “Aku tersenyum dan merasa gembira dengan kebaikan ini”. Melihat aku tersenyum, isteriku menatap ke arahku dengan terheran-heran. Aku pun berkata menenangkan istriku, “Semoga semuanya menjadi baik.”

Bersama Kami segera mendekati anak kami. Tak tahu siapa yang sampai terlebih dulu, ketika kami menyaksikan demam yang diderita anak kami berangsur sirna dan sang anak mulai membuka matanya. Hingga pada pagi hari berikutnya, sang anak pun telah sehat seperti sedia kala. Dengan asyiknya ia telah bermain-main bersama anak-anak yang lain di desa ini, Alhamdulillah.

Begitulah kisah menakjubkan yang dituturkan oleh Syaikh ‘Abdul Hadi tentang anaknya yang kini telah menjelma menjadi seorang  menjadi pemuda berumur 17 tahun. Ia telah sempurna menghafalkan Al-Quran dan menekuni ilmu syar’i.

Saat ini sang pemuda itu sedang menyampaikan nasihat yang mendalam kepada kaum muslimin di masjid orang tuanya, Masjid Ar-Ridhwan di Halb, pada salah satu malam dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yang penuh berkah. Subhanallah.

Kisah Kedua

Kematian merupakan ketentuan Allah SWT. Tidak ada satupun yang mampu menunda kematian bila telah sampai waktunya. Tetapi ada satu hal yang mampu membuat kematian menjadi sesuatu yang bisa ditunda, yaitu semangat dan kemauan untuk bersedekah, berbagi dan peduli kepada sesama.

Pada suatu hari, Malaikat maut mendatangi Nabi Ibrahim, dan bertanya, “Siapakah anak muda yang tadi  mendatangimu wahai Ibrahim?”,

“Anak muda yang tadi maksudnya?”, Tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku”.

“Ada apa dia datang menemuimu?”

“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan pernikahannya besok pagi”.

“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai hingga dilaksanakannya ritual pernikahannya itu.”

Habis berkata seperti itu, Malaikat kematian pergi meninggalkan Nabi Ibrahim. Hampir saja Nabi Ibrahim tergerak untuk memberitahu anak muda tersebut untuk menyegerakan pernikahannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besuk.

Tapi langkahnya terhenti, Nabi Ibrahim tetap memilih bahwa kematian tetap menjadi rahasia Allah SWT. Tak disangkanya keesokan paginya, Nabi Ibrahim ternyata masih melihat dan menyaksikan anak muda itu tetap bisa melangsungkan pernikahannya.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, Nabiyullah Ibrahim malah melihat anak muda ini memiliki umur yang panjang. Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabiyullah Ibrahim menjadi sangat penasaran dan bertanya kepada malaikat maut, apakah dia berbohong tempo hari sewaktu menyampaikan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besuk pagi?

Malaikat Kematian kemudian menjawab bahwa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda itu, tetapi Allah menahannya. “Apa gerangan yang membuat Allah SWT menahan tangannya untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?” tanya Nabi Ibrahim penuh rasa penasaran.

“Wahai Ibrahim, di malam menjelang pernikahannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup hingga kini.”

Sahabat Quran pembaca Pondok Islami yang dimuliakan Allah, kematian memang hak prerogatif Allah SWT. Menunda ataupun memajukan waktu kematian adalah hak Allah sepenuhnya. Dan Allah memberitahu lewat kalam Rasul-Nya Muhammad SAW, bahwa salah satu keutamaan atau manfaat sedekah bahkan keajaiban sedekah itu adalah dapat memanjangkan umur kita.

Jadi bila ditanyakan tentang sesuatu yang bisa menunda kematian, itulah SEDEKAH.

Maka, sejak saat ini ubahlan mindset kita. Lihatlah sekeliling kita. Bila ada orang-orang yang sedang mengalami kesulitan dan kesusahan, maka sesungguhnya inilah kesempatan kita untuk menolong diri kita sendiri. Karena barangkali kesulitan yang Allah hadirkan pada diri orang lain di depan mata kita, sesungguhnya adalah kesempatan yang Allah berikan pada kita, untuk bisa memperpanjang usia kita.

Tinggal kita bersikap dan menyadari kesempatan ini, dan bersedia menolong orang yang sedang kesulitan itu dengan ikhlas, semata mengharapkan ridho Allah SWT. Atau malah tak peduli dan membiarkan kesempatan itu berlalu dengan sia-sia.

Siapa tahu ternyata sedekah kita itu menjadi wasilah yang dapat memperpanjang usia kita. Inilah keajaiban sedekah yang kita sangat harapkan, bisa didapat sebagai anugerah Allah SWT atas amal perbuatan baik kita.

Sahabat Quran, pembaca Pondok Islami yang dimuliakan Allah SWT. Bila kita berkaca pada kehidupan para salafus soleh dahulu, mereka adalah orang-orang yang sangat memahami tentang manfaat dan keutamaan sedekah. Mereka sangat ringan tangan dalam mengeluarkan sedekah.

Sedekah yang tentunya sepadan dengan penyakit ataupun musibah yang menimpa mereka. Mereka infaqkan harta yang paling mereka cintai, semata untuk menggapai ridho Allah SWT, dan kebahagiaan serta keberkahan hidup di dunia dan akhirat kelak.

Mengutip ungkapan singkat dari Ustadz Yusuf Mansur, beliau mengatakan, ”Sedekah merupakan jawaban semua permasalahan. Sedekah itu tak ada lawan. Tidak ada persoalan apa pun yang tidak selesai, selama kita melibatkan Allah. Caranya, antara lain lewat sedekah.”

Demikianlah 4 Kisah Inspiratif Keajaiban Sedekah yang kami coba bagikan kepada pembaca. Semoga kisah-kisah inspiratif di atas mampu membangkitkan semangat kita untuk berjuang di jalan Allah SWT melalui harta yang kita miliki dengan bersedekah, agar kebaikan, keberkahan dan kemaslahatan senantias menaungi kehidupan kita di dunia ini dan khususnya di akhirat kelak. Aamiin.
Wallahu’alam bishawab.