Cara Sehat Konsumsi
Daging Kambing Saat Idul Adha
Jakarta, CNN Indonesia -- Saat Idul Adha tiba, sajian
daging kambing banyak tersaji di atas meja. Nikmat memang rasanya, tapi
terkadang, mendengar namanya saja bisa membuat orang jadi was-was saat
menyantapnya.
Penyebabnya tak lain karena stigma daging kambing sebagai
pemicu munculnya masalah dengan kolesterol, hipertensi, atau asam urat. Namun
sebenarnya, Anda tak perlu merasa takut dan pantang menyantap. Banyak ahli yang
sudah menyebut bahwa mengonsumsi daging kambing tidaklah menjadi sebuah
masalah, asal sesuai dengan kaedah tertentu.
“Buat mereka yang memang sekali-kali makan daging memang
tidak ada masalah jika mengosumsi daging kurban,” kata Ari Fahrial Syam, ahli
penyakit dalam sekaligus profesor gastroentrologi, Departemen Penyakit Dalam,
Universitas Indonesia, seperti dalam siaran pers yang diterima oleh
CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu.
Hanya saja, anggapan daging kambing yang mengandung
kolesterol tinggi sudah telanjur mengakar di masyarakat. Padahal, menurut
referensi kandungan nutrisi Departemen Pertanian Amerika Serikat atau USDA,
daging kambing memiliki kandungan kalori, lemak total, lemak jenuh, protein,
dan kolesterol lebih rendah dibandingkan ayam, sapi, babi, dan domba.
Per 85 gram daging yang dimasak, daging kambing memiliki
kalori sebesar 122, sedangkan ayam 162 kalori, sapi 179 kalori, babi 180
kalori, dan domba 175 kalori. Dari segi lemak pun daging kambing memiliki
kandungan paling sedikit. Per 85 gram sajian, daging kambing memiliki lemak 2,6
gram, ayam sebesar 6,3 gram, sapi sebesar 7,9 gram, babi sebesar 8,2 gram, dan
domba 8,1 gram.
Kandungan kolesterol daging kambing juga paling rendah,
yaitu 63,8 miligram per 85 gram penyajian. Ini lebih rendah dari ayam yang
memiliki kandungan kolesterol sebanyak 76 miligram, sapi dan babi sebesar 73,1
miligram, serta domba sebanyak 78,2 miligram.
Meski secara hitungan kalori dan kandungan lemak daging
kambing tergolong rendah, namun bukan berarti tak memiliki aturan dalam
mengonsumsinya. Mengutip beberapa saran dari para ahli, CNNIndonesia.com
merangkum sejumlah kaedah bagi Anda yang ingin menyantapnya.
1. Kenali Teknik olahan
Mengenali teknik olahan membantu Anda memahami kondisi
terbaik untuk menikmati daging kambing. Beberapa teknik memasak untuk daging
merah cenderung tidak sehat, misalnya dibakar dan digoreng. Teknik memasak
seperti ini akan menghasilkan heterocyclic amines yang diyakini dunia kesehatan
sebagai pemicu kanker pada manusia.
Olahan lainnya yang kerap dipakai dalam memasak daging
adalah menggunakan santan dan garam yang banyak, seperti gulai. Kondisi ini
menjadi masalah bagi sebagian orang karena menambah lemak serta garam yang
memicu penyakit kardiovaskular seperti kolesterol dan hipertensi.
2. Hindari Jeroan dan bagian tertentu
Jeroan kambing termasuk favorit di kalangan masyarakat
seperti pada soto babat atau tongseng. Namun, jeroan dan beberapa organ seperti
torpedo sebenarnya tidak sehat bagi tubuh. Menurut Ari, jeroan-jeroan kambing
atau sapi dapat meningkatkan kadar asam urat darah.
“Bagi pasien yang memang penderita hipertensi, kadar
kolesterol darahnya tinggi (dislipidemia), kadar asam urat darahnya tinggi
(hiperuresemia), penderita kencing manis dan kegemukan, harus ekstra hati-hati
dalam mengonsumsi daging kambing atau sapi selama masa hari raya kurban,” kata
Ari.
Bagian lain yang harus dihindari adalah iga kambing
karena mengandung banyak lemak. Kepala Divisi Metabolik Endokrim Rumah Sakit Dr
Cipto Mangunkusumo Em Yunir mengatakan baiknya memilih bagian daging yang kadar
lemak lebih rendah seperti paha.
"Komponen lemak kambing yang masih muda belum tinggi
dan harus diimbangi dengan asupan sayur dan buah. Kalau makan apel atau tomat,
saya sarankan makan juga kulitnya agar serat yang dikonsumsi semakin
banyak," kata Yunir.
3. Walau tensi rendah jangan asal makan kambing
Tekanan darah rendah bisa disebabkan oleh berbagai hal,
antara lain karena perdarahan, kurang minum sampai dehidrasi karena berbagai
sebab, kelelahan atau kurang tidur. Tekanan darah rendah juga dapat disebabkan
karena gangguan jantung, baik karena kelainan katup atau serangan jantung
bahkan gagal jantung.
Namun ketika mengonsumsi daging, apalagi berlebihan, maka
dampak yang muncul adalah sembelit dan memicu naiknya asam lambung sehingga
dapat memperparah kondisi. Ini belum termasuk dampak jangka panjang seperti
peningkatan kadar lemak dan kolesterol darah.
4. Kenal waktu dan tidak berlebihan
Di hari raya kurban sebagian masyarakat mungkin
mendapatkan daging dalam jumlah besar. Untuk itu, Ari mengingatkan, jika daging
berlebihan tersebut dikonsumsi dalam waktu pendek, maka tentu akan menyebabkan
masalah kesehatan.
Dampak langsung yang bisa saja terjadi ketika makan
daging berlebihan adalah sembelit. “Jika daging dikonsumsi berlebihan menjelang
tidur maka akan merangsang terjadinya refluks isi lambung sehingga dapat
mengganggu tidur,” kata Ari mengungkapkan.
Menurut Ari, daging kambing maupun daging sapi adalah
sumber protein hewani yang baik. Protein dalam daging amat dibutuhkan untuk
pembentukan hormon, enzim, protein darah, juga untuk mengganti dan memperbaiki
sel yang rusak.
Karenanya bagi mereka yang jarang makan daging merah tak
menjadi masalah menikmati daging kurban. Namun tentu mesti dilakukan jangan
sampai berlebihan. (chs)
0 komentar:
Posting Komentar