Kamis, 11 Agustus 2022

Panduan Ringkas Tata Cara Wudhu Sesuai Sunnah Nabi

 Panduan Ringkas Tata Cara Wudhu Sesuai Sunnah Nabi

 

 

 

Wudhu adalah salah satu syarat sah shalat. Allah Ta’ala berfirman:

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ

 

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki” (QS. Al Maidah: 6).

Oleh karena itu sudah semestinya seorang Muslim mengetahui tata cara berwudhu sesuai dengan yang dituntunkan oleh syariat.

Cara berwudhu yang paling sempurna, telah dijelaskan oleh Utsman bin ‘Affan radhiallahu’anhu dalam hadits Humran berikut ini:

 

أن عثمانَ بنَ عفانٍ رضِيَ اللهُ عنه دعا بوَضوءٍ . فتوضأ . فغسل كَفَّيْهِ ثلاثَ مراتٍ . ثم مضمض واستنثر . ثم غسل وجهَه ثلاثَ مراتٍ . ثم غسل يدَه اليُمْنَى إلى المِرفَقِ ثلاثَ مراتٍ . ثم غسل يدَه اليُسْرَى مِثْلَ ذلك . ثم مسح رأسَه . ثم غسل رجلَه اليُمنَى إلى الكعبين ثلاثَ مراتٍ . ثم غسل اليُسرَى مِثْلَ ذلك . ثم قال : رأيتُ رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم توضأ نحوَ وُضوئي هذا . ثم قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّم من توضأ نحوَ وُضوئي هذا، ثم قام فركع ركعتين، لا يُحَدِّثُ فيهما نفسَه، غُفِرَ له ما تقدم من ذنبِه . قال ابنُ شهابٍ : وكان علماؤُنا يقولونَ : هذا الوُضوءُ أسبغُ ما يُتَوَضَّأُ به أحدٌ للصلاةِ

 

“Suatu ketika Utsman bin Affan radhiallahu‘anhu meminta air wudhu, kemudian dia berwudhu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya 3 kali. Kemudian berkumur-kumur dan istintsar (mengeluarkan air dari hidung, tentunya didahului memasukkan air ke hidung; istinsyaq). Kemudian membasuh wajahnya 3 kali. Kemudian membasuh tangan kanannya sampai ke siku 3 kali. Kemudian membasuh tangan kirinya dengan cara yang sama. Kemudian beliau mengusap kepalanya dengan air (1 kali). Kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki 3 kali, kemudian membasuh kaki kirinya dengan cara yang sama. Kemudian Utsman mengatakan, “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian beliau bersabda, “Siapa yang berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian dia shalat dua rakaat dengan tanpa menyibukan jiwanya, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”.

Ibnu Syihab (perawi hadits ini) berkata, “Para ulama kita mengatakan bahwa cara wudhu seperti ini adalah wudhu yang paling sempurna yang bisa dilakukan oleh seseorang untuk shalat” (HR. Bukhari no. 159, 164, Muslim no. 226).

Syarat sah wudhu

Yaitu hal-hal yang mesti ada agar wudhu bisa dikatakan sah.

Beragama Islam

Allah Ta’ala berfirman:

 

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِي

 

“Sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al Maidah: 27)

 

وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

 

“Barangsiapa yang kafir sesudah beriman maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi” (QS. Al Maidah: 5)

Berakal

Tamyiz (bisa membedakan baik dan buruk untuk dirinya)

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 

رُفعَ القلمُ عن ثلاثةٍ : عن النائمِ حتى يستيقظَ ، وعن الصبيِّ حتى يحتلمَ ، وعن المجنونِ حتى يعقِلَ

 

“Pena (catatan amal) diangkat dari tiga jenis orang: orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia baligh, dan orang gila hingga ia berakal” (HR. An Nasa-i no. 7307, Abu Daud no. 4403, Ibnu Hibban no. 143, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no. 3513).

Niat

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 

إنما الأعمالُ بالنياتِ، وإنما لكلِّ امرئٍ ما نوى

 

“Sesungguhnya setiap amalan itu tergantung niatnya, dan setiap orang mendapatkan (ganjaran) sesuai dengan apa yang ia niatkan” (HR. Bukhari no. 1, Muslim no. 1907).

Niat adalah amalan hati, tidak perlu dilafalkan. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tidak pernah mencontohkan melafalkan niat sebelum wudhu, dan niat itu adalah amalan hati. Dengan adanya itikad dan kemauan dalam hati untuk melakukan wudhu untuk melakukan shalat atau yang lainnya, maka itu sudah niat yang sah.

Air yang digunakan adalah air yang suci

Syaikh Shalih Al Fauzan mengatakan, “Air yang suci adalah air yang sah untuk bersuci dari hadats dan najis. Jika berubah salah satu sifatnya karena tercampur benda najis, maka ia tidak sah untuk bersuci, tanpa ada khilaf di antara para ulama” (Al Mulakhash Fiqhi, 17).

Air yang diginakan adalah air yang mubah

Syaikh Shalih Al Fauzan mengatakan, “disyaratkan wudhu dengan air yang mubah, yang digunakan adalah air curian atau yang didapatkan dengan jalan yang tidak syar’i, maka wudhunya tidak sah” (Al Mulakhash Fiqhi, 41).

Jika terdapat najis pada lubang qubul dan dubur, maka wajib istinja atau istijmar (cebok) sebelum wudhu

Berdasarkan hadits dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu:

 

كنتُ رجلًا مَذَّاءً، وكنتُ أستَحْيِي أَنْ أسأَلَ النبيَّ -صلى الله عليه وسلم – لمكانِ ابْنَتِه ، فأَمَرْتُ المِقْدَادَ بْنَ الأَسْوَدِ فسألَه، فقال : يَغْسِلُ ذَكَرَه ، ويتوضَّأُ

 

“Aku adalah seorang yang sering keluar madzi. Namun saya malu untuk bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, karena putrinya adalah istriku. Lalu aku meminta Al Miqdad bin Al Aswad untuk bertanya kepada belia. Beliau bersabda: ‘Hendaknya ia cuci dzakarnya dan berwudhu‘” (HR. Muslim, no. 303).

Menghilangkan hal-hal yang menghalangi sampainya air ke kulit.

Dari sebagian sahabat Nabi radhiallahu’anhum, mereka mengatakan:

 

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَجُلاً يُصَلِّي وَفِيْ ظَهْرِ قَدَمِهِ لُمْعَةً قَدْرَ الدِّرْهَمِ لَمْ يُصِبْهَا الْمَاءُ فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُعِيْدَ الْوُضُوْءَ وَالصَّلاَةَ

 

“Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam melihat seorang laki-laki yang melakukan shalat, sedangkan pada punggung kakinya ada bagian sebesar uang dirham yang tidak terkena air. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruhnya mengulang wudhu dan shalatnya” (HR. Abu Daud no. 173, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Hal-hal yang wajib ketika wudhu

Dalil utama mengenai hal-hal yang wajib di dalam wudhu adalah surat Al Maidah ayat 6 yang sudah kami bawakan di atas. Dan juga dipadukan dengan dalil-dalil lain dari hadits, dianyatanya hadits dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu:

 

دعا رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ بوَضوءٍ فغسل وجهَه مرةً ويدَيه مرةً ورجلَيه مرَّة مرَّةً وقال : هذا وضوءٌ لا يقبلُ اللهُ عزَّ وجلَّ الصلاةَ إلا به

 

“Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam meminta air wudhu. Beliau membasuh wajah sekali, membasuh kedua tangannya sekali, membasuh kedua kakinya sekali-sekali, lalu bersabda: ‘Wudhu ini, Allah tidak menerima shalat seseorang kecuali dengannya‘” (HR. Ibnu Syahin dalam At Targhib [262/1-2], dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [1/523])

Maka hal-hal yang wajib di dalam wudhu adalah:

Membasuh wajah secara sempurna, termasuk berkumur, istinsyaq (memasukan air ke hidung) dan istintsar (mengeluarkan air dari hidung)

Dalil wajibnya berkumur adalah hadits dari Laqith bin Shabirah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 

إِذا توضّأتَ؛ فمضمِض

 

“jika engkau berwudhu, berkumur-kumurlah” (HR. Abu Daud no. 131, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Dalil wajibnya istinsyaq dan istintsar adalah hadits dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 

من توضّأ؛ فلْيستنثر ومن استجمر؛ فليوتر

 

“Barangsiapa berwudhu, maka ber-istintsar-lah, dan barangsiapa yang ber-istijmar (cebok dengan selain air) maka hendaknya mengganjilkan benda yang digunakan untuk istijmar” (HR. Bukhari no.161, Muslim no. 237).

Membasuh kedua tangan hingga siku

Mengusap seluruh kepala, termasuk kedua telinga

Telinga termasuk dalam cakupan “kepala”. Berdasarkan hadits dari Abu Umamah Al Bahili radhiallahu’anhu:

 

توضَّأ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم ، فغسل وجهَه ثلاثًا ، ويَديْه ثلاثًا ، ومسَح برأْسِه ، وقال: ( الأُذُنانِ من الرأْسِ )

 

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah berwudhu dan beliau membasuh wajahnya sebanyak 3x, kemudian tangannya 3x, kemudian mengusap kepalanya. Lalu beliau bersabda: ‘kedua telinga termasuk bagian dari kepala‘” (HR. Tirmidzi no. 37, Abu Daud no. 134, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

Membasuh kaki hingga mata kaki

At tartib (berurutan)

Yaitu sebagaimana urutan yang ada di surat Al Maidah ayat 6 dan juga hadits Anas bin Malik, karena Nabi bersabda di situ: ‘Wudhu ini, Allah tidak menerima shalat seseorang kecuali dengannya‘. Yang menunjukkan wajibnya hal-hal yang beliau lakukan tersebut termasuk urutannya.

Al muwalah (bersambung)

Yaitu bersambungnya gerakan wudhu antara yang satu dengan yang lainnya, tidak dipisahkan oleh pemisah yang panjang.

Sunnah-sunnah wudhu

Bersiwak

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

 

لولا أن أشقّ على أُمّتي؛ لأمَرْتُهم بالسواك مع كلّ وضوء

 

 

“Andaikan tidak khawatir memberatkan umatku, sungguh akan aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu” (HR. Ahmad 13/255, Ahmad Syakir mengatakan: “sanadnya shahih”).

Mengucapkan: “bismillah” sebelum wudhu

Hukumnya sunnah. Sebagian ulama mewajibkan hal ini dengan dalil hadits:

 

لا صلاةَ لِمن لا وضوء له، ولا وضوء لمن لم يذكر اسم الله عليه

 

“tidak ada shalat bagi yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala” (HR. Ahmad dan Abu Daud, dihasankan oleh Al Albani dalam Irwaul Ghalil).

Namun jumhur ulama berpendapat hukumnya sunnah karena beberapa hal:

Membaca basmalah tidak disebutkan bersamaan dengan hal-hal wajib lainnya dalam surat Al Maidah ayat 6

Keumuman hadits-hadits yang menjelaskan mengenai cara wudhu Nabi, tidak menyebutkan mengucapkan basmalah (lihat Asy Syarhul Mumthi’, 1/159).

Makna “tidak ada wudhu bagi yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala” adalah penafian kesempurnaan wudhu (lihat Asy Syarhul Mumthi’, 1/158 – 159).

Membasuh kedua tangan

imana disebutkan dalam hadits Humran:

 

فغسل كَفَّيْهِ ثلاثَ مراتٍ

 

“.. kemudian beliau membasuh kedua tangannya 3 kali” (HR. Bukhari – Muslim)

Menyela-nyela jenggot dengan air

Berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiallahu’anhu:

 

أنَّ رسول الله – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – كان إذا توضّأ؛ أخذ كفّاً من ماء، فأدخله تحت حَنَكه؛ فخلّل به لحيته، وقال: “هكذا أمرني ربي عزّ وجلّ

 

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika berwudhu beliau mengambil air setelapak tangan, lalu membasuhkannya ke dagunya dan menyela-nyela jenggotnya. Lalu beliau bersabda: ‘demikianlah yang diperintahkan Rabb-ku kepadaku‘” (HR. Abu Daud no. 132, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Menyela-nyela ruas-ruas antara jari-jari tangan dan jari-jari kaki

Berdasarkan hadits:

 

إِذا توضّأْتَ؛ فخلِّلْ أصابعَ يديْك ورِجليْك

 

“jika engkau berwudhu, gosoklah ruas antara jari-jari tanganmu dan jari-jari kakimu” (HR. Tirmidzi no. 39, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).

At tatslits (mengulang hingga 3x) dalam ghasl (membasuh), adapun al mas-hu (mengusap) hanya sekali

Sebagaimana dalam hadits Humran

At tayamun mendahulukan yang kanan

Sebagaimana hadits dari Aisyah radhiallahu’anha:

 

أن رسولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كان يحبُّ التيامُنَ ما استطاعَ، في طُهورِه، وتنعُّلِه، وترجُّلِه.

 

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyukai mendahulukan sebelah kanan selagi ia mampu, dalam bersucinya, dalam memakai sandal dan ketika menyisir rambut” (HR. An Nasa-i no. 5255, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i)

Berdoa setelah wudhu

Berdasarkan hadits:

 

ما منكم من أحد يتوضّأ فيُبلغ (أو فيُسبغ) الوضوء، ثمَّ يقول: “أشهد أنَّ لا إِله إلا الله وأنَّ محمّداً عبده ورسوله؛ إلاَّ فُتحت له أبواب الجنَّة الثمانية، يدخل من أيِّها شاء

 

“Barangsiapa yang berwudhu, hendaknya ia sempurnakan wudhunya. Kemudian berdoa: Asy-hadu an laailaaha illallah wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu. kecuali dibukakan delapan surga baginya yang ia bebas masuk dari pintu mana saja” (HR. Muslim no. 234).

Kesimpulan tata cara wudhu Nabi

Dari uraian-uraian di atas, maka tata cara wudhu yang sesuai dengan sunnah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam adalah:

Berniat wudhu

Mengucapkan: “bismillah“

Membasuh kedua telapak tangan sebanyak 3 x, dengan menyela-nyela jari-jemari

Berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air ke hidung) dengan satu cidukan tangan kanan, kemudian istintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri, ini semua sebanyak 3x

Membasuh wajah sebanyak 3 x, sambil menyela-nyela rambut jenggot

Membasuh tangan kanan hingga siku sebanyak 3 x, kemudian membasuh tangan kiri hingga siku sebanyak 3 x

Membasuh seluruh kepala kemudian kedua telinga dengan satu cidukan, sebanyak 1 x

Membasuh kaki kanan hingga mata kaki sebanyak 3x sambil menyela-nyela jari kakinya, membasuh kaki kiri hingga mata kaki sebanyak 3x sambil menyela-nyela jari kakinya

Berdoa setelah wudhu

Demikian paparan ringkas mengenai tata cara wudhu. Wabillahi at taufiq was sadaad.

https://umma.id

 

0 komentar:

Posting Komentar