PENYAKIT HATI DAN CARA PENGOBATANNYA
Penyakit hati atau
(psychoses) adalah kelainan kepribadian yang ditandai oleh mental dalam
(profound-mental), dan gangguan emosional yang mengubah individu normal menjadi
tidak mampu mengatur dirinya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dua
istilah yang dapat diidentifikasikan dengan psychoses ini adalah insanity dan
dementia. Insanity adalah istilah resmi yang menunjukkan bahwa seseorang itu
kacau akibat dari tindakannya. Pada saat lain istilah demensia digunakan untuk
kebanyakan kelainan mental, tetapi secara umum kini diinterpretasikan sebagai
sinonim dengan kekacauan mental (mental disorder) yang menyolok. Sebab mereka
sering melakukan tingkah laku yang semaunya sendiri. [1]
Seseorang yang diserang penyakit hati kepribadiannya
terganggu dan selanjutnya menyebabkan kurang mampu menyesuaikan diri dengan
wajar dan tidak sanggup memahami problemanya. Seringkali orang yang sakit jiwa
tidak merasa bahwa dirinya sakit,
sebaliknya ia menganggap dirinya normal, bahkan lebih baik, lebih unggul, dan
lebih penting dari yang lain.[2]
Pandangan Islam tentang Penyakit Hati
Dalam perspektif Islam, penyakit hati sering diidentikkan
dengan beberapa sifat buruk atau tingkah laku tercela (al-akhlaq al-mazmumah),
seperti dengki, iri hati, arogan, emosional dan seterusnya.
Hasan Muhammad as-Syarqawi dalam kitabnya Nahw ‘Ilmiah
Nafsi,[3] membagi penyakit hati dalam sembilan bagian, yaitu: pamer (riya’),
marah (al-ghadhab), lalai dan lupa (al-ghaflah wan nisyah), was-was (al-was-wasah),
frustrasi (al-ya’s), rakus (tama’), terperdaya (al-ghurur), sombong (al-ujub),
dengki dan iri hati (al-hasd wal hiqd).
Dalam konteks ini penulis ingin menekankan pada empat
jenis penyakit hati yang menonjol, yaitu: riya’, marah, membanggakan diri, iri
hati dan dengki. Beberapa sifat tercela di atas ada relevansinya jika dianggap
sebagai penyakit jiwa, sebab dalam kesehatan mental (mental hygiene)
sifat-sifat tersebut merupakan indikasi dari penyakit kejiwaan manusia
(psychoses). Jadi pada penderitanya sakit jiwa salah satunya ditandai oleh
sifat-sifat buruk tersebut.
Riya’ (pamer)
Seperti yang dijelaskan oleh As-Syarqawi,[4] bahwa dalam
penyakit riya’ terdapat unsur penipuan terhadap dirinya sendiri dan juga orang
lain, karena hakikatnya ia mengungkapkan sesuatu yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya. Penyakit riya’ merasuk dalam jiwa seseorang dengan
halus dan tidak terasa sehingga hampir tidak ada orang yang selamat dari
serangan penyakit ini kecuali orang arif yang ikhlas dan taat.
Dalam riya’ terdapat unsur kepura-puraan, munafik,
seluruh tingkah-lakunya cenderung mengharap pujian orang lain, senang kepada
kebesaran dan kekuasaan. Over acting, menutup-nutupi kejelekannya dan
seterusnya. Sifat yang demikian ini digambarkan dalam al-Qur’an surat an-Nisa’:
142 dan at-Taubah:67 dan juga hadits Nabi: “Yang paling aku kuatirkan terhadap
umatku adalah riya’ dan syahwat yang tersembunyi’.
Islam memberikan terapi riya’ ini dengan cara mengikis
nafsu syahwat sedikit demi sedikit dan menanamkan sifat merendahkan diri
(tawadhu’) dengan melihat kebesaran Allah SWT.[5]
Marah
Marah pada hakikatnya adalah memuncaknya kepanikan di
kepala, lalu menguasai otak atau pikiran dan akhirnya kepada perasaan. Kondisi
semacam ini seringkali sulit untuk dikendalikan.
Lebih lanjut As-Syarqawi mengungkapkan, bahwa marah akan
menimbulkan beberapa pelampiasan, misalnya secara lisan akan memunculkan
caci-makian, kata-kata kotor/keji dan secara fisik akan menimbulkan
tindakan-tindakan destruktif. Dan jika orang marah tidak mampu melampiaskan
tindakan-tindakannya di atas, maka dia akan berkompensasi pada dirinya sendiri
dengan cara misalnya: merobek-robek pakaian, menampar mukanya sendiri,
membanting perabot rumah tangga dan seterusnya. Marah juga dapat berpengaruh pada
hati seseorang, yaitu sifat dengki dan iri hati, rela melihat orang lain
menderita, cemburu, suka membuka aib orang lain dan seterusnya.[6]
Atas dasar inilah maka Nabi melarang orang yang sedang
marah untuk melakukan putusan atau memutuskan sesuatu perkara sebagaimana
sabdanya: “Seseorang tidak boleh membuat keputusan diantara dua orang (yang
berselisih) sementara ia dalam keadaan marah”.
Al-Ghazali berpendapat, bahwa cara untuk menanggulangi
kemarahan sampai batas yang seimbang dengan jalan mujahadah untuk kemudian
menanamkan jiwa sabar dan kasih sayang.[7]
Berkaitan dengan hal di atas, Usman Najati[8] berpendapat
bahwa emosi marah yang menguasai seseorang dapat membuat kemandekan berpikir.
Di samping itu energi tubuh selama marah berlangsung akan membuat orang siap
untuk melakukan tindakan-tindakan yang akan disesali di kemudian hari. Untuk
mengatasi marah ini adalah dengan jalan mengendalikan diri, sebab mengendalikan
diri dari marah itu mempunyai beberapa manfaat:
Dapat memelihara kemampuan berpikir dan pengambilan
keputusan yang benar.
Dapat memelihara keseimbangan fisik, karena mampu
melindungi dari ketegangan fisik yang timbul akibat meningkatnya energi.
Dapat menghindarkan seseorang dari sikap memusuhi orang
lain, baik fisik maupun umpatan, sikap tersebut juga dapat menyadarkan diri
untuk selalu berintrospeksi.
Dari segi kesehatan, pengendalian marah dapat
menghindarkan seseorang dari berbagai penyakit fisik pada umumnya.
Dalam hal ini Nabi juga sangat memuji tindakan
pengendalian diri terhadap emosi marah ini dan menganggapnya sebagai orang yang
kuat, sebagaimana sabdanya: “Tidaklah orang dikatakan kuat itu adalah orang
yang pandai berkelai, tetapi orang kuat adalah orang yang mampu menahan
amarahnya”.
Rasa Bangga Diri (‘Ujub)
Perasaan membanggakan diri (‘ujub) sedikit berbeda dengan
perasaan sombong (kibr). Menurut al-Ghazali, kibr merupakan perasaan yang
muncul pad diri seseorang, di mana ia menganggap dirinya lebih baik dan lebih
utama dari orang lain. Sedangkan ‘ujub adalah perasaan bangga diri yang dalam
penampilannya tidak memerlukan atau melibatkan orang lain. ‘Ujub lebih terfokus
kepada rasa kagum terhadap diri sendiri, suka membanggakan dan menonjolkan diri
sendiri. Kadang-kadang pada sebagian orang emosi ini merupakan tingkah laku
yang dominan dalam kepribadian dan dapat menimbulkan sikap sombong, angkuh
serta merendahkan orang lain.[9]
Penilaian yang tinggi terhadap suatu pemberian, sikap
yang selalu mengingat-ingat pemberian dan sikap pamrih terhadap perbuatan yang
dilakukan merupakan hal-hal yang termasuk kategori ‘ujub[10]. Menurut
As-Syarqawi,[11] bahwa ‘ujub merupakan perasaan senang yang berlebihan.
Kemunculannya disebabkan adanya anggapan bahwa ia merasa yang paling baik dan
paling sempurna di dalam segalanya. Sikap ‘ujub adalah penyakit mental yang
sangat berbahaya, sebab eksistensinya membuat hati menjadi beku dalam menerima
kebaikan, dan selalu menutup-nutupi kesalahan, sebagaimana firman Allah Swt.:
“Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia ia berpaling dan menjauhkan diri,
tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa.” (Q.S. Fusilat:
51).
Dari sisi lain orang yang bangga dengan dirinya telah
menyadari akan kepribadiannya dan mengerti akan kesalahannya, tetapi tidak
tertarik untuk kembali kepada kebenaran, melainkan bersikap putus asa, tetap
ingkar dan bahkan “ogah” melakukan kebajikan dan pengabdian kepada Allah.
Iri Hati dan Dengki
Iri hati atau juga disebut dengki merupakan gejala-gejala
luar yang kadang-kadang menunukkan perasaan dalam hati. Akan tetapi
gejala-gejala tersebut tidak mudah untuk diketahui, sebab seseorang akan
berusaha semaksimal mungkin menyembunyikan gejala-gejala tersebut.[12]
Secara umum dapat dikatakan, bahwa rasa iri muncul akibat
kegagalan seseorang dalam mencapai sesuatu tujuan. Oleh sebab itu emosi ini
sangat kompleks, dan pada dasarnya terdiri atas rasa ingin memiliki.
Meski demikian, tidak dapat dikatakan, bahwa rasa iri
sebagai kumpulan dari rasa marah, rasa ingin memiliki dan rasa rendah diri,
akan tetapi lebih dari itu adalah memiliki karekteristiknya sendiri. Dan di
antara gejala-gejala yang nampak adalah marah dengan segala bentuknya mulai
dari memukul, mencela, menghina, membuka rahasia orang lain, dan
seterusnya.[13]
As-Syarqawi[14] mejelaskan bahwa emosi ini secara garis besar
diklasifikasikan menjadi dua macam:
Iri yang melahirkan kompetisi sehat (al-munafasah);
Iri yang melahirkan kompetisi tidak sehat (al-hiqd wal
hasad).
Iri jenis pertama merpuakan kompetisi sehat untk meniru
hal-hal positif yang dimiliki orang lain tanpa didasari oleh interes jahat
dalam rangka fastabiqul khairat. Iri dalam jenis ini merupakan sesuatu yang
diharuskan bagi stiap muslim berdasarkan firman Allah: “Maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukannya
kepadamu apa yang telah kamu peraselisihkan”. (Q.S. al-Maidah: 48).
Sementara iri dalam jenis kedua lebih didasari oleh rasa
benci terhdap apa-apa yang dimiliki oleh orang lain, baik yang berkaitan dengan
materi maupun yang berhubungan dengan jabatan/kedudukan. Iri dalam kategori
ini, menurut As-Syarqawi cenderung memunculkan sikap antipati dan bahkan
melahirkan sikap permusuhan terhadap orang lain. Kemunculannya lebih disebabkan
oleh rasa sombong, bangga, riya’, dan rasa takut kehilangan kedudukan.
Dr. HM. Zainuddin, MA
Notes
[1] James D. Page, Abnormal Psychology: Clinical
Approach to Deviant, New Delhi, Tata Mc. Graw-Hill, 1978, p. 209.
[2] Zakiah Darajat, Kesehatan Mental,1990, p. 56.
[3] As-Syarqawi, Nahwa Ilm an-Nafsi al-Islami,
Mesir, al-Hai’ah al-Misriyah, 1979.
[4] As-Syarqawi, Nahwa Ilm an-Nafsi al-Islami, p.
69.
[5] As-Syarqawi, Nahwa Ilm an-Nafsi al-Islami, p.
73.
[6] As-Syarqawi, Nahwa Ilm an-Nafsi al-Islami, p.
79.
[7] As-Syarqawi, Nahwa Ilm an-Nafsi al-Islami, p.
81.
[8] Usman Najati,
Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, Terjemahan Ahmad Rifa’i, Bandung, Pustaka, 1985, p.
125-126.
[9] Usman Najati, Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa, p.
112.
[10] Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan
Mental, Jakarta, Pustaka al-Husna, 1986, p. 360.
[11] As-Syarqawi, Nahwa Ilm an-Nafsi al-Islami, p.
122.
[12] Al-Qussy,
Pokok-pokok Kesehatan Mental II, Terj. Zakiah Darajat, Jakarta, Bulan Bintang,
1974, p. 228.
[13] Al-Qussy, Pokok-pokok Kesehatan Mental II,p.
229-230.
[14] As-Syarqawi, Nahwa Ilm an-Nafsi al-Islami, p.
128.
1 komentar:
Izin ya admin..:)
Hadir dan Menangkan hadiah nya tempat bermain poker 8 game dengan hanya 1 userid saja sudah bisa menikmati permainan kami di arenadomino(com)
silahkan langsung daftarkan diri anda bersama kami dengan pelayanan 24jam dan proses cepat yang kami berikan untuk kenyamanan anda semua dalam bermain di tempat kami segera bergabung peluang menang menunggu anda...
WA +855 96 4967353
Posting Komentar