Jangan Sampai Kena Penyakit Hati
Ada dua penyakit pada diri kita, yaitu penyakit hati dan
penyakit badan. Oleh karenanya, kalau kita meminta sehat, mintalah kesehatan
badan dan hati sekaligus.
Penyakit hati itu penyakit maknawi yang tidak terlihat, beda
dengan penyakit badan itu tampak. Ada yang terlihat sehat, berotot kuat,
terlihat segar, namun hatinya itu sakit. Bisa saja seperti itu.
Tiga macam hati
Perlu kita tahu
bahwa hati itu ada tiga macam. Ada hati yang sehat (selamat dari penyakit),
hati yang sakit dan hati yang mati. Ketiga jenis hati ini disebutkan dalam ayat
berikut ini,
وَمَا
أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ وَلَا نَبِيٍّ إِلَّا إِذَا تَمَنَّى
أَلْقَى الشَّيْطَانُ فِي أُمْنِيَّتِهِ فَيَنْسَخُ اللَّهُ مَا يُلْقِي
الشَّيْطَانُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللَّهُ آَيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ (52)
لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (53)
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ
فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ
آَمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (54)
“Dan Kami
tidak mengutus sebelum kamu seorang rasul pun dan tidak (pula) seorang nabi,
melainkan apabila ia mempunyai sesuatu keinginan, syaitan pun memasukkan
godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah menghilangkan apa yang dimasukkan
oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana, agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu,
sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit (hati yang
sakit) dan yang mati hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu,
benar-benar dalam permusuhan yang sangat, dan agar orang-orang yang telah
diberi ilmu (yang punya hati yang sehat), meyakini bahwasanya Al Quran itulah
yang hak dari Rabb-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada
jalan yang lurus.” (QS. Al Hajj: 52-54). Dalam ayat ini, disebutkan tiga macam
hati, yaitu dua hati yang terkena fitnah dan satu hati yang selamat. Hati yang
terkena fitnah adalah hati yang sakit dan yang mati. Sedangkan hati yang
selamat adalah hati orang beriman yang selalu tunduk dan patuh pada Rabb-Nya,
serta selalu merasakan ketenangan.
Bagaimana
keadaan hati yang sehat?
Hati yang sehat, itulah yang akan selamat pada
kegentingan hari kiamat kelak. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا
بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)
“(Yaitu) di
hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy Syu’araa’: 88-89).
Hati yang
sehat adalah hati yang selamat dari syahwat yang menyelisihi perintah dan
larangan Allah dan selamat dari syubhat yang bertentangan dengan kabar dari
Allah, selamat dari penghambaan pada selain Allah, selamat dari berhukum pada
selain hukum Rasulullah. Hati yang sehat juga selamat dari cinta ibadah yang
menduakan Allah, dari takut ibadah yang menduakan Allah, begitu pula dari rasa
harap yang menduakan Allah. Intinya, segala ubudiyah (penghambaan) hanyalah
ditujukan pada Allah, itulah hati yang selamat. Demikian kalimat yang jaami’
ketika mendefinisikan hati yang sehat sebagaimana diuraikan oleh Ibnul Qayyim.
Hati yang
sehat, selamat dari syirik (penghambaan ibadah pada selain Allah) dan hati
tersebut tunduk pada syari’at yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Dua unsur penting ini dimiliki oleh orang yang memiliki hati yang
sehat. Demikian kesimpulan dari Ibnul Qayyim rahimahullah.
Tanya:
Mengapa dan Bagaimana
Dalam ibadah ditanyakan dua hal, yaitu: (1)
Mengapa? (2) Bagaimana?
Sebagian
salaf berkata,
ما من فعلة وإن صغرت إلا ينشر
لها ديوانان : لم وكيف أى لم فعلت وكيف فعلت
“Setiap
amalan tidak lepas dari dua pertanyaan yaitu mengapa dan bagaimana, maksudnya
(1) mengapa dilakukan? (2) bagaimana dilakukan?” (Ighatsah Al-Lahfan, 1: 42).
Pertanyaan
pertama dimaksudkan apakah motivasi yang mendorong melakukan amalan tersebut,
apakah dilakukan untuk meraup keuntungan dunia, suka akan pujian manusia, takut
pada celaan mereka, ataukah ingin mendekatkan diri pada Allah.
Pertanyaan
kedua dimaksudkan bagaimana amalan tersebut dilakukan, apakah sesuai yang
disyari’atkan Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– ataukah tidak.
Intinya,
pertanyaan pertama tentang ikhlas dalam amalan, sedangkan pertanyaan kedua
tentang ittiba’ (mengikuti ajaran Rasul – shallallahu ‘alaihi wa sallam-).
Amalan tidaklah diterima melainkan dengan memenuhi dua syarat ini. Sehingga
hati yang selamat dan meraih kebahagiaan adalah hati yang ikhlas dan hati yang
berusaha mengikuti setiap petunjuk Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-
dalam amalan ibadah. Sehingga Ibnul Qayyim pun mengatakan,
فهذا حقيقة سلامة القلب الذي
ضمنت له النجاة والسعادة
“Inilah
(hati yang ikhlas dan ittiba’) itulah hakikat hati yang salim, yang akan meraih
keselamatan dan kebahagiaan.” (Ighatsah Al-Lahfan, 1: 43).
Hati yang
Mati
Hati yang mati adalah lawan dari hati yang
hidup. Hati yang mati adalah hati yang tidak ada kehidupan di dalamnya. Hati
seperti ini tidak mengenal Rabbnya, tidak menyembah-Nya dengan menjalankan
perintah-Nya sesuai ia cintai dan ridhoi. Bahkan hati seperti ini hanya mau
menuruti syahwat dan keinginannya walau sampai membuat Allah murka dan marah.
Ia tidak ambil pusing apakah Rabbnya peduli ataukah tidak. Hakikatnya ia
beribadah pada selain Allah dalam hal cinta, takut, harap, ridho, murka, pengagungan
dan penghinaan diri. Jika ia mau mencinta, maka ia mencintai karena hawa
nafsunya (bukan karena Allah). Begitu pula ketika ia membenci, maka ia membenci
karena hawa nafsunya (bukan karena Allah). Sama halnya ketika ia memberi atau
menolak, itu pun dengan hawa nafsunya. Hawa nafsunya lebih ia cintai daripada
ridho Allah. Hawa nafsu, syahwat dan kebodohan adalah imamnya. Kendaraannya
adalah kendaraannya.
Hati yang
mati ini adalah hati yang tidak mau menerima kebenaran dan juga tidak mau
patuh. Berbeda halnya dengan hati yang sehat yang mengetahui kebenaran, patuh
dan menerimanya.
Demikian
penjelasan Ibnul Qayyim yang kami sarikan dari kitab Ighatsah Al-Lahfan, 1: 44,
46.
Kalau kita
perhatikan, orang yang punya penyakit dalam hati lebih berbahaya dari penyakit
badan. Karena penyakit badan hanya membuat sengsara dan sulit di dunia.
Sedangkan penyakit hati mengakibatkan sengsara dunia dan akhirat.
Moga Allah
memberi taufik pada hati agar terus sehat dan dihindarkan dari penyakit yang
membahayakan.
—
@ DS,
Panggang, Gunungkidul, 6 Rabi’ul Awwal 1438 H
Oleh:
Muhammad Abduh Tuasikal
2 komentar:
AYO Bergabung Bersama AJOQQ | Menawarkan Berbagai Jenis Permainan Menarik.
1 ID untuk 8 Permainan Poker, Domino, Capsa Susun, BandarQ, AduQ, Bandar Poker, Sakong, Bandar66 ( NEW GAME!! )
Dapatkan Berbagai Bonus Menarik..!!
- Bonus Cashback 0.3%. Dibagikan Setiap hari SENIN
- Bonus referral 20% SELAMANYA
- Minimal Deposit dan Withdraw hanya 15 rb Proses Aman & cepat
- 100% murni Player vs Player ( NO ROBOT )
Pin BB: 58cd292c
website : AJOQQ.INFO
Izin ya admin..:)
silahkan langsung saja bermain bersama kami di Arenadomino(com) ditunggu kehadiran anda semua hadiah nyata menanti anda semua silahkan.. WA +855 96 4967353
Posting Komentar