Macam macam Hati
dalam Al Quran
Dalam suatu majelis Imam Ibnul Qayyim memaparkan
macam-macam hati dalam Al-Quran. Dan secara garis besar tentang kedudukan dan
urgensi terapi hati dalam al-Qur’an yang mulia di samping terapi jasmani.
Beliau membagi hati menjadi tiga yaitu hati yang bersih, hati yang sakit, dan
hati yang mati.
Allah Subhaanahu wata’ala telah menghimpun tiga macam
hati ini dalam firman-Nya.
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang Rasul pun
dan tidak (pula) seorang Nabi, melainkan apabila ia mempunyai sesuatu
keinginan, syaitan pun memasukkan godaan-godaan terhadap keinginan itu, Allah
menghilangkan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, dan Allah menguatkan
ayat-ayat- nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana, Agar Dia menjadikan
apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. dan Sesungguhnya orang-orang
yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, Dan agar orang-orang
yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari
Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan Sesungguhnya
Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang
lurus.” (QS: Al-Hajj: 52-54)
Dari penjelasan ayat-ayat al-Qur’an di atas bahwa Allah
Subhaanahu wata’ala membagi hati dalam ayat-ayat di atas yang terdiri dari tiga
macam: dua macam terjerumus ke dalam fitnah dan satu selamat darinya. Dua macam
hati yang terjerumus ke dalam fitnah adalah hati yang sakit dan hati yang
keras. Sedangkan hati yang selamat yaitu orang Mukmin, tunduk kepada Tuhannya,
yang tenteram dan tunduk kepada-Nya, yang menyerahkan diri dan taat kepada-Nya.
Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa hati dan anggota
tubuh lainnya sangat diinginkan berada dalam kondisi yang sehat dan tidak
memiliki penyakit apa pun, dapat menunaikan segala kewajiban yang diciptakan
untuknya. Dan menyimpangnya hati dari istiqamah karena kering dan keras, serta
tidak menunaikan fungsi yang dimaksudkan, adalah laksana tangan yang terpotong,
dan lidah yang bisu karena disebabkan oleh penyakit atau cacat yang mencegahnya
dari kesempurnaan perbuatan dan kebijakan yang tepat. Oleh karena itu, hati
terbagi menjadi tiga macam ini. Hati yang sehat adalah hati yang tidak ada
penghalang yang mencegahnya dari menerima kebenaran, mencintainya,
mengutamakannya di atas pengetahuan sendiri, maka dia tepat dalam menyadari
kebenaran, sempurna dalam ketundukan dan penerimaannya terhadap kebenaran.
Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang didominasi oleh penyakit yang
membuatnya mati lagi keras, dan bila kesehatannya lebih dominan maka ia akan
membuatnya sehat.
Hati yang Bersih
Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari setiap
syahwat yang menyimpang dari perintah dan larangan Allah Subhaanahu wata’ala,
berpaling dari setiap syubhat yang melawan kabar dari-Nya sehingga hati
tersebut selamat dari penghambaan terhadap selain Allah subhaanahu wata’ala dan
selamat pula dari berhukum kepada selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dengan seperti ini hati akan memurnikan penghambaannya
kepada Allah Subhaanahu wata’ala, segala keinginan, cinta, tawakkal, inabah,
ketundukan, ketakutan, dan harapannya. Ia mengikhlaskan seluruh amalnya untuk
Allah Subhaanahu wata’ala semata-mata. Apabila dia mencintai maka ia mencintai
karena AllahSubhaanahu wata’ala semata-mata, dan bila dia membenci maka ia
membenci karena Allah Subhaanahu wata’ala semata-mata, dan bila dia memberi
maka ia memberi karena Allah Subhaanahu wata’ala semata-mata, dan bila dia
menahan maka ia menahan karena Allah Subhaanahu wata’ala semata-mata. Dan hal
itu saja tidak cukup, hingga ia benar-benar membebaskan diri dari sikap tunduk
dan berhukum kepada selain Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka ia
benar-benar mengikat hatinya bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
untuk berhukum atas kepercayaan dan keteladanan terhadap Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam semata-mata.
Hati yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati yang hidup tetapi memiliki
penyakit. Karena hati tersebut terdiri dari dua materi, kadangkala yang satu
lebih kuat dan kadangkala yang satunya lagi, dan mana yang paling dominan maka
dialah yang paling kuat di antara dua materi tersebut.
Hati yang sakit ini di dalamnya juga terdapat rasa cinta
kepada Allah Subhaanahu wata’ala, iman dan bertawakal kepada-Nya, serta ikhlas
karena-Nya tetapi di dalam hati yang sakit juga terdapat kesenangan terhadap
syahwat, mengutamakan dan selalu berambisi meraihnya, hasad, sombong, congkak,
suka meninggikan diri dan melakukan kerusakan di muka bumi dan melakukan
kerusakan dalam kepemimpinan.
Hati yang sakit itu teruji dengan dua godaan seruan. Satu
seruan mengajaknya kepada Allah Subhaanahu wata’ala, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam dan kehidupan akhirat, sedangkan satu seruan lagi mengajaknya
kepada kenikmatan sementara, dan ia merespon peluang yang paling dekat
dengannya.
Hati yang Mati
Hati yang mati sendiri tidak mengenal terhadap Allah
Subhaanahu wata’ala, tidak beribadah kepada-Nya dengan perintah-Nya, tidak
mencintai dan meridhai-Nya. Bahkan ia menghamba kepada kesenangan dan
syahwatnya. Walaupun di situ terdapat laknat dan murka Allah Subhaanahu
wata’ala, maka dia sama sekali tidak peduli, bila dia telah meraih kesenangan
syahwatnya, apakah Allah Subhaanahu wata’ala meridhai dan memurkai.
Hati yang mati menghamba kepada selain Allah Subhaanahu
wata’ala dengan cinta, rasa takut, harap, ridha, murka, pengagungan, dan
kerendahan. Apabila dia cinta, maka dia cinta karena hawa nafsunya, dan apabila
dia memberi, maka dia memberi karena hawa nafsunya, dan apabila dia menahan,
maka dia menahan karena hawa nafsunya.
Hati yang mati menjadikan hawa nafsu di hadapannya,
syahwat sebagai pemimpinnya, kebodohan sebagai supir dan pengendaranya, dan
kelalaian sebagai kendarannya. Dia hanya berfikir mencapai target-target
dunianya, mabuk dalam hawa nafsu dan cinta kesenangan sementara. Dia diseru
kepada Allah Subhaanahu wata’ala , dan kampung akhirat dari tempat yang jauh,
namun dia tidak menjawab pemberi nasihat, mengikuti keinginan setan, dunia bisa
memurkai dan membencinya. Syahwat nafsu membutakannya dari selain kebatilan.
Sumber : OBAT HATI, Antara Terapi Ibnul Qayyim &
Ilusi Kaum Sufi, Ibnu Qayyim al-Jauziyah
https://kajian.afahrurroji.net
https://kajian.afahrurroji.net
0 komentar:
Posting Komentar