7 Macam Macam
Penyakit Hati dalam Islam
Berdosa, terancam siksa di Neraka
Bisa mendatangkan adzab
Merugikan dan membuat risih orang lain
Kadang bisa membuat fisik sendiri juga jadi sakit
Dan masih banyak lagi
Maka dari itu, pentinglah kita ketahui apa saja penyakit
hati itu, agar kemudian bisa kita cegah. Nah, setidaknya, ada 7 penyakit hati
yang lumayan mengerikan. Berikut ini dia.
1. Takabbur
Takabbur itu artinya sombong.
Ngerinya sombong ini, dia bisa jadi kita sadari atau
tidak. Sudah begitu, nyata-nyata meresahkan orang lain.
Misalnya, tatkala ada seseorang yang hendak menasehati
kita, tapi kita malah menolaknya. Kita manganggap diri kita sudah benar, hebat,
dan pintar; tidak ada yang salah sama sekali. Jadi tidak perlu mendengarkan
apa-apa masukan dari orang lain. Karena orang lain itu kebanyakan salah, bodoh,
dan tidak berguna. Padahal, bisa jadi itu hanya anggapan saja, bukan realita.
Sombong prakteknya bisa bermacam-macam. Namun intinya
sombong itu adalah merendahkan orang lain dan menolak kebenaran.
Beberapa contoh orang-orang sombong yang dimusnahkan oleh
Allah diantaranya adalah: Firaun, Raja Namrud, Qarun, dan lain-lain.
Allah SWT berfirman: Janganlah kalian berjalan di muka
bumi dengan penuh kesombongan (QS al-Isra’ [17]: 37).
Allah SWT pun berfirman (yang artinya): Itulah kampung
akhirat yang Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menghendaki kesombongan
di muka bumi dan tidak pula membuat kerusakan. Akibat kebaikan itu adalah bagi
kaum yang bertakwa (QS al-Qashash [28]: 83).
Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk Surga orang
yang di dalam kalbunya ada sikap sombong meski sebesar biji sawi.”
Bagi mereka yang mengidap penyakit sombong, sebenarnya
cara agar sembuhnya agak mudah. Yaitu, cukup ‘buka mata’ saja untuk melihat
fakta. Karena kerapnya orang yang sombong itu adalah mereka yang tak melihat
fakta bahwa sejatinya dirinya tidak seperti yang ia khayalkan.
2. Riya’
Orang yang riya ’ itu dia memperlihatkan suatu amal
sholeh kepada sesama manusia. Misalnya:
Ada seseorang yang dia itu sholatnya jadi diperbagus dan
diperpanjang hanya bila dilihat oleh orang lain. Supaya orang lain melihatnya.
Kalau orang lain sedang tidak ada, maka sholatnya asal-asalan.
Merekayasa penampilan dan tampang yang seolah islami,
supaya orang lain menganggap dirinya alim.
Tiba-tiba mendadak jadi melakukan amal sholeh setelah dia
telah melakukan hal yang buruk, namun tujuannya supaya citra dirinya jadi bagus
di pandangan orang lain. Bukan karena semata-mata untuk mendekatkan diri pada
Allah.
Pengertian Riya Menurut Istilah adalah melakukan ibadah,
dengan niat ingin nantinya dipuji manusia, dan tidak berniat beribadah kepada
Allah semata.
Menurut Al-Hafidz Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam
kitabnya Fathul Baari berkata: “Riya’ ialah menampakkan ibadah dengan tujuan dilihat
manusia, lalu mereka memuji pelaku amalan itu”.
Menurut Imam Al-Ghazali, riya’ adalah mencari kedudukan
pada hati manusia dengan memperlihatkan kepada mereka hal-hal kebaikan.
Riya’ ini bisa muncul kapan saja. Bisa saat sebelum
beramal, ataupun saat sedang beramal.
“Janganlah kalian menghilangkan pahala shadaqah kalian
dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak berimana
kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. Al-Baqarah: 264)
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu
orang-orang yang lalai dari shalatnya, yang berbuat karena riya.” (QS. Al
Maa’uun 4-6)
3. Ujub
Ujub adalah sikap mengagumi diri sendiri, karena merasa
lebih dari yang lain. Berbangga diri gitu.
Mungkin agak mirip dengan takabbur. Namun kalau ujub,
belum tentu sambil berkeyakinan menolak kebenaran.
Kalau menurut Imam Al-Ghazali, “Perasaan ‘ujub adalah
kecintaan seseorang pada suatu karunia dan merasa memilikinya sendiri, tanpa mengembalikan
keutamaannya kepada Alloh.”
Meski tentu tidak selalu, namun bisa jadi seseorang itu
menjadi ujub karena dipicu oleh:
Mendapatkan banyak pujian-pujian dari orang lain
Banyak berhasil beberapa kali
Memiliki wewenang besar dan langka, yang bila dimanfaatkan
akan sangat memudahkan yang biasanya sulit
Terkenal
Memiliki banyak pengetahuan
Fisik dan penampilan yang baik dan menarik
Dan lain-lain…
Yang pasti, ujub itu terjadi bila telah berhenti dari
berdzikir kepada Allah.
“Bagi Allah semua kerajaan langit dan bumi dan apa yang
ada di antaranya.” (QS. Al Maidah: 120)
Rasulullah Saw bersabda, “Tiga hal yang membinasakan:
Kekikiran yang diperturutkan, hawa nafsu yang diumbar, dan kekaguman seseorang
pada dirinya sendiri.” (HR. Thabrani)
4. Sum’ah
Kata “sum’ah” berasal dari kata “samma’a”, yang artinya
secara bahasa adalah “memperdengarkan”.
Sedangkan definisinya secara istilah, sum’ah adalah sikap
seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang
sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain, agar dirinya
mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan
keuntungan materi.
Hmm, mungkin sebagian dari Anda ada yang bingung, terus
bedanya apa antara sum’ah ini dengan riya yang sebelumnya?
Dalam kitab Fathul Bari, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani ada
mengetengahkan pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan
sum’ah. Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah;
sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk
Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia.
Sehingga, menurut beliaiu, semua riya itu termasuk
perbuatan tercela. Sedangkan sum’ah, bisa jadi termasuk amal terpuji jika ia
melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia
membicarakan amalnya di hadapan manusia.
Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah
dan riya ini: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si
penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…”
(QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah Saw juga memperingatkan dalam haditsnya,
“Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan
siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya.” (HR. Bukhari)
Diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah maksudnya adalah,
diumumkan aib-aibnya di akhirat. Sedangkan dibalas dengan riya, artinya
diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya.
5. Hasad
Hasad adalah merasa iri dengki pada kenikmatan dan
kelebihan orang lain, disertai harapan agar semua itu hilang dari orang lain
itu. Baik disertai harapan agar berpindah kepada dirinya, atau pokoknya asal
lenyap saja.
Hasad hukumnya haram, baik dalam hal duniawi atau hal
agama. Apalagi kalau hasad itu disertai
tindakan, perbuatan, atau ucapan, langsung atau tidak langsung, agar
kenikmatan/kelebihan itu hilang dari pemiliknya.
Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah Saw pernah
bersabda: “Janganlah kalian saling dengki, jangan saling menipu, jangan saling
menjauhi, dan jangan sebagian kalian membeli di atas pembelian yang lain. Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang
bersaudara. Seorang Muslim adalah
saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzaliminya, enggan membelanya,
membohonginya dan menghinanya. Takwa itu
di sini—Rasul menunjuk dada beliau tiga kali. Keburukan paling keterlaluan
seseorang adalah ia menghina saudaranya yang Muslim. Setiap Muslim atas Muslim lainnya itu haram
darahnya, hartanya, dan kehormatannya.” (HR Muslim dan Ahmad)
6. Taqtir
Taqtir itu artinya terlalu pelit. Tidak mau mengeluarkan
harta, padahal wajib.
Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya at-thibbu ar-ruhi
mendefinisikan kikir sebagai sifat enggan menunaikan kewajiban, baik harta
benda ajau jasa.
Kikir ini termasuk penyakit hati yang sangat
membahayakan. Apalagi kalau semakin banyak orang yang seperti ini, bisa-bisa
semasyarakat akan hancur. Lantaran, tiap orang memang punya hak dari orang
lain. Kalau itu ditahan, maka kebutuhan orang akan macet. Namun tentu alasan
utamanya adalah karena bila kewajiban ditahan, maka Allah akan murka, sehingga
sulit bahkan bisa saja mustahil mendapat berkah.
Rasulullah Saw bersabda: “Seburuk-buruk sifat yang ada
pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat pelit dan sifat pengecut yang
sangat pengecut.” (HR. Ahmad)
Maka, apabila kita termasuk orang yang seperti itu,
hendaknya kita menghilangkan penyakit hati tersebut dengan cara merenungkan
bagaimana kondisi kita di Akhirat kelak bila sifat kikir itu dipelihara
terus-terusan. Malah bisa jadi balasan buruknya bukan sekadar didapat di
Akhirat, di Dunia pun bisa jadi dapat juga.
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan
harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa
kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan akan dikalungkan kelak di lehernya pada
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di
bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali ‘Imran: 180)
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya
cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan
baginya (jalan) yang sukar” (QS. Al Lail: 8-10)
7. Panjang angan-angan
Orang yang terlalu panjang angan-angan pun berbahaya.
Karena dia mengerahkan segenap tenaganya, waktunya, dan uangnya untuk mengejar
keinginan-keinginannya; sembari melalaikan kewajibannya dan malah tak peduli
hal-hal yang diharamkan.
Orang seperti itu, seolah-olah atau memang menganggap
dirinya tak akan mati, atau matinya masih lama. Sehingga, dia tidak
mempersiapkan bekal untuk menghadapi hari Akhir.
“Orang berakal adalah yang tidak panjang angan-angannya.
Karena, siapa saja yang kuat angan-angannya, maka amalnya lemah. Siapa saja
yang dijemput ajalnya, maka angan-angannya pun tidak ada gunanya. Orang berakal
tidak akan meninggal tanpa bekal; berdebat tanpa hujah dan berbenturan tanpa
kekuatan. Dengan akal, jiwa akan hidup; hati akan terang; urusan akan berjalan
dan dunia akan berjalan.” (Ibn Hayyan al-Basti, Raudhatu al-‘Uqala’ wa Nuzhatu
al-Fudhala’)
Oleh Mufakir Ahmad
0 komentar:
Posting Komentar