Sabtu, 07 September 2019

Ramadhan dan Tadarus AlQuran


Ramadhan dan Tadarus AlQuran



KIBLAT.NET – Di antara amalan yang paling utama pada bulan Ramadhan adalah tadarus Al-Quran. Tadarus Al-Quran adalah aktivitas interaksi dengan Al-Quran, baik dengan membacanya, memahaminya, mengkhatamkannya, mendengarnya, mentadabburinya, menghafalnya dan mempelajarinya. Selama ini tadarus Al-Quran dipahami oleh kebanyakan orang hanya sebatas membaca dan mengkhatamkan Al-Quran, padahal tidak demikian.

Tadarus Al-Quranmerupakan ibadah yang paling digalakkan pada setiap saat, terutama pada bulan Ramadhan sesuai dengan sunnah Nabi saw. Nabi saw mengisi hari-hari Ramadhan dengan bertadarus Al-Quran. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra disebutkan bahwasanya Rasulullah saw selalu bertadarus Al-Quran dengan malaikat Jibril as pada setiap hari bulan Ramadhan (HR. Bukhari dan Muslim). Terlebih lagi Al-Quran diturunkan di bulan Ramadhan sehingga dinamakanlah bulan Ramadhan dengan bulan Al-Quran.

Makna ruhiah inilah yang dipahami oleh para ulama salafusshalih (sahabat, tabi’in dan tabi’ tabi’in) sehingga mereka meninggalkan aktivitas dunia mereka di bulan Ramadhan, termasuk pengajian mereka untuk bertadarus Al-Quran. Di bulan Ramadhan, mereka mengkhatamkan Al-Quran setiap sepuluh hari atau tiga kali khatam. Ada yang mengkhatamkannya setiap sepekan atau empat kali khatam. Ada yang mengkhatamkannya lima kali, tujuh kali dan bahkan ada yang mengkhatamkannya dalam setiap tiga hari atau sepuluh kali.

Sebagai bulan Al-Quran, Ramadhan menuntut kita untuk mempertegaskan kembali komitmen kita sebagai seorang muslim terhadap Al-Quran dengan cara berinteraksi dengannya (tadarus Al-Quran). Tadarus Al-Quran ini dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:

Pertama, membaca bacaan Al-Quran. Hendaklah kita membaca Al-Quran setiap saat khususnya dalam bulan Ramadhan ini. Membaca Al-Quran hukumnya wajib ‘ain, karena tuntutan iman. Seseorang dikatakan muslim ketika beriman dengan Al-Quran. Beriman kepada Al-Quran itu tidak cukup dengan meyakini kebenaran Al-Quran dan meyakininya sebagai petunjuk dan pedoman hidup, namun juga dituntut membacanya, memahaminya, mengkhatamkannya, mendengarnya, menghafalnya, dan mempelajarinya. Inilah bukti keimanan kita terhadap Al-Quran.

Maka sangatlah disayangkan jika ada seorang muslim yang malas membaca Al-Quran atau jarang membacanya, bahkan tidak pernah. Seharusnya dia malu mengaku sebagai seorang muslim. Seorang muslim sepatutnya membaca Al-Quran kapanpun dan di manapun dia berada, terlebih lagi di bulan Ramadhan yang penuh keberkahan. Bila dalam bulan yang berkah yang dilipat ganda pahala ibadah padanya ini kita masih malas membaca Al-Quran, maka bagaimana lagi di bulan lainnya? Sepatutnya dengan keberkahan dan berbagai keutamaan Ramadhan memberikan motivasi dan semangat kepada kita untuk membaca Al-Quran setiap hari.

Selama ini kita mampu membaca surat kabar atau majalah dalam waktu 20-30 menit setiap hari. Bahkan kita mampu mengkhatamkan buku setebal Al-Quran seperti buku novel, cerpen, roman, buku kuliah dan sebagainya hanya dalam waktu beberapa hari. Namun, kenapa kita tidak mampu membaca Al-Quran dalam sehari dalam waktu 20-30 setiap hari? Kenapa kita tidak mampu mngkhatamkannya dalam beberapa hari? Padahal membaca Al-Quran mendapat pahala, syafaat pada hari kiamat dan memasukkan ke surga. Tidak demikian halnya dengan bacaan lainnya seperti buku kuliah, novel, komik, surat kabar, majalah dan sebagainya.

Kedua, mengkhatamkan Al-Quran. Hendaklah kita mampu mengkhatamkan Al-Quran beberapa kali di bulan Ramadhan ini, minimal sekali khatam. Untuk mengkhatamkan Al-Quran sekali khatam maka kita harus mampu membaca satu juz setiap harinya. Jika kita mampu membaca dua juz setiap hari maka kita bisa mengkhatamkannya dua kali. Jika kita mampu membaca tiga juz perhari berarti tiga kali khatam dan seterusnya. Oleh karena itu, para ulama dan orang-orang yang shalih mampu mengkhatamkan Al-Quran pada bulan Ramadhan sebanyak empat kali, lima kali, enam kali bahkan ada yang mengkhatamkan sepuluh kali selama bulan Ramadhan.

Mengkhatamkan Al-Quran beberapa kali selama bulan Ramdhan tidaklah sulit jika kita punya tekat dan komitmen. Membaca satu juz dengan bacaan tartil hanya memakan waktu 40 sampai 50 menit, tidak mencapai satu jam. Masih banyak tersisa waktu (23 jam lagi) yang bisa kita gunakan untuk urusan dunia dan berbagai ibadah lainnya. Jika kita mampu membaca 2 jam setiap hari, maka kita bisa khatam dua kali selama Ramadhan. Jika kita mampu membaca 3 jam setiap hari maka kita mampu khatam tiga kali, dan seterusnya.

Ketiga, memahami Al-Quran dan mentadabburinya. Hendaknya kita paham terhadap bacaan Al-Quran yang kita baca. Paling tidak, kita paham bacaan surat Al-Fatihah dan surat-surat yang kita baca dalam shalat setiap hari. Memahami Al-Quran dapat dilakukan dengan cara membaca terjemahan Al-Quran dan tafsir ayat tersebut, sehingga kita paham makna Al-Quran yang kita baca. Memahami Al-Quran perlu dan penting, agar kita dapat mengamalkannya. Mengamalkan Al-Quran tidak mungkin dilakukan tanpa memahami pesan-pesan Al-Quran tersebut.

Begitu pula dengan memahami Al-Quran dapat dilakukan dengan cara tadabbur Al-Quran yaitu memahami makna ayat secara per kata dan kalimat ayat Al-Quran, memahami tafsirnya (penjelasannya), dan isi kandungannya. Tadabbur Al-Quran bisa juga bermakna menghayati isi kandungan Al-Quran. Dalam Al-Quran terdapat hukum-hukum dan kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu yang mesti diambil ibrah (pelajaran) sebagai petunjuk untuk kehidupan kita.

Keempat, menghafal Al-Quran. Menghafal Al-Quran penting dan perlu. Pahalanya surga bagi penghafal Al-Quran jika dia mengamalkan apa yang dihafalnya itu. Tidak hanya bagi dirinya, namun juga bisa memberi syafaat kepada orang tuanya pada hari Kiamat nanti. Oleh karena itu, orang tua patut bersyukur jika anaknya hafal Al-Quran. Orang tua harus memberi perhatian dan motivasi kepada anaknya untuk hafal Al-Quran, agar dia mendapat saham pahala dan syafaat.

Menghafal Al-Quran tiga puluh juz sangat dianjurkan. Jika tidak mampu, minimal juz tiga puluh. Surat-surat pendek dalam juz tiga puluh ini perlu dihafal untuk dibacakan dalam shalat. Terlebih lagi jika kita menjadi imam shalat. Para ulama shalafusshalih mampu hafal Al-Quran tiga puluh juz dalam usia kanak-kanak seperti imam Syafi’i hafal Al-Quran pada umur 7 tahun. Itulah modal kesuksesan mereka di dunia dan di akhirat.

Sangat disayangkan, saat ini banyak muslim yang mampu menghafal lagu dan musik, namun kita tidak mampu menghafal Al-Quran. Seorang muslim sepatutnya menghafal Al-Quran, karena Al-Quran itu petunjuk hidup. Al-Quran memberi petunjuk kepada kita agar kita selamat dan bahagia di dunia dan akhirat, sedangkan musik dan lagu menjauhkan kita dari petunjuk. Al-Quran memasukkan kita ke surga, sedangkan lagu dan musik tidak. Bahkan lagu dan musik bisa memasukkan kita ke neraka dengan melakukan maksiat dengannya, melalaikan ibadah, mengumbarkan syahwat dan mempertontonkan aurat. Al-Quran memberi ketenangan, sedangkan lagu dan musik tidak. Jika seseorang merasa tenang dengan lagu dan musik, berarti dia sudah jauh dari petunjuk.  Itu hanya ilusi dan talbis iblis (perangkap iblis). Al-Quran memberi syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat, sedangkan lagu dan musik tidak memberikan syafaat. Inilah perbedaan Al-Quran dengan musik dan lagu yang saling bertentangan dan mustahil disatukan.

Musik dan lagu tidak ada manfaatnya sama sekali, bahkan membawa kepada maksiat dan dosa. Maka sudah sepatutnya kita tinggalkan. Coba perhatikan, di mana ada maksiat, di situ ada musik dan lagu. Maksiat itu biasanya diawali dan dihiasi dengan musik dan lagu. Oleh karena itu, tempat-tempat maksiat seperti bar, klub malam, kafee dan lainnya diputar lagu dan musik sehingga timbul maksiat seperti pergaulan bebas, dansa-dansi, joget, main wanita, pacaran, minum-minuman keras, judi sampai kepada zina. Ini akibat musik dan lagu.

Kelima: Mendengar Al-Quran. Mendengar Al-Quran perlu dan penting. Selain mendapatkan pahala, mendengar Al-Quran juga menenangkan hati. Bagi orang yang menghafal Al-Quran, mendengar Al-Quran sangat membantu dalam menguatkan hafalannya. Mendengar Al-Quran juga dapat menjaga kita dari gangguan syaithan. Oleh karena itu, hendaklah kita selalu mendengar Al-Quran di mana pun kita berada, baik di rumah, di mobil, di kantor dan tempat lainnya. Agar hidup kita tenang dan bahagia.

Jika kita dalam keadaan sibuk sehingga tidak sempat membaca Al-Quran, maka kita bisa mendengarkan Al-Quran melalui televisi, kaset/CD murattal, handphone, dan media elektronik lainnya. Tinggalkan siaran atau tontonan televisi yang menyajikan siaran yang tidak ada manfaatnya seperti lagu, musik, film dan sinetron. Inilah sumber penyakit iman dan akhlak. Pilihlah televisi islami yang senantiasa menyajikan Al-Quran dan kajian agama seperti televisi rodja, surau, weshal, insan, ummat dan lainnya.

Sangat disayangkan, ada sebagian muslim yang merasa tenang dan terhibur dengan lagu, musik, film dan senetron yang melalaikan kita dari ibadah dan mengumbarkan syahwat serta mempertontonkan aurat. Mereka tidak merasa tenang dengan membaca dan mendengar Al-Quran yang merupakan petunjuk hidupnya.  Padahal Allah Swt berfirman: “…Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang”. (Q.S Ar-Ra’d: 28). Bahkan Al-Quran tidak dibaca dan tidak pula didengar. Bila demikian halnya, bagaimana mungkin seseorang mendapatkan petunjuk jika jalan untuk mendapat petunjuk itu tidak ditempuh. Mustahil mereka bisa memperoleh petunjuk dari Allah Swt. Pepatah Arab mengatakan, “Kamu mengharapkan keselamatan, namun kamu sendiri tidak mau menempuh jalan keselamatan tersebut. Bagaimana mungkin perahu berlayar diatas daratan?”

Keenam: mempelajari Al-Quran. Hendaklah kita mempelajari Al-Quran setiap waktu, khususnya di bulan Ramadhan ini. Mempelajari Al-Quran wajib, agar bisa diamalkan. Al-Quran merupakan petunjuk hidup manusia untuk mencapai kebahagian dan keselamatan di dunia dan akhirat. Al-Quran mengatur segala kehidupan manusia baik persoalan agama, ekonomi, sosial, politik, negara dan sebagainya. Oleh karena itu, Rasulullah saw sangat menggalakkan kita untuk mempelajari Al-Quran. Rasulullah saw bersabda: “Orang yang paling baik di antara kalian adalah orang yang belajar Al-Quran dan mengajarinya.”. (HR. Al-Bukhari).

Al-Quran memberi petunjuk kepada kita menuju kebahagian dunia dan akhirat. Selain itu, juga memberikan kelapangan rezki dan keberkahan hidup. Maka wajib dipelajari isi kandungannya atau ajarannya agar dapat diamalkan. Bila Al-Quran ditinggalkan, di mana bukti pengakuan kita sebagai seorang muslim yang beriman kepada Al-Quran? Tidakkah kita malu kepada Allah yang telah mencurahkan nikmat-Nya yang begitu banyak kepada kita, namun kita meninggalkan Al-Quran dengan kesibukan mencari materi atau harta semata? Padahal, harta dan kemewahan dunia ini tidak dapat memberikan jaminan kebahagiaan di dunia apalagi akhirat.

Demikianlah bentuk-bentuk tadarus Al-Quran digalakkan setiap waktu, terutama di bulan Ramadhan ini. Semua bentuk tadarus Al-Quran di atas bertujuan untuk mengamalkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Membaca, memahami, menghafal dan mempelajari Al-Quran tidak akan bermanfaat bila tidak ada pengamalan terhadap Al-Quran. Meskipun demikian, mengamalkan Al-Quran tidak mungkin terwujud bila tidak membaca dan memahami Al-Quran itu sendiri. Oleh karena itu, aktifitas tersebut diatas sangat terkait satu sama lainnya

Sebagai penutup, mari kita memperbanyak tadarus Al-Quran setiap saat, khususnya di bulan Ramadhan ini. Bulan Ramadhan merupakan momentum yang sangat tepat untuk mempertegas kembali komitmen kita sebagai seorang muslim terhadap Al-Quran. Berbagai keutamaan Ramadhan sejatinya mampu memotivasi kita untuk memperbanyak tadarus Al-Quran. Semoga ibadah tadarus Al-Quran kita di bulan Ramadhan ini diterima Allah Swt dan semoga kita menjadi orang yang bertakwa yang senantiasa bertadarus Al-Quran dan mengamalkannya. Amin..!

Penulis: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA (Ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Aceh, Pengurus Dewan Dakwah Aceh & Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara)



0 komentar:

Posting Komentar