Pikiran dapat
berpengaruh pada kesehatan
Untuk menjaga kesehatan, umumnya kita akan menjalankan
gaya hidup sehat, termasuk mengatur pola makan, pola tidur, dan rutin
berolahraga. Namun, apakah itu cukup? Bisa jadi tidak, sebab apa yang Anda
pikirkan juga berpengaruh pada kesehatan secara keseluruhan.
Penelitian di Stanford University, Amerika Serikat,
mengungkapkan hubungan antara pola pikir dan kesehatan. Menurut para ilmuwan,
orang yang berpikir negatif mengenai aktivitas fisiknya cenderung menganggap dirinya
tidak bugar.
Selama 21 tahun, peneliti melakukan riset mengenai berapa
banyak orang berolahraga sekaligus mengamati data kematian pada 61.000 orang
dewasa.
Peneliti menyatakan bahwa orang yang berpikir bahwa
dirinya tidak melakukan olahraga sebanyak rekan-rekan mereka, meninggal lebih
dini daripada orang yang berpikir bahwa dirinya sudah melakukan banyak
olahraga, bahkan ketika jumlah latihan yang sebenarnya mereka lakukan adalah
sama.
Olahraga bisa saja memperpanjang usia seseorang, tetapi
pola pikir juga berpengaruh. Octavia Zahrt, sang penulis penelitian menemukan
bahwa ada risiko kematian hingga 71 persen lebih besar untuk orang yang
menganggap diri mereka kurang aktif daripada mereka yang berpikir bahwa dirinya
berolahraga lebih dari orang lain.
Salah satu alasan mengapa pola pikir memengaruhi
kesehatan adalah karena persepsi negatif yang selalu Anda pikirkan dapat
membuat diri sendiri merasa khawatir dan stres. Kemudian kekhawatiran ini akan
berdampak pada kesehatan fisik.
Selain berpikir soal olahraga yang kurang, berbicara
negatif pada diri sendiri juga dapat berdampak pada kesehatan. Saat berkata
semacam "Saya tidak akan bisa melakukan ini" atau "Saya telah
gagal" berulang kali dapat membuat Anda stres dan kurang motivasi.
Katakanlah "Kali ini saya gagal tetapi saya bisa
memperbaikinya dan akan berhasil." Cara ini akan meningkatkan rasa percaya
diri dan Anda terbebas dari kekhawatiran berlebihan.
Menurut Psikolog Danielle Forshee, bicara negatif pada
diri sendiri akan mengurangi produksi hormon serotonin yang berfungsi untuk
membuat seseorang bahagia dan itu bisa meningkatkan risiko depresi.
Dalam kondisi yang sedang terpuruk mungkin akan terasa
rumit, tetapi cobalah mengubah pikiran negatif menjadi positif untuk membuat
perasaan jadi lebih baik.
"Kita harus mengubah pola pikir kita mengenai cara
kita melihat dunia, dan cara kita melihat diri kita sendiri," kata
Danielle.
Apa yang Anda pikirkan dapat menyebakan emosi dan ini pun
berpengaruh pada kesehatan. Cobalah untuk mengamati perubahan pada diri
sendiri. Misalnya, ketika sedang kesal karena percobaan Anda gagal, bagaimana
reaksi tubuh? Lalu ketika itu berubah menjadi stres, apa yang terjadi?
Kemudian, bandingkan semuanya ketika pikiran Anda
mengenai sesuatu yang membahagiakan. Selain efek fisik, mungkin ada perubahan
lain dalam berbagai sistem tubuh yang tidak Anda sadari.
Tubuh akan merespons cara Anda berpikir, merasa, dan
bertindak. Ini adalah koneksi dari pikiran dan tubuh. Jadi, bila Anda sedang
stres, cemas, atau kesal, tubuh akan memberi tahu bahwa ada sesuatu yang tidak
benar.
Misalnya, Anda mungkin mengalami tekanan darah tinggi
atau sakit maag setelah peristiwa yang sangat menegangkan, seperti kematian
orang yang dicintai. Anda juga bisa merasa mual saat gugup.
Emosi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Anda jadi
lebih mudah terkena flu dan infeksi lain selama masa-masa sulit secara
emosional. Lalu ketika stres, cemas, atau kesal, Anda mungkin tidak menjaga
kesehatan Anda sebaik yang seharusnya.
Kesehatan emosional yang buruk dapat menyebabkan sakit
punggung, mengubah selera makan, sakit dada, sembelit atau diare, mulut kering,
kelelahan ekstrem, sakit kepala, tekanan darah tinggi, insomnia, jantung
berdebar-debar, masalah seksual, dan sesak napas.
Agar pikiran lebih positif, Anda bisa coba metode
relaksasi seperti meditasi, mendengarkan musik, yoga, atau tai chi untuk
membuat emosi menjadi seimbang.
0 komentar:
Posting Komentar