Jagalah Allah Swt
niscaya Dia akan menjagamu
Ibnu Abbas berada di belakang Rasulullah SAW dan mendekap
erat tubuhnya di kala itu umurnya masih sepuluh tahunan. Lalu Rasulullah SAW
memberikan nasihat mulia. “Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah
Allah niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah
kepada Allah. Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah pertolongan
kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh makhluk saling bersatu memberikan
suatu keberuntungan niscaya hal itu tidak engkau dapatkan yang lebih agung dari
karunia yang telah Allah tetapkan untukmu. Sebaliknya, seandainya seluruh
makhluk saling bersatu dan melakukan sesuatu yang membahayakan niscaya hal itu
tidak engkau alami kecuali Allah telah tetapkan untukmu. Pena telah diangkat
dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. At-Tirmidzi)
Nasihat sang Nabi mulia dapat dipahami dari sebuah kata
“JAGALAH ALLAH, MAKA DIA AKAN MENJAGAMU”, akan tetapi pengertian ini bukalah
Allah butuh penjagaan. Maha Suci Allah atas segala kuasa-Nya, Dia tidak butuh
perhatian dari makhluk-Nya. Tatkala kita beribadah maka ibadah tersebut untuk
kita, ketika kita bersyukur maka bukanlah Allah yang berterimakasih namun
itulah kewajiban seorang muslim jika mendapatkan nikmat-Nya maka akan ditambah
nikmat untuk kita. Sebaliknya, jika kita kufur bukan Allah yang merasa
dirugikan namun manusialah yang akan mendapatkan siksaan yang pedih.
Di bawah ini ada tiga asas untuk menjadi hamba yang
senantiasa dalam penjagaan-Nya.
1. Menjadi hamba Allah yang bertauhid
“Wahai Rasulullah,“ seru Mu’adz bin Jabal, “beritahulah
aku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke surga dan menjauhkanku dari siksa
neraka” . Rasulullah Saw menjawab, “Yangkamu tanyakan adalah perkara besar, namun
menjadi mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah Swt. sembahlah Allah dan jangan
menyekutukan dengan yang lain, laksanakan sholat, tunaikan zakat, berpuasalah
Ramadhan dan haji ke Baitullah.”
Inilah asas yang sangat mendasar dan terpenting bagi
seorang hamba yang ingin meraih penjagaan Allah Swt. kita yakin bahwa tidak ada
yang dapat memberikan pertolongan dan ampunan selain Allah Swt. Meskipun ada
seseorang yang telah menolong kita namun hakikatnya Allah semata yang
memberikan pertolongan lewat perantara orang lain.
Selanjutnya kita menjaga Allah dengan menjaga perintah
dan menjauhi segala larangan-Nya. Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan
kewajiban dan tidak meremekan sesuatu yang dianggap sunnah. Karena kesunnahan
hakikatnya bukan suatu amalan yang memberatkan atau dianggap enteng, lebih dari
itu sunnah termasuk bentuk kasih saying Allah dan Rasul-Nya kepada hamba yang
ingin mendapat penjagaan-Nya.
Di sisi lain, kita dapat merasakan kemuliaan penjagaan
Allah Swt bila kita mau menjalankan amaliyah wajib dan amaliyah sunnah. Karena
amaliyah wajib adlah kepatuhan dan amaliyah sunnah adalah ketulusan. Sedangkan
kita melakukan amliyah wajib dan sunnah merupakan bentuk kenikmatan dalam
beribadah kepada Allah Swt sehingga disitulah kita merasakan penjagaan Allah
Swt terhadap jiwa kita.
2. Menjadi
hamba yang melepaskan diri dari yang tidak disukai-Nya
Imam Ghazali mengatakan bahwa manusia disebut juga hafiz
(menjaga), bila ia dapat menjaga badan hatinya atau menjaga keimanan dan
ketaqwaan niscaya ia akan terhindar dari nafsu amarah, terjaga dari tipu daya
syaitan dan bujukan nafsu duniawi semata. Manusia harus sadar mengenai
kehidupan di sekelilingnya, bisa saja ia akan terperosok ke dalam jurang yang
curam dan berbahaya sehingga kita tidak sadar telah masuk dalam lorong
kenistaan dan kebinasaan.
Jagalah Allah, maka Dia akan menjagamu. Menjaga diri dari
hal-hal yang tidak Allah Swt sukai, menjauhkan diri dari perbuatan mencelakakan
diri dan berlepas diri dari pengaruh-pengaruh yang menyebabkan cinta nafsu dunia.
Bersungguh-sungguh tidak mendekati hal-hal yang makruh,
karena dari sesuatu yang makruh akan menghantarkan kita pada yang haram. Kita
tahu sesuatu yang dihukumi makruh itu karena hal tersebut tidak disukai Allah
Swt, meskipun tidak membuat pelaknya berdosa.
3. Menjadi hamba yang selalu bertaubat
Sebagai makhluk yang sempurna karena ciptaan-Nya pastilah
tidak pernah lepas dari lupa dan salah. Pada akhirnya kelemahan manusia selalu
terperosok pada lubang yang kecil dan terperosok ke dalam jurang yang dalam.
Kita tidak kuasa membendung badai negatif yang ada di sekeliling kecuali hanya
doa kepada Allah Ta’ala. Karena Dia-lah yang menciptakan manusia dan Maha
Mengetahui kelemahan makhluk-Nya. Tetapi Allah Swt Maha Pengampun, akan
mengampuni kepada hamba yang bersimpuh menengadahkan tangan dan memohon ampun
dari segala benih-benih dosa yang telah diperbuat.
وَاسْتَغْفِرُوا
رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ (٩٠)
"Dan
mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sungguh,
Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih"
Suatu
kemuliaan Allah Swt, memberikan ampunan kepada orang yang bergelimang dosa yang
telah mereka lakukan. Namun dengan kesungguhan untuk bertaubat dan memohon
ampun diiringi rasa niat tulus tidak akan mengulangi perbuatannya maka belas
kasih Allah yaitu mengampuni orang yang bertaubat karena Allah Swt menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.
Memang,
ketika kita melakukan dosa akan menjauhkan kita dari penjagaan-Nya. Oleh karena
itu segera kita mendekatkan diri kepada Allah Swt untuk memperoleh karunia
penjagaan karena Allah Swt memiliki nama yang sangat indah yaitu "Al
Hafidz" artinya Maha Menjaga.
Jagalah
diri, jagalah hati, untuk menggapai penjagaan Allah Swt dari kebinasaan dan
kemungkaran.
Jauhkan
diri, jauhkan hati dari hal yang dapat menggerogoti amalan-amalan yang telah
kita tanam.
Pembiasaan
diri, pembiasaan hati untuk menorehkan kebaikan mengharap keridlaan, segera
bertaubat tatkala hati semakin pekat, bersimpuh diri tatkala dosa memenuhi jiwa
suci.
Wallahu
A'lam....Silahkan di share,,,
0 komentar:
Posting Komentar