Kamis, 19 Juli 2018

Jagalah Allah Swt niscaya Dia akan menjagamu


Jagalah Allah Swt niscaya Dia akan menjagamu

Ibnu Abbas berada di belakang Rasulullah SAW dan mendekap erat tubuhnya di kala itu umurnya masih sepuluh tahunan. Lalu Rasulullah SAW memberikan nasihat mulia. “Jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah. Jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh makhluk saling bersatu memberikan suatu keberuntungan niscaya hal itu tidak engkau dapatkan yang lebih agung dari karunia yang telah Allah tetapkan untukmu. Sebaliknya, seandainya seluruh makhluk saling bersatu dan melakukan sesuatu yang membahayakan niscaya hal itu tidak engkau alami kecuali Allah telah tetapkan untukmu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. At-Tirmidzi)

Nasihat sang Nabi mulia dapat dipahami dari sebuah kata “JAGALAH ALLAH, MAKA DIA AKAN MENJAGAMU”, akan tetapi pengertian ini bukalah Allah butuh penjagaan. Maha Suci Allah atas segala kuasa-Nya, Dia tidak butuh perhatian dari makhluk-Nya. Tatkala kita beribadah maka ibadah tersebut untuk kita, ketika kita bersyukur maka bukanlah Allah yang berterimakasih namun itulah kewajiban seorang muslim jika mendapatkan nikmat-Nya maka akan ditambah nikmat untuk kita. Sebaliknya, jika kita kufur bukan Allah yang merasa dirugikan namun manusialah yang akan mendapatkan siksaan yang pedih.

Di bawah ini ada tiga asas untuk menjadi hamba yang senantiasa dalam penjagaan-Nya.

     1.      Menjadi hamba Allah yang bertauhid

“Wahai Rasulullah,“ seru Mu’adz bin Jabal, “beritahulah aku suatu amalan yang dapat memasukkan aku ke surga dan menjauhkanku dari siksa neraka” . Rasulullah Saw menjawab, “Yangkamu tanyakan adalah perkara besar, namun menjadi mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah Swt. sembahlah Allah dan jangan menyekutukan dengan yang lain, laksanakan sholat, tunaikan zakat, berpuasalah Ramadhan dan haji ke Baitullah.”

Inilah asas yang sangat mendasar dan terpenting bagi seorang hamba yang ingin meraih penjagaan Allah Swt. kita yakin bahwa tidak ada yang dapat memberikan pertolongan dan ampunan selain Allah Swt. Meskipun ada seseorang yang telah menolong kita namun hakikatnya Allah semata yang memberikan pertolongan lewat perantara orang lain.

Selanjutnya kita menjaga Allah dengan menjaga perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Bersungguh-sungguh dalam melaksanakan kewajiban dan tidak meremekan sesuatu yang dianggap sunnah. Karena kesunnahan hakikatnya bukan suatu amalan yang memberatkan atau dianggap enteng, lebih dari itu sunnah termasuk bentuk kasih saying Allah dan Rasul-Nya kepada hamba yang ingin mendapat penjagaan-Nya.

Di sisi lain, kita dapat merasakan kemuliaan penjagaan Allah Swt bila kita mau menjalankan amaliyah wajib dan amaliyah sunnah. Karena amaliyah wajib adlah kepatuhan dan amaliyah sunnah adalah ketulusan. Sedangkan kita melakukan amliyah wajib dan sunnah merupakan bentuk kenikmatan dalam beribadah kepada Allah Swt sehingga disitulah kita merasakan penjagaan Allah Swt terhadap jiwa kita.

2.      Menjadi hamba yang melepaskan diri dari yang tidak disukai-Nya

Imam Ghazali mengatakan bahwa manusia disebut juga hafiz (menjaga), bila ia dapat menjaga badan hatinya atau menjaga keimanan dan ketaqwaan niscaya ia akan terhindar dari nafsu amarah, terjaga dari tipu daya syaitan dan bujukan nafsu duniawi semata. Manusia harus sadar mengenai kehidupan di sekelilingnya, bisa saja ia akan terperosok ke dalam jurang yang curam dan berbahaya sehingga kita tidak sadar telah masuk dalam lorong kenistaan dan kebinasaan.

Jagalah Allah, maka Dia akan menjagamu. Menjaga diri dari hal-hal yang tidak Allah Swt sukai, menjauhkan diri dari perbuatan mencelakakan diri dan berlepas diri dari pengaruh-pengaruh yang menyebabkan cinta nafsu dunia.

Bersungguh-sungguh tidak mendekati hal-hal yang makruh, karena dari sesuatu yang makruh akan menghantarkan kita pada yang haram. Kita tahu sesuatu yang dihukumi makruh itu karena hal tersebut tidak disukai Allah Swt, meskipun tidak membuat pelaknya berdosa.

     3.      Menjadi hamba yang selalu bertaubat

Sebagai makhluk yang sempurna karena ciptaan-Nya pastilah tidak pernah lepas dari lupa dan salah. Pada akhirnya kelemahan manusia selalu terperosok pada lubang yang kecil dan terperosok ke dalam jurang yang dalam. Kita tidak kuasa membendung badai negatif yang ada di sekeliling kecuali hanya doa kepada Allah Ta’ala. Karena Dia-lah yang menciptakan manusia dan Maha Mengetahui kelemahan makhluk-Nya. Tetapi Allah Swt Maha Pengampun, akan mengampuni kepada hamba yang bersimpuh menengadahkan tangan dan memohon ampun dari segala benih-benih dosa yang telah diperbuat.


وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي رَحِيمٌ وَدُودٌ (٩٠)

"Dan mohonlah ampunan kepada Tuhanmu, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sungguh, Tuhanku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih"

Suatu kemuliaan Allah Swt, memberikan ampunan kepada orang yang bergelimang dosa yang telah mereka lakukan. Namun dengan kesungguhan untuk bertaubat dan memohon ampun diiringi rasa niat tulus tidak akan mengulangi perbuatannya maka belas kasih Allah yaitu mengampuni orang yang bertaubat karena Allah Swt menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Memang, ketika kita melakukan dosa akan menjauhkan kita dari penjagaan-Nya. Oleh karena itu segera kita mendekatkan diri kepada Allah Swt untuk memperoleh karunia penjagaan karena Allah Swt memiliki nama yang sangat indah yaitu "Al Hafidz" artinya Maha Menjaga.

Jagalah diri, jagalah hati, untuk menggapai penjagaan Allah Swt dari kebinasaan dan kemungkaran.

Jauhkan diri, jauhkan hati dari hal yang dapat menggerogoti amalan-amalan yang telah kita tanam.

Pembiasaan diri, pembiasaan hati untuk menorehkan kebaikan mengharap keridlaan, segera bertaubat tatkala hati semakin pekat, bersimpuh diri tatkala dosa memenuhi jiwa suci.

Wallahu A'lam....Silahkan di share,,,




0 komentar:

Posting Komentar