CARA RASULULLAH SAW
MENGKONSUMSI MAKANAN
Saat seorang
muslim mengakui kerasulan Muhammad SAW, setiap perilaku Rasulullah SAW menjadi
acuan dalam berpikir, bersikap dan berbuat, termasuk cara Beliau menjaga
kesehatan. Rasulullah SAW makan dengan aturan-aturan
yang luar biasa sehat, terbukti dari berbagai riset yang dilakukan ilmuwan,
dari zaman dahulu hingga kini. Setiap
bahan makanan yang Beliau makan– seperti madu, cuka, kurma ajwah, air dan
lain-lain– dipilih dengan baik atas pertimbangan ”Halalan Thayyiban”, yakni
halal dan baik. Bukan cuma bahan
makanannya, tapi cara mengkonsumsinya pun dicontohkan dengan jelas dalam
hadits-hadits Beliau. Tulisan ini
mengkaji berbagai bahan makanan pilihan Rasulullah SAW dan khasiatnya sesuai
literatur medis kedokteran dan ilmu gizi.
Kata Kunci: Cara makan Rasulullah, Halalan Thayyiban.
PENDAHULUAN
Kehidupan Rasulullah SAW telah banyak menarik perhatian
ilmuwan muslim maupun non muslim. Setiap
sisi kehidupan Beliau digali dan dikaji dengan sungguh-sungguh untuk menyingkap
alasan ilmiah di balik hadits-hadits Beliau, baik perkataan, perbuatan maupun
diamnya Beliau.
Sisi kesehatan Rasulullah SAW mulai sering dikaji setelah
penelitian-penelitian di bidang kesehatan berkembang dengan pesat, karena
tingginya angka gangguan kesehatan di kalangan muslim. Hal ini diinspirasikan oleh kenyataan bahwa
Rasulullah SAW dan para sahabat Beliau jarang sekali sakit. Namun, mengapa muslim saat ini sulit mencapai
tingkat kesehatan seperti mereka?
Alasan yang paling mudah adalah karena muslimin kini
telah meninggalkan kebiasaan yang disarankan oleh idola dan pimpinan mereka,
Nabi Muhammad SAW. Kajian-kajian tentang
kehidupan Rasulullah SAW dititik beratkan pada aspek ibadah ritual saja,
meninggalkan aspek-aspek lainnya, termasuk aspek kesehatan. Salah satu fokus pengkajian bidang kesehatan
adalah tentang nutrisi dan gizi atau asupan makanan yang dicontohkan Rasulullah
SAW. Singkatnya, bagaimana cara
Rasulullah SAW makan? Apakah Rasulullah
SAW menganjurkan kita untuk memakan jenis-jenis makanan tertentu? Adakah
waktu-waktu tertentu untuk memakan makanan tertentu, misalkan saat berbuka
puasa? Di samping bahan makanan, adakah anjuran untuk mengkombinasi makanan?
Bagaimana aturan makan ala Rasulullah SAW? Semua pertanyaan itu mengajak para
ilmuwan berfikir keras.
Dalam setiap aktifitas dan pola hidupnya, Rasulullah SAW
memang sudah disiapkan untuk menjadi contoh teladan bagi semua manusia,
termasuk dalam hal pola makan. Salah
satu faktor penting penunjang fisik prima Rasulullah adalah kecerdasan beliau
dalam memilih menu makanan dan mengatur pola konsumsinya.
dengan mencontoh pola makan Rasulullah, kita sebenarnya
sedang menjalani terapi pencegahan penyakit dengan makanan (attadawi bil
ghidza`). Ini tentu jauh lebih baik daripada kita harus bergantung dengan
obat-obatan.
Hal-hal yang menjadi menu keseharian Rasulullah antara
lain adalah:
Madu. Lepas dari
subuh, Rasulullah membuka menu sarapannya dengan segelas air yang dicampur
dengan sesendok madu asli (Bajri, 2008).
Masuk waktu dluha, Rasulullah selalu makan tujuh butir
kurma ajwa`/matang. Sabda beliau, barang siapa yang makan tujuh butir korma,
maka akan terlindungi dari racun.
Menjelang sore hari, menu Rasulullah selanjutnya adalah
cuka dan minyak zaitun. Tentu saja bukan cuma cuka dan minyak zaitunnya saja,
tetapi di konsumsi dengan makanan pokok, seperti roti misalnya.
Rasulullah selalu berbuka puasa dengan segelas susu dan
korma, kemudian sholat maghrib.
Beliau makan buah tin dan zaitun. Ada kisah menarik sehubungan dengan buah tin
dan zaitun, yang Allah bersumpah dengan keduanya. Dalam al Quran, kata “at tin”
hanya ada satu kali, sedangkan kata “zaytun” di ulang sampai tujuh kali.
Di malam hari, menu utama Rasulullah adalah
sayur-sayuran. Beberapa riwayat mengatakan, beliau selalu mengkonsumsi sana al
makki dan sanut. Keduanya adalah jenis sayur-sayuran.
Disamping menu wajib di atas, ada beberapa jenis makanan
yang disukai Rasulullah tetapi beliau tidak rutin mengkonsumsinya. Diantaranya
tsarid, yaitu campuran antara roti dan daging dengan kuah susu masak. Terkadang
Beliau makan yaqthin atau labu manis. Kemudian beliau juga senang makan anggur
dan hilbah.
PENJELASAN ILMIAH
DI BALIK BAHAN MAKANAN PILIHAN RASULULLAH SAW.
KHASIAT AIR PUTIH.
Bila aliran air kurang lancar dalam tubuh, salah satunya
disebabkan karena kurangnya masukan cairan ke tubuh. Akibatnya keseimbangan kerja organ-organ
tubuh akan terganggu dan penumpukan toksin akan meningkat dan menimbulkan
berbagai penyakit. Air bagi tubuh ibarat
oli bagi mesin.
Bajri (2008) menerangkan bahwa cara minum yang baik dan
benar adalah dengan menyesuaikan dengan karakter tubuh dan karakter air itu
sendiri. Tubuh kita membutuhkan air
minimal 2 liter atau 8 gelas ukuran 250 cc.
Menurut Bajri, kita sebaiknya minum 2 jam sebelum atau 2
jam setelah makan. Kebiasaan minum saat
makan atau langsung setelah makan tidaklah baik, karena mengganggu pengolahan
makanan, karena makanan telah dicampur dengan air liur yang mengndung enzim
amylase dan gastric juice. Air akan
me
misahkan makanan dari enzim-enzim dari air liur dan gastric juice.
Saat minum terbaik adalah langsung saat bangun tidur 2
gelas, setiap 2 jam sesudahnya atau 2 jam sebelum makan, dan 2 jam sebelum
tidur.
Jika kita membiasakan minum sebelum tidur akan membuat
istirahat ginjal terganggu. Banyaknya
cairan yang masuk pada malam hari akan memaksa ginjal bekerja keras, padahal
ginjal telah bekerja keras di siang hari.
Di samping itu tidur kita pun terganggu, karena sering buang air kecil,
padahal kualitas tidur mempengaruhi kesehatan kita juga.
2. KHASIAT
MADU.
Bajri (2008) menguraikan keajaiban madu dengan sangat
rinci. Beliau menerangkan bahwa madu
dikenal sebagai “the food of God”, yaitu makanan atau minuman pemberian Tuhan
karena khasiatnya yang luar biasa. Madu
merupakan pemulih stamina terbaik (best tonic) karena mampu menjaga kadar gula
tetap stabil. Madu juga menurunkan
morbiditas penyakit saluran nafas pada anak, dan meningkatkan nafsu makan pada
balita. Madu juga mampu mengendalikan
bakteri “jahat” karena berfungsi sebagai prebiotik. Ada beberapa faktor yang membuat madu menjadi
probiotik, antara lain:
a) Kadar gula
alami (glukosa, fruktosa dan sukrosa) yang tinggi pada madu mampu menghambat
pertumbuhan dan perkembangan bakteri.
b) Madu bersifat
asam, mengandung asam formiat, asam
malat, asam asetat, asam sitrat, asam suksinat, dengan pH 3-4 yang tidak
disukai bakteri patogen.
c) Madu
mengandung senyawa radikal hydrogen peroksida yang sanggup mematikan bakteri
dan berbagai mikroorganisme jahat lainnya.
d) Madu mengandung
senyawa antibakteri lainnya
a seperti inhibine dari kelompok flavonoid,
glikosida, dan polyphenol.
e) Madu
mengandung senyawa 10- hidroxidecen-2-oic acid, merupakan senyawa anti bakteri
yang dikandung royal jelly pada madu.
“ Dari perut lebah itu keluar minuman yang bermacam-macam
warnanya. Di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia….”
Cara meminum madu adalah diminum 2 sendok makan pada pagi
dan malam, dapat juga dicampurkan dengan segelas air atau segelas susu. Carilah madu yang asli, belum dicampur dengan
gula atau pun bahan lain (Aydid, 1997).
KHASIAT KURMA AJWA.
Kurma mengandung banyak karbohidrat, 14 jenis asam lemak,
15 jenis garam-garaman dan mineral, 23 jenis asam amino penyusun protein, 6
jenis vitamin dan serat dalam prosentase yang cukup. Tak heran jika kurma disebut juga buah yang
berpotensi menjadi makanan terbaik di masa depan karena walau dimakan dalam jumlah yang sedikit,
kurma telah member nutrisi yang lengkap (Shahib & Marshall, 2003).
Kurma pada bentuk ruthab atau masih basah mampu mencegah
perdarahan berlebihan pada wanita nifas, karena mengandung hormone oxytocine
yang membantu kontraksi rahim dan memudahkan untuk menyusui. Tekstur serat kurma yang cukup halus aman
untuk kondisi gastritis dan entiritis, juga baik untuk mengatasi konstipasi. Khusus kurma ajwa, Rasulullah SAW menekankan
khasiatnya yang dapat mencegah dan mengobati gangguan jin (Anonim, 2009).
KHASIAT CUKA.
Jarvis (1986) menceritakan pengalamannya sebagai dokter
di daerah Vermont, bahwa orang-orang yang berpenyakit reumatik sembuh saat
mengkonsumsi cuka apel. Konsumsi cuka
terbukti baik dikonsumsi orang sehat dan penderita diabetes karena mampu
menurunkan respon glukosa terhadap konsumsi karbohidrat, juga membuat kita
lebih cepat kenyang (Johnston & Gaas, 2006).
Cuka juga diduga
dapat menjadi bahan penghilang lemak dan dapat menurunkan berat badan sampai
10% (Kondo, 2009).
Minyak Zaitun.
Minyak zaitun mengandung fraksi fenol, squalene dan asam
lemak tak jenuh tunggal, asam oleat, yang sangat baik bagi kesehatan. Fraksi fenolnya terdiri dari lebih dari satu
kelas, bahkan 3 kelas: fenol simpel (hydroxytyrosol, tyrosol); secoiridoids
(oleuropein) dan lignans [(+)-1-acetoxypinoresinol dan pinoresinol]. Ketiga jenis fenol ini memiliki potensi
sebagai antioksidan pencegah kanker. Terutama kanker colon, payudara dan kanker
kulit. Juga mencegah penyakit jantung
koroner dan penuaan dini. Sebaiknya
minyak zaitun dikonsumsi dalam bentuk extra virgin atau minyak yang belum
dipanaskan (Owen et al, 2000). Dengan
senyawa polifenolnya ini minyak zaitun juga berkhasiat sebagai antiinflamasi
dan antimicrobial (Tripoli et al, 2005).
Khasiat Buah Tin.
Dikenal sebagai fig fruit, yang banyak tumbuh di
mediterania. Buah tin kaya dengan
polyphenols, flavonoids, dan
anthocyanins. Kombinasi ketiganya
menghasilkan kemampuan antioksidan yang tinggi sebagai pencegah kanker (Solomon
et al, 2006).
Buah tin juga mampu mengurangi lemak pada makanan tanpa
mengubah rasa dan tekstur makanan, contohnya jika buah tin ditambahkan pada es
krim. Tentu hal ini akan mengurangi
kadar cholesterol darah. (Murtaza et al,
2004)
KHASIAT SANNA DAN SANUT (SAYURAN).
Suplai mineral dan vitamin untuk tubuh kita sebagian
diperoleh dari sayur-sayuran. Semakin
banyak kita mengkonsumsi makanan sehat, seperti sayur dan buah-buahan organic
yang tinggi gizi dan serat, semakin sehat pula tubuh kita. Memang tidak mudah dan tidak murah kita
mendapatkan sayur dan buah organic. Akan
tetapi , setidaknya makan sayur dan buah non organic lebih baik daripada tidak
memakannya sama sekali. Asalkan
sebelumnya kita cuci dahulu dengan bersih agar sisa-sisa cemaran pestisida,
herbisida atau fungisida segera hilang (Bajri, 2008).
8. KHASIAT
LABU.
Biji Labu mengandung lipofilik antioxidant yang dapat
mencegah efek dari radikal bebas (Fruhwith, 2008).Labu mengandung vitamin A
yang tinggi sehingga berguna untuk mencegah kebutaan karena defisiensi vitamin
A, juga meningkatkan daya tahan tubuh anak-anak (Faber et al, 2001). Sebuah jurnal di Afrika meneliti bahwa
campuran labu, telur dan susu dapat menaikkan kadar haemoglobin pada ibu hamil,
sehingga mengurangi risiko perdarahan dan transfusi darah, sehingga akan
menurunkan risiko terpapar HIV dan Hepatitis B (Olaniyan & Adeleke, 2005).
9. KHASIAT
ANGGUR.
Buah ini
mengandung komponen yang disebut resveratrol yang menghalangi pertumbuhan
tumor. Anggur juga mengandung asam
elagik yang mencegah sekresi enzim buruk pemicu kanker. Buah lain yang mengandung resveratol adalah
apel, stroberi, dan raspberi. Jadi, jika
tidak suka anggur kita dapat memilih ketiga buah lainnya tersebut (Azhar,
2007).
Tata cara mengkonsumsi makanan tidak kalah pentingnya
dengan pemilihan menu. Sebab setinggi apapun gizinya, kalau pola konsumsinya
tidak teratur, akan buruk juga akibatnya. At Tuwim (2007) menulis tentang
beberapa kaidah yang dicontohkan oleh Rasullah SAW adalah:
Menghindari israf, atau berlebihan. Sabda Rasulullah SAW:
“Cukuplah bagi manusia itu beberapa suap makanan, untuk
menegakkan tulang rusuknya.”
“Kalaupun harus kenyang, maka sepertiga untuk makanannya,
sepertiga untuk air minumnya dan sepertiga lagi untuk nafasnya” (al hadis).
Tidak makan besar setelah makan besar lainnya. Rasulullah melarang untuk idkal at tha’am
‘ala tha’am, alias makan lagi sesudah makan. Suatu hari, di masa setelah
wafatnya rasulullah, para sahabat mengunjungi Aisyah ra. Waktu itu daulah
islamiyah sudah sedemikian luas dan makmur. Lalu, sambil menunggu Aisyah ra,
para sahabat, yang sudah menjadi orang-orang kaya, saling bercerita tentang
menu makanan mereka yang meningkat dan bermacam-macam. Aisyah ra, yang
mendengar hal itu tiba-tiba menangis. “Apa yang membuatmu menangis, wahai
Bunda?” tanya para sahabat. Aisyah ra
lalu menjawab, “Dahulu Rasulullah tidak pernah mengenyangkan perutnya kecuali
dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang dengan roti, beliau tidak akan
makan kurma, dan ketika sudah kenyang dengan kurma, beliau tidak akan makan
roti”.
Rasulullah tidak makan dua jenis makanan panas atau dua
jenis makanan yang dingin secara bersamaan.
Beliau juga tidak makan ikan dan daging dalam satu waktu.
Tidak langsung tidur setelah makan malam.
Beliau juga meminimalisir dalam mengkonsumsi daging,
sebab terlalu banyak daging akan berakibat buruk pada persendian dan ginjal.
Pesan Umar ra “Jangan kau jadikan perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan
ternak!”. Maksudnya, janganlah sampai ayam, kambing, lembu, kerbau semuanya
masuk ke dalam perut kita dalam waktu makan yang sama.
SEBANYAK APA KITA
BOLEH MAKAN?
Ibnul Qayyim, seperti yang dikutip at Tuwim (2007)
membagi tingkat makanan menjadi tiga tingkatan:
Tingkat kebutuhan: yaitu seperti yang dijelaskan oleh
Rasulullah SAW.
“Cukuplah bagi manusia untuk mengkonsumsi beberapa suap
makanan saja untuk menegakkan tulang rusuknya”.
Jika tidak mampu
menahan dirinya untuk menkonsumsi lebih maka ia berpindah ke tingkat berikutnya
yaitu:
Tingkatan cukup: yaitu mengisi sepertiga perutnya untuk
untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga untuk bernafas, dan hikmah
di balik itu dikarenakan perut kita mempunyai kapasitas yang sangat tebatas dan
jika semuanya dipenuhi dengan makanan maka maka tidak ada tempat lagi untuk
minum dan sulit bernafas
Adapun tingkat ketiga adalah tingkat berlebihan: tingkat
ini bisa membahayakan dirinya tanpa ia sadari, dan hal ini banyak dialami oleh
kita, dan kebanyakan orang yang terjangkit penyakit gula, depresi, kegemukan,
jantungan dan stroke tidak lain adalah disebabkan karena mereka tidak mengatur
pola makan mereka dengan baik, serta berlebihan dalam makan dan minum.
KESIMPULAN
Dari uraian di atas kita
paham bahwa :
Ternyata
Rasulullah sangat memperhatikan masalah gizi dan menu makanan. Walaupun di masa itu ada banyak jenis
makanan, Beliau memilih makanan yang baik untuk kesehatan, mengandung unsur
gizi yang dibutuhkan dan tentu saja halal.
Di samping menu, Rasulullah juga memperhatikan cara
mengkonsumsinya. Makanan yang baik jika
tidak dikonsusi dengan cara yang baik tidak akan memberi banyak manfaat.
Rasulullah SAWsangat jarang sakit, hanya beberapa kali
dalam hidup Beliau. Hal ini harus
menjadi spirit untuk memulai menghidupkan semangat dan kebiasaan meneladani
Rasulullah SAW dalam kehidupan kita, untuk menyempurnakan makna syahadah “Wa
asyhadu anna Muhammadan Rasulullah “ yang tiap hari minimal 9 kali kita
dengungkan dalam shalat kita. Sehingga
kegiatan makan tidak berhenti pada hal yang mubah atau “boleh” tapi dapat meningkat derajat menjadi “sunnah”
atau “dianjurkan” karena dilakukan dengan niat meneladani kekasih kita, idola
kita, yakni Rasulullah SAW. Bayangkan
betapa banyak pahala yang Allah SWT berikan bagi orang-orang yang tidak pernah
bertemu Rasulullah SAW, bahkan berselang ratusan tahun dari hidup Beliau, tapi
menyatakan kecintaan yang luar biasa pada setiap aspek hidup Beliau. Mudah-mudahan Allah pertemukan dengan Beliau
di yaumil akhir nanti. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(2009). Kurma. Rumoh PMI, edisi September 2009.
At Tuwim, Nurah.
(2007). Cara Makan Rasulullah
SAW, Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah, Riyadh. Retrived from www.islamichouse.com, 14 September 2009.
Aydid, Muhammad Hasan. (1997). Sehat itu Nikmat: Telaah Hadits tentang
Kesehatan. Gema Insani Press, Jakarta.
Azhar, Tauhid Nur & Trim, Bambang. (2007).
Jangan ke Dokter Lagi!: Keajaiban Sistem Imun dan Kiat Menghalau
Penyakit. MQ Gress, Bandung.
Bajri, Husen A.
(2008). Tubuh Anda adalah Dokter
yang Terbaik. Hayati Qualita, Bandung.
Faber, M.et al (2001).
An integrated primary health-care and provitamin A household
food-production program: Impact on food-consumption patterns, Food and
Nutrition Bulletin, vol. 22, no. 4, The United Nations University. retrieved from http://www.unu.edu/unupress/food/fnb22-4.pdf#page=24 , 15
September 2009.
Jarvis, D.C.
(1986). Penyembuhan Reumatik
secara Tradisional. Penerbit Pionir,
Bandung.
Johnston, C.S. , Gaas, C.A. (2006).
Vinegar: Medicinal Uses and Antiglycemic Effect. Medscape General Medicine, vol 8(2) pp
61. Retrived from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1785201/?tool=pmcentrez,
September 2009.
Kondo, T.
(2009). Vinegar May Aid in Fat
Loss. Journal of Agricultural and Food
Chemistry. July 8, 2009, retrieved from http://www.medscape.com/viewarticle/704850,
September 2009.
Murtaza, M.A et al.
(2004). Effect of Fat Replacement
by Fig Addition on Ice Cream Quality, International Journal of Agriculture and
Biology vol.6, No.1, retrieved from http://www.fspublishers.org/ijab/
past-issues/ IJABVOL_6_NO_1/15.pdf.
September 2009.
Olaniyan, M.F, Adeleke, A. (2005).
A Study of the effect of Pumpkin (Ugu- Telfaira Occidentals) Milk and
Raw Egg Mixture in the Treatment of Anaemic Pregnant Women in a Rural Area. African Journal of Traditional, Complementary
and Alternative Medicine, volume 2 (3), pp 269-273
Owen, RW, et al.
(2000). Olive-oil consumption and health: the possible role of
antioxidants. Lancet Oncology, vol.
1, pp 107-112. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11905662.
Shahib, W.,
Marshall, R.J. (2003) The fruit of the date palm: it’s possible use
as the best food for the future.
International Journal of Food Sciences and Nutrition, Volume 54, Number
4 (July 2003) 247 _/259 retrieved from http://www.noorbiotechnologies.com,
September 2009.
Solomon, A, et al.
(2006). Antioxidant Activities
and Anthocyanin Content of Fresh Fruits of Common Fig (Ficus carica L.),
Journal of Agricultural Food Chemistry,
vol. 54 (20), pp 7717–7723, Israel.
Retrieved from http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/jf060497h,
September 2009.
Tripoli, E., et al.
(2005). The phenolic compounds of
olive oil: structure, biological activity and beneficial effects on human
health, Nutrition Research Reviews, vol.
18, pp 98-112. Cambridge University
Press. Retrieved from http://journals.cambridge.org,
September 2009.
oleh: dr.Hj.Rosaria Indah
0 komentar:
Posting Komentar