Menabung Sedekah Atau Dosa?
Kalau kita mempelajari kandungan Al-Qur’an, maka akan
jelas bahwa Islam diturunkan melalui Nabi Muhammad untuk merombak sistem sosial
yang pro-penindasan. Akan tetapi, sampai saat ini, terutama di masyarakat kita,
agama justru menjadi bahan tertawaan dan permainan yang menjauhkan manusia dari
penyucian diri dari keseimbangan alamiah dan ilahiahnya.
Manusia telah membuat kemajuan besar dalam semua bidang
kehidupan. Dibandingkan dengan masa lalu. Hari ini lebih beradab, lebih kaya
dan lebih bahagia. Semua ini cukup meyakinkan. Tetapi, ketika kita melihat
seorang pengemis berpakaian compang-camping, anak yatim piatu yang tidak
berdaya atau janda yang tidak berdaya, kita mulai meragukannya, mengapa masih
ada banyak orang yang hidup dalam keinginan dan kesengsaraan?
Kesulitan orang-orang miskin dan kesengsaraan ini hanya
dapat dihapus jika amal menjadi hal utama. Ini adalah fakta pahit bahwa bahkan
saat ini, sesama manusia dengan jumlah cukup besar tidak memiliki makanan,
pakaian, dan tempat tinggal yang layak.
Agama telah mewajibkan untuk membantu saudara-saudara
mereka yang miskin dan membutuhkan. Mereka yang kaya jelas diminta untuk
berbagi dengan orang-orang yang tidak beruntung. Ini akan mengurangi
kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin.
Dalam Islam, hukum sedekah adalah sunnah muakad.
Namun begitu, pada kondisi tertentu sedekah bisa menjadi
wajib. Misalnya ada seorang yang sangat membutuhkan bantuan makanan datang
kepada kita memohon sedekah. Keadaan orang tersebut sangat kritis, jika tidak
diberi maka nyawanya menjadi terancam. Sementara pada waktu itu kita memiliki
makanan yang dibutuhkan orang tersebut, sehingga kalau kita tidak memberinya
kita menjadi berdosa.
Pada dasarnya sedekah dapat diberikan kepada dan dimana
saja tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Namun ada waktu dan tempat tertentu
yang lebih diutamakan yaitu lebih dianjurkan pada bulan Ramadan.
Dijelaskan pula dalam kitab Kifayat al-Akhyar, sedekah
sangat dianjurkan ketika sedang menghadapi perkara penting, sakit atau
berpergian, berada dikota, saat peperangan, haji, dan pada waktu-waktu yang
utama seperti sepuluh hari di bulan Dzulhijah, dan hari raya.
Hari ini, masih banyak orang yang begitu sayang merelakan
harta terbaik mereka untuk disedekahkan. Jika mesti harus bersedekah, hanya
sisa-sisa uang kecil mereka yang tak begitu bernilai untuk dibelanjakan.
Padahal sedekah itulah tabungan yang akan setia mendampingi mereka.
Dalam Islam sangat memperhatikan aspek-aspek pribadi dan
ritus-ritus sosial. Beberapa ritus seperti zakat, infaq, shadaqah dan haji,
jelas sekali memiliki sifat dan efek social yang tinggi.
Sebaliknya jika seorang muslim yang telah melaksanakan
perintah shalat dan haji tetapi tidak
memberi manfaat social, maka tindakan tersebut tidaklah sempurna. Tata social
adalah inti tauhid, dan lebih penting dibanding tata pribadi.
Orang yang bersedekah senantiasa didoakan oleh dua
malaikat. Sebagaimana hadist yang artinya “Tidaklah seorang laki-laki berada
dipagi hari kecuali dua malaikat berdoa, Ya Allah, berilah ganti orang yang
menafkahkan (menyedekahkan) hartanya dan berikanlah kehancuran orang yang
menahan hartanya”. (HR. Bukhari-Muslim).
Bukan seseorang yang membutuhkan agar kita mau bersedekah
kepadanya, akan tetapi kita lah yang butuh orang agar kita bisa bersedekah
karena sesungguhnya tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Ketahuilah bahwa Tuhan akan menggantinya dengan berlipat
ganda. Sehingga tidak ada rasa khawatir bahwa harta akan berkurang dengan
sedekah, zakat dan infaq.
1 komentar:
Izin ya admin..:)
silahkan langsung saja bermain bersama kami di Arenadomino(com) ditunggu kehadiran anda semua hadiah nyata menanti anda semua silahkan.. WA +855 96 4967353
Posting Komentar