Setiap Waktu Adalah
Pahala
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman,
untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun
(kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah
diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas
mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah
orang-orang yang fasik.” (QS. 57: 16)
MAHA Suci Allah yang menggantikan malam dengan siang.
Dan, sore pun menjelang menyongsong malam. Hari berlalu menyusun pekan.
Hitungan bulan-bulan pun membentuk tahun. Tanpa terasa, pintu ajal kian
menjelang. Sementara, peluang hidup tak ada siaran ulang.
Siap atau tidak, waktu pasti akan meninggalkan kita
Sejauh apa pun satu tahun kedepan, jauh lebih dekat
daripada satu detik yang lalu. Karena waktu yang berlalu, walaupun satu detik,
tidak akan bisa dimanfaatkan lagi. Ia sudah jauh meninggalkan kita.
Begitu pun dengan berbagai kesempatan yang kita miliki.
Pagi ini adalah pagi ini. Kalau datang siang, ia tidak akan pernah kembali.
Kalau kesempatan di pagi ini lewat, hilang sudah momentum yang bisa diambil.
Karena belum tentu, kita bisa berjumpa dengan pagi esok.
Itulah yang pernah menggugah Umar bin Abdul Aziz. Suatu
malam, karena sangat lelah, Umar menolak kunjungan seorang warga. “Esok pagi
saja!” ucapnya spontan. Khalifah Umar berharap, esok pagi ia bisa lebih segar
sehingga urusan bisa diselesaikan dengan baik.
Tapi, sebuah ucapan tak terduga tiba-tiba menyentak
kesadaran Khalifah kelima ini. Warga itu mengatakan, “Wahai Umar, apakah kamu
yakin akan tetap hidup esok pagi?” Deg. Umar pun langsung beristighfar. Saat
itu juga, ia menerima kunjungan warga itu.
Kalau kita menganggap remeh sebuah ruang waktu,
sebenarnya kita sedang membuang sebuah kesempatan. Kalau pergi, kesempatan
tidak akan kembali. Ia akan pergi bersama berlalunya waktu. “Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian.” (QS. 103: 1-2)
Siap atau tidak, jatah waktu kita terus berkurang
Ketika seseorang sedang merayakan hari ulang tahun,
sebenarnya ia sedang merayakan berkurangnya jatah usia. Umurnya sudah berkurang
satu tahun. Atau, hari kematiannya lebih dekat satu tahun. Dalam skala yang
lebih luas, pergantian tahun adalah berarti berkurangnya umur dunia. Atau, hari
kiamat lebih dekat satu tahun dibanding tahun lalu.
Ketika jatah-jatah waktu itu terus berkurang, peluang
kita semakin sedikit. Biasanya, penyesalan datang belakangan. “Dan pada hari
itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah manusia, akan
tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan: ‘Alangkah
baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (QS.
89: 23-24)
Tak banyak yang sadar, begitu banyak peluang menghilang
Kadang, seseorang menganggap biasa mengisi hari-hari
dengan santai, televisi, dan berbagai mainan. Bahkan ada yang bisa berjam-jam
bersibuk-sibuk dengan video game. Sedikit pun tak muncul rasa kehilangan.
Apalagi penyesalan.
Padahal kalau dihitung, amal kita akan terlihat sedikit
jika dibanding dengan kesibukan rutin lain. Dengan usia tiga puluh tahun,
misalnya. Selama itu, jika tiap hari seorang tidur delapan jam, ternyata ia
sudah tidur selama 87.600 jam. Ini sama dengan 3.650 hari, atau selama sepuluh
tahun. Dengan kata lain, selama tiga puluh tahun hidup, sepertiganya cuma habis
buat tidur.
Jika orang itu menghabiskan empat jam buat nonton
televisi, setidaknya, ia sudah menonton televisi selama 43.200 jam. Itu sama
dengan 1.800 hari, atau lima tahun. Bayangkan, dari tiga puluh tahun hidup,
lima tahun cuma habis buat nonton tivi. Belum lagi urusan-urusan lain. Bisa
ngobrol, curhat, ngerumpi, jalan-jalan, dan sebagainya.
Lalu, berapa banyak porsi waktunya buat ibadah? Kalau
satu salat wajib menghabiskan waktu sepuluh menit, satu hari ia salat selama
lima puluh menit. Ditambah zikir dan tilawah selama tiga puluh menit, ia
beribadah selama delapan puluh menit per hari. Jika dikurangi sepuluh tahun
karena usia kanak-kanak, ia baru beribadah selama 1.600 jam. Atau, 1,8 persen
dari waktu tidur. Atau, 3,7 persen dari lama nonton tivi.
Betapa banyak peluang yang terbuang. Betapa banyak waktu
berlalu tanpa nilai. Maha Benar Allah dalam firman-Nya, “Demi masa.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan menetapi kesabaran.” (QS. 103: 1-3)
Tak seorang pun tahu, kapan waktunya berakhir
Tiap yang bernyawa pasti mati. Termasuk, manusia. Kalau
dirata-rata, usia manusia saat ini tidak lebih dari enam puluhan tahun. Atau,
setara dengan dua belas kali pemilu di Indonesia. Waktu yang begitu sedikit.
Saatnya buat orang-orang beriman memaknai waktu. Biarlah
orang mengatakan waktu adalah uang. Orang beriman akan bilang, “Waktu adalah
pahala!” []
2 komentar:
DEWAPK^^ agen judi terpercaya, ayo segera bergabungan dengan kami
dicoba keberuntungan kalian bersama kami dengan memenangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi segera buka link kami ya :) :) :* :*
silahkan langsung saja bermain bersama kami di Arenadomino(com) ditunggu kehadiran anda semua hadiah nyata menanti anda semua silahkan.. WA +855 96 4967353
Posting Komentar