Ini Empat Aspek Kemukjizatan AlQuran
Nabi Muhammad Saw adalah Nabi yang mempunyai mukjizat
terbesar berupa al-Qur’an.
Imam Jalaluddin as-Suyuti berpandangan bahwa mukjizat
adalah suatu hal atau peristiwa luar biasa yang disertai tantangan dan selamat
(tidak ada yang sanggup) menjawab tantangan tersebut. Sedangkan al-Qur’an dalam
pandangan Muhammad Subhi Shalih adalah kalam mu’jiz (dapat melemahkan) yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, ditulis dalam mushaf, dan disampaikan
secara mutawatir serta membacanya dianggap ibadah. Kemudian muncullah
pertanyaan, bagaimana aspek-aspek kemukjizatan yang terdapat dalam al-Qur’an?
Para ulama berbeda pendapat dalam melihat aspek-aspek
kemukjizatan al-Qur’an. Akan tetapi, secara umum setidaknya terdapat empat
aspek kemukjizatan al-Qur’an.
Pertama, Aspek Ash-Sharfah (pemalingan)
Abu Ishak Ibrahim An-Nazzam, ulama ahli kalam berpendapat
bahwa kemukjizatan al-Qur’an terjadi dengan cara ash-Sharfah (pemalingan).
Menurut An-Nazzam maksud dari ash-Sharfah adalah Allah memalingkan perhatian
orang-orang Arab dari menandingi Al-Qur’an. Padahal, sebenarnya mereka mampu
untuk menandinginya. Di sinilah letak kemukjizatan Al-Qur’an menurut an-Nazzam.
Senada dengan hal itu, Al-Murtadha (dari aliran Syi’ah) berpendapat bahwa Allah
telah mencabut dari mereka ilmu-ilmu yang diperlukan untuk menghadapi al-Qur’an
agar mereka tidak mampu membuat yang seperti al-Qur’an.
Kedua, Aspek Balaghah (Keindahan Bahasa)
Qadi Abu Bakar Muhammad Ibnu Tayyib Al-Baqalani, dalam
kitabnya Ijazul Qur’an dan at- Taqrib wal Irsyad, berpandangan bahwa bahasa
Arab yang digunakan dalam Al-Qur’an dipandang sebagai bahasa yang istimewa,
baik dari segi gaya bahasanya, susunan kata-katanya, maupun ketelitian redaksi
yang digunakannya. Keindahan bahasa al-Qur’an jauh melebihi keindahan bahasa
yang disusun oleh para sastrawan Arab.
Ketiga, Aspek Kandungan Isinya
Perihal aspek kandungan isi al-Qur’an secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu berita tentang hal-hal yang ghaib dan
isyarat-isyarat ilmiah.
Perihal berita ghaib, isi kandungan al-Qur’an banyak
mnginformasikan tentang berita ghaib yang terjadi sebelumnya, yaitu berita
tentang orang-orang terdahulu. Juga berita ghaib yang akan terjadi (sesudah
turunnya wahyu), seperti kemenangan yang akan diperoleh tentara Romawi dalam
menghadapi bangsa Persia dalam QS. Ar-Rum : 1-6, kemurnian Al-Qur’an yang akan
tetap terpelihara dalam QS. Al-Hijr: 9, serta berbagai masalah ghaib lainnya
yang ditunjukkan oleh Al-Quran, baik secara eksplisit maupun implisit. Selain
itu, berita ghaib yang sedang terjadi di tempat lain, seperti maksud jahat
orang-orang munafik dengan membangun masjid Dhirar dalam QS. At-Taubah: 107.
Adapun perihal isyarat-isyarat ilmiah, isi kandungan
Al-Qur’an banyak menginformasikan tentang permasalahan ilmiah yang mungkin
hanya diketahui oleh para ilmuwan. Ayat-ayat al-Qur’an yang sudah dibuktikan
kebenarannya melalui penemuan di bidang ilmu pengetahuan alam. Hukum Toricelly
yang ditemukan pada abad XVII M misalnya, menyatakan bahwa semakin tinggi suatu
tempat, maka semakin rendah tekanan udara yang ada di tempat itu. Sebagaimana
dalam QS. Al-An’am: 125. Selain itu, hukum siang dan malam yang tidak selalu
sama lama waktunya. Terkadang malam lebih panjang daripada siang, dan terkadang
terjadi sebaliknya. Sebagaimana dalam QS. Yunus: 6.
Keempat, Aspek Kesempurnaan Syari’atnya
Syari’at Islam menunjukkan bentuk yang paling sempurna
jika dibandingkan dengan bentuk perundang-undangan manapun yang pernah ada di
dunia ini. Selain itu, syari’at Islam juga diakui sebagai syari’at yang sesuai
dengan kebutuhan manusia, karena berasal dari pencipta manusia itu sendiri.
Sedangkan tujuan utamanya untuk membebaskan manusia dari dunia gelap gulita
menuju dunia yang terang-benderang, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah: 257.
Wallahu A’lam
0 komentar:
Posting Komentar