9 Amalan dan Ibadah
Utama Bulan Ramadhan yang Sangat Ditekankan
Amalan & Ibadah Utama Bulan Ramadhan – Sesungguhnya
bulan Ramadhan yang mulia ini akan terasa begitu singkat. Hari-harinya akan
berlalu begitu cepat, meninggalkan kita penuh penyesalan jika tidak segera
tersadar untuk mengisinya dengan berbagai kebaikan. Isyarat begitu dalam
tentang hari-hari Ramadhan kita dapatkan setelah ayat perintah kewajiban
berpuasa, dimana Allah SWT berfirman:
…يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ
الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
أَيَّامًا مَّعْدُودَاتٍ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari
yang tertentu...” [QS. Al-Baqoroh: 183-184]
Hanya
beberapa hari tertentu saja, karena ia tidak akan lebih dari 29 atau 30 hari.
Karenanya, tanpa mengetahui seluk beluk dan keutamaan ragam amal dalam
Ramadhan, bisa jadi Ramadhan yang singkat akan benar-benar berlalu begitu saja,
nyaris tanpa amal dan kenangan yang berarti.
Ada banyak
kiat sukses menghadapi Ramadhan, yang jika kita jalankan dengan baik, insya
Allah akan menjadikan Ramadhan kita lebih berharga, lebih terasa, dan lebih
berkah insyaAllah. Salah satu diantaranya yaitu mengoptimalkan segala ibadah
wajib dan ibadah sunnah sepanjang 30 hari bulan ramadhan.
9 Ibadah
dan Amalan Utama Bulan Ramadhan Yang Dianjurkan untuk Dipebanyak
Bulan Ramadhan
merupakan bulan kebaikan, bulan Ibadah, bulan berbuat baik, bulan simpati,
bulan kemenangan atas nafsu, bulan pembebasan dari neraka. Pada bulan ini,
terdapat banyak karunia Allah SWT yang diberikan kepada hambanya yaitu dengan
cara pahala dilipatgandakan serta segala dosa diampuni dengan syarat
menghindari segala maksiat, terutama dosa besar.
Baruntunglah
bagi kaum muslim yang senantiasa memanfaatkan momen ramadhan sebagai sarana
untuk memperbanyak pahala, mencari pengampunan dosa, hingga mengharap ridho
allah SWT. Berikut ini telah kami rangkum beberapa ibadah utama bulan ramadhan
yang sangat ditekankan untuk diperhatikan:
1. Puasa
Ramadhan
Salah satu
ibadah utama yang sangat ditekankan untuk diperhatikan yaitu puasa ramadhan,
mulai dari sahur hingga berbuka terdapat keutamaan-keutamaan yang sayang untuk
dilewatkan. Berikut beberapa dalil yang menggambarkan keutamaan puasa ramadhan:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa
berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala),
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ
يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ
عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ
عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap
amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat
menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku sendiri yang akan membalasnya,
karena (orang yang berpuasa) dia telah meninggalkan syahwatnyadan makannya
karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa mendapat dua kegembiraan; gembira ketika
berbuka puasa dan gembria ketika berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan
sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya lebih wangi di sisi Allah dari pada bau
minyak kesturi.” [HR. Muslim]
Tidak
diragukan lagi, keutamaan puasa ramadhan begitu besar, tidak hanya derajat
takwa, pengampunan dosa dan pahala yang didapatkan, bahkan dijanjikan bertemu
Tuhan dengan puasa yang telah dikerjakan. Namun, puasa di sini tidak hanya
sebatas menahan nafsu, dahaga dan lapar, diperlukan tindakan lain agar pahala
tetap terjaga. Berdasarkan sabda Nabi SAW berikut:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ
الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ
وَشَرَابَهُ
“Barang siapa
yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak
butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya.” [HR. Bukhari]
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ
لَهُ إِلَّا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ
وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَصْخَبْ فَإِنْ
سَابَّهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Semua
amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan
Aku yang akan membalasnya, dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari
kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada
orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah ia mengatakan,
‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’. [HR. Bukhari & Muslim]
Selain
menjalankan syarat sah puasa berupa menahan nafsu makan, minum dan kebutuhkan
biologis, dianjurkan memperbanyak amalan lain dan menghindari segala maksiat
bahkan jika ada seorang yang menghasut, dianjurkan untuk bersabar dan berkata
saya sedang berpuasa.
2. Sholat
Malam (Tarawih)
Sholat
malam (tahajjud) adalah salah satu amaliyah yang sangat ditekankan oleh Nabi
SAW, terutama di bulan ramadhan. Bahkan, di luar bulan Ramadhan pun ibadah ini
tidak pernah dilewatkan oleh Nabi SAW.
Hal ini
didasari pada hadis Nabi yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA yang berkata:
“Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah SAW tidak
pernah meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat
dengan duduk.” [HR. Abu Dawud & Ahmad]
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ
الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ
قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
“Dan
hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan orang yang melalui malam hari
dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” [QS. Al-Furqan: 63-64]
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ
اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
“(Apakah
kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di
waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab)
akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?” [QS. Al-Zumar: 9]
Salah satu
keutamaan sholat malam di bulan Ramadhan yaitu itu mendapatkan pengampunan
dosa-dosa yang telah dikerjakan di masa lalu. Berdasarkan hadis Nabi SAW yang
berbunyi:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharap
pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]
Pentingnya
sholat malam, tidak hanya dilakukan oleh diri pribadi. Bahkan bagi seorang
kepala keluarga dianjurkan untuk membangunkan anak dan istrinya untuk
mengerjakan ibadah mulia ini.
وَأْمُرْ أَهْلَكَ
بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
“Dan perintahkanlah
kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.
Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan
akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” [QS. Thaahaa: 132]
رَحِمَ اللهُ رَجُـلاً، قَامَ
مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ اِمْرَأَتَهُ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ
نَضَحَ فِيْ وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللهُ اِمْرَأَةً، قَامَتْ مِنَ
اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَ أَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِيْ
وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Semoga
Allah merahmati seorang suami yang bangun di waktu malam lalu shalat dan ia pun
membangunkan isterinya lalu sang istri juga shalat. Bila istri tidak mau bangun
ia percikkan air ke wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun
di waktu malam lalu ia shalat dan ia pun membangunkan suaminya. Bila si suami
enggan untuk bangun ia pun memercikkan air ke wajahnya.” [HR. Abu Dawud,
an-Nasa-i, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, & Ibnu Hibban]
مَنِ اسْتَيْقَظَ مِنَ
اللَّيْلِ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ فَصَلَّيَا رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا، كُتِبَا مِنَ
الذَّاكِرِيْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتِ
“Barangsiapa
yang bangun di waktu malam dan ia pun membangunkan isterinya lalu mereka shalat
bersama dua raka’at, maka keduanya akan dicatat termasuk kaum laki-laki dan
wanita yang banyak berdzikir kepada Allah.” [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban, & al-Hakim]
3. Shadaqah
Ramadhan
Shadaqah
maupun berbagi di bulan ramadhan adalah salah satu amaliyah yang sangat
ditekankan bagi seorang muslim yang mampu melakukannya. Bahkan Nabi termasuk
dari orang yang paling dermawan saat bulan Ramadhan. Berdasarkan hadis dari Ibn
Abbas RA yang berbunyi:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي
رَمَضَانَ، حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ
رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ (صحيح
البخاري
Rasulullah
saw adalah orang yang paling dermawan, dan lebih dermawan lagi saat ramadhan,
ketika dijumpai Jibril (as), yang mengunjungi beliau setiap malam dibulan
ramadhan, dan mengajarkan beliau saw Alqur’an, maka sungguh Rasulullah saw
lebih dermawan dalam berbuat baik daripada angin yang berhembus” [HR. Bukhari]
Sesungguhnya
shadaqah bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka bersegeralah
dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. Dan di antara bentuk
shadaqah di bulan ini adalah:
a. memberi
makan
Allah
menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan kurang mampu yang
membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam firman-Nya:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ
عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ
اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ
رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ
الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً
وَحَرِيرًا
“Dan mereka
memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang
yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk
mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak
pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada
suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka
Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka
kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena
kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera.” [QS. Al-Nisa: 8-12]
Para ulama
salaf sangat memperhatikan memberi makan dan mendahulukannya atas banyak macam
ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar atau memberi makan saudara muslim
yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam memberi makan ini kepada orang yang
fakir.
Rasullullah
SAW bersabda, “Wahai manusia, tebarkan salam, berilah makan, sambunglah
silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia tidur, niscaya engkau akan
masuk surga dengan selamat.” [HR. Ahmad, Tirmidzi]
Sebagian
ulama salaf ada yang mengatakan, “Aku mengundang sepuluh sahabatku lalu aku
beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka itu lebih aku senangi dari
pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan Islmail.”
Ada
beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka sedang berpuasa,
seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha’i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin
Hambal Radhiyallahu ‘Anhum. Dan adalah Ibnu Umar, tidaklah berbuka kecuali
dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
Ada juga
sebagian ulama salaf lain yang memberi makan saudara-saudaranya sementara ia
berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan melayani mereka, di antaranya
adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.
Abu al-Saur
al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat di masjid ini. Tidaklah
salah seorang mereka makan satu makananpun dengan sendirian. Jika ia dapatkan
orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika tidak, maka ia keluarkan
makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama orang-orang dan mereka makan
bersamanya.
b. Memberi
hidangan berbukan bagi orang puasa
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang memberi berbuka orang puasa,
baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari
pahalanya sedikitpun.” [HR. Ahmad & Nasai]
Dan dalam
hadits Salman Radhiyallahu ‘Anhu, “Siapa yang memberi makan orang puasa di
dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya, dibebaskan dari neraka, dan
baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi sedikitpun
dari pahalanya.”
4. Membaca
Al-Qur’an
Sebagaimana
telah kami sebutkan pada artikel Kemuliaan Lailatul Qadar, salah satu
kekhususan bulan ramadhan dibandingkan bulan lain adalah yaitu bulan dimana
Al-Qur’an diturunkan, sehingga ada banyak keberkahan di dalamnya.
Salah satu
amalan yang dianjurkan untuk ditingkatkan adalah memperbanyak membaca
al-Qur’an. Selain segala amallan kebajika dilipatgandakan di bulan ramadhan,
membaca satu huruf dalam al-Qur’an akan diberikan sepuluh kebaikan, bahkan bagi
yang terbata-bata diberikan dua pahala. berdasarkan dua hadis berikut:
الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ
السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ
فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ
“Orang yang
membaca Al-Qur’an dengan mahir adalah bersama para malaikat yang mulia lagi
taat, sedangkan orang yang membaca Al-Quran dengan tergagap dan susah
membacanya baginya dua pahala.” [Hadits Muttafaq ‘Alaih]
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ
كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لَا
أَقُولُ آلم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa
membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu kebaikan, dan satu
kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim
itu satu huruf; tetapi alif satu huruf; lam satu huruf dan mim satu huruf.”
[HR. At-Tirmidzi]
5. Duduk di
Masjid hingga Matahari Terbit
Salah satu
kebiasaan nabi dalam kehidupan sehari-hari yaitu duduk di masjid hingga matahari
terbit. Berdasarkan hadis: Rasulullah SAW, apabila shalat Shubuh beliau duduk
di tempat shalatnya hinga matahari terbit (HR. Muslim). Juga hadis dari Anas RA
yang berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي
جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى
رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
تَامَّةٍ
“Siapa
shalat Shubuh dengan berjama’ah, lalu duduk berdzikir kepada Allah hingga
matahari terbit, lalu shalat dua raka’at, maka baginya seperti pahala haji dan
umrah sempurna, sempurna, sempurna.” [HR. Tirmidzi]
Keutamaan
berdiam diri di masjid hingga matahari terbit berlaku pada semua hari, lalu
bagaimana jika dikerjakan selama bulan Ramadhan? Sudah barang tentu pahala yang
didapatkan akan dilipatgandakan. Sudah selayaknya, agar kita mengoptimlkan
salah satu keagungan ini dengan mengindari segala aktivitas malam yang dapat
melalaikan untuk bangun di subuh hari.
6. I’tikaf
Akhir Ramadhan
Rasulullah
SAW juga senantiasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari terakhir.
Bahkan ditahun wafatnya, beliau beri’tikaf hingga 20 hari [HR. Bukhari &
Muslim]. I’tikaf merupakan ibadah yang didalamnya terkumpul bermacam-macam
ketaatan; baik berupa shalat, doa, dzikir, tadarrus, dan yang lainnya.
Bagi yang
tidak terbiasa mengerjakannnya akan terasa berat, namun ibadah ini akan
dimudahkan oleh Allah SWT bagi yang berkinginan kuat untuk mengerjakannya.
Maka, siapapun yang bertekad dan bersungguh-sung untuk mengerjakannya, pasti
akan mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.
Ibadah
i’tikaf dianjurkan untuk dibiasakan setiap harinya di bulan ramadhan, Namun
waktu paling utama untuk mengerjakannya yaitu 10 hari terkahir di bulan
Ramadhan agar mendapati keagungan malam lailatul qadar.
I’tikaf
adalah aktivitas menyendiri yang disyariatkan oleh agama, karena seorang
mu’takif (orang yang beri’tikaf) mengurung diri dalam rangka meningkatkan
ketaatan kepada Allah dan melupakan sejenea dari aktivitas duniawi yang
menyibukkan (baca: panduan i’tikaf). Mu’takif mengurung diri semata-mata untuk
merenung, membersihkan diri, dan mengharap ridho Allah SWT.
7. Umrah
Bulan Ramadhan
Umrah
termasuk dalam sunnah Nabi yang dianjurkan untuk dikerjakan saat bulan
Ramadhan, bahkan pahalanya setarah dengan ibadah haji. Berdasarkan hadis Nabi
yang berbunyi:
عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ
حَجَّةٌ
“Umrah pada
bulan Ramadhan menyerupai haji.” [HR. Al-Bukhari & Muslim] dalam riwayat
lain, “seperti haji bersamaku.” Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala
haji bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Meskipun
ibadah umrah di bulan Ramadhan setara dengan pahala haji, namun hal ini tidak
menggugurkan kewajiban haji bagi yang mampu melakukkannya.
8.
Menghidupkan Lailatul Qadar
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي
لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu
apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”
[QS. Al-Qadar: 1-3]
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ
الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Dan siapa
shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan mengharap pahala, diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu.” [HR. Bukhari & Muslim]
Rasulullah
SAW berusaha mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk
menantinya di tiap ramadhan. Nabi juga senantiasa membangunkan keluarganya pada
malam sepuluh hari terakhir dengan harapan mendapatkan Lailatul Qadar.
Dalam
Musnad Ahmad, dari Ubadah secara marfu’, “Siapa yang shalat untuk mencari
Lailatul Qadar, lalu ia mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah
lalu dan akan datang.” (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang
dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)
. . .
Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada
malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya,
sebagaimana yang diriwayatkan Muslim. . .
Terdapat
beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan sahabat tabi’in, mereka
mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari terakhir untuk mencari
Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan kedudukannya.
Wahai
orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu yang tak berguna,
kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini. Sesungghnya satu amal
shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih baik daripada amal
yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan Lailatul Qadar. Maka
siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya, sungguh dia orang yang
jauhkan dari kebaikan.
Lailatul
Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam
ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana
yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka’ab Radhiyallahu ‘Anhu, “Demi Allah,
sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam yang Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam memerintahkan kami untuk shalat, yaitu malam ke-27.” Dan Ubai
bersumpah atas itu dengan mengatakan, “Dengan tanda dan petunjuk yang telah
dikabarkan oleh Ramadhan Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada kami, matahari
terbit di pagi harinya dengan tanpa sinar yang terik/silau.”
Dari
‘Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa
yang harus aku baca? Beliau menjawab, “Ucapkan:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ
تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
“Ya Allah,
sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai pemberian maaf maka ampunilah aku.”
(HR. Ahmad dan al-Tirmidzi, dishahihkan Al-Albani)
Baca
penjelasan lengkap terkait keutamaan malam lailatul qadar, kapan dan waktu
terjadinya lailatul qadar, serta kekeliruan dalam menyikapi malam 1000 bulan
telah kami posting pada pembahasan khusus.
9.
Memperbanyak Dzikir, Doa dan Istighfar
Sesungguhnya
malam dan siang merupakan waktu-waktu utama dan mulia sepanjang bulan Ramadhan,
maka pergunakanlah waktu tersebut untuk memperbanyak doa, dzikir dan meminta
ampunan. Khususnya pada waktu mustajab berdoa seperti 3 keadaaan berikut:
Saat
berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka memiliki doa yang tak
ditolak.
Sepertiga
malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan berfirman, “Adakah orang
yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang beristighfar, pasti Aku ampuni dia.”
Beristighfar
di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan, “Dan di akhir-akhir malam mereka
memohon ampun (kepada Allah).” (QS. Al-Dzaariyat: 18)
Catatan
Penting: Mengetahui Fiqh dan Aturan-aturan dalam Ibadah
DARI IBNU ABBAS,
RASULULLAH SAW BERSABDA: “SEORANG FAQIH (AHLI ILMU AGAMA) LEBIH DITAKUTI SYETAN
DARI PADA SERIBU AHLI IBADAH (TANPA ILMU)“. [HR IBNU MAJAH].
Hadits
diatas menegaskan kepada kita tentang urgensinya beribadah dengan ilmu. Bahkan
salah satu syarat diterimanya ibadah adalah ittiba atau sesaui aturan dan
sunnah Rasulullah SAW.
Dalam
kaitannya dengan puasa, sungguh ibadah ini mempunyai kekhususan dalam aturan
fiqhnya yang berbeda dengan lainnya. Para ulama pun menjadikan bab puasa
sebagai pembahasan khusus dalam kitab fiqh. Kita perlu mengkaji ulang, bertanya
dan mempelajari apa-apa yang belum sepenuhnya kita yakini atau kita ketahui.
Agar kita mampu menjalani ibadah ini dengan baik tanpa keraguan sedikitpun.
Hal yang
penting kita ketahui utamanya tentang apa-apa yang dibolehkan, apa-apa yang
membatalkan, siapa saja yang boleh berbuka dan apa konsekuensinya. Mari kita
sempatkan dalam hari-hari ini untuk kembali mengkaji fiqh seputar puasa. Tidak
ada kata terlambat untuk sebuah ilmu ibadah yang mulia.
Menjaga
Puasa agar Pahalanya Utuh
Yang
dimaksud menjaga puasa kita adalah upaya untuk menjadikan pahala puasa kita
utuh. Dua cara yang harus kita lakukan dalam kaitannya dengan hal ini, yaitu
menjalani sunnah-sunnah puasa, serta menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi
pahala dan hikmah puasa.
Adapun
sunnah-sunnah puasa, antara lain adalah mengakhirkan sahur dan menyegerakan
berbuka. Sunnah yang sederhana ini adalah bagian dari kemudahan dan keindahan
syariat Islam. Kita diminta mengakhirkan sahur, sebagai persiapan untuk
menjalani puasa seharian. Begitu pula kita diminta menyegerakan berbuka,
sebagai kebutuhan fitrah manusia yang harus diperhatikan.
Sunnah
puasa lainnya adalah dengan berdoa sebelum dan saat berbuka, serta berbuka
dengan seteguk air. Semoga sunnah yang sederhana ini bisa kita lakukan untuk
mengoptimalkan pahala puasa kita.
Menjaga
puasa juga dengan menjauhi segala sikap dan tindakan yang akan mengurangi
keberkahan puasa kita, seperti : marah tiada guna, emosional, berdusta dalam
perkataan, ghibah, maupun kemaksiatan secara umum. Hal-hal semacam di atas,
selain dilarang secara umum bagi seorang muslim, juga akan mempengaruhi
kualitas puasanya di hadapan Allah SWT.
Jauh-jauh
hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita : Betapa Banyak Orang
berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya
lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak
mendapatkan apa-apa selain begadang saja (HR An-Nasai)
Mari kita
mengambil pelajaran dari hadits di atas, untuk kemudian meniti hari-hari
ramadhan kita dengan penuh kehati-hatian dan perhitungan. Siapapun kita tidak
akan pernah rela jika hanya mendapat lapar dahaga saja di bulan mulia ini.
Menghias
Puasa dengan Amaliyah Ramadhan
Sesungguhnya
ibadah dalam bulan Ramadhan bukan hanya puasa saja. Tetapi banyak ragam ibadah
yang juga disyariatkan dalam bulan penuh berkah ini. Mari kita menghias
Ramadhan dengan ibadah-ibadah mulia tersebut, agar ramadhan sebagai madrasah
ketakwaan benarbenar hadir dalam hidup kita.
Rasulullah
SAW telah memberikan contoh pada kita bagaimana beliau menghias hati-hati
Ramadhannya dengan: Tadarus Tilawah, memperbanyak sedekah, sholat tarawih,
memberi hidangan berbuka, bahkan juga I’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang
terakhir. Jika kita ingin merasakan Ramadhan yang berbeda dan begitu bermakna,
tentu menjadi penting bagi kita untuk menghias Ramadhan kita dengan amal ibadah
tersebut. Keberkahan Ramadhan akan begitu terasa paripurna dalam hati kita.
Menjaga
Keistiqomahan Ibadah hingga akhir Ramadhan.
Bulan
ramdhan dipenuhi banyak amalan yang sungguh akan melelahkan sebagian besar
orang. Karenanya kita sering menjadi saksi bagaimana kaum muslimin ‘berguguran’
dalam perlombaan Ramadhan ini sebelum mencapai garis finishnya.
Sholat
tarawih di masjid mulai menyusut sedikit demi sedikit seiring berlalunya
hari-hari awal Ramadhan. Karenanya, merupakan hal yang tidak bisa dibantah
adalah jika kesuksesan Ramadhan bergantung dari keistiqomahan kita menjalani
semua kebaikan di dalamnya hingga akhir Ramadhan tiba.
Syariat
kita yang indah pun seolah memberikan motivasi di ujung ramadhan, agar kita
bertambah semangat dalam beribadah, yaitu dengan menurunkan malam lailatul
qadar yang mulia. Rasulullah SAW pun menjalankan I’tikaf untuk menutup bulan
keberkahan ini.
Beliau juga
bersungguh-sungguh di penghujung Ramadhan. Ibunda Aisyah menceritakan kepada
kita: adalah Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon),
menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya [HR Bukhori
& Muslim]
Jika seorang
memahami maksud, hikmah dan manfaat dari apa yang dilakukan, maka tentulah ia
akan menjalankannya dengan ringan dan senang hati. Maka begitu pula seorang
yang berpuasa, ketika ia benar-benar mampu menghayati hikmah puasa, maka ibadah
yang terlihat berat ini akan dijalani dengan penuh kekhusyukan dan hati yang
ringan.
Diantara
hikmah puasa antara lain adalah: Menjadi madrasah ketakwaan dalam diri kita,
sebagaimana isyarat Al-Quran ketika berbicara kewajiban puasa, yaitu la’allakum
tattaqun .. agar supaya engkau bertakwa.
Hikmah
puasa yang lain adalah menggugurkan dosa-dosa kita yang terdahulu, sebagaimana
disebutkan dalam banyak riwayat seputar keutamaan ibadah puasa Ramadhan.
Hikmah
puasa berikutnya tentu saja menjadikan kemuliaan tersendiri bagi yang menjalaninya
saat hari kiamat nanti. Jangankan amal ibadahnya, bahkan bau mulut orang yang
berpuasa pun menjadi tanda kemuliaan tersendiri di akhirat nanti. Subhanallah,
Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih wangi di
sisi Allah SWT dari aroma kesturi [HR. Bukhori].
Dengan
memahami hikmah puasa ramadhan yang begitu besar dan mulia bagi diri kita, maka
insya Allah membuat kita lebih semangat dalam menjalani hari-hari Ramadhan
kita.
0 komentar:
Posting Komentar