PEMBAGIAN KEKUFURAN
DAN MACAM-MACAMNYA
Menurut Syaikh Al-Qar’awi Rahimahullaah ta’ala, kufur
terbagi menjadi 2, yaitu:
1) kekufuran yang menyebabkan pelakunya keluar dari islam
(Kufur Akbar)
2) kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari islam
(Kufur Asghar)
KUFUR AKBAR
Mualif (Penulis/penyusun buku) Rahimahullahu ta’aala
mengatakan bahwa kufur akbar terbagi menjadi 5, yaitu:
1) KUFUR TAKDZIB (Kufur dalam Bentuk Pendustaan)
Yaitu kekufuran yang pada hakikatnya mendustakan para
Rasul atau mendustakan al-Haq. Dalil adanya kufur takdzib, disebutkan di dalam
Surat Al-Ankabut: 68,
“ Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang
yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang haq, tatkala
yang haq itu datang kepadanya? Bukankah di dalam neraka jahanam itu ada tempat
bagi orang-orang yang kafir?”
Orang-orang yang
mendustakan para Rasul Allah atau kebenaran yang dibawa para Rasul tersebut
ialah termasuk kategori kufur takdzib, seperti pada Firaun dan orang-orang
kafir quraisy. Dalil yang menunjukan kisah kufur takdzib Firaun dijelaskan di
dalam Surat An-Naml: 14, Allah Subhanahu wa ta’aala berfirman:
“ Dan mereka
mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka
menyakini (kebenarannya). Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang
berbuat kebinasaan.”
Dalil yang menunjukkan perbuatan kufur takdzib
orang-orang kafir Quraisy dijelaskan dalam Surat Al-An’am: 33,
“Sesesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang
mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena
mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim
itu mengingkari ayat-ayat Allah.”
Bentuk kufur takdzib:
(a) mendustakan Rasul sebagai pembawa kebenaran
(b) mendustakan kebenaran yang dibawa oleh para Rasul
# mengapa tipe kufur takdzib (a) lebih sedikit daripada
tipe kufur takdzib (b) ?
Karena:
Pada hakikatnya orang-orang kufur tersebut, bila bicara
pribadi orang yang menyampaikan, mereka yakin bahwa orang tersebut tidak dusta
sebagaimana keyakinan orang-orang kafir quraisy terhadap Rasuulullaah
–shallallaahu ‘alaihi wasallam-. Mereka tahu akhlak Rasuulullaah –shallallaahu
‘alaihi wasallam-, beliau adalah Al-Amin (orang yang sangat dipercaya), tidak
pernah mereka mendapati beliau berdusta dan berkhianat dengan amanah. Artinya
sangat sedikit orang yang mendustakan pribadi pembawa kebenaran, namun sangat
banyak yang mendustakan apa yang dibawa oleh rasul berupa kebenaran.
Allah sudah memberikan mukjizat sebagai penguat bagi para
rasul, akan tetapi kebanyakan dari mereka adalah mendustakan apa yang
disampaikan oleh rasul yakni kebenaran tersebut.
2 faktor penyebab
kebenaran tidak dapat diterima:
1. faktor orang yang menyampaikan
2. faktor apa yang disampaikan
Faktor pertama, penyebabnya:
Tidak tepatnya waktu dan tempat saat menyampaikan
kebenaran, sehingga kebenaran (al-haq) itu tersamarkan, tidak bisa diterima
oleh manusia
Manusia yang menerima kebenaran tersebut sudah tahu siapa
“si pembawa kebenaran” sehingga menganggap kebenaran yang datang dari “dia”
bukanlah suatu kebenaran.
Faktor kedua, kebenaran itu tidak diterima oleh
manusia berupa apa yang disampaikan yakni kebenaran tersebut. Inilah yang
dimaksud dengan kufur taqdib, yaitu kufur yang mendustakan kebenaran yang
datangnya dari Allah –Subhanahu wa ta’aala- dan tidak peduli siapa yang
menyampaikan.
2) KUFUR IBAA WASTAKBAR (Kufur penolakan dan Kesombongan
dengan disertai Pembenaran)
Mualif mengambil suatu ayat yang berkaitan dengan kufur
ini, yaitu Surat Al-Baqarah: 34, Allah –Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“ Dan (ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Maka
bersujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur, dan adalah ia (Iblis)
termasuk golongan orang-orang yang
KAFIR.”
Kufur jenis ini banyak dilakukan oleh musuh-musuh Allah
yaitu iblis laknatullaah dan para pembesar sebuah kaum (yaitu orang-orang yang
memiliki kelebihan harta dan keluasan ilmu berpeluang untuk sombong). Pada
asalnya ketika Allah memerintahkan malaikat dan iblis sujud kepada Adam, iblis
tahu perintah Allah tersebut harus dipenuhi, namun iblis merasa enggan
melaksanakan perintah-Nya. Sombongnya iblis seperti kias yang bathil, bahwa ia
menyangka unsur api lebih baik dan lebih mulia
daripada unsur tanah sehingga ia enggan bersujud kepada Adam.
Selain iblis laknatullah yang melakukan kufur ini adalah
Firaun & para pembesar-pembesar Firaun.
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Mukminun: 47, Allah
Subhanahu wa ta’aala berfirman,
“ Dan mereka berkata, ‘Apakah (patut) kita percaya kepada
dua orang manusia seperti kita juga, padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah
orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?”
Kesombongan Firaun
yaitu ia menyakini tidak ada kekuasaan yang lebih kuat & lebih besar
daripada kekuasaannya pada saat itu, dan ketika Musa & Harun diperintah
oleh Allah Subhanahu wa ta’aala untuk mendakwahkannya agar tidak berlaku zalim
(menganggap dirinya sebagai Tuhan), akan tetapi Firaun berlaku sombong &
meremehkan dakwah tersebut. Demikian juga ucapan-ucapan umat terdahulu kepada
para rasul mereka seperti pada kaum Tsu’aib, kaum Nuh, kaum sholeh, kaum Hud
dan kaum nabi-nabi yang lain.
Kekufuran orang-orang Yahudi
Orang-orang yahudi mengetahui isi dari taurat bahwa akan
ada Nabi terakhir bernama Ahmad (Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam),
bahkan mereka mengenali Ahmad melebihi dari anak-anak mereka sendiri. Akan
tetapi karena Rasuulullaah –shallallaahu ‘alaihi wasallam- (Ahmad) bukanlah
berasal dari Bani Israil, maka mereka menolak dan sombong dengan kebenaran tersebut.
Allah menyebutkan kisah ini di dalam firman-Nya, Surat
Ash-Shaff: 6,
“ Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, ‘ Hai
Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab
yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya)
seorang rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala Rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘ini adalah sihir
yang nyata.’
Kekufuran Abu Thalib
Abu Thalib ialah paman Nabi Shallallaahu ‘alaihi
wasallam. Beliau memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia yaitu sebagai
bangsawan Quraisy, sehingga orang-orang kafir quraisy dan pemuka kabilahnya
tidak berani macam-macam dengan keponakannya tersebut. Bahkan beliau sangat
mendukung dakwah nabi dengan mengorbankan harta, tenaga dan jiwanya. Namun di
akhir hayatnya beliau lebih memilih berpegang teguh pada agama nenek
moyangnya. Allah menghendaki Abu Thalib
mati di atas kekufuran.
*hikmah dibalik kekufuran Abu Thalib:
Agar musuh-musuh islam tidak beranggapan kejayaan islam
yang diraih Rasuulullah –Shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dihasilkan oleh
pamannya, melainkan kejayaan tersebut adalah kehendak Allah –Subhanahu wa
ta’aala- disertai usaha Rasulullaah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam di dalam
menyebarkan islam. (tidak ada intervensi sedikit pun dari Abu Thalib)
:: Perbedaan Kufur
Takdzib & Kufur Ibaa wastakbar ::
Kufur Ibaa wastakbar (Kufur Penolakan & kesombongan)
lebih banyak dilakukan oleh manusia
Kufur takdzib tidak melihat profil yang menyampaikan,
tetapi melihat apa yang disampaikan. Berbeda dengan Kufur Ibaa wastakbar (kufur
penolakan & kesombongan), profil dan kebenaran yang disampaikan adalah
termasuk di dalamnya.
3) KUFUR ASY-SYAK (Kufur Keraguan)
Yaitu kufur yang disebabkan karena adanya keraguan.
Mualif Rahimahullaahu ta’aala menukilkan dalil jenis kufur ini yaitu Surat
Al-Kahfi: 35-38.
“ Dan dia memasuki kebunnya, sedang dia zalim terhadap
dirinya sendiri, ia berkata,‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa
selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika
sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhan-ku, pasti aku akan mendapat tempat
kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu.Kawannya (yang mukmin) berkata
kepadanya, “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang
sempurna?. Tetapi aku percaya bahwa Dia-lah Allah, Tuhan-ku dan aku tidak akan
mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan-ku.”
Pada ayat ini terdapat 2 jenis manusia, yaitu:
a) seorang yang ragu akan adanya hari kebangkitan dan ia
ragu adanya kemampuan dari Allah dalam mengembalikan sesuatu yang binasa untuk
hidup kembali.
b) seorang mukmin (beriman kepada Allah dan hari akhir),
ia yakin setelah kematian akan ada kehidupan. Bagi Allah menghidupkan orang
yang sudah mati lebih mudah daripada menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi
ada.
Jenis kekufuran ini ternyata sudah banyak dihinggapi
orang-orang yang mengaku dirinya muslim, terkhusus pada kaum muslimin yang jauh
sekali dari ilmu, sehingga syubhat & syahwat dengan mudahnya masuk. ia ragu
dengan kekuasaan Allah, ragu dengan kekuatan Allah, ragu dengan kemampuan
Allah. Seorang ini lupa bahwa Allah Maha melakukan apa pun. Oleh karenanya tujuan pembahasan jenis-jenis
kekufuran ini yaitu agar kita lebih hati-hati supaya tidak terjebak ke dalam
salah satunya.
4) KUFUR I’RADH (Kufur Penolakan)
Jenis kekufuran ini ialah termasuk kedalam pembatal
keislaman yang ke-10, yang dimaksud penolakan di sini adalah penolakan secara
totalitas, baik penolakan hati, penolakan pendengaran dan penolakan amal.
:: Perbedaan Kufur
Ibaa wastakbar (Kufur Penolakan & Kesombongan) dan Kufur I’radh (Kufur
penolakan) ::
Kufur I’radh adalah jenis kekufuran penolakan secara
totalitas
Kufur Ibaa wastakbar yaitu adanya pengingkaran dari iblis
(Iblis tahu adanya perintah Allah untuk bersujud) namun ia tolak dengan
kesombongannya.
5) KUFUR NIFAQ (Kekufuran Orang-Orang Munafik)
*Bagaimana kekufuran orang-orang munafik?
Yaitu ia menampakkan islam tetapi menyembunyikan
kekufuran di dalam hatinya. Orang munafik jenis inilah yang Allah sebutkan
bahwa nanti tempat mereka sama dengan orang-orang kafir yaitu di aspalnya
neraka (neraka jahanam yang paling bawah).
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat
An-Nisa:140,
“ … sesungguhnya Allah akan mengumpulkan seluruh orang
munafik dan orang kafir di dalam Neraka Janhanam bersama-sama.”
sifat orang munafik ialah ingin menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Baqarah: 14-15,
“ Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang
beriman, mereka mengatakan, ‘Kami telah beriman’. Dan bila mereka kembali pada
setan-setan mereka, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan
kamu, kami hanyalah berolok-olok’. Allah akan membalas olok-olokan mereka dan
membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.”
Demikian juga sifat orang-orang munafik banyak dijelaskan
di dalam Surat Al-Munafiqun. Kekufuran jenis ini lebih berbahaya bagi kaum
muslimin karena mereka ibarat musuh di dalam selimut, duri dalam daging,
sehingga jika Allah tidak memberitahu Nabi siapa dan bagaimana sifat-sifat
orang munafik maka rasul tidak akan tahu dan jibril yang menyampaikan bahwa si fulan
munafik dan si fulan munafik…
- KUFUR
ASGHAR –
Yaitu kekufuran yang tidak mengeluarkan pelakunya dari
islam, akan tetapi orang yang melakukannya mendapat ancaman yang keras.
Sebagaimana syirik kecil, bila dikumpulkan dan adanya anggapan bahwa adanya
kehalalan dalam syirik kecil maka bisa mengakibatkan munculnya syirik besar,
begitu pun apabila kita menyakini bolehnya kufur kecil maka akan berakibat
menjadi kufur besar. Di antara bentuk
kufur kecil adalah:
1) Kufur Nikmat
Kufur nikmat ialah
kebalikan sifat dari syukur nikmat. Sedangkan bentuk mensyukuri nikmat itu
sendiri ialah:
Dengan hati yaitu kita menyakini bahwa nikmat yang kita
peroleh adalah semata-mata dari Allah, dan keyakinan ini harus ada pada setiap
muslim.
Dengan lisan, yaitu mengucapkan puji-pujian kepada Allah
Dengan anggota badan, yaitu melaksanakan ketaatan kepada
Allah dengan menggunakan nikmat tersebut.
:: Bentuk Kufur Nikmat:
Menyakini nikmat tersebut datangnya dari perusahaan atau
dari hasil usahanya sendiri. Ia lupa dibalik itu semua ada Allah yang mengatur.
Adapun manusia, perusahaan, perniagaan adalah washilah bukan pemberi. Jadi
hidup kita bukan tergantung kepada manusia, perusahaan dan perniagaan.
Tidak mau memuji Allah sebagai pemberi nikmat dan tidak
berterima kasih kepada washilah yang memberikan nikmat tersebut.
Menggunakan nikmat tersebut untuk bermaksiat kepada
Allah.
akibatnya: orang yang kufur nikmat akan arogan, ia merasa
bisa usaha sendiri untuk kehidupannya, bahkan ia sudah menjajarkan dirinya
dengan Allah karena tidak ada rasa butuh pada Allah.
Kufur nikmat juga setingkat dengan kufur ‘Aasyir (Kufur
pada kebaikan suami), inilah yang menyebabkan kebanyakan wanita masuk neraka.
#mengapa wanita banyak yang menjadi penghuni Neraka?
Yaitu karena mereka kurang akan agama dan akalnya, juga
karena mereka kufur terhadap kebaikan suami (Kufur ‘Aasyir)
# apakah suatu kepastian bahwa wanita itu tidak lebih
pintar dari laki-laki?
Jawab: tidak. Sebab banyak perempuan yang lebih cerdas
dan pandai dari laki-laki. Rasuulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam
menyebutkan, bukankah persaksian perempuan itu setengah dari persaksian
laki-laki? Inilah yang dimaksud “Kurang akalnya wanita” sehingga di dalam
persaksian cukup dua orang laki-laki dan empat orang perempuan.
# apakah ada keraguan bahwa wanita itu tidak lebih sholeh
daripada laki-laki?
Jawab: tidak. Banyak perempuan yang lebih sholeh dari
laki-laki, akan tetapi bukankah perempuan itu mengalami haidh dan nifas?
Sehingga pada saat itu ada jenis ibadah yang diharamkan. Ini lah yang dimaksud
dengan “Kurangnya agama”.
-Kufur ‘Aasyir, yaitu mengungkit-ungkit ketidakmampuan
suami dan menghilangkan kebaikan suami. Inilah penyebab banyaknya wanita
menjadi penghuni Neraka, maka kafaratnya bagi seorang wanita menurut
Rasuulullah adalah banyak-banyak sedekah.
- mencela nasab dan meratapi mayyit
Kedua perbuatan ini termasuk kufur ashgar. Mengapa?
Karena mencela nasab dan meratapi mayit adalah perbuatan jahiliyah yang tidak
boleh ditiru. Di dalam pembahasan kekufuran, Allah Subhanahu wa ta’ala
berfirman dalam surat Al-Maidah:44,
“ … Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.”
==== > kita
tidak boleh memvonis langsung kafir, apabila orang tersebut didapati melakukan
cabang kekufuran apalagi yang dilakukan adalah kufur kecil. Karena untuk
memvonis seseorang menjadi kufur, harus memenuhi standar yang dibuat oleh ulama
karena syarat-syaratnya ketat sekali dan bukan wilayah kita untuk memvonis.
-wallahu a’lam bish-showab-
0 komentar:
Posting Komentar