Rabu, 04 Maret 2020

PEMBAGIAN KEKUFURAN DAN MACAM-MACAMNYA


PEMBAGIAN KEKUFURAN DAN MACAM-MACAMNYA



Menurut Syaikh Al-Qar’awi Rahimahullaah ta’ala, kufur terbagi menjadi 2, yaitu:
1) kekufuran yang menyebabkan pelakunya keluar dari islam (Kufur Akbar)
2) kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari islam (Kufur Asghar)

KUFUR AKBAR

Mualif (Penulis/penyusun buku) Rahimahullahu ta’aala mengatakan bahwa kufur akbar terbagi menjadi 5, yaitu:

1) KUFUR TAKDZIB (Kufur dalam Bentuk Pendustaan)

Yaitu kekufuran yang pada hakikatnya mendustakan para Rasul atau mendustakan al-Haq. Dalil adanya kufur takdzib, disebutkan di dalam Surat Al-Ankabut: 68,

“ Dan siapakah yang lebih dzalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang haq, tatkala yang haq itu datang kepadanya? Bukankah di dalam neraka jahanam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?”

 Orang-orang yang mendustakan para Rasul Allah atau kebenaran yang dibawa para Rasul tersebut ialah termasuk kategori kufur takdzib, seperti pada Firaun dan orang-orang kafir quraisy. Dalil yang menunjukan kisah kufur takdzib Firaun dijelaskan di dalam Surat An-Naml: 14, Allah Subhanahu wa ta’aala berfirman:

  Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka menyakini (kebenarannya). Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.”

Dalil yang menunjukkan perbuatan kufur takdzib orang-orang kafir Quraisy dijelaskan dalam Surat Al-An’am: 33,

“Sesesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah.”
Bentuk kufur takdzib:

(a) mendustakan Rasul sebagai pembawa kebenaran
(b) mendustakan kebenaran yang dibawa oleh para Rasul
# mengapa tipe kufur takdzib (a) lebih sedikit daripada tipe kufur takdzib (b) ?

Karena:

Pada hakikatnya orang-orang kufur tersebut, bila bicara pribadi orang yang menyampaikan, mereka yakin bahwa orang tersebut tidak dusta sebagaimana keyakinan orang-orang kafir quraisy terhadap Rasuulullaah –shallallaahu ‘alaihi wasallam-. Mereka tahu akhlak Rasuulullaah –shallallaahu ‘alaihi wasallam-, beliau adalah Al-Amin (orang yang sangat dipercaya), tidak pernah mereka mendapati beliau berdusta dan berkhianat dengan amanah. Artinya sangat sedikit orang yang mendustakan pribadi pembawa kebenaran, namun sangat banyak yang mendustakan apa yang dibawa oleh rasul berupa kebenaran.

Allah sudah memberikan mukjizat sebagai penguat bagi para rasul, akan tetapi kebanyakan dari mereka adalah mendustakan apa yang disampaikan oleh rasul yakni kebenaran tersebut.

  2 faktor penyebab kebenaran tidak dapat diterima:
1. faktor orang yang menyampaikan
2. faktor apa yang disampaikan

Faktor pertama, penyebabnya:

Tidak tepatnya waktu dan tempat saat menyampaikan kebenaran, sehingga kebenaran (al-haq) itu tersamarkan, tidak bisa diterima oleh manusia

Manusia yang menerima kebenaran tersebut sudah tahu siapa “si pembawa kebenaran” sehingga menganggap kebenaran yang datang dari “dia” bukanlah suatu kebenaran.

Faktor kedua, kebenaran itu tidak diterima oleh manusia berupa apa yang disampaikan yakni kebenaran tersebut. Inilah yang dimaksud dengan kufur taqdib, yaitu kufur yang mendustakan kebenaran yang datangnya dari Allah –Subhanahu wa ta’aala- dan tidak peduli siapa yang menyampaikan.

2) KUFUR IBAA WASTAKBAR (Kufur penolakan dan Kesombongan dengan disertai Pembenaran)

Mualif mengambil suatu ayat yang berkaitan dengan kufur ini, yaitu Surat Al-Baqarah: 34, Allah –Subhanahu wa ta’ala berfirman:

 “ Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Maka bersujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabur, dan adalah ia (Iblis) termasuk golongan orang-orang yang  KAFIR.”

Kufur jenis ini banyak dilakukan oleh musuh-musuh Allah yaitu iblis laknatullaah dan para pembesar sebuah kaum (yaitu orang-orang yang memiliki kelebihan harta dan keluasan ilmu berpeluang untuk sombong). Pada asalnya ketika Allah memerintahkan malaikat dan iblis sujud kepada Adam, iblis tahu perintah Allah tersebut harus dipenuhi, namun iblis merasa enggan melaksanakan perintah-Nya. Sombongnya iblis seperti kias yang bathil, bahwa ia menyangka unsur api lebih baik dan lebih mulia  daripada unsur tanah sehingga ia enggan bersujud kepada Adam.

Selain iblis laknatullah yang melakukan kufur ini adalah Firaun & para pembesar-pembesar Firaun.

Sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Mukminun: 47, Allah Subhanahu wa ta’aala berfirman,

“ Dan mereka berkata, ‘Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita juga, padahal kaum mereka (Bani Israil) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?”

 Kesombongan Firaun yaitu ia menyakini tidak ada kekuasaan yang lebih kuat & lebih besar daripada kekuasaannya pada saat itu, dan ketika Musa & Harun diperintah oleh Allah Subhanahu wa ta’aala untuk mendakwahkannya agar tidak berlaku zalim (menganggap dirinya sebagai Tuhan), akan tetapi Firaun berlaku sombong & meremehkan dakwah tersebut. Demikian juga ucapan-ucapan umat terdahulu kepada para rasul mereka seperti pada kaum Tsu’aib, kaum Nuh, kaum sholeh, kaum Hud dan kaum nabi-nabi yang lain.

Kekufuran orang-orang Yahudi

Orang-orang yahudi mengetahui isi dari taurat bahwa akan ada Nabi terakhir bernama Ahmad (Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam), bahkan mereka mengenali Ahmad melebihi dari anak-anak mereka sendiri. Akan tetapi karena Rasuulullaah –shallallaahu ‘alaihi wasallam- (Ahmad) bukanlah berasal dari Bani Israil, maka mereka menolak dan sombong dengan kebenaran tersebut.

Allah menyebutkan kisah ini di dalam firman-Nya, Surat Ash-Shaff: 6,

“ Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, ‘ Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul  yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘ini adalah sihir yang nyata.’

Kekufuran Abu Thalib

Abu Thalib ialah paman Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam. Beliau memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia yaitu sebagai bangsawan Quraisy, sehingga orang-orang kafir quraisy dan pemuka kabilahnya tidak berani macam-macam dengan keponakannya tersebut. Bahkan beliau sangat mendukung dakwah nabi dengan mengorbankan harta, tenaga dan jiwanya. Namun di akhir hayatnya beliau lebih memilih berpegang teguh pada agama nenek moyangnya.  Allah menghendaki Abu Thalib mati di atas kekufuran.

*hikmah dibalik kekufuran Abu Thalib:

Agar musuh-musuh islam tidak beranggapan kejayaan islam yang diraih Rasuulullah –Shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dihasilkan oleh pamannya, melainkan kejayaan tersebut adalah kehendak Allah –Subhanahu wa ta’aala- disertai usaha Rasulullaah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam di dalam menyebarkan islam. (tidak ada intervensi sedikit pun dari Abu Thalib)

::  Perbedaan Kufur Takdzib & Kufur Ibaa wastakbar ::

Kufur Ibaa wastakbar (Kufur Penolakan & kesombongan) lebih banyak dilakukan oleh manusia

Kufur takdzib tidak melihat profil yang menyampaikan, tetapi melihat apa yang disampaikan. Berbeda dengan Kufur Ibaa wastakbar (kufur penolakan & kesombongan), profil dan kebenaran yang disampaikan adalah termasuk di dalamnya.

3) KUFUR ASY-SYAK (Kufur Keraguan)

Yaitu kufur yang disebabkan karena adanya keraguan. Mualif Rahimahullaahu ta’aala menukilkan dalil jenis kufur ini yaitu Surat Al-Kahfi: 35-38.

“ Dan dia memasuki kebunnya, sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri, ia berkata,‘Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku dikembalikan kepada Tuhan-ku, pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu.Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya, “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?. Tetapi aku percaya bahwa Dia-lah Allah, Tuhan-ku dan aku tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan-ku.”

Pada ayat ini terdapat 2 jenis manusia, yaitu:

a) seorang yang ragu akan adanya hari kebangkitan dan ia ragu adanya kemampuan dari Allah dalam mengembalikan sesuatu yang binasa untuk hidup kembali.

b) seorang mukmin (beriman kepada Allah dan hari akhir), ia yakin setelah kematian akan ada kehidupan. Bagi Allah menghidupkan orang yang sudah mati lebih mudah daripada menciptakan sesuatu yang belum ada menjadi ada.

Jenis kekufuran ini ternyata sudah banyak dihinggapi orang-orang yang mengaku dirinya muslim, terkhusus pada kaum muslimin yang jauh sekali dari ilmu, sehingga syubhat & syahwat dengan mudahnya masuk. ia ragu dengan kekuasaan Allah, ragu dengan kekuatan Allah, ragu dengan kemampuan Allah. Seorang ini lupa bahwa Allah Maha melakukan apa pun.  Oleh karenanya tujuan pembahasan jenis-jenis kekufuran ini yaitu agar kita lebih hati-hati supaya tidak terjebak ke dalam salah satunya.

4) KUFUR I’RADH (Kufur Penolakan)

Jenis kekufuran ini ialah termasuk kedalam pembatal keislaman yang ke-10, yang dimaksud penolakan di sini adalah penolakan secara totalitas, baik penolakan hati, penolakan pendengaran dan penolakan amal.

 :: Perbedaan Kufur Ibaa wastakbar (Kufur Penolakan & Kesombongan) dan Kufur I’radh (Kufur penolakan)  ::
Kufur I’radh adalah jenis kekufuran penolakan secara totalitas
Kufur Ibaa wastakbar yaitu adanya pengingkaran dari iblis (Iblis tahu adanya perintah Allah untuk bersujud) namun ia tolak dengan kesombongannya.

5) KUFUR NIFAQ (Kekufuran Orang-Orang Munafik)

*Bagaimana kekufuran orang-orang munafik?

Yaitu ia menampakkan islam tetapi menyembunyikan kekufuran di dalam hatinya. Orang munafik jenis inilah yang Allah sebutkan bahwa nanti tempat mereka sama dengan orang-orang kafir yaitu di aspalnya neraka (neraka jahanam yang paling bawah).

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat An-Nisa:140,

“ … sesungguhnya Allah akan mengumpulkan seluruh orang munafik dan orang kafir di dalam Neraka Janhanam bersama-sama.”

sifat orang munafik ialah ingin menipu Allah dan orang-orang yang beriman, sebagaimana terdapat dalam surat Al-Baqarah: 14-15,

“ Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, ‘Kami telah beriman’. Dan bila mereka kembali pada setan-setan mereka, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’. Allah akan membalas olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.”

Demikian juga sifat orang-orang munafik banyak dijelaskan di dalam Surat Al-Munafiqun. Kekufuran jenis ini lebih berbahaya bagi kaum muslimin karena mereka ibarat musuh di dalam selimut, duri dalam daging, sehingga jika Allah tidak memberitahu Nabi siapa dan bagaimana sifat-sifat orang munafik maka rasul tidak akan tahu dan jibril yang menyampaikan bahwa si fulan munafik dan si fulan munafik…

-        KUFUR ASGHAR –

Yaitu kekufuran yang tidak mengeluarkan pelakunya dari islam, akan tetapi orang yang melakukannya mendapat ancaman yang keras. Sebagaimana syirik kecil, bila dikumpulkan dan adanya anggapan bahwa adanya kehalalan dalam syirik kecil maka bisa mengakibatkan munculnya syirik besar, begitu pun apabila kita menyakini bolehnya kufur kecil maka akan berakibat menjadi kufur besar.  Di antara bentuk kufur kecil adalah:

1) Kufur Nikmat

 Kufur nikmat ialah kebalikan sifat dari syukur nikmat. Sedangkan bentuk mensyukuri nikmat itu sendiri ialah:

Dengan hati yaitu kita menyakini bahwa nikmat yang kita peroleh adalah semata-mata dari Allah, dan keyakinan ini harus ada pada setiap muslim.
Dengan lisan, yaitu mengucapkan puji-pujian kepada Allah
Dengan anggota badan, yaitu melaksanakan ketaatan kepada Allah dengan menggunakan nikmat tersebut.

:: Bentuk Kufur Nikmat:

Menyakini nikmat tersebut datangnya dari perusahaan atau dari hasil usahanya sendiri. Ia lupa dibalik itu semua ada Allah yang mengatur. Adapun manusia, perusahaan, perniagaan adalah washilah bukan pemberi. Jadi hidup kita bukan tergantung kepada manusia, perusahaan dan perniagaan.

Tidak mau memuji Allah sebagai pemberi nikmat dan tidak berterima kasih kepada washilah yang memberikan nikmat tersebut.

Menggunakan nikmat tersebut untuk bermaksiat kepada Allah.
akibatnya: orang yang kufur nikmat akan arogan, ia merasa bisa usaha sendiri untuk kehidupannya, bahkan ia sudah menjajarkan dirinya dengan Allah karena tidak ada rasa butuh pada Allah.

Kufur nikmat juga setingkat dengan kufur ‘Aasyir (Kufur pada kebaikan suami), inilah yang menyebabkan kebanyakan wanita masuk neraka.

#mengapa wanita banyak yang menjadi penghuni Neraka?
Yaitu karena mereka kurang akan agama dan akalnya, juga karena mereka kufur terhadap kebaikan suami (Kufur ‘Aasyir)

# apakah suatu kepastian bahwa wanita itu tidak lebih pintar dari laki-laki?
Jawab: tidak. Sebab banyak perempuan yang lebih cerdas dan pandai dari laki-laki. Rasuulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan, bukankah persaksian perempuan itu setengah dari persaksian laki-laki? Inilah yang dimaksud “Kurang akalnya wanita” sehingga di dalam persaksian cukup dua orang laki-laki dan empat orang perempuan.

# apakah ada keraguan bahwa wanita itu tidak lebih sholeh daripada laki-laki?
Jawab: tidak. Banyak perempuan yang lebih sholeh dari laki-laki, akan tetapi bukankah perempuan itu mengalami haidh dan nifas? Sehingga pada saat itu ada jenis ibadah yang diharamkan. Ini lah yang dimaksud dengan “Kurangnya agama”.

-Kufur ‘Aasyir, yaitu mengungkit-ungkit ketidakmampuan suami dan menghilangkan kebaikan suami. Inilah penyebab banyaknya wanita menjadi penghuni Neraka, maka kafaratnya bagi seorang wanita menurut Rasuulullah adalah banyak-banyak sedekah.

- mencela nasab dan meratapi mayyit

Kedua perbuatan ini termasuk kufur ashgar. Mengapa? Karena mencela nasab dan meratapi mayit adalah perbuatan jahiliyah yang tidak boleh ditiru. Di dalam pembahasan kekufuran, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Al-Maidah:44,

“ … Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.”

 ==== > kita tidak boleh memvonis langsung kafir, apabila orang tersebut didapati melakukan cabang kekufuran apalagi yang dilakukan adalah kufur kecil. Karena untuk memvonis seseorang menjadi kufur, harus memenuhi standar yang dibuat oleh ulama karena syarat-syaratnya ketat sekali dan bukan wilayah kita untuk memvonis.

-wallahu a’lam bish-showab- 


0 komentar:

Posting Komentar