5 Rahasia Mengapa
Rasulullah SAW Sehat dan Jarang Sakit?
REPUBLIKA.CO.ID, Mengapa Rasulullah SAW jarang sakit?
Pertanyaan ini menarik untuk dikemukakan. Secara lahiriah, Rasulullah SAW
jarang sakit karena mampu mencegah hal-hal yang berpotensi mendatangkan
penyakit.
Dengan kata lain, beliau sangat menekankan aspek
pencegahan daripada pengobatan. Jika kita telaah Alquran dan sunah, maka kita
akan menemukan sekian banyak petunjuk yang mengarah pada upaya pencegahan.
Hal ini mengindikasikan betapa Rasulullah SAW sangat
peduli terhadap kesehatan. Dalam Shahih Bukhari saja tak kurang dari 80 hadis
yang membicarakan masalah ini. Belum lagi yang tersebar luas dalam kitab Shahih
Muslim, Sunan Abu Dawud, Tirmidzi, Baihaqi, Ahmad, dan sebagainya.
Ada beberapa kebiasaan positif yang membuat Rasulullah
SAW selalu tampil fit dan jarang sakit, sebagaimana dikutip dari Jejak Sejarah
Kedokteran Islam, karya Dr Ja’far Khadem Yamani, di antaranya:
Pertama, selektif terhadap makanan. Tidak ada makanan yang masuk
ke mulut beliau, kecuali makanan tersebut memenuhi syarat halal dan thayyib
(baik). Halal berkaitan dengan urusan akhirat, yaitu halal cara mendapatkannya
dan halal barangnya. Sedangkan tayib berkaitan dengan urusan duniawi, seperti
baik tidaknya atau bergizi tidaknya makanan yang dikonsumsi.
Salah satu makanan kegemaran Rasul adalah madu. Beliau
biasa meminum madu yang dicampur air untuk membersihan air lir dan pencernaan.
Rasul bersabda, “Hendaknya kalian menggunakan dua macam obat, yaitu madu dan
Alquran” (HR Ibnu Majah dan Hakim).
Kedua, tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum
kenyang. Aturannya, kapasitas perut dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu
sepertiga untuk makanan (zat padat), sepertiga untuk minuman (zat cair), dan
sepertiga lagi untuk udara (gas).
Disabdakan: ”Anak Adam tidak memenuhkan suatu tempat yang
lebih jelek dari perutnya. Cukuplah bagi mereka beberapa suap yang dapat
memfungsikan tubuhnya. Kalau tidak ditemukan jalan lain, maka (ia dapat mengisi
perutnya) dengan sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan
sepertiganya lagi untuk pernafasan” (HR Ibnu Majah dan Ibnu Hibban).
Ketiga, makan dengan tenang, tumaninah, tidak tergesa-gesa,
dengan tempo sedang. Apa hikmahnya? Cara makan seperti ini akan menghindarkan
tersedak, tergigit, kerja organ pencernaan pun jadi lebih ringan. Makanan pun
bisa dikunyah dengan lebih baik, sehingga kerja organ pencernaan bisa berjalan
sempurna. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan sulit dicerna. Dalam
jangka waktu lama bisa menimbulkan kanker di usus besar.
Keempat, cepat tidur dan cepat bangun. Beliau tidur di awal
malam dan bangun pada pertengahan malam kedua. Biasanya, Rasulullah SAW bangun
dan bersiwak, lalu berwudhu dan shalat sampai waktu yang diizinkan Allah.
Beliau tidak pernah tidur melebihi kebutuhan, namun tidak pula menahan diri
untuk tidur sekadar yang dibutuhkan. Penelitian Daniel F Kripke, ahli psikiatri
dari Universitas California menarik untuk diungkapkan.
Penelitian yang dilakukan di Jepang dan AS selama 6 tahun
dengan responden berusia 30-120 tahun mengatakan bahwa orang yang biasa tidur
delapan jam sehari memiliki risiko kematian yang lebih cepat.
Sangat berlawanan dengan mereka yang biasa tidur 6-7 jam
sehari. Nah, Rasulullah SAW biasa tidur selepas Isya untuk kemudian bangun
malam. Jadi beliau tidur tidak lebih dari delapan jam.
Cara tidurnya pun sarat makna. Ibnul Qayyim al-Jauziyyah
dalam buku Metode Pengobatan Nabi mengungkapkan bahwa Rasul tidur dengan
memiringkan tubuh ke arah kanan, sambil berzikir kepada Allah hingga matanya
terasa berat.
Terkadang beliau memiringkan badannya ke sebelah kiri
sebentar, untuk kemudian kembali ke sebelah kanan. Tidur seperti ini merupakan
tidur paling efisien. Pada saat itu makanan bisa berada dalam posisi yang pas
dengan lambung sehingga dapat mengendap secara proporsional.
Lalu beralih ke sebelah kiri sebentar agar agar proses
pencernaan makanan lebih cepat karena lambung mengarah ke lever, baru kemudian
berbalik lagi ke sebelah kanan hingga akhir tidur agar makanan lebih cepat
tersuplai dari lambung. Hikmah lainnya, tidur dengan miring ke kanan
menyebabkan beliau lebih mudah bangun untuk shalat malam.
Kelima, istikamah melakukan puasa sunat, di luar puasa
Ramadhan. Karena itu, kita mengenal beberpa puasa yang beliau anjurkan, seperti
Senin Kamis, ayyamul baidh, puasa Daud, puasa enam hari pada Syawal, dan
sebagainya. Puasa adalah perisai terhadap berbagai macam penyakit jasmani
maupun ruhani.
Pengaruhnya dalam menjaga kesehatan, melebur berbagai
berbagai ampas makanan, manahan diri dari makanan berbahaya sangat luar biasa.
Puasa menjadi obat penenang bagi stamina dan organ tubuh sehingga energinya
tetap terjaga. Puasa sangat ampuh untuk detoksifikasi (pembersihan racun) yang
sifatnya total dan menyeluruh.
0 komentar:
Posting Komentar