Lisanmu Cerminkan
Kepribadianmu
KIBLAT.NET – Hakikatnya manusia itu makhluk ciptaan Allah
Subhanahu wa ta’ala yang sempurna. Kesempurnaan ini membuat manusia berbeda
dengan makhluk-makhluk lainnya, bisa mengendalikan panca indera yang melekat
pada dirinya. Dengan panca indera kita sebagai manusia bisa melakukan sesuatu
dengan mudahnya. Diantaranya, panca indera yang luar biasa gunanya dan luar
biasa juga bahayanya yaitu lisan atau lidah.
Dengan lisan dapat membahagiakan sekaligus menyakiti
orang, membuat orang menangis disaat yang sama juga bisa membuat orang
tersenyum. Dan tak jarang perdamaian dan permusuhan yang tumbuh di sekitar kita
itu sebab akibat dari perbuatan lisan kita. Bicara masalah lisan, juga tak
lepas dari hati sebagai objek dari lisan. Karena apa yang kita perbuat dengan
lisan kita akan berpengaruh dengan hati seseorang
Lisan yang kita miliki bisa membawa kita pada faedah dan
petaka bagi kita. Pepatah Arab mengatakan, “Sesungguhnya lisan ibarat binatang
buas. Jika engkau ikat, niscaya ia menjagamu. Jika engkau lepas, niscaya ia
menerkammu. Karena itu hendaklah engkau berkata sekadarnya dan hendaklah engkau
berhati-hati dengannya.”. Lisan itu ibaratkan pisau yang apabila salah
menggunakannya maka akan melukai banyak
orang. Dari pepatah ini juga keselamatan dan kecelakaan seseorang tergantung
pada kemampuannya mengendalikan lisannya.
Berbicara masalah lisan, pada prinsipnya lisan membawa
manfaat sekaligus mudharat yang mengikutinya. Hal ini bergantung pada cara kita
menggunakan lisan tersebut. Tetapi kita terkadang tidak menghiraukan hal yang ditimbulkan dari apa yang kita
keluarkan dari lisan kita. Rasulullah saw. Bersabda,
سلامة
الإنسان في حفظ اللسان
“Keselamatan
manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (H.R. al-Bukhori). Maksud
hadis ini, keselamatan yang kita peroleh bergantung pada apa yang kita ucapkan.
Jika kita bisa menjaga lisan dan selalu berbuat keburukan yang menimbulkan
permusuhan dan selalu menyakiti hati orang lain lebih baik kita diam. Dalam
riwayat lain Abu Hurairah, Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ومن كان يؤمن بالله واليوم
الآخر فليقل خيراً أو ليصمت
“Barang
siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang
terbaik atau diam.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Imam Nawawi
menjelaskan hadits di atas dalam kitab hadits-hadits Arba’in. Beliau
menjelaskan, “Imam Syafi’i menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah apabila
seseorang hendak berkata hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika
diperkirakan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia
berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa
mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak
usah berbicara”. Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan
kertas untuk para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih
banyak diam daripada berbicara”.
Agama Islam
telah mengajarkan tuntunan keharusan kita tuk menggunakan lisan dengan baik dan
benar. Allah berfirman, “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia
meraka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang)
bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia.
Barangsiapa berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, ,maka kami akan
memberinya pahala yang besar.” (Q.S. an-Nisaa’[4]: 114).
Dari ayat
ini kita disuguhkan pelajaran bahwa Allah menyuruh kita menggunakan lisan untuk
hal-hal yang baik. Misalnya dengan menasihati orang tuk berbuat kebaikan,
berupaya mendamaikan dua orang yang
berseteru juga termasuk kedalam hal-hal yang baik. Menggunakan lisan di jalan
kebenaran merupakan ungkapan rasa syukur terhadap Allah sang Khalik.
Dalam
pandangan Islam, Jika seseorang tidak bisa berbicara yang mengandung manfaat,
maka lebih baik diam. Karena diam akan menyelamatkan kita dan mendidik jiwa
menjadi berakhlak mulia. Rasulullah saw. menyatakan hal ini dari dari sabda beliau yang
diriwayatkan oleh Ahmad, Rasulullah saw. bersabda,
عليك بطول الصمت فإنه مطردة
الشيطان وعون لك علي أمردينك
“Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab
diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.” (H.R.
Ahmad).
Sahabat Ali
bin Abi Thalib mengatakan, “Lisan seorang mukmin berada di belakang hatinya,
sedangkan hati orang munafik berada dibelakang lisannya.” (Lukman Santoso,
2008: 29). Maksudnya peran lisan bagi seorang muknin selalu terkontrol dan
terjaga. Apa yang akan ia ucapkan merupakan hasil pertimbangan dari hati dan
pikirannya. Sehingga tidak menyakiti orang lain atau lawan bicaranya.
Berbeda dari
orang yang munafik lisannya tidak terkendalikan oleh hatinya. Apa yang ia
bicarakan berbeda jauh dari yang sebenarnya atau dari hatinya. Kembali ini
menunjukkan bahwa peran lisan sangat berperan dalam membentuk kepribadian kita.
Sahabat Ali juga menambahkan, “Lisanmu menuntut apa yang telah engkau biasakan
kepadanya, dan lisan cenderung tidak mematuhi pemiliknya. Karena itu, lisanmu
laksana binatang buas yang jika dilepaskan maka akan menggigitmu atau menggigit
orang-orang disekitarmu.” ( Lukman Santoso, 2008: 30-31).
Dari
penjelasan ini, sejatinya apa yang keluar dari lisan kita itu sesuai dengan
kebiasaan dan kepribadian kita. Jika lisan terbiasakan mengucapkan yang baik,
maka apa yang keluar dari lisan kita sesuatu yang baik dan bermanfaat pula.
Begitupun sebaliknya, jika lisan terbiasa mengeluarkan perkataan yang jelek,
maka akan banyak mudharat yang timbul akan perkataan tersebut.
Dari
penjelasan diatas, sudah sewajibnya kita menjaga lisan kita. Lisan merupakan
karunia Allah yang sepantasnya kita gunakan sebaik-baiknya unuk mendorong
kepada kebaikan dan menjauhkan keburukan. Mengucapkan ucapan yang baik
merupakan sedekah. Rasulullah saw. menyinggung hal ini,
قول معروف صدقة
“Ucapan
yang baik adalah sedekah.” (H.R Muslim).
Dengan ini
mari membiasakan diri tuk selalu berbuat baik sehingga menjadikan pribadi kita
pribadi yang baik, cinta akan kedamaian, menjadikan pribadi yang berpikir
sebelum berbicara.Sehingga kita menuntun kita akan kebaikan dan keselamatan
akan perbuatan lisan kita.
Penulis: Ahmad Qori’
Refensi:
Alqur’an al-Karim
Santoso Az, Lukman. 2008. Jagalah lisanmu. Yogyakarta:
Pustaka Insan Madani.
Imam an-Nawawi. 2005. Hadist Arba’in an-Nawawi terjemah
bahasa Indonesia. a|w Publisher.
1 komentar:
Izin ya admin..:)
Yuk dapatkan hadiah ny dengan modal 20rb saja sudah bisa menikmati semua permainan poker di ARENADOMINO loh yuk langsung saja.. WA +855 96 4967353
Posting Komentar