Cara Meraih Ridha
Allah SWT dan Pengertiannya
Keridhaan
merupakan syarat utama untuk memasuki syurganya Allah bukan karena ibadah atau
lain sebagainya. Banyak orang menyangka dengan beribadah banyak maka akan
menjamin masuk surga, dan banyak pula menyangka dengan sedikitnya amalan akan
susah memasuki syurga. Perlu digariasbawahi bahwa semua yang masuk surga adalah
karena Allah ridha kepada seseorang itu, lantas apakah tidak perlu beribadah?
Untuk meraih ridha Allah adalah dengan cara melakukan amal ma’ruf nahi mungkar
serta ridha kepada Allah.
وَمِنَ
ٱلنَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ
رَءُوفٌۢ بِٱلْعِبَادِ
“Dan di
antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk meraih keridhaan Allah. Dan
Allah Maha Penyantun terhadap hamba-hamba-Nya”. (Al-Baqarah: 207)
Berdoa
Pengertian
ridha adalah sikap rela, senang, perkenan, suka, menerima dengan sepenuh hati
serta menyetujui secara suka rela. Pengertian ridha menurut istilah adalah
suatu sikap dan berlapang dada terhadap sesuatu. Ridha itu ada kalanya oleh
Allah kepada manusia dan ada kalanya dari manusia kepada Allah. Ridha Allah
adalah bentuk rahmat, dukungan, dan berkah terhadap sesuatu atau hamba. Adapaun
makna ridha manusia kepada Allah adalah menerima dengan lapang hati dan ikhlas
apa yang menimpa dirinya baik itu nikmat maupun musibah. Ridha yang dari
Allah-lah yang menjadi kunci manusia dan hamba Allah yang lain masuk surga
bukan ibadah secara bertahun-tahun.
Pada suatu
saat ketika imam Al-Ghazali menulis sebuah kitab. Pada saat itu beliau sedang
menggunakan sebatang pena yang mana pena itu harus di celupkan kedalam tinta
sebelum menulis atau di pakai. Jika habis celupkan lagi dan begitu seterusnya.
Ketika
sedang dalam keadaan menulis datanglah seekor lalat dan hingap di ujung pena
imam Al-Ghazali. Beliau melihat lalat tersebut meminum tinta di ujung pena
beliau. Lantas beliau membiarkan lalat yang kehausan tersebut meminumnya.
Ketika
beliau wafat, setelah beberapa hari kemudian seorang ulama yang termasuk
sahabat dari imam Al-Ghazali bermimpi. Lalu dalam mimpi beliau bertemu dengan
iman Al-ghazali dan bertanya” Wahai Hujattul Islam, Apa yang telah diperbuat
Allah kepadamu? “. Imam Al-Ghazali menjawab, ” Allah telah menempatkanku di
tempat yang paling baik “. “Gerangan apakah sampai engkau ditempatkan Allah
ditempat yang paling baik itu ? Apakah itu karena kealimanmu dan banyaknya
kitab-kitab bermanfaat yang telah kau tulis?" tanya sahabatnya. Al-Ghazali
menjawab, ”Tidak, Allah memberiku tempat yg terbaik, hanya karena pada saat aku
menulis aku memberikan kesempatan kepada seekor lalat untuk meminum tintaku
karena kehausan. Aku lakukan itu karena aku sayang pada makhluk Allah. “
Dari kisah
di atas jelas bahwa bukan amalan banyak yang menjamin masuk surga akan tetapi
ridha Allah-lah yang menjadi alasan imam Al-Ghazali masuk surga. Padahal
bukankah beliau seorang ulama besar, seorang yang banyak mengkontribusikan dan
menyumbangkan tulisan-tulisan dan kitab-kitab luar biasa akan tetapi Allah
memasukkannya ke surga hanya karena seekor lalat.
Ada pula
suatu kisah ulama sufi yang beribadah selama 500 tahun dan hanya memakan buah
delima yang di ceritakan malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW.. Keseharian
beliau hanyalah ibadah dan beribadah. Pada suatu hari beliau berdoa agar wafat
dan dibangkitkan dalam keadaan sujud. Dan doa beliau pun terkabulkan. Beliau
diperintahkan untuk masuk surga karena kasih sayang Allah alias ridha dari
Allah SWT. akan tetapi beliau menolak dan di perintahkan lagi dan beliau tolak
hingga tiga kali. Beliau ingin masuk surga karena Amalan yang beliau kerjakan
selama 500 tahun tadi. Lantas Allah kemudian menyuruh beliau masuk ke dalam
neraka. Dan pada saat itupun beliau memohon ampun kepada Allah dan memohon
untuk masuk surga karena ridha Allah SWT..
Keutamaan
dari mencari keridhaan Allah ini banyak disebut-sebut dalam beberapa ayat
Al-Qur’an. Di antaranya adalah menghasilkan keuntungan dua kali lipat.
وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ
يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمُ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثْبِيتًۭا مِّنْ
أَنفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍۭ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌۭ فَـَٔاتَتْ
أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِن لَّمْ يُصِبْهَا وَابِلٌۭ فَطَلٌّۭ
Dan
perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan
Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di
dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan
buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis
(pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.(Al-Baqarah: 265),
لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍۢ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ
أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن
يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا
عَظِيمًۭا
Tidak ada
kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barang siapa yang berbuat demikian
karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang
besar. (An-Nisa: 114),
Lantas,
Bagaimana Cara meraih keridhaan Allah?
Manusia
sebagai makhluk Allah tidak pernah tahu dan memastikan amalan yang seperti apa
dan sejenis apa yang akan membawanya kepada ridha Allah. Kita hanya mengerjakan
apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasulullah SAW.. Namun bukan berarti
bahwa keridhaan Allah itu tidak akan pernah dicapai. Adapaun beberap hal yang
dapat dilakukan untuk mencapai ridha Allah SWT.
Pertama, mengerjakan
hal-hal yang telah disebutkan oleh Al-Qur’an dan hadits sebagai sesuatu yang
mendatangkan keridhaan Allah. Ada beberapa petunjuk yang bisa kita ikuti dalam
Al-Qur’an dan hadits, di antaranya:
1. Taqwa
dan Takut kepada Allah.
Taqwa Takut
kepada Allah adalah merupakan suatu wujud kita menyadari dan mengenal siapa
Allah dan siapa kita. Takut kepada Allah bukan hanya sekedar ucapan akan tetapi
terwujud dalam perbuatan yang senantiasa mengerjakan amal ma’ruf dan nahi
mungkar. Dengan adanya ketaqwaan dan rasa takut kita maka akan selalu ada dalam
benak kita untuk menjauhkan kejahatan dan selalu berbuat baik. Amal baik yang
kita lakukan dengan penuh keikhlasan dan tulus hati maka in Syaa Allah akan
mendapatkan ridha dari Allah SWT. karena Allah akan memberikan keridhaan kepada
amalan baik bukan amalan buruk. Allah berfirman,
جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ
جَنَّٰتُ عَدْنٍۢ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًۭا
ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ
“Balasan
mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap
mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Bayyinah Ayat 8)
Sabda
Rasulullah SAW. “Barangsiapa membuat Allah murka untuk meraih keridhaan
manusia, maka Allah murka kepadanya, dan menjadikan orang yang semula
meridhainya menjadi murka kepadanya. Namun barangsiapa membuat Allah ridha,
meskipun mengundang kemurkaan manusia, maka Allah akan meridhainya, dan membuat
orang yang murka menjadi meridhainya, sehingga Allah memperindahnya,
memperindah ucapannya dan perbuatannya dalam pandangan-Nya” (HR. Ath-Thabrani)
Banyak dari
kalangan manusia yang murka melihat amal ma’ruf, mereka murka kepada amalan
baik, mereka murka kepada Ulama yang benar-benar ulama. Mereka mengharap nikmat
dari Allah tapi membenci kebenaran. Bahkan lantunan azan juga ikut dibenci
karena di anggap mengganggu, sungguh ini hanya akan mengundang murka Allah SWT.
bagi orang-orang munafiq.
2. Beriman,
berhijrah, dan berjihad
Beriman,
berhijrah, dan berjihad di jalan Allah merupakan sikap dan perbuatan yang akan
mendatangkan keridhaan dari Allah, bagaimana tidak, iman merupakan pokok dari
segala amalan kita, tanpa iman semuanya akan runtuh. Begitu juga dengan hijrah,
jika amal perbuatan yang kita kerjakan tidak mengalami perubahan yang
signifikan kearah positif atau mengalami kemajuan maka kemungkinan besar sulit mendapatkan
ridha Allah, tapi bukan tidak mungkin. Firman Allah SWT.
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟
وَهَاجَرُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ
أَعْظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ |
يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُم بِرَحْمَةٍۢ مِّنْهُ وَرِضْوَٰنٍۢ وَجَنَّٰتٍۢ لَّهُمْ
فِيهَا نَعِيمٌۭ مُّقِيمٌ
“Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan
memberikan rahmat daripada-Nya, keridaan dan surga, mereka memperoleh di
dalamnya kesenangan yang kekal” (At-Taubah: 20-21)
3. Berbakti
dan mendapat ridha Orang tua
Orang tua
yang mana merupakan orang yang telah melahirkan dan membesarkan serta
memberikan Pendidikan. Tidak ada satupun kasih sayang di dunia ini yang mampu
melampaui kasih sayang dari orang tua. Bukan hanya itu, orang tua adalah orang
yang dimuliakan oleh Allah SWT. Sehingga Allah memberikan hak keridhaan dari
orang tua sebagai syarat untuk mendapatkan Ridha dari Allah SWT.
“Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan
orangtua, dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orangtua” (HR.
Al-Hakim).
Lantas apa
saja yang harus dilakukan untuk mendapat ridha dari orang tua. Orang tua adalah
seorang manusia seperti kita yang pada dasarnya memiliki sifat yang sama
seperti manusia biasanya. Maka jangan sekali-kali kita menyakiti dan membuat
orang tua menangis. Karena jika orang tua sudah murka maka Allah pasti akan
murka dan keridhaan Allah pasti akan jauh.
4. Selalu
mensyukuri nikmat Allah SWT.
Mustahil
bagi seorang yang hidup di dunia tidak memiliki atau tidak mendapatkan nikmat
Allah. Setiap tahun, bulan, minggu, hari bahkan setiap detik semua hamba Allah
mendapatkan nikmat Allah. Contohnya oksigen yang kita hirup setiap detik, menit
jam berapa jumlah uang yang harus dibayar jika Allah meminta harga untuk nikmat
tersebut. Belum lagi setelah masuk ketubuh, oksigen bercampur dengan darah dan
disirkulasi keseluruh tubuh, tak terhitung betapa nikmat Allah yang besar itu.
Sangat
banyak sekali kenikmatan yang diberikan Allah SWT. Mulai dari nikmat iman,
islam, kesehatan, ketenangan, dan masih banyak lagi kenikmatan yang sudah
dinikmati oleh manusia. Akan tetapi masih saja manusia merasakan kekurangan dan
enggan bersyukur kepada-Nya. Padahal jika umat manusia bersyukur maka Allah
akan menambahkan nikmatnya dan jika kufur maka Allah akan mengazab orang-orang
tersebut. Sebagaimana firman Allah SWT.
لَئِن شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ
"Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Qs.
Ibrahim Ayat 7)
Sungguh
sangat banyak sekali yang telah Allah berikan kepada kita akan tetapi tidak
menyadarinya. kita seakan buta dengan kenikmatan yang telah Allah berikan
berlimpah-ruah. Kenikmatan yang tiada tara dan tidak ada bandingan sedikitpun.
Bahkan kita lebih mengingat orang yang memberikan uang sejuta rupiah tapi lupa
kepada Allah yang telah memberikan kehidupan, kenikmatan rasa nyaman, melihat,
mendengar dan masih banyak lagi yang tak terhitung jumlahnya. Maka sesungguhnya
Allah telah berfirman,
وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ
ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
“Dan jika
kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. An Nahl: 18).
Proses yang
kedua adalah berusaha dan berupaya terhadap diri untuk mencapai dan meraih
keridhaan dari Allah SWT.. Meraih keridhaan dari Allah adalah dengan cara
menerima dengan senang hati dan lapang dada terhadap ketetapan dan keputusan
Allah. Dalam tradisi sufi, proses untuk mencapai sikap ridha ini dilalui dengan
beberapa tahapan atau disebut dengan maqamat. Al-Qusyairi menyebut dalam
risalahnya beberapa tahapan, yaitu: taubat, wara, zuhud, tawakkal, sabar, dan
ridha. Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin
menyatakan hal serupa dengan membuat sistematika maqamat yang dimulai dari
taubat, sabar, faqir, zuhud, tawakkal, mahabbah, ma’rifat dan ridha.
Tokoh-tokoh lain seperi Al-Thusi, Al-Kalabadhi, Ibnu Arabi, dan Ibnu Athaillah
juga menyebut ridha sebagai salah satu maqam penting yang harus dilalui seorang
sufi.
Imam
Al-Ghazali melihat bahwa proses mencapai ridha ini harus dilalui dengan
beberapa tahapan (maqamat). Sehingga setiap maqam merupakan buah dari maqam
yang diperoleh sebelumnya. Dalam hal ini, maqam ridha, menurut Al-Ghazali
merupakan buah dari mahabbah dan ma’rifat sehingga hati seseorang rela menerima
apa saja dan hatinya senantiasa dalam keadaan sibuk mengingat Allah. Dengan
demikian, setiap maqam tidak lain adalah sebuah perjalanan spiritual yang
membawa kita untuk mengalami setiap tahapan demi tahapan mencapai keridhaan
Allah.
Ibnu Mas’ud
pernah berkata, “Sesungguhnya Allah SWT (dengan keadilan dan ilmu-Nya)
menjadikan kesejahteraan dan kebahagiaan pada yakin dan ridha; serta menjadikan
kesusahan dan kesedihan pada kegalauan, kekesalan, dan kemurkaan.”
Adapaun
kesemua sikap lapang dada ini adalah sikap ridha kita sebagai manusia atau
sebagai hamba terhadap ketetapan sang Khaliq. Mengapa kita harus demikian?
Ketahuilah bahwa, Allah Maha Kuasa di Atas Segalanya, Allah yang mengatur
setiap kehidupan dan perjalanannya dan Allah adalah pencipta kita serta Allah
adalah segala-galanya jadi sudah pasti Maha Mengetahui yang terbaik terhadap
seorang hamba, dalam Al-quran Allah berfirman,
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟
شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ
شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi
kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu
menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu
tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216).
Maka
marilah berusaha mencari dan meraih keridhaan Allah SWT dengan berbagai cara,
semoga amalan-amalan yang kita lakukan mendapat ridha dari Allah SWT. Akan
tetapi yang perlu diketahui bahwa, pokok utama untuk meraih keridhaan Allah
dalam beribadah adalah Ikhlas.
1 komentar:
Izin ya admin..:)
Yuk mainkan permainan POKER No ROBOT 100% silahkan langsung saja merapat dan bermain POKER bersama kami di ARENADOMINO ditunggu ya gan.. :) WA +855 96 4967353
Posting Komentar