Keutamaan Menjaga
Lisan Bag.2
Jaminan masuk surga.
Jaminan bagi orang yang senantiasa menjaga lisannya,
menggunakannya hanya untuk mengatakan kebaikan, mengucapkan kebenaran,
menggumamkan zikir dan doa adalah surga dari Allah. Dalam hadisnya Rasulullah
Saw. bersabda,
“Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua
rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin surga
baginya.” (HR. Bukhari).
Rasulullah Saw. juga menjaga bahwa menjaga lidah
merupakan kunci keselamatan seseorang. Dari ‘Uqbah ibn ‘Amir, dia berkata, “Aku
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah sebab keselamatan?’ Beliau menjawab,
“Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah
kesalahanmu.’” (HR. Tirmidzi).
Seseorang yang menjaga lisannya tidak berkata kecuali
perkataan yang baik, ucapan yang haq, adil, dan jujur. Jika seseorang
senantiasa menjaga lisannya, niscaya Allah akan senantiasa membimbing dia pada
perbuatan-perbuatan yang baik dan mengampuninya.
Surga hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang terampil
memelihara lisannya, menggunakannya hanya mengejar ridha Allah. Lisannya selalu
basah oleh kalimat-kalimat tasbih, tahmid, dan takbir. Hanya surga Allah yang
menjadi harapannya, sebab ia begitu takut dengan api neraka yang mengancamnya
apabila lisannya dipergunakan untuk perkataan yang sia-sia. Rasulullah Saw.
bersabda,
“Jauhkanlah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan
sebutir kurma jika tidak mampu hendaknya dengan berbicara yang baik.” (HR.
Bukhari, Muslim).
Diangkat derajatnya oleh Allah.
Lisan adalah anugerah Allah yang begitu besar. Lisan
berfungsi untuk berucap. Orang yang tidak dapat berucap disebut orang bisu.
Dengan berucap seseorang akan bisa mengeluarkan isi hatinya. Bersyukurlah
kepada Allah yang memberikan lisan kepadamu.
Dengan lisan ini, seorang hamba dapat terangkat
derajatnya dengan mendapatkan kebaikan
di sisi Allah. Sebaliknya, ia juga dapat tersungkur ke jurang neraka jahannam
karena lisannya yang tidak terkendali.
Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba
mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh
benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut
berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa
derajat. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai
dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan
tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah
melemparkannya ke dalam neraka Jahannam.” (HR. Bukhari).
Penutup aib.
Lisan yang tak terkendali membuat kita mengucapkan apa
saja yang ingin diucapkan tanpa mempertimbangkan baik dan buruknya. Mungkin apa
yang terucap oleh lisan kita bisa merusak citra diri karena keburukan kita akan
terungkap padahal sebelumnya orang lain tidak tahu tentang hal itu. Ketika kita
terampil menjaga lisan walaupun kita memiliki banyak kekurangan, Allah akan
menutup aib kita.
Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Barang siapa menahan
lisannya (dari mengucapkan keburukan dan perkataan sia-sia), niscaya Allah
menutup aurat (aib)-nya.” (HR. Ibn Abi Dunya).
Lidah memang mudah sekali berkata. Jika kita tidak bisa
mengendalikannya, akan mudah sekali kita terjerumus kepada sesuatu yang
memalukan. Karena itu, Allah Swt. tidak akan melindungi atau menutup aib kita
bila lisan ini hanya melepas kata-kata keji.
Diriwayatkan pula bahwa Quss ibn Saidah dan Aktsam ibn
Shayfi sedang berkumpul, kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada
temannya, “Berapa aib yang kau temukan pada manusia?” “Tidak terhitung. Yang
bisa kuhitung hanya delapan ribu aib. Namun, ada satu perbuatan yang jika kau
pelihara, niscaya akan menutupi semua aib yang ada.” “Apakah itu?” “Menjaga
lisan,” ujarnya.
Mengalahkan setan.
Ketika Rasulullah duduk bersama sahabat-sahabatnya tiba-tiba
seseorang mencaci Abu Bakar. Mendengar makian yang dilontarkan kepadanya, Abu
Bakar diam saja. Kemudian orang itu memakinya lagi, dan Abu Bakar tetap diam.
Selanjutnya, orang itu mencelanya lagi untuk yang ketiga kali, dan barulah Abu
Bakar membalasnya.
Tiba-tiba Rasulullah Saw. berdiri ketika Abu Bakar
membalas cacian orang tersebut. Lalu Abu Bakar bertanya, “Apakah engkau
mendapatkan sesuatu yang tidak menyenangkan dari saya, wahai Rasulullah?”
Rasulullah Saw. menjawab,
“Malaikat turun dari langit mendustakan apa yang
dikatakannya tentang dirimu, tetapi tatkala kamu membalasnya datanglah setan.
Aku tidak mau duduk di tempat yang ada setan di sana.” (HR. Abu Daud).
Lisan sebagai nikmat yang Allah karuniakan sejatinya
dapat dijadikan sebagai salah satu sarana untuk meraih ridha-Nya, bukan malah
menjadi bumerang yang akan menjerumuskan manusia ke dalam murka-Nya.
Suatu ketika Umar ibn Khaththab mengunjungi Abu Bakar.
Ketika itu, Umar mendapatinya sedang menarik-narik lidah dengan tangannya.
Mendapati peristiwa tersebut, Umar bertanya, “Apa yang sedang engkau lakukan?
Semoga Allah mengampunimu!” Abu Bakar menjawab, “Inilah sesuatu yang akan
menjerumuskanku ke neraka.” (Lihat Al-Istidzkâr, h. 339)
Memilih diam atau menahan lisan dari hal yang tidak perlu
itu lebih baik daripada berkata yang tidak bermanfaat, tetapi jangan sampai
seseorang diam dalam membela kebaikan. Pastikan bahwa yang disampaikan adalah
yang bermanfaat. Kendalikan lisan ini untuk selalu menyuarakan kebenaran, sebab
dengan begitu kita akan bisa mengalahkan tipu daya setan.
Rasulullah Saw. dalam hadisnya bersabda, “Tahanlah
lisanmu kecuali untuk kebaikan. Dengan demikian, engkau akan mengalahkan
setan!” (HR. Abi Sa‘id, Ibn Hibban).
Keutamaan Menjaga Lisan ditulis oleh KH Abdullah
Gymnastiar ( Aa Gym)
Beliau adalah pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid
Bandung – Jakarta.
1 komentar:
Izin ya admin..:)
Player vs Player WOW langsung saja kunjungin kami di ARENADOMINO tempat bermain Poker dan kartu yang sangat menyenangkan dan hadiah nyata menanti anda semua.. WA +855 96 4967353
Posting Komentar