Dzikir Setelah
Mengerjakan Shalat Subuh
Syahida.com – Tidak sedikit hadits tentang dzikir setelah
shalat subuh. Dan kami tidak akan menghadirkan semuanya. Kami memilih beberapa
dzikir yang mudah dikerjakan secara kontinyu, karena amalan yang paling dicintai
Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah yang dikerjakan secara kontinyu meskipun
sedikit. Juga, karena jika tidak bisa mengerjakan sesuatu dengan sempurna, maka
janganlah kita meninggalkan apa yang bisa kita kerjakan.
Kami memulai dengan hadits yang dibawakan oleh Abu
Hurirah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda, “Barangsiapa membaca tasbih 100 kali dan membaca tahlil 100 kali
setelah mengerjakan shalat Ghadat (Subuh), niscaya Allah mengampuni
dosa-dosannya walaupun sebanyak buih di lautan.”[1]
Abu Ayub Al-Anshari mengatakan bahwa Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa di pagi hari membaca:
“Laa Ilaaha Illallahu Wa’hdahulaa Syariikalah, Lahulmulku
walahul’hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai’in qadiir.”
Artinya: “Tiada sesembahan yang benar selain Allah, yang
Esa, tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya segala kerajaan, hanya bagi-Nya
segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Sebanyak 10 kali, niscaya Allah menulis baginya sepuluh
kebaikan, menghapus 10 keburukan, meninggikannya 10 derajat, dan yang dibacanya
itu dinilai sama dengan membebaskan empat orang budak dan akan menjaganya (dari
setan) hingga sore hari. Dan barangsiapa membacanya dia mendapatkan yang
seperti iu sampai pagi.”[2]
“Allahumma ajrinii mina nnar”
(Ya Allah, selamatkanlah aku dari api neraka!)
Sebanyak tujuh kali. Sungguh, jika kalian membacanya
lantas kalian meninggal malam itu, niscaya di tetapkan bagi kalian keselamatan
dari neraka. Dan apabila kalian menunaikan shalat Subuh, bacalah juga. Sungguh,
jika kalian membacanya lantas kalian meninggal hari itu, niscaya ditetapkan
bagi kalian keselamatan dari neraka.”[3]
Abdullah bin Khubaib radhiyallahu ‘anhu bertutur,
“Disuatu malam yang hujan dan gelap kami pernah mencari Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi wa Sallam supaya mendoakan kami. Akhirnya kami mendapati beliau.
‘Bacalah,’ perintah beliau. Saya diam saja. ‘Bacalah’ perintah beliau lagi.
Saya diam saja. ‘Bacalah,’ perintah beliau lagi. ‘Apa yang harus saya baca?’
tanya saya. ‘Bacalah surat Al-Ikhlas dan Al-Mu’awwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas)
di sore hari dan pagi hari masing-masing 3 kali. Itu akan mencukupimu dari
segala sesuatu!”[4]
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu menyampaikan bahwa
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa di waktu pagi
membaca:
“Allahumma inni asba’htu minka fii, ni’matin wa’afiyatin
wa sitrin fa atimma ‘alayya ni’mataka wa ‘aafiyataka wa sitraka fid dunyaa wal
aakhirah,”
(Ya Allah sesungguhnya pagi ini aku (dengan karunia)
dari-Mu dalam nikmat, selamat dan satr (keburukan-keburukan tertutupi); maka
sempurnakanlah atasku nikmat, selamat, dan satr dari-Mu di dunia dan akhirat.)
Ibnu Sunni, Ath-Thabarani, An-Nasa’i dalam ‘Amal Al-Yaumi
wal Lailah, dan Ahmad dalam Musnad meriwayatkan sebuah hadits yang dinyatakan
hasan oleh Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari dan Al-Iraqi dalam ta’liqnya Ihya’
‘Ulumiddin. Hadits itu dari Abdullah bin Abazi radhiyallahu ‘anhu, bahwa setiap
pagi Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam membaca:
“Ashba’hnaa ‘alaa fithratil Islaam wa kalimatil ikhlaas
wa diini nabiyyinaa Muhammadin sholallahu ‘alaihi wasallama wa millati
Ibraahiima, haniifan, musliman, wa maa anaa minal musyrikin”
(Pagi ini kami dalam fitrah Islam, kalimat Ikhlas, agama
Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam millah Ibrahim yang hanif dan
muslim, dan saya bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik.)[6]
“Allahumma maa ashbaha bii min ni’matin au bi ahadin min
khalqika fa minka wahdaka laa syarika laka falakal hamdu walakasyukr”
(Ya Allah, segala nikmat yang ada padaku atau salah satu
makhluk-Mu di pagi hari, itu adalah dari-Mu saja, tiada sekutu bagi-Mu; maka
segala pujian dan kesyukuran hanya untuk-Mu). Maka, dia telah melaksanakan
syukur untuk harinya itu. Dan barangsiapa membaca yang seperti itu di sore
hari, maka dia telah melaksanakan syukur untuk malamnya itu.”[7]
Al-Mundzir radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa di pagi hari membaca:
“Radhiitu billahi rabbaa wa bil islaami diinan wa bi
muhammadin nabiyyaa.”
(Aku ridha Allah
sebagai Rabb(ku), Islam sebagai Agama(ku), dan Muhammad sebagai Nabi(ku).)
Maka Aku menjamin akan menggandeng tangannya sampai aku
masukkan dia ke Surga.”
Dalam riwayat lain disebutkan: “Barangsiapa di pagi hari
dan di sore hari membaca:
“Radhiinaa billahi ta’alaa rabba wa bil islaami diinaa wa
bi muhammadin shalallahu ‘alaihi wa sallama rasuulaa.”
(Kami ridha Allah Ta’ala sebgai Rabb (kami), Islam
sebagai agama (kami), dan Muhammad sebagai rasul(kami).)
Karena itu seyogianya dua riwayat tersebut dikompromikan,
sehingga dibaca:
“Wa bi muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallama nabiyyaa
wa rasuulaa.”
(dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul(ku)).
Demikian ini disebutkan dalam At-Taghrib dan Hamisy
(catatan pinggir) Shahih Ibnu Hibban.[8]
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari
Juwariyah radhiyallahu ‘anhu, bahwa suatu pagi Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam keluar dari rumahnya seselesai menunaikan shalat Subuh. Waktu itu
Juwairiyah berada di tempat shalatnya. Kemudian Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam kembali di waktu Dhuha sementara Juwairiyah masih duduk disana. Maka
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Kamu masih begitu sejak aku
tinggalkan tadi?” “Benar,” jawab Juwairiyah. Maka Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda, “Sungguh, aku ucapkan setelahmu empat kalimat sebanyak 3
kali. Sekiranya apa yang kamu ucapkan hari ini ditimbang dengannya, niscaya
akan seimbang;
“Subhaanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridhaa
nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midaada kalimaatihi,”
(Mahasuci Allah, aku memuji-Nya sejumlah makhluk-Nya,
sebatas keridhaan-Nya, seberat timbangan ‘arasy-nya, dan sebanyak tulisan
kalimat-Nya.”[9]
Pada ucapan Juwairiyah bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa
Sallam keluar dari rumahnya seselesai shalat Subuh ada isyarat bahwa
kadang-kadang beliau tidak duduk di masjid setelah shalat Subuh. Kiranya itu
untuk suatu keperluan[10]. Wallahu a’lam.
Imam An-Nawawi berkata, “Kita menyitir dari Sunan Abu
Dawud dari Abdurrahman bin Abu Barkah radhiyallahu ‘anhu bahwa dia pernah
berujar, ‘Wahai Ayah, Aku mendengar setiap pagi engaku membaca:
“Allahumma ‘aafinii fii badani Allahumma ‘aafinii fii
sam’ii Allahumma ‘aafiniii basharii. Allahumma inni a’udzuubika minal kufri wal
faqri allahumma inni a’udzuubika min ‘adzaabilaqbri laa ilaaha illaa anta.”
(Ya Allah, selamatkanlah badanku, Ya Allah selamatkanlah
pendengaranku, Ya Allah, Selamatkanlah penghlihatanku, Ya Allah, sesungguhnya
aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefaqiran. Ya Allah, sesungguhnya
aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur. Tiada sesembahan yang benar selain
Engkau). Sebanyak 3 kali dan di waktu sore 3 kali.’ Ayahnya menjawab, ‘Aku
mendengar Rasulullah SAW berdoa dengannya; dan aku sengan melaksanakan
sunnahnya.”[11]
Aban bin Utsman berkata, “Saya mendengar Utsman bin Affan
radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya mendengar Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu
berkata, ‘Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Tidaklah seseorang
membaca:
“Bismillahilladzii laa yadhurru ma’asmihi syaiun fil
ardhi wa laa fissamaai wa huwassamii’ul ‘aliim.”
(Dengan nama Allah yang bersama nama-Nya segala sesuatu
dibumi dan di langit tidak akan membawa mudharat apapun; Dia Maha Mendengar,
Maha Mengetahui) Sebanyak 3 kali setiap pagi dan sore, lantas ada sesuatu yang
mendatangkan bahaya baginya.” Aban menderita sedikit lumpuh sehingga hal itu
membuat orang-orang memperhatikannya. “Apa yang kamu lihat?” Tanya Aban,
“Hadits ini seperti yang aku sampaikan. Hanya saja suatu hari aku tidak
membacanya, supaya takdir Allah berjalan kepadaku.”[12]
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Abu
Bakar pernah berkata, “Wahai Rasulullah! Perintahkan aku dengan sesuatu yang
semestinya aku baca di pagi hari dan di sore hari.” Beliau menjawab, “Bacalah:
“Allahuma ‘aalimal ghaibi wa sysyahaadati, Faathiras
samawaati wal ‘ard, Rabbi kulli sya’in wa maliikahu, Asyhadu alaa ilaaha illa
Anta, A’udzuubika min syarri Nafsii, wa min syarri syaithaani wa syirkihi.”
(Ya Allah, Yang Mengetahui perakara ghaib dan nyata,
Pencipta seluruh langit dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya! Aku
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Engkau. Aku berlindung
kepada-Mu dari kejahatan nafsuku dan dari kejahatan setandan bala tentaranya.)
Bacalah itu di waktu pagi, sore dan saat berangakat
tidur!”[13]
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa di waktu pagi atau di waktu
sore membaca:
“Subhaanallahi wa bihamdihi”
(Mahasuci Allah, aku memuji-Nya) sebanyak 100 kali, maka
pada hari kiamat tidak ada orang yang membawa sesuatu yang lebih baik daripada
yang dibawanya, kecuali seseorang yang membaca apa yang dibacanya atau
melebihinya.”[14]
Syadad bin Aus radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Penghulunya istighfar adalah ucapan:
“Allahumma anta rabbi laa ilaaha illa anta khalaqtanii wa
anaa ‘abduka wa anaa ‘alaa ‘ahdika wawa ‘adika maastatha’tu a’uudzubika
minsyarrimaa shana’atu wa abuuulaka bini’amatika ‘alayya wa abuu u laka
bidzambii faaghfirlii fa innahuu laa yaghfiru dzunuuba illa anta.”
(Ya Allah! Engkaulah Rabbku. Tiada sesembahan yang benar
selain Engkau telah menciptakan aku. Aku adalah hamba-Mu. Aku masih setia
dengan janjiku semampuku. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui
dosaku. Karena itu, ampunilah aku; sungguh, tidak ada yang mengampuni dosa-dosa
selain Engkau.)
Kemudian beliau bersabda, “Siapa saja yang membacanya di
siang hari dengan sepenuh keyakinan, kemudian dia meninggal hari itu sebelum
waktu sore tiba, maka dia termasuk penghuni surga. Dan siapa saja yang
membacanya di malam hari dengan sepenuh keyakinan, kemudian dia meninggal malam
itu sebelum waktu pagi tiba, maka dia termasuk penghuni surga.”[15]
Di tempat lain berbunyi, “Apabila dia membacanya pada
waktu sore hari kemudian dia mati, maka dia akan masuk surga atau termasuk
penghuni surga-, dan apabila dia membacanya pada waktu pagi hari kemudian dia
mati pada hari itu, maka dia akan akan seperti itu.”[16]
[Syahida.com]
Sumber: Sulitkah Shalat Subuh Tepat Waktu? oleh Samir
Al-Qarny bin Muhammad Riziq
[1] Shahih Sunan An-Nasa’i hadits no. 1282. ‘Ubaidah bin
Shamit berkata, “Berdzikir kepada Allah setelah Subuh di masjid hingga matahari
terbit lebih aku sukai daripada aku memacu kuda di jalan Allah Subhanahu wa
Ta’ala.” Dari Al-Hadaq, Ibnul Jauzi 2/135.
[2] Diriwayatkan oleh Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Hibban
di dalam Shahih-nya. Demikian disebut di dalam At-Taghrib wat Tarhib 1/304. Di
dalam Fath Al-Bari, Ibnu Hajar menghasankannya.
[3] Diriwayatkan oleh An-Nasai dan Ibnu Hibban di dalam
Shahih-nya. Di dalam Fath Al-Bari Ibnu Hajar menghasilkannya. Demikian
dikatakan oleh pentahqiq Al-Adzkar-nya Imam An-Nawawi halaman 145.
[4] Shahih Sunan At-Tirmidzi hadits no. 3828.
[5] Diriwayatkan oleh Ibnus Sunni di dalam Al-Musnad dan
Ad-Darimi.Isnadnya hasan. Demikian dinyatakan di dalam Al-Adzkar hadits no.157.
[6] Al-Adzkar hadits no.. 155.
[7] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan An-Nasa’i. Lafal ini
adalah lafal An-Nasa’i. At-Targhib wat Tarhib 1/453. Hadits ini di dalam Shahih
Ibnu Hibban bernomor 861 dan dinyatakan hasan oleh pentahqiqnya.
[8] At-Taghrib wat Tarhib 1/453 dan shahih Ibnu Hibban
hadits no. 863. Pentaqiqnya menyatakan isnadnya kuat. Menurut Imam Ahmad beliau
membacanya 3x di sore hari dan di pagi hari.
[9] Muslim hadits no. 2726, Shahih Ibnu Majah hadits no.
3808, shahih Ibnu Hibban hadits no. 832, dan Shahih Abu Dawud hadits no. 1307.
[10] Jika misalnya dia mempunyai istri atau anak-anak
perempuan yang belum dibangunkan yang belum dibangunkannya sebelum dia
berangkat untuk mengerjakan shalat Subuh, dia tidak boleh duduk di tempat dia
shalat. Sebab amar makruf nahi munkar hukumnya wajib. Dan kepada keluarga lebih
wajib lagi karena Allah berfirman, “Dan perintahkan kepada keluargamu untuk shalat!”
(Thaha: 20: 132).
[11] Diriwayatkan hasan oleh Ibnu Hajar. Demikian disebut
di dalam Al-Adzkar, An-Nawawi halaman 153.
[12] Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban di dalam Shahih-nya
hadits no.862. At-Tirmidzi hadits no. 3628, dan Ibnu Majah hadits no. 3869.
[13] Shahih Sunan At-Tirmidzi hadits no. 8632.
[14] Shahih Sunan At-Tirmidzi hadits no.3716 dan Shahih
Ibnu Hibban hadits no. 859.
[15] Al-Bukhari hadits no. 6306 dan Ibnu Hibban hadits
no. 933.
[16] Al-Bukhari hadits no. 6323.
Sumber: https://www.syahida.com/2015/02/11/1908/dzikir-setelah-mengerjakan-shalat-subuh/#ixzz5Nn6tPnI7
1 komentar:
Izin ya admin..:)
Yuk mainkan permainan POKER No ROBOT 100% silahkan langsung saja merapat dan bermain POKER bersama kami di ARENADOMINO ditunggu ya gan.. :) WA +855 96 4967353
Posting Komentar