Apa Saja Aktivitas
Rasulullah Sebelum Subuh?
Saat umat manusia terlelap dalam dekapan malam,
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam berdiri shalat berjam-jam, hingga tiba
seperenam akhir malam. Jika kita amati seperenam akhir malam itu artinya waktu
subuh dikurangi panjang malam dibagi enam. Seandainya waktu maghrib jatuh pada
pukul 18.00 dan waktu subuh adalah pukul 04.30, maka panjang waktu malam adalah
10 jam 30 menit, sehingga seperenam malamnya adalah satu jam empat puluh lima
menit.
Berdasarkan perhitungan waktu di atas, maka seperenam
akhir malam jatuh pada pukul 02.45 dini hari. Jadi Rasulullah SAW tidur lagi
setelah beribadah sepanjang malam kurang lebih di antara pukul 02.45 dini hari
hingga azan subuh. Bisa jadi beliau tidur pukul 03.00 atau lebih dari itu.
Bangun tidur
Ketika gema azan subuh memecah keheningan Madinah,
Rasulullah SAW segera membuka kedua mata beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
nan indah kemudian bangun dari tidurnya yang hanya beberapa puluh menit saja.
Hal pertama yang beliau lakukan adalah bersyukur kepada Allah seraya
mengucapkan :
الحَمْدُ
ِللهِ الَّذِي أَحْيَاناَ بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَ إِلَيْهِ النُّشُوْرُ
Segala puji
bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkanNya dan kepadaNya
kami dibangkitkan. Hadits Shohih (HR. Bukhari no. 6312 dari Shahabat Hudzaifah
radhiallahu'anhu dan Muslim no. 2711 (59) dari Shahabat Al-Baro'
radhiallahu'anhu)
Setelah itu
Rasulullah SAW bersiwak. Siwak adalah dahan atau akar dari pohon Salvadora
Persica yang digunakan untuk membersihkan gigi, gusi dan mulut. Bersiwak tidak
harus menggunakan kayu siwak, akan tetapi semua dahan atau akar pohon apa saja
boleh digunakan untuk bersiwak jika memenuhi persyaratannya, yaitu lembut, bisa
membersihkan, berserat serta bersifat basah dan seratnya tidak berjatuhan
ketika digunakan untuk bersiwak. Bersiwak juga dapat dilakukan dengan menggosok
gigi menggunakan sikat gigi dan pasta gigi.
Dari
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَشُوصُ فَاهُ بِالسِّوَاكِ
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa apabila hendak shalat malam
(tahajjud), beliau membersihkan mulutnya dengan siwak.” (Muttafaqun ‘alaihi,
HR. Bukhari dan Muslim)
Shalat
Sunah Fajar
Setelah itu
beliau berdoa dan berdzikir, kemudian menunaikan dua rakaat shalat sunah fajar.
Semua out beliau lakukan di rumah. Rasulullah SAW bersabda:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ
مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua
raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan
seisinya.” (HR. Muslim no. 725).
Tidak ada
shalat sunah yang beliau perhatikan melebihi shalat sunah Fajar. Sayidah
‘Aisyah Rhadiyallahu ‘anha berkata: Rasulullah SAW tidak pernah memberikan
perhatian kepada shalat sunah sebesar perhatian beliau kepada dua rakaat Fajar.
(HR. Bukhari)
Nabi SAW
selalu menunaikan shalat sunah fajar dengan singkat (cepat akan tetapi tidak
tergesa-gesa). Karena begitu cepatnya shalat sunah fajar beliau tersebut
dibanding dengan shalat-shalat sunah beliau lainnya, sampai-sampai ada yang
bertanya, “Apakah beliau membaca surah Al-Fatihah?”
Sayidah
‘Aisyah Rhadiyallahu ‘anha berkata:
Dahulu
Rasulullah SAW jika waktu subuh telah tiba, beliau menunaikan dua rakaat shalat
sunnah (fajar). (karena begitu cepat shalat beliau, sampai-sampai) aku berkata,
“Apakah beliau membaca surah Al-Fatihah di kedua rakaat tersebut?” (HR. Muslim)
Dalam
melaksanakan shalat sunah Fajar pada rakaat pertama setelah membaca surah
Al-Fatihah, Rasulullah SAW membaca surah Al-Kafirun dan pada rakaat keduanya
surah Al-Ikhlas sebagaimana dinyatakan oleh Sayidah Aisyah Radhiyallahu ‘anha
berikut:
“Dahulu
Rasulullah SAW selalu menunaikan shalat sunah dua rakaat sebelum subuh (shalat
sunah fajar), dan beliau bersabda, “Dua surat terbaik yang dibaca dalam dua
rakaat Fajar adalah Qul Huwallahu Ahad (Al-Ikhlas) dan Qul Ya Ayyuhal Kafirun
(Al-Kafirun).” (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang kuat)
Selain
menunaikan shalat fajar dan berdoa, beliau tidak langsung ke masjid. Jika istri
beliau telah bangun, maka beliau bercakap-cakap dengan istrinya dengan
percakapan yang penuh kasih sayang.
Sayidah
Aisyah berkata : “Sesungguhnya Nabi SAW, dahulu selalu menunaikan dua rakaat
(sunah fajar). Setelah shalat, jika aku terjaga, maka beliau bercengkarama
denganku, dan jika aku tidur, maka beliau berbaring (pada sisi kanan tubuh
beliau).” (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Bagaimana
pendapat kita tentang istri tercinta yang memulai harinya dengan sapaan mesra
dari sang suami ? Namun, jika istrinya Rasulullah masih tidur (karena tengah
berhalangan, tidak shalat), maka Rasul berbaring di sisi kanan tubuhnya hingga
tiba waktu iqamat.
Berjalan ke
masjid
Setelah
sebagian besar sahabat berkumpul di masjid. Sayyidina Bilal ra segera
mendatangi Rasulullah SAW dan berkata :
“Duhai
Rasulullah, waktu shalat telah tiba” (HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqi)
Lalu
Rasulullah melangkah kaki meninggalkan rumahnya menuju masjid untuk mengimami
shalat berjamaah, seraya memandang ke langit beliau berdoa:
بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ
عَلَى اللهِ، لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ, اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ
بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ
أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَىَّ
“Dengan
menyebut nama Allah, aku berpasrah diri kepada Allah, tiada daya dan kekuatan
melainkan atas izin Allah. Duhai Allah, sungguh aku berlindung denganMu agar
aku tidak tersesat atau disesatkan, tergelincir atau digelincirkan, berbuat
dzalim atau didzalimi, berbuat bodoh atau dibodohi.” (Disarikan dari doa Nabi
SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)
Barangsiapa
membaca doa di atas saat keluar rumah menuju masjid, maka : Allah menghadapkan
wajahNya kepadanya dan tujuh puluh malaikat memohonkan ampun untuknya. (HR.
Ibnu Majah)
Saat
memasuki masjid, beliau langkahkan kaki kanan beliau yang mulia sambil berdoa:
اللَّهُمَّ افْتَحْ لِي
أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ
“Ya Allah,
bukalah untukku pintu-pintu rahmat-Mu.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, Ad-Darimi,
Ibnu Hibban dan Al-Baihaqi)
أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ
وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Aku
berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, wajah-Nya yang mulia dan kekuasaan-Nya
yang terdahulu dari godaan setan yang terkutuk.” (HR. Abu Daud)
Dan
selanjutnya beliau memimpin shalat subuh berjamaah bersama para sahabat yang
menjadi makmumnya. Masya Allah, Barakallah fiik
Disadur
dari : Buku Sehari Bersama Rasul, Ustadz Naufal bin Muhammad Al-Aidarus
0 komentar:
Posting Komentar