Membaca Ayat Kursi Bada Sholat Fardhu
MEMBACA AYAT KURSI BA’DA SHOLAT FARDHU
Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Bermula
dari sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم
dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imaam An Nasaa’i dan Imaam Ibnu Sunni, dari
salah seorang shohaby bernama Abu Umaamah Al Baahili رضي
الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم
bersabda:
من قرأ آية الكرسي دبر كل
صلاة مكتوبة، لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت
“Barangsiapa
yang membaca ayat Kursi pada setiap selesai sholat fardhu, maka tidak ada
dinding pemisah antara orang itu dengan surga kecuali kematian”. (Hadits
Riwayat Ibnu Sunni dari Abu Umaamah Al Baahili رضي
الله عنه dishohiihkan oleh Syaikh Al Albaany)
Maksudnya,
kalau orang itu mati maka ia berhak masuk surga, asalkan melazimkan membaca
ayat Kursi pada setiap selesai sholat fardhu.
Pembacaan
ayat Kursi tersebut sebenarnya rangkaian dari sunnah-sunnah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم berkenaan dengan do’a dan dzikir setelah
sholat fardhu. Maka kita harus meyakini
bahwa sunnahnya setelah sholat fardhu itu ada dzikir dan ada doa. Itu adalah
ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Dan itu diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jama ah. Dan jangan terpancing oleh
sekelompok orang yang selesai sholat melakukan wirid bersama-sama, satu suara,
satu komando dan dikomando oleh imaam sholat, membaca surat Al Fatihah, lalu
membaca wirid-wirid lainnya dengan suara dikeraskan. Lalu do’anya dipimpin oleh
imaam sholat, lalu berdiri melingkar, saling bersalaman, sambil “menyanyikan”
Sholawat Nabi. Maka selesailah rangkaian upacara sholat menurut mereka.
Rangkaian acara yang demikian, justru tidak pernah dicontohkan oleh
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Tidak ada sunnahnya
dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Karena amalan itu baru disebut ibadah kalau berdalil atau dengan kata lain, ada
dasar hukumnya dari Islam.
Kalau kata
“sunnah” itu diartikan sebagai “anjuran” maka tidak boleh mencela atau
mengolok-olok, atau mencaci-maki kepada orang-orang yang selesai sholat
langsung pergi. Sebetulnya memang jangan langsung pergi, karena selesai sholat
fardhu ada dzikir, do’a dan seterusnya.
Maka
marilah kita cermati dan jernihkan permasalahannya, bahwa Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengajarkan sesuai dengan apa yang ada
dalam dalil-dalil. Bahwa apabila
dalilnya begitu, marilah kita jalankan bersama. Tetapi kalau tidak ada
dalilnya, maka dalam beribadah kita jangan berdasarkan kreatifitas. Jangan
berdasarkan inisiatif, jangan karena kebiasaan atau budaya warisan. Kita
beribadah karena firman Allooh سبحانه وتعالى,
dan karena sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Kembali
kepada Ayat Kursi, adalah merupakan rangkaian dzikir ketika selesai melakukan
sholat fardhu berjama’ah. Apabila selesai sholat fardhu berjama’ah, maka
sunnahnya diantaranya adalah :
1. Membaca
Istighfar 3 kali :
أستغفر الله
“Astaghfirullooh,
Astghfirullooh, Astaghfirullooh.”
2. Membaca
:
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ
وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
“Alloohumma
Antas salaamu, wa mingkas salaamu, tabaarokta dzal jalaali wal ikroomi.”
3. Membaca
:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ
شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Laa ilaaha
illalloohu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa
kulli syai-in qodiir.”
4. Membaca
:
اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا
أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِىَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ
الْجَدُّ
“Alloohumma
laa maani’a lima a’thoita, wa laa mu’thiya lima mana’ta, wa laa yanfa’u dzal
jadi minkal jaddu.”
5. Membaca,
masing-masing sebanyak 33 kali:
سبحان الله
الحمد لله
ألله أكبر
Subhaanallooh
(33 X), Alhamdulillaah (33 X), Alloohu Akbar (33 X).
Atau
(Subhaanallooh
walhamdulillaah Alloohu Akbar 33 X).
(1x) لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Laa ilaaha
illalloohu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa
kulli syai im ba’du.”
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى
ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Alloohumma
a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika.”*
* Lebih
lengkapnya, dapat merujuk ke makalah: “Dzikir & Do’a Ba’da Sholat Fardhu”
7. Membaca:
Ayat Kursi.
اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا
هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي
السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا
بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ
بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
“Alloohu
laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuumu, laa ta’khudzuhu sinatuw walaa nauum,
lahu maa fis samaawaati wamaa fil ardhi mandzalladzii yasyfa’u ‘indahu illaa bi
idznihii, ya’lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai
im min ‘ilmihi illaa bimaa syaa-a, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardhi
walaa ya uuduhu hifdzuhuma wahuwal ‘aliyyul ‘adziimu.”
Artinya:
“Allooh
adalah tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia yang Maha Hidup lagi Maha
Berdiri sendiri. Allooh tidak mengantuk dan tidak lah tidur. Milik-Nya apa-apa
yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi
Allooh kecuali dengan izin-Nya. Allooh Maha Mengetahui apa yang di hadapan
mereka dan apa yang di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sedikit pun
dari ilmu-Nya kecuali dengan apa yang Allooh kehendaki. Kursi Allooh meliputi
langit dan bumi dan Allooh tidak lah berat dalam memelihara keduanya dan Allooh
Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS Al Baqoroh ayat 255)
(Hadits
Shohiih Riwayat Imam An Nasaa-i dari Abu Umaamah رضي
الله عنه)
Lalu selanjutnya
terserah anda ingin membaca do’a panjang atau pendek, dimbil dari Al Qur’an dan
Hadits, atau ingin do’a yang diungkapkan dengan bahasa Arab atau bahasa
Indonesia dalam hati, boleh saja, silakan. Sekali-sekali boleh dengan
mengangkat tangan, sekali-sekali boleh tidak dengan mengangkat tangan. Berdo’a
selalu dengan mengangkat terus menerus, maka itu tidak ada dalilnya. Jadi
kadang mengangkat tangan kadang tidak. Demikian yang dicontohkan oleh
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Jadi jangan lah berdo’a setiap selesai sholat
fardhu selalu dengan mengangkat tangan, karena Haditsnya adalah Dho’if.
Rosuulullooh
صلى الله عليه وسلم menyatakan dengan
Sunnatun Qouliyah, seperti disebutkan diatas, sabda beliau صلى الله عليه وسلم:
من قرأ آية الكرسي دبر كل
صلاة مكتوبة، لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت
“Barangsiapa
yang membaca ayat Kursi (surat al Baqoroh ayat 255), setiap selesai sholat
fardhu, baginya tidak ada yang menghalangi antara ia dengan surga kecuali
kematian”.
Berarti
kalau orang itu sudah mati, sangat besar peluang bagi orang tersebut untuk
masuk surga.Masalahnya adalah harus didawamkan (dilazimkan), setiap selesai
sholat fardhu membaca ayat Kursi. Tetapi kita juga memahami tidak hanya sholat
fardhu saja, melainkan juga sholat-sholat sunnah.
Hadits
tersebut memberikan kepada kita semua beberapa pelajaran, antara lain :
1.
Sunnahnya membaca ayat Kursi setiap selesai sholat fardhu.
2. Ayat
Kursi menghantarkan kita ke surga.
3.
Rosuululloohصلى الله عليه وسلم mengajarkan umatnya
dengan motivasi. Beliau menggugah umatnya agar selalu taat kepada Allooh سبحانه وتعالى dan beribadah diantaranya membaca ayat
Kursi setiap ba’da sholat fardhu. Dan itu pahalanya adalah masuk ke dalam
surga. Itu adalah keutamaan amal, yang tentunya amalan tersebut harus lah
berdasarkan Hadits yang Shohiih.
4. Surga
disediakan oleh Allooh سبحانه وتعالى
bagi orang yang beramal shoolih.
Ternyata
modal untuk masuk surga itu sedikit. Yang paling penting adalah ruh beribadah
kepada Allooh سبحانه وتعالى itu sendiri. Penghambaan
kepada Allooh سبحانه وتعالى itu sendiri yang
membuat kita menjadi mudah untuk mendapatkan surga Allooh سبحانه وتعالى. Bukan karena ayat Kursinya.
Ayat Kursi
itu adalah Wasiilah (jalan), tidak boleh kita menuhankan ayat Kursi . Dan tidak
boleh kita hanya meng-khususkan ayat Kursi, karena disamping ayat Kursi ada
dzikir dan do’a-do’a lain yang dicontohkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم .
Jadi
membaca ayat Kursi ba’da sholat fardhu itu adalah karena Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menganjurkannya kepada kita. Sehingga yang
demikian itu adalah Ittiba’ kepada Rosuulullooh صلى
الله عليه وسلم (mengikuti ajaran Rosuulullooh صلى
الله عليه وسلم). Dan Ittiba’ kepada Rosuulullooh صلى
الله عليه وسلم itu lah yang dapat menyebabkan kita masuk ke dalam surga.
Firman
Allooh سبحانه وتعالى dalam AlQur’an:
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ
فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
“Siapa yang
taat kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم
maka ia adalah taat kepada Allooh سبحانه وتعالى”
(QS An Nisaa’ ayat 80)
Hikmah ayat
Kursi.
Apa
rahasianya, hikmahnya, sehingga satu ayat (ayat Kursi) bisa menghantarkan kita
masuk surga Allooh سبحانه وتعالى?
Ternyata
dalam ayat Kursi terdapat 5 Hikmah penting :
Pertama, di
dalamnya terdapat Nama dan Sifat Allooh سبحانه وتعالى.
di antaranya :
Allooh سبحانه وتعالى, yaitu dalam kalimat: Alloohu laa ilaaha
illaa huwa.
Al Hayyu
(Maha Hidup)
Al Qoyyuum
(Maha Tegak, Berdiri)
Al ‘Aliyyu
(Maha Tinggi)
Al ‘Adziim
(Maha Agung).
1. Allooh سبحانه وتعالى, kita sebut demikian, atau dengan bahasa
Tauhid disebut dengan Tawassul, bertawasul dengan Nama Allooh سبحانه وتعالى.
2. Al
Hayyu, artinya Yang Maha Hidup, kalimat ini tidak boleh ditasybiih
(diserupakan) dengan makhluk-Nya. Kalau manusia hidup adalah makan, minum, buang
kotoran, dsbnya. Sedangkan Allooh سبحانه وتعالى
berbeda dengan makhluk-Nya. Jadi kalau dikatakan Allooh Maha Hidup, jangan
dipahami hidup sebagaimana makhluk-Nya.
3. Al
Qoyyum, artinya Maha Berdiri Sendiri tidak membutuhkan bantuan siapapun,
bahklan Allooh سبحانه وتعالى lah yang membuat,
mengatur dan mengedarkan seluruh alam semesta yang ada dalam kekuasaan-Nya.
Maka bila manusia meyakini bahwa Allooh adalah Al Qoyyum, maka ia akan meminta
kepada Allooh سبحانه وتعالى. Yang Maha Memberi.
4. Al
‘Aliyyu, artinya Diatas. Tetapi jangan diartikan bahwa Diatas adalah arah
tempat, menurut analogi manusia, melainkan Diatas yang layak bagi Allooh سبحانه وتعالى, yaitu Yang Maha Tinggi. Menurut para
‘Ulama, Yang Diatas maknanya dalam 3 kategori, yaitu :
‘Uluwwul Dzaat,
Maksudnya Dzat Allooh سبحانه وتعالى
adalah diatas. Semua makhluk di bawah Allooh سبحانه
وتعالى.
‘Uluwwus
sifaat, maknanya Allooh Maha Tinggi dan tidak ada yang menyamai Allooh سبحانه وتعالى.
‘Uluwwul
Qohr, maknanya Allooh selalu Perkasa, tidak ada yang bisa mengalahkan-Nya.
5. Al
‘Adzim, artinya Maha Agung, Maha Besar. Tidak ada yang bisa menandingi dalam
Kebesaran-Nya. Bahkan alam semesta beserta isinya ini bila ditaruh dalam
genggaman Allooh سبحانه وتعالى, tidak ada sebesar
biji sawi.
Itulah maka
dalam Ayat Kursi terdapat makna yang sangat besar, yaitu diantaranya adalah
Nama-Nama Allooh سبحانه وتعالى, yang dengan Nama-Nya
kita punya kebanggaan: Allooh yang diibadahi, Allooh Yang Maha Tinggi, Allooh
tempat kita meminta. Allooh adalah Berdiri sendiri, tempat kita bergantung,
semuanya itu ada terdapat dalam Ayat Kursi. Oleh karena itu sebenarnya jika
manusia menghayati arti ayat Kursi, akan cukup mengarahkan dirinya untuk sampai
kepada Allooh سبحانه وتعالى.
Kedua, di
dalam ayat Kursi terdapat Kalimat Tauhid: Alloohu laa ilaaha illaa huwa.
Orang bila
ingin masuk ke dalam surga, kuncinya adalah Kalimat Tauhid: Laa ilaaha
illallooh, sebelum kita lahir, di awal kita lahir, di awal kita baligh, bahkan
di akhir kita mati, harus mengatakan Laa ilaaha illallooh. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Siapa yang
akhir kata-kataya ketika sebelum mati adalah dengan kalimat Laa ilaaha
illallooh, orang tersebut akan masuk ke dalam surga Allooh سبحانه وتعالى.” (Hadits Riwayat Imam Abu Dawud dari
Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه)
Kalimat
tersebut juga terdapat dalam Ayat Kursi. Maka wajar bila kita melazimkan membaca Ayat Kursi, insya Allooh akan
memberikan kita Kalimatut Tauhiid.
Ketiga,
Kalimat Tauhiid Laa ilaaha illallooh, artinya: Tidak ada yang berhak di-
ibadahi dengan sebenarnya kecuali hanya lah Allooh سبحانه
وتعالى. Yang berhak untuk mendapatkan penghambaan hanya lah Allooh سبحانه وتعالى. Maka bila kita hendak melakukan sesuatu
ibadah atau amal apapun, jangan karena manusia.
Keempat,
Allooh سبحانه وتعالى bebas dari cela dan
kurang. Tidak ada cela dan kurang bagi Allooh سبحانه
وتعالى. Sementara setiap manusia di dunia ini ada celanya, ada
kekurangannya. Dalam ayat Kursi disebutkan:
laa ta’khudzuhu sinatuw walaa nauum. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Tidak
lelah dan tidak merasa berat mengurus alam semesta dan makhluk-Nya.
Seperti
dalam Surat Asy Syuroo ayat 11 (akhir ayat):
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ
وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Dalam Surat
Al Isroo’ ayat 43:
سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا
“Maha Suci
dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang
sebesar-besarnya”.
Kelima,
Allooh-lah Pemilik apa-apa yang di langit dan apa-apa yang di bumi. Hal ini
kita akui, dan pengakuan seperti ini (yaitu menganggap bahwa Allooh سبحانه وتعالى adalah Robb, dan oleh karena itu sudah
selayaknya jika seseorang menyembah
Allooh سبحانه وتعالى) akan memberikan
surga.
Keenam,
Tidak ada yang memiliki Syafa’at kecuali Allooh سبحانه
وتعالى. Yang memiliki Syafa’at hanyalah Allooh سبحانه وتعالى. Hanya Allooh سبحانه
وتعالى yang berkuasa memberi izin kepada orang yang Allooh izinkan
untuk memberi Syafa’at. Syafa’at adalah
penggenap, misalnya: bahwa untuk syarat kelulusan seseorang masuk surga itu
minimal nilainya 6, lalu ternyata seseorang hanya mendapat nilai 5,5. Maka ia
kurang nilai 0,5. Maka diberikanlah Syafa’at 0,5 agar bisa masuk surga. Nilai
0,5 itulah yang disebut Syafa’at.
Jika
seseorang sudah beramal, sholat, dzikir, sholawat dsb, ternyata sampai di
akhirat ia belum memenuhi syarat masuk surga karena nilainya masih kurang, oleh
karena itu Allooh سبحانه وتعالى memberikan kesempatan
kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم,
untuk memberikan Syafa’at kepada umatnya, dan karena itu ada orang yang
seharusnya masuk neraka, diberikan Syafa’at lalu bisa masuk surga. Ada orang
yang seharusnya masuk neraka yang paling bawah, lalu diberikan Syafa’at oleh
Nabi صلى الله عليه وسلم, lalu bisa naik,
masuk neraka yang lebih ringan. Maka harus kita yakini bahwa Syafa’at yang
memiliki hanya Allooh سبحانه وتعالى.
Allooh سبحانه وتعالى hanya memberi kepada
orang yang diizinkan-Nya.
Ketujuh,
Allooh سبحانه وتعالى Maha Mengetahui
segala makhluknya, apa yang dikerjakan, apa yang terjadi besok, apa yang akan
terjadi di akhirat, rahasianya ada di tangan Allooh سبحانه
وتعالى. Manusia tidak tahu dan
suka lupa. Allooh سبحانه وتعالى tidak pernah lupa dan
tidak pernah tidak tahu untuk masa yang akan datang. Dan semua itu terdapat
dalam Ayat Kursi.
Pengetahuan
Allooh Maha Luas, tidak ada yang mengetahui kecuali hanya orang yang Allooh
beri, itupun hanya sedikit.
Kedelapan,
ilmunya makhluk itu adalah bagian kecil
dari pada tetesan air laut. Lihat Surat
Al Kahfi ayat 109. Ilmu Allooh سبحانه وتعالى tidak akan pernah habis. Demikian pula dapat dilihat dalam Surat
Luqman ayat 27 : Kalau seandainya laut ini digandakan menjadi tujuh kali lipat, untuk mencatat Ilmu Allooh سبحانه وتعالى,
tidak akan pernah habis Ilmu Allooh سبحانه
وتعالى. Dua ayat itu
mmembuktikan bahwa Ilmu Allooh سبحانه وتعالى
itu sangat luas.
Kesembilan,
Besarnya Kursi Allooh سبحانه وتعالى
meliputi langit dan bumi, sehingga tidak bisa digambarkan betapa besarnya.
Kesepuluh,
Allooh Maha Pemelihara. Yang mengatur semua urusan. Termasuk lahirnya anak
manusia, matinya manusia, yang mengatur seluruh peredaran alam ini, sehingga
bumi menjadi selamat, tidak berbenturan satu sama lain apa yang menjadi isi
alam ini.
Subhaanallooh,
semua itu ada dalam Ayat Kursi. Oleh karena itu wajar kalau kita renungkan
secara mendalam betapa hikmah yang ada dalam Ayat Kursi. Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:
من قرأ آية الكرسي دبر كل
صلاة مكتوبة، لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت
“Barangsiapa
yang membaca ayat Kursi setiap selesai sholat fardhu, baginya tidak ada yang
menghalangi antara ia dengan surga kecuali kematian”.
Demikianlah,
mudah-mudahan kita mendapat hidayah dari Allooh سبحانه
وتعالى, selalu ditunjukkan jalan yang menuju ridho-Nya, sehingga kita
bisa meraih surga dengan derajat yang tinggi. Aamiiin.
Tanya-Jawab:
Pertanyaan:
Ada riwayat
seseorang yang meminta pampasan perang, dimana harta pampasan perang itu dijaga
oleh salah seorang sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم. Setelah beberapa kali meminta, si sahabat
mengadukan halnya kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه
وسلم. Beliau lalu menjawab bahwa esok hari orang itu akan datang
lagi meminta, dan itu adalah syaithoon. Setelah syaithoon itu ditangkap, lalu
syaithoon itu merayu kepada sahabat penjaga harta pampasan perang: “Lepaskanlah
saya, nanti akan saya kasih tahu kepadamu bahwa syaithoon itu takut dengan Ayat
Kursi.” Lalu sekarang banyak orang yang mengobati dengan cara Ruqyah, dengan
dibacakan ayat Kursi. Bagaimana itu,
benarkah?
Jawaban:
Benar.
Riwayat yang anda ceritakan adalah shohiih.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنْ الطَّعَامِ
فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَصَّ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ
فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا
يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ
Haditsnya
diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan yang dimaksud Sahabat itu adalah Abu
Hurairoh رضي الله عنه. yang ditugasi oleh
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم untuk menjaga harta
zakat kaum muslimin. Lalu ada orang yang datang meminta harta itu sekali, esok
harinya datang lagi, dan hari ketiga datang lagi untuk meminta harta simpanan
itu. Pada kali yang terakhir si orang yang sebetulnya syaithoon itu berkata
kepada Abu Hurairoh رضي الله عنه: “Kalau kamu tidak
mau didatangi oleh aku (syaithoon), bacakan ayat Kursi”. Dan benar, esok hari
dan seterusnya syaithoon itu tidak pernah datang lagi, karena dibacakan ayat
Kursi oleh Abu Hurairoh رضي الله عنه.Yang
demikian itu dilaporkannya kepada Rosuulullooh صلى
الله عليه وسلم, lalu beliau bersabda: “Shodaqoka wa huwa kadzuub” (Dia
mengajarkan kebenaran, tetapi dia sendiri adalah pendusta). (Hadits Riwayat
Imaam Al Bukhoory dari Abu Hurairoh رضي الله عنه)
Adapun Ayat Kursi suka dibuat untuk menolak Jin
ataupun untuk me-ruqyah, itu memang benar dan dibenarkan. Kita hendaknya
melindungi diri dengan Ayat Kursi. Allooh سبحانه
وتعالى akan melindungi kita dari gangguan syaithoon.
Dan
hendaknya kita jangan minta di-ruqyah oleh orang. Kita harus bisa me-ruqyah
diri kita sendiri. Oleh karena itu kami anjurkan, bahwa setiap kita hendaknya
punya tabungan hafal Al Qur’an minimal satu Juz. Hendaknya orang awam dari kaum
muslimin pun masing-masing punya tabungan hafal bacaan Al Qur’an minimal satu
Juz.
Terutama
Juz ‘Amma, di dalamnya banyak surat-surat yang isinya bisa untuk me-ruqyah.
Yang menonjol di antaranya adalah Surat Al Zalzalah, Al Falaq, An Naas, Al
Waaqi’ah, Al Hadiid.
Pertanyaan:
Tentang
membaca Ayat Kursi ba’da sholat fardhu, ada yang mengajarkan bahwa sebelum membaca Ayat Kursi,
hendaknya membaca salah satu ayat dari Surat Al Baqoroh ayat 163:
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Wa
ilahukum ilaahukum waahidun laailaaha ilala huwarrohmanurrohiim”, lalu membaca
Ayat Kursi. Yang demikian itu bagaimana ?
Jawaban:
Kalau ada
dalil yang membolehkan merangkaikan ayat yang satu dengan ayat yang lain, maka
silakan. Tetapi kalau tidak ada dalil yang mengharuskan mengkaitkan ayat 1
sampai 5 misalnya, atau ayat 7 ditambah dengan ayat 12, dstnya, maka tidak usah
diamalkan. Justru memotong-motong ayat bisa mengubah posisi Al Qur’an. Maka
hendaknya kita laksanakan apa yang disebutkan dalam Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Kalau disebutkan Ayat Kursi, bacalah ayat
Kursi saja. Kita tidak berwenang untuk merangkaikan satu ayat dengan ayat yang
lain. Akan menjadi Bid’ah kalau tidak sesuai dengan ketetapan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Puaslah dengan ketetapan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, tidak perlu ditambah atau dikurangi.
Pertanyaan:
Ada Hadits
lain yang berkaitan dengan Bertawasul kepada Allooh سبحانه
وتعالى dengan Asma Allooh, kalau tidak salah diriwayatkan oleh Imam
Turmudzi, yang isinya: Barangsiapa membaca tiga ayat terakhir dari Surat Al
Hasyr, lalu bagaimana kaitannya dengan ayat Kursi?
Jawaban:
Memang
dalam bahasan diatas tidak dikaitkan dengan ayat-ayat yang lain, karena yang
sedang kita bahas adalah Ayat Kursi. Tetapi benar memang, dalam Hadits-Hadits
yang shohiih terdapat bahwa ada ayat-ayat (Surat-Surat) tertentu yang mempunyai
keutamaan tertentu. Dan itu dibenarkan, karena memang Haditsnya Shohiih. Tetapi
jangan sampai ada yang kebablasan (keterusan), lalu percaya dengan
riwayat-riwayat yang Dho’if. Misalnya: Kalau ingin agar bisa tidak terlihat
oleh orang, bisa menghilang, bacalah ayat:
وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ
أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ
Waja’alnaa
mim baini aidiihim saddan wamin kholfihim saddan fa aghsoinaahum fahum la yubshiruun, dst. (QS
Yaasiin ayat 9).
Memang ayat
ini isinya menyelimuti muka baik dari depan maupun belakang, lalu ayat ini
dipakai untuk ilmu kebatinan, dianggap itu ilmu untuk menghilang. Dan yang
demikian itu tidak dibenarkan.
Sekian
bahasan kita, mudah-mudahan bermanfaat.
سُبْحَانَكَ
اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
0 komentar:
Posting Komentar