Kamis, 02 Agustus 2018

Membaca Ayat Kursi Bada Sholat Fardhu


Membaca Ayat Kursi Bada Sholat Fardhu

MEMBACA AYAT KURSI BA’DA SHOLAT FARDHU

Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Bermula dari sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam Hadits yang diriwayatkan oleh Imaam An Nasaa’i dan Imaam Ibnu Sunni, dari salah seorang shohaby bernama Abu Umaamah Al Baahili رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

من قرأ آية الكرسي دبر كل صلاة مكتوبة، لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت

“Barangsiapa yang membaca ayat Kursi pada setiap selesai sholat fardhu, maka tidak ada dinding pemisah antara orang itu dengan surga kecuali kematian”. (Hadits Riwayat Ibnu Sunni dari Abu Umaamah Al Baahili رضي الله عنه dishohiihkan oleh Syaikh Al Albaany)

Maksudnya, kalau orang itu mati maka ia berhak masuk surga, asalkan melazimkan membaca ayat Kursi pada setiap selesai sholat fardhu.

Pembacaan ayat Kursi tersebut sebenarnya rangkaian dari sunnah-sunnah Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم berkenaan dengan do’a dan dzikir setelah sholat fardhu.   Maka kita harus meyakini bahwa sunnahnya setelah sholat fardhu itu ada dzikir dan ada doa. Itu adalah ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Dan itu diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jama ah. Dan jangan terpancing oleh sekelompok orang yang selesai sholat melakukan wirid bersama-sama, satu suara, satu komando dan dikomando oleh imaam sholat, membaca surat Al Fatihah, lalu membaca wirid-wirid lainnya dengan suara dikeraskan. Lalu do’anya dipimpin oleh imaam sholat, lalu berdiri melingkar, saling bersalaman, sambil “menyanyikan” Sholawat Nabi. Maka selesailah rangkaian upacara sholat menurut mereka. Rangkaian acara yang demikian, justru tidak pernah dicontohkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Tidak ada sunnahnya dari Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Karena amalan itu baru disebut ibadah kalau berdalil atau dengan kata lain, ada dasar hukumnya dari Islam.

Kalau kata “sunnah” itu diartikan sebagai “anjuran” maka tidak boleh mencela atau mengolok-olok, atau mencaci-maki kepada orang-orang yang selesai sholat langsung pergi. Sebetulnya memang jangan langsung pergi, karena selesai sholat fardhu ada dzikir, do’a dan seterusnya.

Maka marilah kita cermati dan jernihkan permasalahannya, bahwa Sunnah Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم mengajarkan sesuai dengan apa yang ada dalam  dalil-dalil. Bahwa apabila dalilnya begitu, marilah kita jalankan bersama. Tetapi kalau tidak ada dalilnya, maka dalam beribadah kita jangan berdasarkan kreatifitas. Jangan berdasarkan inisiatif, jangan karena kebiasaan atau budaya warisan. Kita beribadah karena firman Allooh سبحانه وتعالى, dan karena sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.

Kembali kepada Ayat Kursi, adalah merupakan rangkaian dzikir ketika selesai melakukan sholat fardhu berjama’ah. Apabila selesai sholat fardhu berjama’ah, maka sunnahnya diantaranya adalah :

1. Membaca Istighfar 3 kali :

أستغفر الله

“Astaghfirullooh, Astghfirullooh, Astaghfirullooh.”

2. Membaca :

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

“Alloohumma Antas salaamu, wa mingkas salaamu, tabaarokta dzal jalaali wal ikroomi.”

3. Membaca :

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

“Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai-in qodiir.”

4. Membaca :

اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِىَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

“Alloohumma laa maani’a lima a’thoita, wa laa mu’thiya lima mana’ta, wa laa yanfa’u dzal jadi minkal jaddu.”
5. Membaca, masing-masing sebanyak 33 kali:

سبحان الله

الحمد لله

ألله أكبر

Subhaanallooh (33 X), Alhamdulillaah (33 X), Alloohu Akbar (33 X).
Atau

(Subhaanallooh walhamdulillaah  Alloohu Akbar 33 X).

(1x) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

“Laa ilaaha illalloohu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syai im ba’du.”

6. Membaca do’a :

اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

“Alloohumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika.”*
* Lebih lengkapnya, dapat merujuk ke makalah: “Dzikir & Do’a Ba’da Sholat Fardhu”

7. Membaca: Ayat Kursi.

اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لَا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلَا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلَّا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَلَا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ

“Alloohu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuumu, laa ta’khudzuhu sinatuw walaa nauum, lahu maa fis samaawaati wamaa fil ardhi mandzalladzii yasyfa’u ‘indahu illaa bi idznihii, ya’lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum wa laa yuhiithuuna bisyai im min ‘ilmihi illaa bimaa syaa-a, wasi’a kursiyyuhus samaawaati wal ardhi walaa ya uuduhu hifdzuhuma wahuwal ‘aliyyul ‘adziimu.”

Artinya:
“Allooh adalah tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Dia yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri sendiri. Allooh tidak mengantuk dan tidak lah tidur. Milik-Nya apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allooh kecuali dengan izin-Nya. Allooh Maha Mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka. Mereka tidak mengetahui sedikit pun dari ilmu-Nya kecuali dengan apa yang Allooh kehendaki. Kursi Allooh meliputi langit dan bumi dan Allooh tidak lah berat dalam memelihara keduanya dan Allooh Maha Tinggi lagi Maha Agung.” (QS Al Baqoroh ayat 255)
(Hadits Shohiih Riwayat Imam An Nasaa-i dari Abu Umaamah رضي الله عنه)

Lalu selanjutnya terserah anda ingin membaca do’a panjang atau pendek, dimbil dari Al Qur’an dan Hadits, atau ingin do’a yang diungkapkan dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia dalam hati, boleh saja, silakan. Sekali-sekali boleh dengan mengangkat tangan, sekali-sekali boleh tidak dengan mengangkat tangan. Berdo’a selalu dengan mengangkat terus menerus, maka itu tidak ada dalilnya. Jadi kadang mengangkat tangan kadang tidak. Demikian yang dicontohkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.  Jadi jangan lah berdo’a setiap selesai sholat fardhu selalu dengan mengangkat tangan, karena Haditsnya adalah Dho’if.

Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menyatakan dengan Sunnatun Qouliyah, seperti disebutkan diatas, sabda beliau صلى الله عليه وسلم:

من قرأ آية الكرسي دبر كل صلاة مكتوبة، لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت

“Barangsiapa yang membaca ayat Kursi (surat al Baqoroh ayat 255), setiap selesai sholat fardhu, baginya tidak ada yang menghalangi antara ia dengan surga kecuali kematian”.

Berarti kalau orang itu sudah mati, sangat besar peluang bagi orang tersebut untuk masuk surga.Masalahnya adalah harus didawamkan (dilazimkan), setiap selesai sholat fardhu membaca ayat Kursi. Tetapi kita juga memahami tidak hanya sholat fardhu saja, melainkan juga sholat-sholat sunnah.

Hadits tersebut memberikan kepada kita semua beberapa pelajaran, antara lain :

1. Sunnahnya membaca ayat Kursi setiap selesai sholat fardhu.

2. Ayat Kursi menghantarkan kita ke surga.

3. Rosuululloohصلى الله عليه وسلم mengajarkan umatnya dengan motivasi. Beliau menggugah umatnya agar selalu taat kepada Allooh سبحانه وتعالى dan beribadah diantaranya membaca ayat Kursi setiap ba’da sholat fardhu. Dan itu pahalanya adalah masuk ke dalam surga. Itu adalah keutamaan amal, yang tentunya amalan tersebut harus lah berdasarkan Hadits yang Shohiih.

4. Surga disediakan oleh Allooh سبحانه وتعالى bagi orang yang beramal shoolih.
Ternyata modal untuk masuk surga itu sedikit. Yang paling penting adalah ruh beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى itu sendiri. Penghambaan kepada Allooh سبحانه وتعالى itu sendiri yang membuat kita menjadi mudah untuk mendapatkan surga Allooh سبحانه وتعالى. Bukan karena ayat Kursinya.

Ayat Kursi itu adalah Wasiilah (jalan), tidak boleh kita menuhankan ayat Kursi . Dan tidak boleh kita hanya meng-khususkan ayat Kursi, karena disamping ayat Kursi ada dzikir dan do’a-do’a lain yang dicontohkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم .

Jadi membaca ayat Kursi ba’da sholat fardhu itu adalah karena Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم menganjurkannya kepada kita. Sehingga yang demikian itu adalah Ittiba’ kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم (mengikuti ajaran Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم). Dan Ittiba’ kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم itu lah yang dapat menyebabkan kita masuk ke dalam surga.

Firman Allooh سبحانه وتعالى dalam AlQur’an:

مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

“Siapa yang taat kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم maka ia adalah taat kepada Allooh سبحانه وتعالى” (QS An Nisaa’ ayat 80)

Hikmah ayat Kursi.

Apa rahasianya, hikmahnya, sehingga satu ayat (ayat Kursi) bisa menghantarkan kita masuk surga Allooh سبحانه وتعالى?

Ternyata dalam ayat Kursi terdapat 5 Hikmah penting :

Pertama, di dalamnya terdapat Nama dan Sifat Allooh سبحانه وتعالى. di antaranya :

Allooh سبحانه وتعالى, yaitu dalam kalimat: Alloohu laa ilaaha illaa huwa.

Al Hayyu (Maha Hidup)

Al Qoyyuum (Maha Tegak, Berdiri)

Al ‘Aliyyu (Maha Tinggi)

Al ‘Adziim (Maha Agung).

1. Allooh سبحانه وتعالى, kita sebut demikian, atau dengan bahasa Tauhid disebut dengan Tawassul, bertawasul dengan Nama Allooh سبحانه وتعالى.

2. Al Hayyu, artinya Yang Maha Hidup, kalimat ini tidak boleh ditasybiih (diserupakan) dengan makhluk-Nya. Kalau manusia hidup adalah makan, minum, buang kotoran, dsbnya. Sedangkan Allooh سبحانه وتعالى berbeda dengan makhluk-Nya. Jadi kalau dikatakan Allooh Maha Hidup, jangan dipahami hidup sebagaimana makhluk-Nya.

3. Al Qoyyum, artinya Maha Berdiri Sendiri tidak membutuhkan bantuan siapapun, bahklan Allooh سبحانه وتعالى lah yang membuat, mengatur dan mengedarkan seluruh alam semesta yang ada dalam kekuasaan-Nya. Maka bila manusia meyakini bahwa Allooh adalah Al Qoyyum, maka ia akan meminta kepada Allooh سبحانه وتعالى. Yang Maha Memberi.

4. Al ‘Aliyyu, artinya Diatas. Tetapi jangan diartikan bahwa Diatas adalah arah tempat, menurut analogi manusia, melainkan Diatas yang layak bagi Allooh سبحانه وتعالى, yaitu Yang Maha Tinggi. Menurut para ‘Ulama, Yang Diatas maknanya dalam 3 kategori, yaitu :
‘Uluwwul Dzaat, Maksudnya Dzat Allooh سبحانه وتعالى adalah diatas. Semua makhluk di bawah Allooh سبحانه وتعالى.

‘Uluwwus sifaat, maknanya Allooh Maha Tinggi dan tidak ada yang menyamai Allooh سبحانه وتعالى.

‘Uluwwul Qohr, maknanya Allooh selalu Perkasa, tidak ada yang bisa mengalahkan-Nya.

5. Al ‘Adzim, artinya Maha Agung, Maha Besar. Tidak ada yang bisa menandingi dalam Kebesaran-Nya. Bahkan alam semesta beserta isinya ini bila ditaruh dalam genggaman Allooh سبحانه وتعالى, tidak ada sebesar biji sawi.

Itulah maka dalam Ayat Kursi terdapat makna yang sangat besar, yaitu diantaranya adalah Nama-Nama Allooh سبحانه وتعالى, yang dengan Nama-Nya kita punya kebanggaan: Allooh yang diibadahi, Allooh Yang Maha Tinggi, Allooh tempat kita meminta. Allooh adalah Berdiri sendiri, tempat kita bergantung, semuanya itu ada terdapat dalam Ayat Kursi. Oleh karena itu sebenarnya jika manusia menghayati arti ayat Kursi, akan cukup mengarahkan dirinya untuk sampai kepada Allooh سبحانه وتعالى.

Kedua, di dalam ayat Kursi terdapat Kalimat Tauhid: Alloohu laa ilaaha illaa huwa.

Orang bila ingin masuk ke dalam surga, kuncinya adalah Kalimat Tauhid: Laa ilaaha illallooh, sebelum kita lahir, di awal kita lahir, di awal kita baligh, bahkan di akhir kita mati, harus mengatakan Laa ilaaha illallooh. Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Siapa yang akhir kata-kataya ketika sebelum mati adalah dengan kalimat Laa ilaaha illallooh, orang tersebut akan masuk ke dalam surga Allooh سبحانه وتعالى.” (Hadits Riwayat Imam Abu Dawud dari Mu’adz bin Jabal رضي الله عنه)

Kalimat tersebut juga terdapat dalam Ayat Kursi. Maka wajar bila kita melazimkan  membaca Ayat Kursi, insya Allooh akan memberikan kita Kalimatut Tauhiid.

Ketiga, Kalimat Tauhiid Laa ilaaha illallooh, artinya: Tidak ada yang berhak di- ibadahi dengan sebenarnya kecuali hanya lah Allooh سبحانه وتعالى. Yang berhak untuk mendapatkan penghambaan hanya lah Allooh سبحانه وتعالى. Maka bila kita hendak melakukan sesuatu ibadah atau amal apapun, jangan karena manusia.

Keempat, Allooh سبحانه وتعالى bebas dari cela dan kurang. Tidak ada cela dan kurang bagi Allooh سبحانه وتعالى. Sementara setiap manusia di dunia ini ada celanya, ada kekurangannya.  Dalam ayat Kursi disebutkan: laa ta’khudzuhu sinatuw walaa nauum. Tidak mengantuk dan tidak tidur. Tidak lelah dan tidak merasa berat mengurus alam semesta dan makhluk-Nya.
Seperti dalam Surat Asy Syuroo ayat 11 (akhir ayat):

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia dan Dia-lah Yang Maha Mendengar  lagi Maha Melihat”.

Dalam Surat Al Isroo’ ayat 43:

سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَقُولُونَ عُلُوًّا كَبِيرًا

“Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya”.

Kelima, Allooh-lah Pemilik apa-apa yang di langit dan apa-apa yang di bumi. Hal ini kita akui, dan pengakuan seperti ini (yaitu menganggap bahwa Allooh سبحانه وتعالى adalah Robb, dan oleh karena itu sudah selayaknya jika seseorang menyembah  Allooh سبحانه وتعالى) akan memberikan surga.

Keenam, Tidak ada yang memiliki Syafa’at kecuali Allooh سبحانه وتعالى. Yang memiliki Syafa’at hanyalah Allooh سبحانه وتعالى. Hanya Allooh سبحانه وتعالى yang berkuasa memberi izin kepada orang yang Allooh izinkan untuk memberi Syafa’at.   Syafa’at adalah penggenap, misalnya: bahwa untuk syarat kelulusan seseorang masuk surga itu minimal nilainya 6, lalu ternyata seseorang hanya mendapat nilai 5,5. Maka ia kurang nilai 0,5. Maka diberikanlah Syafa’at 0,5 agar bisa masuk surga. Nilai 0,5 itulah yang disebut Syafa’at.

Jika seseorang sudah beramal, sholat, dzikir, sholawat dsb, ternyata sampai di akhirat ia belum memenuhi syarat masuk surga karena nilainya masih kurang, oleh karena itu Allooh سبحانه وتعالى memberikan kesempatan kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, untuk memberikan Syafa’at kepada umatnya, dan karena itu ada orang yang seharusnya masuk neraka, diberikan Syafa’at lalu bisa masuk surga. Ada orang yang seharusnya masuk neraka yang paling bawah, lalu diberikan Syafa’at oleh Nabi صلى الله عليه وسلم, lalu bisa naik, masuk neraka yang lebih ringan. Maka harus kita yakini bahwa Syafa’at yang memiliki hanya Allooh سبحانه وتعالى. Allooh سبحانه وتعالى hanya memberi kepada orang yang diizinkan-Nya.

Ketujuh, Allooh سبحانه وتعالى Maha Mengetahui segala makhluknya, apa yang dikerjakan, apa yang terjadi besok, apa yang akan terjadi di akhirat, rahasianya ada di tangan Allooh سبحانه وتعالى.  Manusia tidak tahu dan suka lupa. Allooh سبحانه وتعالى tidak pernah lupa dan tidak pernah tidak tahu untuk masa yang akan datang. Dan semua itu terdapat dalam Ayat Kursi.
Pengetahuan Allooh Maha Luas, tidak ada yang mengetahui kecuali hanya orang yang Allooh beri, itupun hanya sedikit.

Kedelapan, ilmunya makhluk itu adalah  bagian kecil dari pada tetesan air laut.  Lihat Surat Al Kahfi ayat 109.  Ilmu Allooh سبحانه وتعالى tidak akan pernah habis.  Demikian pula dapat dilihat dalam Surat Luqman ayat 27 : Kalau seandainya laut ini digandakan menjadi  tujuh kali lipat, untuk mencatat Ilmu Allooh سبحانه وتعالى,  tidak akan pernah habis Ilmu Allooh سبحانه وتعالى.  Dua ayat itu mmembuktikan bahwa Ilmu Allooh سبحانه وتعالى itu sangat luas.

Kesembilan, Besarnya Kursi Allooh سبحانه وتعالى meliputi langit dan bumi, sehingga tidak bisa digambarkan betapa besarnya.

Kesepuluh, Allooh Maha Pemelihara. Yang mengatur semua urusan. Termasuk lahirnya anak manusia, matinya manusia, yang mengatur seluruh peredaran alam ini, sehingga bumi menjadi selamat, tidak berbenturan satu sama lain apa yang menjadi isi alam ini.
Subhaanallooh, semua itu ada dalam Ayat Kursi. Oleh karena itu wajar kalau kita renungkan secara mendalam betapa hikmah yang ada dalam Ayat Kursi. Maka Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم bersabda:


من قرأ آية الكرسي دبر كل صلاة مكتوبة، لم يمنعه من دخول الجنة إلا أن يموت

“Barangsiapa yang membaca ayat Kursi setiap selesai sholat fardhu, baginya tidak ada yang menghalangi antara ia dengan surga kecuali kematian”.
Demikianlah, mudah-mudahan kita mendapat hidayah dari Allooh سبحانه وتعالى, selalu ditunjukkan jalan yang menuju ridho-Nya, sehingga kita bisa meraih surga dengan derajat yang tinggi. Aamiiin.

Tanya-Jawab:

Pertanyaan:

Ada riwayat seseorang yang meminta pampasan perang, dimana harta pampasan perang itu dijaga oleh salah seorang sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم.  Setelah beberapa kali meminta, si sahabat mengadukan halnya kepada Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم. Beliau lalu menjawab bahwa esok hari orang itu akan datang lagi meminta, dan itu adalah syaithoon. Setelah syaithoon itu ditangkap, lalu syaithoon itu merayu kepada sahabat penjaga harta pampasan perang: “Lepaskanlah saya, nanti akan saya kasih tahu kepadamu bahwa syaithoon itu takut dengan Ayat Kursi.” Lalu sekarang banyak orang yang mengobati dengan cara Ruqyah, dengan dibacakan ayat Kursi.  Bagaimana itu, benarkah?
Jawaban:

Benar. Riwayat yang anda ceritakan adalah shohiih.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنْ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَصَّ الْحَدِيثَ فَقَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ لَنْ يَزَالَ مَعَكَ مِنْ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ذَاكَ شَيْطَانٌ

Haditsnya diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan yang dimaksud Sahabat itu adalah Abu Hurairoh رضي الله عنه. yang ditugasi oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم untuk menjaga harta zakat kaum muslimin. Lalu ada orang yang datang meminta harta itu sekali, esok harinya datang lagi, dan hari ketiga datang lagi untuk meminta harta simpanan itu. Pada kali yang terakhir si orang yang sebetulnya syaithoon itu berkata kepada Abu Hurairoh رضي الله عنه: “Kalau kamu tidak mau didatangi oleh aku (syaithoon), bacakan ayat Kursi”. Dan benar, esok hari dan seterusnya syaithoon itu tidak pernah datang lagi, karena dibacakan ayat Kursi oleh Abu Hurairoh رضي الله عنه.Yang demikian itu dilaporkannya kepada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, lalu beliau bersabda: “Shodaqoka wa huwa kadzuub” (Dia mengajarkan kebenaran, tetapi dia sendiri adalah pendusta). (Hadits Riwayat Imaam Al Bukhoory dari Abu Hurairoh رضي الله عنه)

Adapun  Ayat Kursi suka dibuat untuk menolak Jin ataupun untuk me-ruqyah, itu memang benar dan dibenarkan. Kita hendaknya melindungi diri dengan Ayat Kursi. Allooh سبحانه وتعالى akan melindungi kita dari gangguan syaithoon.

Dan hendaknya kita jangan minta di-ruqyah oleh orang. Kita harus bisa me-ruqyah diri kita sendiri. Oleh karena itu kami anjurkan, bahwa setiap kita hendaknya punya tabungan hafal Al Qur’an minimal satu Juz. Hendaknya orang awam dari kaum muslimin pun masing-masing punya tabungan hafal bacaan Al Qur’an minimal satu Juz.

Terutama Juz ‘Amma, di dalamnya banyak surat-surat yang isinya bisa untuk me-ruqyah. Yang menonjol di antaranya adalah Surat Al Zalzalah, Al Falaq, An Naas, Al Waaqi’ah, Al Hadiid.

Pertanyaan:
Tentang membaca Ayat Kursi ba’da sholat fardhu, ada yang  mengajarkan bahwa sebelum membaca Ayat Kursi, hendaknya membaca salah satu ayat dari Surat Al Baqoroh ayat 163:

وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ

“Wa ilahukum ilaahukum waahidun laailaaha ilala huwarrohmanurrohiim”, lalu membaca Ayat Kursi. Yang demikian itu bagaimana ?
Jawaban:
Kalau ada dalil yang membolehkan merangkaikan ayat yang satu dengan ayat yang lain, maka silakan. Tetapi kalau tidak ada dalil yang mengharuskan mengkaitkan ayat 1 sampai 5 misalnya, atau ayat 7 ditambah dengan ayat 12, dstnya, maka tidak usah diamalkan. Justru memotong-motong ayat bisa mengubah posisi Al Qur’an. Maka hendaknya kita laksanakan apa yang disebutkan dalam Hadits Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Kalau disebutkan Ayat Kursi, bacalah ayat Kursi saja. Kita tidak berwenang untuk merangkaikan satu ayat dengan ayat yang lain. Akan menjadi Bid’ah kalau tidak sesuai dengan ketetapan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم. Puaslah dengan ketetapan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, tidak perlu ditambah atau dikurangi.

Pertanyaan:

Ada Hadits lain yang berkaitan dengan Bertawasul kepada Allooh سبحانه وتعالى dengan Asma Allooh, kalau tidak salah diriwayatkan oleh Imam Turmudzi, yang isinya: Barangsiapa membaca tiga ayat terakhir dari Surat Al Hasyr, lalu bagaimana kaitannya dengan ayat Kursi?

Jawaban:

Memang dalam bahasan diatas tidak dikaitkan dengan ayat-ayat yang lain, karena yang sedang kita bahas adalah Ayat Kursi. Tetapi benar memang, dalam Hadits-Hadits yang shohiih terdapat bahwa ada ayat-ayat (Surat-Surat) tertentu yang mempunyai keutamaan tertentu. Dan itu dibenarkan, karena memang Haditsnya Shohiih. Tetapi jangan sampai ada yang kebablasan (keterusan), lalu percaya dengan riwayat-riwayat yang Dho’if. Misalnya: Kalau ingin agar bisa tidak terlihat oleh orang, bisa menghilang, bacalah ayat:

وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ

Waja’alnaa mim baini aidiihim saddan wamin kholfihim saddan  fa aghsoinaahum fahum la yubshiruun, dst. (QS Yaasiin ayat 9).

Memang ayat ini isinya menyelimuti muka baik dari depan maupun belakang, lalu ayat ini dipakai untuk ilmu kebatinan, dianggap itu ilmu untuk menghilang. Dan yang demikian itu tidak dibenarkan.

Sekian bahasan kita, mudah-mudahan bermanfaat.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته


0 komentar:

Posting Komentar