Sabtu, 25 Agustus 2018

TADABBUR “AYAT-AYAT PERSAUDARAAN” DARI SURAT AL HUJURAT


TADABBUR “AYAT-AYAT PERSAUDARAAN” DARI SURAT AL HUJURAT


Surat Al Hujurat banyak mengajarkan kepada kita tentang persaudaraan. Allah ta’ala mengajarkan secara rinci bagaimana seharusnya kita ber-ukhuwwah. Surat ini adalah “Surat Ukhuwwah”.

Tadabbur Ayat Ke-10: Ukhuwwah Adalah Ketetapan-Nya
Perintah mewujudkan dan menjaga ukhuwwah Allah sebutkan di ayat ke-10:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”

Allah “nash”-kan dalam ayat ini bahwa orang-orang beriman itu bersaudara. Ini sebuah keniscayaan. Rela atau tidak, suka atau tidak, Allah tetapkan setiap muslim itu bersaudara.
Sebagaimana saudara kandung, suka atau tidak, kalau kita dilahirkan dari ayah atau ibu yang sama, otomatis kita bersaudara. Meskipun terkadang ada sifat yang tidak kita sukai dari saudara kita, meskipun ada kekurangan, tetap saja ikatan persaudaraan itu tidak bisa lepas. Ibarat mau dicuci dengan air laut dari tujuh samudra pun, ikatan itu tidak akan hilang.
Sama juga dengan setiap muslim, Allah sendiri yang menegaskan bahwa kita ini bersaudara. Penegasan ini bukan tanpa makna, ayat ini bukan berita sia-sia. Ma’adzallah, tidak ada yang sia-sia dalam setiap lafazh Al Qur’an.

Dalam ayat ini Allah tidak menyebut ashdiqaa’ (kawan, sahabat), tapi Allah sebut “ikhwah” (saudara). Dan mudah difahami bahwa ikatan pertemanan tidaklah sama dengan ikatan persaudaraan.

Dari suku apapun, bangsa apapun, asalkan dia uslim berarti dia saudara kita. Harus kita penuhi hak-hak ukhuwwah kepadanya. Tidak boleh direndahkan dan dirusak kehormatannya.

Ayat ini diawali dengan kata “innama” yang artinya kurang lebih terjemahnya adalah “hanyalah”. Dalam bahasa Arab, kata ini berfungsi sebagai “hasr” atau pembatasan. Artinya, yang bisa bersaudara hanyalah orang-orang beriman.

Kata iman disini juga berarti Islam. “Al mu’minun” artinya disini juga orang Islam. Kata iman dan Islam itu saling mewakili jika hanya disebut salah satu. Dalam bahasa Arab disebut “Idzajtama’a iftaraqaa wa idzaftaraqaa ijtama’aa”. Kalau disebut salah satu, berarti mewakili yang lain, dan jika disebut bersama-sama masing-masing memiliki arti yang berdiri sendiri.
Jadi, bukan berarti kalau sekedar muslim tidak ada ikatan ukhuwah jika belum mu’min. Kata mu’min (orang beriman) di ayat ini berarti juga muslim.

Dalam hadits juga ditegaskan, “al muslimu akhul muslim”. Setiap muslim adalah saudara muslim yang lain. Jangan ada dikotomi antara ukhuwwah imaniyyah dan ukhuwwah islamiyyah karena ayat ini.

Meskipun memang iman adalah faktor terbesar dalam ukhuwwah. Kenyataan saat ini, melemahnya ukhuwwah di antara kaum muslimin karena faktor lemahnya iman. Namun bukan berarti kita tidak berukhuwwah, kita tetap bersaudara dengan saudara kita sesama muslim.

Tadabbur Ayat Ke-9: Berukhuwwah Bukan Berarti Tanpa Gesekan

وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Artinya: “Dan jika ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi jika yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”
Ukhuwwah adalah satu nilai yang telah Allah tetapkan, dan ini adalah ikatan yang tidak mudah diputus.

Allah sebutkan di ayat ini, bahwa kaum muslimin yang berukhuwwah itu tetap ada kemungkinan berselisih, bahkan berperang.

Point ini mengajarkan kepada kita setidaknya 2 hal:

Pertama, adanya gesekan bahkan pertikaian dalam ukhuwwah itu tidak berarti iman telah hilang dari hati mereka. Sehebat apapun perselisihannya, mereka tetap disebut dengan predikat “al mu’minun” atau orang beriman.

Kedua, jika terjadi gesekan, perselisihan, atau bahkan peperangan, harus segera di-ishlah (didamaikan).

Ayat ini juga mengajarkan kepada kita bahwa ada yang berpotensi melampaui batas dalam berselisih. Lantas, apa yang harus dilakukan jika hal ini terjadi?

Perintah kepada orang beriman: bantu yang terzhalimi. Hentikan yang menzhalimi dan kalau perlu, perangi sampai dia berhenti. Tujuannya agar kezhalimannya berhenti, bukan untuk membunuh saudara sendiri.

Allah sebutkan “hattaa tafii’a ilaa amrillah”, hingga kelompok ini kembali kepada perintah Allah. Allah tidak menyebut “hattaa maata”, perangi sampai mereka terbunuh.

Apa yang dimaksud perintah Allah dalam ayat ini? Perintah tersebut adalah perintah untuk BERSATU.

Selesaikan “bil ‘adli wa aqsithuu”. Dengan adil dan tanpa kecurangan. Perlu diteliti baik-baik, dalam penyelesaian ini. Berbahaya jika ada kecurangan-kecurangan dalam upaya penyelesaian, ini justru akan memicu potensi konflik lagi.

Ilustrasinya, jika adik kita berbuat salah atau zhalim kepada kita sebagai kakak, bagaimana sikap kita?

Harus kita cegah kezhalimannya, dan arahkan agar perbuatannya tidak berulang. Adapun kita sebagai saudara, walaupun kita tidak suka dengan perbuatannya, rasa persaudaraan tidak akan hilang. Kita pasti tetap mengakuinya sebagai saudara.

Terhadap saudara-saudara kita sesama muslim juga seharusnya seperti itu pula. Jaga persaudaraan ini dengan sebenar-benarnya.

Hak-hak Ukhuwwah

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim” (QS Al-Hujurat: 11)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat: 12)

Setelah menerangkan hakikat ukhuwwah di ayat 9 dan 10, berikutnya Allah jelaskan secara detail bagaimana cara merawat ukhuwwah di ayat 11 dam 12.

Berikutnya di ayat ke-13 Allah ingatkan lagi tentang pentingnya persaudaraan.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”

Tidak boleh ada yang menyombongkan diri jika kita ingin membangun ukhuwwah. Yang paling mulia di antara kita adalah yang paling bertaqwa  dan yang tahu seberapa besar kadar ketaqwaan kita hanyalah Allah.

Orang Islam manapun, tidak boleh ada yang merusak persatuan, apalagi jika sudah ada kepemimpinan umat. Merusak ukhuwwah ini pelakunya disebut ahlul baghyi, jamaknya bughaat atau pemberontak.

Bangunan ukhuwwah adalah unsur penting dalam agama kita. Jangan ada yang sembrono. Jangan ada tindakan perusakan atau pelemahan ukhuwwah ini, besar ataupun kecil.

Diantara upaya penguatan ukhuwwah adalah Allah perintahkan kita agar saling kerja sama dalam kebaikan dan ketaqwaan. Wata’aawanuu alal birri wat taqwa.

Mimbar-mimbar Cahaya

Ukhuwwah ini termasuk amal shalih yang utama. Allah berikan balasan kelak di akhirat kedudukan yang sangat mulia, sampai-sampai banyak yang cemburu dari kalangan para Nabi dan Syuhada’.

Para penjaga ukhuwwah akan Allah tempatkan di atas mimbar-mimbar cahaya.
Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلاَلِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمُ النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ

Artinya: “Allah ‘azza wa jalla berfirman: Orang-orang yang saling mencinta di bawah keagungan-Ku untuk mereka mimbar-mimbar (tempat yang tinggi) dari cahaya yang membuat para Nabi dan orang-orang yang mati syahid menginginkannya”

(H.R Tirmidzi, hasan shahih).

Hendaknya kita turut menjaga ukhuwwah dan persatuan umat ini, mudah-mudahan kelak Allah berikan tinggikan kedudukan kita di atas mimbar-mimbar cahaya-Nya. Amin.
Oleh: Ust. Muhammad Zaitun Rasmin



1 komentar:

Izin ya admin..:)
Mainkan dan menangkan hadiah nya bersama kami di ARENADOMINO beragam permainan POKER menanti anda semua fair play silahkan di add WA +855 96 4967353

Posting Komentar