TADABBUR “AYAT-AYAT PERSAUDARAAN” DARI SURAT AL HUJURAT
Surat Al Hujurat banyak mengajarkan kepada kita tentang
persaudaraan. Allah ta’ala mengajarkan secara rinci bagaimana seharusnya kita
ber-ukhuwwah. Surat ini adalah “Surat Ukhuwwah”.
Tadabbur Ayat Ke-10: Ukhuwwah Adalah Ketetapan-Nya
Perintah mewujudkan dan menjaga ukhuwwah Allah sebutkan
di ayat ke-10:
إِنَّمَا
ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya:
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat”
Allah
“nash”-kan dalam ayat ini bahwa orang-orang beriman itu bersaudara. Ini sebuah
keniscayaan. Rela atau tidak, suka atau tidak, Allah tetapkan setiap muslim itu
bersaudara.
Sebagaimana
saudara kandung, suka atau tidak, kalau kita dilahirkan dari ayah atau ibu yang
sama, otomatis kita bersaudara. Meskipun terkadang ada sifat yang tidak kita
sukai dari saudara kita, meskipun ada kekurangan, tetap saja ikatan
persaudaraan itu tidak bisa lepas. Ibarat mau dicuci dengan air laut dari tujuh
samudra pun, ikatan itu tidak akan hilang.
Sama juga
dengan setiap muslim, Allah sendiri yang menegaskan bahwa kita ini bersaudara.
Penegasan ini bukan tanpa makna, ayat ini bukan berita sia-sia. Ma’adzallah,
tidak ada yang sia-sia dalam setiap lafazh Al Qur’an.
Dalam ayat
ini Allah tidak menyebut ashdiqaa’ (kawan, sahabat), tapi Allah sebut “ikhwah”
(saudara). Dan mudah difahami bahwa ikatan pertemanan tidaklah sama dengan
ikatan persaudaraan.
Dari suku
apapun, bangsa apapun, asalkan dia uslim berarti dia saudara kita. Harus kita
penuhi hak-hak ukhuwwah kepadanya. Tidak boleh direndahkan dan dirusak
kehormatannya.
Ayat ini
diawali dengan kata “innama” yang artinya kurang lebih terjemahnya adalah
“hanyalah”. Dalam bahasa Arab, kata ini berfungsi sebagai “hasr” atau
pembatasan. Artinya, yang bisa bersaudara hanyalah orang-orang beriman.
Kata iman
disini juga berarti Islam. “Al mu’minun” artinya disini juga orang Islam. Kata
iman dan Islam itu saling mewakili jika hanya disebut salah satu. Dalam bahasa
Arab disebut “Idzajtama’a iftaraqaa wa idzaftaraqaa ijtama’aa”. Kalau disebut
salah satu, berarti mewakili yang lain, dan jika disebut bersama-sama
masing-masing memiliki arti yang berdiri sendiri.
Jadi, bukan
berarti kalau sekedar muslim tidak ada ikatan ukhuwah jika belum mu’min. Kata
mu’min (orang beriman) di ayat ini berarti juga muslim.
Dalam
hadits juga ditegaskan, “al muslimu akhul muslim”. Setiap muslim adalah saudara
muslim yang lain. Jangan ada dikotomi antara ukhuwwah imaniyyah dan ukhuwwah
islamiyyah karena ayat ini.
Meskipun
memang iman adalah faktor terbesar dalam ukhuwwah. Kenyataan saat ini,
melemahnya ukhuwwah di antara kaum muslimin karena faktor lemahnya iman. Namun
bukan berarti kita tidak berukhuwwah, kita tetap bersaudara dengan saudara kita
sesama muslim.
Tadabbur
Ayat Ke-9: Berukhuwwah Bukan Berarti Tanpa Gesekan
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ
إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ
إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ
وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
Artinya:
“Dan jika ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah
kamu damaikan antara keduanya! Tapi jika yang satu melanggar perjanjian
terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai
surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara
keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil”
Ukhuwwah
adalah satu nilai yang telah Allah tetapkan, dan ini adalah ikatan yang tidak
mudah diputus.
Allah
sebutkan di ayat ini, bahwa kaum muslimin yang berukhuwwah itu tetap ada
kemungkinan berselisih, bahkan berperang.
Point ini
mengajarkan kepada kita setidaknya 2 hal:
Pertama,
adanya gesekan bahkan pertikaian dalam ukhuwwah itu tidak berarti iman telah
hilang dari hati mereka. Sehebat apapun perselisihannya, mereka tetap disebut
dengan predikat “al mu’minun” atau orang beriman.
Kedua, jika
terjadi gesekan, perselisihan, atau bahkan peperangan, harus segera di-ishlah
(didamaikan).
Ayat ini
juga mengajarkan kepada kita bahwa ada yang berpotensi melampaui batas dalam
berselisih. Lantas, apa yang harus dilakukan jika hal ini terjadi?
Perintah
kepada orang beriman: bantu yang terzhalimi. Hentikan yang menzhalimi dan kalau
perlu, perangi sampai dia berhenti. Tujuannya agar kezhalimannya berhenti,
bukan untuk membunuh saudara sendiri.
Allah
sebutkan “hattaa tafii’a ilaa amrillah”, hingga kelompok ini kembali kepada
perintah Allah. Allah tidak menyebut “hattaa maata”, perangi sampai mereka terbunuh.
Apa yang
dimaksud perintah Allah dalam ayat ini? Perintah tersebut adalah perintah untuk
BERSATU.
Selesaikan
“bil ‘adli wa aqsithuu”. Dengan adil dan tanpa kecurangan. Perlu diteliti
baik-baik, dalam penyelesaian ini. Berbahaya jika ada kecurangan-kecurangan
dalam upaya penyelesaian, ini justru akan memicu potensi konflik lagi.
Ilustrasinya,
jika adik kita berbuat salah atau zhalim kepada kita sebagai kakak, bagaimana
sikap kita?
Harus kita
cegah kezhalimannya, dan arahkan agar perbuatannya tidak berulang. Adapun kita
sebagai saudara, walaupun kita tidak suka dengan perbuatannya, rasa
persaudaraan tidak akan hilang. Kita pasti tetap mengakuinya sebagai saudara.
Terhadap
saudara-saudara kita sesama muslim juga seharusnya seperti itu pula. Jaga persaudaraan
ini dengan sebenar-benarnya.
Hak-hak
Ukhuwwah
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُونُوا۟ خَيْرًا
مِّنْهُمْ وَلَا نِسَآءٌ مِّن نِّسَآءٍ عَسَىٰٓ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ
ۖ وَلَا تَلْمِزُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا۟ بِٱلْأَلْقَٰبِ ۖ بِئْسَ
ٱلِٱسْمُ ٱلْفُسُوقُ بَعْدَ ٱلْإِيمَٰنِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ
ٱلظَّٰلِمُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi
yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zhalim” (QS Al-Hujurat: 11)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ
وَلَا تَجَسَّسُوا۟ وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن
يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ
ٱللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS Al-Hujurat:
12)
Setelah
menerangkan hakikat ukhuwwah di ayat 9 dan 10, berikutnya Allah jelaskan secara
detail bagaimana cara merawat ukhuwwah di ayat 11 dam 12.
Berikutnya
di ayat ke-13 Allah ingatkan lagi tentang pentingnya persaudaraan.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا
خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ
لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ
عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”
Tidak boleh
ada yang menyombongkan diri jika kita ingin membangun ukhuwwah. Yang paling
mulia di antara kita adalah yang paling bertaqwa dan yang tahu seberapa besar kadar ketaqwaan
kita hanyalah Allah.
Orang Islam
manapun, tidak boleh ada yang merusak persatuan, apalagi jika sudah ada
kepemimpinan umat. Merusak ukhuwwah ini pelakunya disebut ahlul baghyi,
jamaknya bughaat atau pemberontak.
Bangunan
ukhuwwah adalah unsur penting dalam agama kita. Jangan ada yang sembrono.
Jangan ada tindakan perusakan atau pelemahan ukhuwwah ini, besar ataupun kecil.
Diantara
upaya penguatan ukhuwwah adalah Allah perintahkan kita agar saling kerja sama
dalam kebaikan dan ketaqwaan. Wata’aawanuu alal birri wat taqwa.
Mimbar-mimbar
Cahaya
Ukhuwwah
ini termasuk amal shalih yang utama. Allah berikan balasan kelak di akhirat
kedudukan yang sangat mulia, sampai-sampai banyak yang cemburu dari kalangan
para Nabi dan Syuhada’.
Para penjaga
ukhuwwah akan Allah tempatkan di atas mimbar-mimbar cahaya.
Rasulullah
shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
: الْمُتَحَابُّونَ فِي جَلاَلِي لَهُمْ مَنَابِرُ مِنْ نُورٍ يَغْبِطُهُمُ
النَّبِيُّونَ وَالشُّهَدَاءُ
Artinya:
“Allah ‘azza wa jalla berfirman: Orang-orang yang saling mencinta di bawah
keagungan-Ku untuk mereka mimbar-mimbar (tempat yang tinggi) dari cahaya yang
membuat para Nabi dan orang-orang yang mati syahid menginginkannya”
(H.R
Tirmidzi, hasan shahih).
Hendaknya
kita turut menjaga ukhuwwah dan persatuan umat ini, mudah-mudahan kelak Allah
berikan tinggikan kedudukan kita di atas mimbar-mimbar cahaya-Nya. Amin.
Oleh: Ust. Muhammad Zaitun Rasmin
1 komentar:
Izin ya admin..:)
Mainkan dan menangkan hadiah nya bersama kami di ARENADOMINO beragam permainan POKER menanti anda semua fair play silahkan di add WA +855 96 4967353
Posting Komentar