TAHAJUD DAN SISTEM IMUN
Umat Islam pastinya sudah tidak asing lagi dengan istilah
qiyamullail / salat malam / tahajud. Salat malam merupakan ibadah sunah yang
sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Selain dibalas dengan pahala, berdoa di
sepertiga malam terakhir juga merupakan doa yang mustajabah. Selain keuntungan
dari sisi agama, salat malam juga memberikan manfaat yang sangat baik bagi
kesehatan.
System imun manusia dapat dipengaruhi oleh faktor yang
bersifat religi. Sebuah penelitian yang dilakukan pada sekelompok siswa sekolah
menengah atas menunjukkan bahwa sistem imun dapat meningkat pada mereka yang
melakukan salat tahajud secara rutin(Asiyah, Putra dan Kuntoro, 2011). Hal ini
membuktikan sebuah hadis nabi yang diriwayatkan oleh Salman Alfarisi.
Salman Alfarisi berkata, Rasulullah SAW bersabda
“hendaknya kalian mengerjakan salat malam karena salat malam merupakan
kebiasaan orang-orang saleh terdahulu yang dapat mendekatkan kalian kepada
tuhan kalian, dapat menghapuskan dosa dan kesalahan, serta dapat menjauhkan
penyakit dari jasad kalian.”(Sabiq, 2013)
Sebuah penelitian melakukan perekaman terhadap gelombang
otak pada orang yang sedang salat. Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa
terjadi kenaikan pada amplitudo gelombang alfa ketika seseorang melaksanakan
salat. Kenaikan ini menunjukkan adanya aktivitas saraf parasimpatis sekaligus
adanya penghambatan terhadap saraf simpatis. Hal ini mencerminkan bahwa salat
dapat meningkatkan relaksasi, menurunkan tekanan darah, menambah fokus, dan
menstabilkan pikiran(Doufesh et al., 2014).
Dalam pandangan psikoneuroimunologis, stres psikologis
dapat mempengaruhi hipotalamus. Hipotalamus kemudian mempengaruhi hipofisis
untuk mengeluarkan adrenocorticotropic hormone , yakni hormon yang mempengaruhi
korteks adrenal untuk memproduksi hormon kortisol. Hormon kortisol dapat
menekan sistem imun. Oleh karena itulah stres dapat menekan sistem imun.
Sedangkan tahajud dapat menghindarkan tubuh dari stress psikologis sehingga
system imun tidak terhambat.(Matin, 2018)
Ketika manusia tidur di malam hari, normalnya, sekresi
hormon kortisol rendah. Sebuah penelitian telah membuktikan bahwa tahajud dapat
secara efektif menurunkan sekresi kortisol juga meningkatkan respons imun pada
tubuh. Tetapi, perlu diperhatikan, jika tahajud dilakukan dengan tidak tulus,
hal tersebut hanya akan menjadi tekanan atau stres(Matin, 2018).
Aisyah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda “Apabila
seorang di antara kalian bangun di malam hari (untuk mengerjakan salat), lalu
bacaan Alquran terasa asing bagi lisannya dan ia tidak mengetahui apa yang ia
ucapkan, maka hendaknya ia tidur saja.”(Sabiq, 2013) Hadis tersebut dibuktikan
dengan adanya penelitian bahwa sekresi kortisol akan tetap tinggi pada orang
yang salat tahajud dengan terpaksa. Hal ini dikarenakan kegagalan tubuh dalam
mempertahankan homeostasis serta kegagalan penyesuaian diri dengan perubahan
irama sirkadian.(Matin, 2018)
Kesimpulannya, tahajud yang dilakukan dengan ikhlas akan
memberikan dampak positif dari berbagai aspek. Secara rohani, tahajud dapat
membersihkan jiwa dan mendekatkan hubungan manusia dengan Allah. Secara
psikologis tahajud dapat memberikan ketenangan dan menghindarkan diri dari
stres yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kesehatan secara
fisiologis terutama pada sistem imun.
Fathiyatul Mudzkiroh
Daftar Pustaka
Asiyah, S.,
Putra, S. dan Kuntoro (2011) “The Increase of eHSP 72 in Members of Dzikir
Group,” Folia Medica Indonesiana, 47(3), hal. 147–153. Tersedia pada: http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-02 10026
AsiyahE _format FMI_.pdf.
Doufesh, H. et
al. (2014) “Effect of Muslim Prayer (Salat) on α Electroencephalography and Its
Relationship with Autonomic Nervous System Activity,” Journal of Alternative
and Complementary Medicine, 20(7), hal. 558–562. doi: 10.1089/acm.2013.0426.
Matin, N. S.
(2018) “Tahajjud Therapy for Stress Coping: Psychoneuroimmunological
Perspective,” in 2018 3rd International Conference on Education, Sports, Arts
and Management Engineering (ICESAME 2018). Atlantis Press.
Sabiq, S. (2013)
Fiqih Sunnah 1. Diedit oleh A. Syauqina dan A. A. Rahma. Kairo: Tinta Abadi
Gemilang.
0 komentar:
Posting Komentar