Kisah Rasulullah
SAW Mengganjal Perutnya dengan Batu
Kemuliaan akhlak Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa
sallam (SAW) patut diteladani semua manusia. Meski mengemban panglima tertinggi
dan pemegang otoritas agama, Beliau SAW tidak pernah memikirkan kesenangan
sendiri.
Bahkan untuk menahan rasa lapar, Beliau mengganjal
perutnya dengan batu. Sebuah sikap yang tidak lazim dilakukan oleh pemimpin
kepala negara sekelas Rasulullah. Berikut kisahnya.
Dikisahkan, pada suatu malam, para sahabat berbaris rapi di
belakang Rasulullah SAW hendak melaksanakan Salat Isya. Di antara mereka ada
Umar Bin Khattab RA dan sahabat lainnya.
Malam itu ada sesuatu yang tidak biasa, mereka mendengar
suara gesekan tulang-tulang sendi, hingga terdengar suara-suara memilukan yaitu
krek, krek, krek saat ruku' dan sujud yang bersumber dari arah imam, manusia
agung Nabi Muhammad SAW.
Selesai salat, para sahabat saling pandang dengan firasat
yang sama, mereka mengira Nabi sedang sakit. Maka, selesai salat mereka
bergerombol mengelilingi Nabi. Saat itu Sayidina Umar memberanikan diri
bertanya pada Nabi SAW: "Wahai Rasulullah, apakah Anda sedang sakit?"
"Tidak" jawab Nabi.
Sayyidna Umar kembali bertanya: "Wahai Rasulullah
apakah Anda sedang sakit?" "Tidak," jawab Nabi.
Sayidina Umar melanjutkan pertanyaannya: "Tapi wahai
Rasulullah, saat salat tadi kami mendengar ada bunyi sendi yang saling
bergesekan dari tubuhmu."
"Tidak, aku tidak sedang sakit," jawab Nabi
meyakinkan para sahabat.
Para sahabat tak henti-hentinya memastikan Nabi dalam keadaan
sehat dengan bertanya keadaan beliau, namun jawaban yang keluar dari Nabi tetap
sama, beliau menegaskan kalau beliau tidak sakit.
Para sahabat tidak putus asa, mereka terus bertanya
kepada Nabi Muhammad SAW, apakah beliau sedang sakit atau tidak, karena telinga
mereka telah menjadi saksi atas suara gemeretak batu ketika Nabi menggerakkan
badan saat salat. Mereka khawatir terjadi sesuatu pada diri Rasulullah, yang
sangat sangat mereka cintai.
Karena pertanyaan sahabat tidak berkesudahan, akhirnya
dalam keadaan sangat terpaksa Nabi memperjelas jawabannya dengan membuka
bajunya. Perlahan Nabi membuka kain yang menutupi perut indahnya. Dan betapa
kagetnya para sahabat melihat ada batu-batu kecil seukuran kerikil dalam kain
itu.
Umar pun bertanya: "Wahai Rasulullah, untuk apakah
Anda membalut perut dengan batu?" "Aku lapar, dan Aku tidak memiliki
apa-apa untuk dimakan," kata Rasulullah menjawab.
Dengan suara bergetar karena sedih Sayyidina Umar
berkata: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda tentang kami? Jika
Anda kelaparan, tidak mungkin kami tidak akan memberikan makanan paling lezat.
Dengan merendahkan suaranya, Umar kembali berkata, "Wahai Rasulullah, kami
semua ya Rasulullah, sahabatmu ini, hidup dalam kemakmuran".
"Tidak wahai Umar," jawab Nabi SAW.
Nabi melanjutkan penjelasannya: "Aku tahu bahwa
kalian tidak hanya akan memberikan makanan lezat padaku, tapi juga harta bahkan
nyawa kalian untukku sebagai bukti rasa cinta. Tapi Umar, bagaimanakah nantinya
aku akan menghadap Allah Ta'ala dan bagaimana caraku menyembunyikan malu, jika
sebagai pemimpin aku menjadi beban atas orang yang aku pimpin."
"Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku,
agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada
yang kelaparan di Akhirat kelak." demikian kata Rasulullah yang membuat
sahabat tertegun tak sanggup berkata-kata lagi.
Nabi Muhammad SAW adalah sosok teladan dalam segala hal.
Untuk urusan perut saja, Beliau jarang merasakan kenyang dan tidak suka
bermewah-mewahan dalam hal makanan dan minuman.
Sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim, Beliau SAW pernah
memakan buah kurma yang buruk untuk mengganjal perutnya dari rasa lapar.
Itulah mengapa risalah yang dibawa Beliau bisa eksis
hingga saat ini tentu karena akhlaknya yang mulia. Andai Nabi SAW ingin
memikirkan dirinya sendiri, Beliau cukup berucap satu kata kepada sahabat untuk
memenuhi perutnya dengan makanan lezat. Dan apa yang diinginkannya pasti akan
tersedia.
Hikmah dan Pelajaran Berharga
Habib Quraisy Baharun mengatakan, kisah ini menyimpan
pelajaran berharga betapa Rasulullah SAW telah menunjukkan akhlah yang begitu
agung. Nabi Muhammad SAW mengajarkan pada manusia cara untuk berpuasa, imsak,
menahan nafsu dan diri.
Beliau mengajarkan tentang bagaimana berpuasa yang indah,
yaitu menahan diri untuk tidak memanfaatkan apa yang menjadi amanahnya hanya
untuk kelangsungan hidupnya.
Bagi orang beriman sama saja, hidup miskin atau kaya
seharusnya tetap tampil sederhana. Kerena begitulah yang dicontohkan panutan
dan junjungan Nabi Muhammad SAW.
Rasulullah SAW bersabda: "Sungguh mengagumkan untuk
setiap perkara yang menimpa orang beriman, semuanya adalah baik baginya.
Tidaklah hal tersebut terjadi kecuali untuk orang yang beriman. Jika mendapat
kebahagiaan dia bersyukur, itu adalah yang terbaik untuknya. Jika ia ditimpa
sesuatu yang tidak menyenangkan, dia bersabar. Maka itulah yang terbaik
baginya." (HR Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah)
(rhs)
Rusman Siregar
0 komentar:
Posting Komentar