Kumpulan Amalan
pada Hari Arafah
Apa saja amalan yang bisa dilakukan pada hari Arafah?
Perbanyak doa, karena sebaik-baik doa adalah pada hari
Arafah.
Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ
الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
“Sebaik-baik
doa adalah doa pada hari Arafah.” (HR. Tirmidzi, no. 3585. Syaikh Al-Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Membaca
bacaan terbaik yang dibaca para nabi pada senja Arafah: LAA ILAHA ILLALLAH
WAHDAHU LAA SYARIKA LAH LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI SYAI-IN
QODIIR.
Dari ‘Ali
radhiyallahu ‘anhu secara marfu’—sampai pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam—, disebutkan hadits,
أَفْضَلُ مَا قُلْتُ أَنَا وَ
النَّبِيُّوْنَ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ المُلْكُ وَ لَهُ الحَمْدُ ، وَ هُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْر
“Kalimat
utama yang aku dan para nabi ucapkan pada senja hari Arafah adalah: LAA ILAHA
ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIKA LAH LAHUL MULKU WA LAHUL HAMDU WA HUWA ‘ALA KULLI
SYAI-IN QODIIR (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata,
tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah
yang menguasai segala sesuatu).” (HR. Ath-Thabrani dalam Fadhl ‘Ashri Dzil
Hijjah, 2:13, dari Qais bin Ar-Rabi’, dari Al-Agharr bin Ash-Shabah, dari
Khalifah bin Hushain, dari ‘Ali secara marfu’, Lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah,
no. 1503, 4:7).
Bertakbir
sejak Shubuh hari Arafah hingga hari tasyrik terakhir setiap bakda shalat.
Dari
‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “
غَدَوْنَا مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنْ مِنًى إِلَى عَرَفَاتٍ مِنَّا الْمُلَبِّى
وَمِنَّا الْمُكَبِّرُ
“Kami
pagi-pagi bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mina menuju
Arafah, di antara kami ada yang bertalbiyah dan di antara kami ada yang
bertakbir.” (HR. Muslim, no. 1284)
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
أَصَحُّ الْأَقْوَالِ فِي
التَّكْبِيرِ الَّذِي عَلَيْهِ جُمْهُورُ السَّلَفِ وَالْفُقَهَاءِ مِنْ
الصَّحَابَةِ وَالْأَئِمَّةِ : أَنْ يُكَبِّرَ مِنْ فَجْرِ يَوْمِ عَرَفَةَ إلَى
آخِرِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ عَقِبَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Pendapat
yang paling tepat dalam waktu bertakbir yang dipegang oleh jumhur salaf dan
fuqoha dari kalangan sahabat dan ulama madzhab, adalah dari waktu fajar pada
hari Arafah hingga hari tasyrik terakhir setiap bakda shalat.” (Majmu’ah
Al-Fatawa, 24:220)
Catatan:
Bertakbir
setiap bakda shalat dilakukan baiknya setelah bacaan istighfar tiga kali. Dari
hari Arafah hingga hari tasyrik terakhir terkumpul takbir mutlak (takbir bebas)
dan takbir muqoyyad (terkait waktu dibaca selepas shalat lima waktu). Inilah
penjelasan Syaikh ‘Abdul ‘Aziz Asy-Syaya’ dalam channel telegram beliau, https://t.me/Alshayafawaed.
Berpuasa
pada hari Arafah bagi yang tidak berhaji, dapat menghapus dosa dua tahun.
Dari Abu
Qatadah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ
أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ
الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ
يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa
Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun
akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang
lalu.” (HR. Muslim, no. 1162)
Perbanyak
kebaikan karena Arafah masih masuk awal Dzulhijjah seperti sedekah.
Dalam
hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma disebutkan,
« مَا مِنْ أَيَّامٍ
الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ».
يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى
سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ
خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ».
“Tidak ada
satu amal shalih yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal shalih yang
dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para
sahabat bertanya, “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah pun tidak bisa mengalahkan kecuali
orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang
kembali sedikit pun.” (HR. Abu Daud, no. 2438; Tirmidzi, no. 757; Ibnu Majah,
no. 1727; dan Ahmad, no. 1968. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih
sesuai syarat Bukhari-Muslim)
Semoga
penuh berkah pada hari Arafah.
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com
0 komentar:
Posting Komentar