Zikir Meningkatkan Kekebalan Tubuh
(Panjimas.com) – Zikir artinya ingat. Zikrullah artinya
ingat Allah subhanahu wa ta’ala. Tapi di kalangan Muslim, kata zikir saja sudah
lazim difahami sebagai ingat Allah subhanahu wa ta’ala.
Zikir ada dua, zikir lisan (membaca lafaz zikir) dan
zikir qalbi (ingat Allah tanpa dibarengi bacaan/ucapan). Zikir lisan idealnya
disertai zikir qalbi. Tak hanya organ wicara yang bekerja, hati pun bersinergi.
Dengan begitu, aktivitas zikir akan memengaruhi perilaku. Subhanallah (Maha
Suci Allah) misalnya, mendorong pengucapnya bersikap tawadhu’ karena sadar
bahwa hanya Allah ta’ala saja yang suci, bebas dari ketercelaan. Allahuakbar
(Allah Maha Besar) mendorong pengucapnya bersikap optimis karena yakin bahwa
Allah ta’ala mampu memberi apa pun yang hambaNya butuhkan.
Globalnya, aktivitas zikir menjadikan hati pelakunya
tenang-tenteram karena sadar bahwa ada tempat bersandar yang tak mungkin bisa
dikalahkan oleh siapa pun dan apa pun.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati
menjadi tenteram.” (ar-Ra’du: 28).
Aktivitas zikir tak hanya berpengaruh pada jiwa, raga pun
memeroleh manfaatnya. Karena memang antara jiwa dan raga saling memengaruhi
satu sama lainnya.
Dalam sebuah konferensi kedokteran di Mesir, ahli
penyakit jantung dan Direktur Lembaga Pendidikan dan Penelitian Kedokteran
Islam di Amerika, Dr. Ahmad Al Qodli, mengemukakan bahwa mendengarkan atau
membaca al- Qur’an (bentuk aktivitas zikir paling afdhal) mampu menumbuhkan
ketenangan jiwa yang mendorong peningkatan kekebalan tubuh alias imunitas.
Mengapa bisa demikian? Dalam diri manusia terdapat jiwa
(psikis), syaraf (neuron), dan psikoneuron endokrinologi. Antara ketiganya
terdapat hubungan yang sangat erat tak terpisahkan. Syaraf mengendalikan hormon
yang dipengaruhi kondisi psikis. Bila kondisi psikis baik, syaraf pun baik; dan
sebaliknya. Seimbangnya ketiga unsur itu mengodisikan tubuh menjadi sehat.
Kondisi psikis yang baik dalam jaringan
psiko-neuro-endokrin dapat mengendalikan imunitas. Kekebalan tubuh meningkat
manakala unsur psikis dalam jaringan dalam kondisi baik.
Sains juga mengatakan bahwa tubuh manusia mengandung
sistem kelistrikan. Mulai dari mekanisme otak, jantung, ginjal, paru-paru,
sistem pencernaan, sistem hormonal, otot-otot, dan berbagai jaringan lainnya,
semuanya bekerja berdasarkan sistem kelistrikan. Semua bagian tubuh memiliki
tegangan listrik. Tubuh manusia boleh disebut sebagai sistem elektromagnetik,
karena kelistrikan berkait sangat erat dengan gaya magnet. Otak manusia
memiliki medan magnet.
Di dalam otak terjadi aktivitas kelistrikan yang
terus-menerus sehingga bisa memancarkan gelombang elektromagnetik. Pancaran
elektromagnetik itu berubah-ubah sesuai kondisi tubuh yang dipengaruhi unsur
psikis. Contoh gampangnya, orang yang sedang marah tubuhnya gemetar.
Berdasarkan pada tingkat konsentrasi pikiran dan/atau
kondisi fisik, terdapat beberapa kemungkinan jenis gelombang otak. Gelombang
Beta (14-22 Hz) terjadi saat otak berpikir keras, saat stress, dan saat
melakukan sesuatu dalam keadaan sadar (the doing action state). Gelombang Alpha
(8-13,9 Hz) terjadi saat rilek/tenang. Gelombang Tetha (4-7,9 Hz) terjadi saat
fikiran berkreasi atau berintuisi. Gelombang Delta (0,1-3,9 Hz) terjadi saat
tidur lelap (deep dreamless state), di mana saat itu terjadi penyembuhan alami
dan peremajaan sel-sel tubuh (metabolisme).
Kondisi hati yang tenang membuat otak mencapai gelombang
Alpha. Ini bisa dicapai pada saat melakukan aktivitas zikir dengan khusyuk. Dan
saat itulah kekebalan tubuh meningkat. Kekebalan tubuh membuat dbadan tidak
mudah terserang penyakit, dan bagi orang yang sakit dapat mencapai kesembuhan
lebih cepat.
Begitulah logika sains mengapa zikir dapat menyehatkan
tubuh. Tapi ingat, zikir adalah bentuk ibadah kepada Allah ta’ala sebagai jalan
menjadi insan mulia yang berhak menggapai ridhaNya. Dampak kesehatan jiwa dan
raga adalah manfaat yang secara otomatis diperoleh si pelaku bila aktivitas
zikirnya dilakukan dengan baik, ikhlas, bukan bertujuan yang bersifat profan.
Wallahu a’lam. [IB]
0 komentar:
Posting Komentar