Keajaiban Wudhu
Bersihkan Fisik dan Rohani Umat Islam
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- “Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah ....” (QS al-Maidah: 6)
Seperti shalat, telah banyak penelitian yang membuktikan
khasiat wudhu. Salah satunya adalah psikiater sekaligus neurolog berkebangsaan
Austria, Prof Leopold Werner von Ehrenfels.
Ia menemukan, wudhu mampu merangsang pusat saraf dalam
tubuh manusia. Menurutnya, dari keselarasan air dengan wudhu dan titiktitik
saraf, kondisi tubuh akan senantiasa sehat. Karena temuan itu, von Ehrenfels
akhirnya memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.
Berbagai penelitian ilmiah juga membuktikan bahwa
munculnya penyakit kulit merupakan akibat dari rendahnya kebersihan kulit.
Karenanya, orang dengan aktivitas padat (terutama di luar ruangan) dianjurkan
membasuh atau mencuci anggota badannya yang terbuka sesering mungkin.
Dalam pandangan para ulama fikih, wudhu adalah bagian
dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani yang secara langsung
ataupun tidak, berdampak pada kesehatan. Anggota-anggota tubuh yang dibasuh
dengan air wudhu seperti tangan, muka, telinga, dan kaki, adalah daerah yang
paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing, termasuk kotoran.
Karenanya, sejumlah penelitian menyim pulkan, berwudhu dapat menghindarkan
seseorang dari berbagai macam penyakit.
Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers a Sport for the Body
and Soul menjelaskan, wudhu dapat mencegah kanker kulit. Jenis kanker itu lebih
banyak disebabkan oleh bahanbahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap
oleh kulit. Jika dibersihkan dengan air (terutama saat wudhu), bahan kimia itu
akan larut. Ia menambahkan, wudhu juga membuat seseorang tampak lebih muda.
Temuan itu diamini dokter lulusan Fakultas Kedokteran
Universitas Iskandariyah, Muhammad Salim, yang meneliti manfaat wudhu bagi kesehatan.
Ia menemukan, berwudhu dengan cara yang baik dan benar akan mencegah seseorang
dari berbagai penyakit.
Di antara metode penelitian yang dilakukannya, Salim
menganalisis perbedaan kesehatan hidung orang-orang yang tidak berwudhu dan
yang berwudhu secara teratur lima kali sehari untuk mendirikan shalat. Ia
mengambil zat dalam hidung yang terdapat pada selaput lendir, dan mengamati
beberapa jenis kuman yang terdapat di dalamnya.
Dari analisis yang dilakukan selama berbulan- bulan,
Salim menemukan lubang hidung orang-orang yang tidak berwudhu memudar dan
berminyak. Selain itu, terdapat kotoran dan debu pada bagian dalam hidung,
dengan permukaan yang tampak lengket dan berwarna gelap.
Sedangkan orang-orang yang teratur ber wudhu, ungkap
Salim seperti dikutip Muhammad Akrom (2010) dalam Terapi Wudhu, per mukaan
rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berdebu. “Sesungguhnya,
cara berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan, berkumur-kumur,
lalu mengambil air dan menghirupnya ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya.
Langkah ini hendaknya dilakukan sebanyak tiga kali secara bergantian,” katanya.
Wudhu itu menyehatkan, dan Rasulullah SAW adalah bukti
terpenting dari fakta tersebut. Singkatnya, ilmu tentang mencegah penyakit dan
menjaga kesehatan dengan wudhu dapat dipelajari dari sejarah hidup Rasulullah
SAW. Muhammad Husein Haykal (1993) dalam Hayatu Muhammad (Kehidupan Muhammad)
meng ungkapkan, sepanjang hidupnya Rasulullah tak pernah menderita sakit,
kecuali saat sakaratul maut dan ketika dilukai oleh musuh-musuhnya.
Terakhir, tentunya, keajaiban wudhu adalah membersihkan
rohani. Seperti dijelaskan dalam hadis Nabi SAW, “Apabila seorang hamba Allah
berwudhu dan berkumur, maka keluarlah dosadosa dari mulutnya; apabila ia
membasuh kedua tangannya, maka keluarlah dosa-dosa dari tangannya, sampai
keluar dari bawah kuku jari-jarinya; apabila ia membasuh kepalanya, maka
keluarlah dosa-dosanya dari bawah kedua telinganya; dan apabila ia membasuh
kedua kakinya, maka keluarlah dosa-dosa dari kakinya, sampai di bawah kuku
kakinya (HR Ibnu Majah).
Disarikan dari Pusat Data Republika
0 komentar:
Posting Komentar