Shalat itu Yang
Pertama Kali Akan Dihisab
Shalat itu yang pertama kali akan dihisab
(diperhitungkan) pada hari kiamat.
Riyadhus Sholihin, Kitab Al-Fadhail, Bab 193. Perintah
Menjaga Shalat Wajib dan Larangan serta Ancaman yang Sangat Keras bagi yang Meninggalkannya
Hadits #1081
وَعَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، قَالَ : قاَلَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : (( إنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ
القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ ، فَإنْ صَلُحَتْ ، فَقَدْ أفْلَحَ وأَنْجَحَ
، وَإنْ فَسَدَتْ ، فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ ، فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ
شَيْءٌ ، قَالَ الرَّبُ – عَزَّ وَجَلَّ – : اُنْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ
تَطَوُّعٍ ، فَيُكَمَّلُ مِنْهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيضَةِ ؟ ثُمَّ تَكُونُ
سَائِرُ أعْمَالِهِ عَلَى هَذَا )) رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ ، وَقَالَ : (( حَدِيثٌ
حَسَنٌ ))
Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada
hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah
beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan
rugi. Jika berkurang sedikit dari shalat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman,
‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki shalat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa
yang kurang dari shalat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.”
(HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan
An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.]
Faedah dari
Hadits
Perkara
yang pertama kali akan dihisab pada hamba dari perkara ibadah pada hari kiamat
adalah shalat.
Siapa yang
mendirikan shalat, maka bagus amalnya. Siapa yang tidak bagus shalatnya, maka
amalnya pasti rusak.
Allah
sangat penyayang pada hamba di mana Allah menyempurnakan amalan wajib yang ia
lakukan dengan amalan sunnah sebagai penutup kekurangannya.
Umumnya
amalan wajib akan disempurnakan dengan amalan sunnah sampai bertambahlah
kebaikan hingga mengalahkan kejelekan sampai masuk surga dengan rahmat Allah.’
Hendaklah
setiap orang bisa memperbanyak dan menjaga amalan sunnah, bukan hanya
mementingkan yang wajib saja.
Referensi:
Bahjah An-Nazhirin Syarh Riyadh Ash-Shalihin.
Cetakan pertama, Tahun 1430 H. Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali. Penerbit Dar
Ibnul Jauzi. 2:255-256.
Keutamaan
Shalat Sunnah
Pertama:
Dihapuskan dosa dan ditinggikan derajat
Ma’dan bin
Abi Tholhah Al-Ya’mariy, ia berkata, “Aku pernah bertemu Tsauban –bekas budak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-,
lalu aku berkata padanya, ‘Beritahukanlah padaku suatu amalan yang
karenanya Allah memasukkanku ke dalam surga’.” Atau Ma’dan berkata, “Aku
berkata pada Tsauban, ‘Beritahukan padaku suatu amalan yang dicintai Allah’.”
Ketika ditanya, Tsauban malah diam.
Kemudian
ditanya kedua kalinya, ia pun masih diam. Sampai ketiga kalinya, Tsauban
berkata, ‘Aku pernah menanyakan hal yang ditanyakan tadi pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda,
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ
السُّجُودِ لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ
اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaklah
engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada Allah. Karena tidaklah
engkau memperbanyak sujud (memperbanyak shalat sunnah, pen.) karena Allah
melainkan Allah akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu’.” Lalu
Ma’dan berkata, “Aku pun pernah bertemu Abu Darda’ dan bertanya hal yang sama.
Lalu sahabat Abu Darda’ menjawab sebagaimana yang dijawab oleh Tsauban padaku.”
(HR. Muslim, no. 488).
Kedua:
Akan dekat dengan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam di surga
Dari Rabiah
bin Ka’ab Al-Aslami radhiyallahu ‘anhu dia berkata,
كُنْتُ أَبِيتُ مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوئِهِ وَحَاجَتِهِ فَقَالَ
لِي سَلْ فَقُلْتُ أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي الْجَنَّةِ قَالَ أَوْ غَيْرَ
ذَلِكَ قُلْتُ هُوَ ذَاكَ قَالَ فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
“Saya
pernah bermalam bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku
membawakan air wudhunya dan air untuk hajatnya. Maka beliau berkata kepadaku,
“Mintalah kepadaku.” Maka aku berkata, “Aku hanya meminta agar aku bisa menjadi
teman dekatmu di surga.” Beliau bertanya lagi, “Adakah permintaan yang lain?”
Aku menjawab, “Tidak, itu saja.” Maka beliau menjawab, “Bantulah aku untuk
mewujudkan keinginanmu dengan banyak melakukan sujud (memperbanyak shalat).”
(HR. Muslim, no. 489)
Ketiga:
Shalat adalah sebaik-baik amalan
Dari
Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا
وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلاَةُ وَلاَ يُحَافِظُ عَلَى
الْوُضُوءِ إِلاَّ مُؤْمِنٌ
“Beristiqamahlah
kalian dan sekali-kali kalian tidak dapat istiqomah dengan sempurna.
Ketahuilah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat. Tidak
ada yang menjaga wudhu melainkan ia adalah seorang mukmin.” (HR. Ibnu Majah,
no. 277 dan Ahmad, 5:276. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Keempat:
Menggapai wali Allah yang terdepan
Orang yang
rajin mengamalkan amalan sunnah secara umum, maka ia akan menjadi wali Allah
yang istimewa.
Allah
Ta’ala berfirman,
أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ
اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62)
الَّذِينَ آَمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)
“Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka
selalu bertakwa.” (QS. Yunus: 62-63)
Wali Allah
itu ada dua macam: (1) As Saabiquun Al Muqorrobun (wali Allah terdepan) dan (2)
Al Abror Ash-habul yamin (wali Allah pertengahan).
As-saabiquun
al-muqorrobun adalah hamba Allah yang selalu mendekatkan diri pada Allah dengan
amalan sunnah di samping melakukan yang wajib serta dia meninggalkan yang haram
sekaligus yang makruh.
Al-Abror
ash-habul yamin adalah hamba Allah yang hanya mendekatkan diri pada Allah
dengan amalan yang wajib dan meninggalkan yang haram, ia tidak membebani
dirinya dengan amalan sunnah dan tidak menahan diri dari berlebihan dalam yang
mubah.
Mereka
inilah yang disebutkan dalam firman Allah Ta’ala dalam surah Al-Waqi’ah ayat
1-14. (Lihat Al-Furqon baina Awliya’ Ar-Rahman wa Awliya’ Asy-Syaithan,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hlm. 51)
Kelima:
Allah akan beri petunjuk pada pendengaran, penglihatan, kaki dan tangannya,
serta doanya pun mustajab
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ
عَادَى لِى وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَىَّ
عَبْدِى بِشَىْءٍ أَحَبَّ إِلَىَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ ، وَمَا يَزَالُ
عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا
أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى
يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى
بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Allah
Ta’ala berfirman: Barangsiapa memerangi wali (kekasih)-Ku, maka Aku akan
memeranginya. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib
yang Kucintai. Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan
amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya,
maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk
mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi
petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu
kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku
akan melindunginya.” (HR. Bukhari, no. 2506)
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad, hanya Allah yang memberi taufik dan petunjuk.
—
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal, MSc
Artikel Rumaysho.Com
0 komentar:
Posting Komentar