8 Keutamaan
Menjalankan Shalat 5 Waktu
JAKARTA, iNews.id - Shalat merupakan kewajiban bagi tiap
Muslim yang sudah akil dan balig. Shalat bukan hanya rutinitas ibadah yang
dikerjakan lima waktu dalam sehari. Sebab, shalat menjadi bukti keimanan dan
ketaatan seorang Muslim dalam menjalankan perintah Allah SWT.
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:
فَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
Artinya:
“Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah
fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (QS. al-Nisa’
[04]: 103)
Adapun
dalil hadits mengenai kewajiban shalat di antaranya adalah hadits yang terdapat
dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim:
فَرَّضَ اللهُ على أُمَّتِى
لَيْلَةَ الإِسْرَاءِ خَمْسِيْنَ صَلاَةً فَلَمْ أَزَلْ أُرَاجِعُهُ وأَسْأَلهُُ
ُالتَّخْفِيْفَ حَتّى جَعَلَهَا خَمْسًا فِىْ كُلِّ يَوْمٍ ولَيْلَةٍ
Artinya:
“Allah SWT pada malam Isra’ mewajibkabkan atas umatku lima puluh shalat,
kemudian aku terus-menerus kembali kepada Allah dan memohon keringan sehingga
Allah menjadikannya menjadi lima shalat sehari semalam.”
Shalat
fardhu yang wajib dikerjakan oleh segenap umat Islam adalah shalat lima waktu.
Yaitu, shalat zhuhur, ashar, maghrib, isya’ dan subuh.
Ada banyak
keutamaan menjalankan ibadah shalat fardhu. Dari sisi kesehatan, shalat tak
ubahnya seperti orang yang berolahraga karena semua anggota tubuh bergerak.
Aspek kesehatan ini meliputi kecerdasan hati dan otak, memperlancar aliran
darah dan memperlancar pencernaan.
Berikut ini
delapan keutamaan menjalankan shalat lima waktu:
1.
Mengingat Allah
Menjalankan
shalat lima waktu juga menjadi sarana hamba agar selalu mengingat Tuhannya yang
telah memberikan banyak kenikmatan.
اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ
لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
(QS. Thaha: 14) Ibnu Katsir menjelaskan maksud ayat tersebut adalah Esakanlah
Aku dan sembahlah Aku tanpa mempersekutukan Aku. Menurut suatu pendapat, makna
yang dimaksud ialah salatlah kamu untuk mengingat-Ku.
Menurut pendapat lain, maksudnya ialah dirikanlah salat
bilamana kamu ingat kepada-Ku. Makna yang kedua ini diperkuat oleh hadis yang
dikemukakan oleh Imam Ahmad. Ia mengatakan: telah menceritakan kepada kami
Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Al-Musanna ibnu Said,
dari Qatadah, dari Anas, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Apabila
seseorang di antara kalian tertidur hingga meninggalkan salatnya atau lupa
kepada salatnya, hendaklah ia mengerjakannya saat mengingatnya. Karena
sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman, "Dirikanlah salat untuk
mengingat-Ku.” (Thaha: 14)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui
sahabat Anas r.a., bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa tidur
meninggalkan salat (nya) atau lupa kepadanya, maka kifaratnya ialah
mengerjakannya (dengan segera) manakala ingat kepadanya, tiada kifarat lain
kecuali hanya itu.
2. Menjadi Penolong
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ
الصّٰبِرِيْنَ
Hai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al
Baqarah: 153)
Melalui ayat ini, Allah SWT menjelaskan perihal sabar dan
hikmah yang terkandung di dalam masalah menjadikan sabar dan salat sebagai
penolong serta pembimbing. Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya
berada dalam kenikmatan, lalu ia mensyukurinya; atau berada dalam cobaan, lalu
ia bersabar menanggungnya.
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa: Rasulullah Saw.
apabila mendapat suatu cobaan, maka beliau mengerjakan salat. Sabar itu ada dua
macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan dosa-dosa,
serta sabar dalam mengerjakan ketaatan dan amal-amal taqarrub. Jenis yang kedua
inilah yang lebih utama, mengingat ia adalah tujuan utama. Adapun jenis sabar
lainnya yaitu sabar dalam menanggung berbagai macam musibah dan cobaan, jenis
ini pun hukumnya wajib; perihalnya sama dengan istigfar (memohon ampun) dari
segala macam cela.
3. Mencegah Perbuatan Keji dan Mungkar
اُتْلُ
مَآ اُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتٰبِ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَۗ اِنَّ الصَّلٰوةَ
تَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ ۗوَلَذِكْرُ اللّٰهِ اَكْبَرُ
ۗوَاللّٰهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
"Bacalah
apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan
mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS: Al Ankabut: 45)
Salat itu
mengandung dua hikmah, yaitu dapat menjadi pencegah diri dari perbuatan keji
dan perbuatan munkar. Maksudnya dapat menjadi pengekang diri dari kebiasaan
melakukan kedua perbuatan tersebut dan mendorong pelakunya dapat
menghindarinya. Di dalam sebuah hadis melalui riwayat Imran dan Ibnu Abbas
secara marfu telah disebutkan: Barang siapa yang salatnya masih belum dapat
mencegah dirinya dari mengerjakan perbuatan keji dan munkar, maka tiada lain ia
makin bertambah jauh dari Allah.
4.
Penghapus Dosa
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ
النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّـيْلِ ۗاِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ
السَّـيِّـاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذَّاكِرِيْنَ
"Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang
(pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat". (QS: Hud : 114)
Sesungguhnya mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik
itu dapat menghapuskan dosa-dosa yang terdahulu, seperti yang disebutkan di
dalam sebuah hadis.
Rasulullah Saw. bersabda: Tidak sekali-kali seorang
mukmin melakukan suatu dosa (kecil), lalu ia melakukan wudu dan salat dua
rakaat, melainkan diberikan ampunan baginya (atas dosanya itu)."
5. Bentuk Syukur kepada Allah
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ
وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ
اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ وَاِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوْاۗ وَاِنْ كُنْتُمْ
مَّرْضٰٓى اَوْ عَلٰى سَفَرٍ اَوْ جَاۤءَ اَحَدٌ مِّنْكُمْ مِّنَ الْغَاۤىِٕطِ
اَوْ لٰمَسْتُمُ النِّسَاۤءَ فَلَمْ تَجِدُوْا مَاۤءً فَتَيَمَّمُوْا صَعِيْدًا
طَيِّبًا فَامْسَحُوْا بِوُجُوْهِكُمْ وَاَيْدِيْكُمْ مِّنْهُۗ مَا يُرِيْدُ
اللّٰهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ حَرَجٍ وَّلٰكِنْ يُّرِيْدُ لِيُطَهِّرَكُمْ
وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan kembali
dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu, Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu,
supaya kamu bersyukur. (QS. Al Maidah: 6)
6. Amalan Utama
عَنْ
ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ الصَّلَاةُ
لِوَقْتِهَا وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
Dari Ibn Masud radliallahu anhu, bahwa seorang laki-laki
pernah bertanya Nabi shallallahu alaihi wasallam, amalan apa yang paling utama?
Nabi menjawab: "Shalat tepat pada waktunya, berbakti kepada kedua orang
tua, dan jihad fi sabilillah." (HR. Bukhari) [No. 7534 Fathul Bari]
Shahih.
7. Penghapus Semua Kesalahan
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ
فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ قَالُوا لَا
يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا قَالَ فَذَلِكَ مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ
يَمْحُو اللَّهُ بِهِ الْخَطَايَا
Dari Abu
Hurairah, bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah
salah seorang dari kalian, lalu dia mandi lima kali setiap hari? Apakah kalian
menganggap masih akan ada kotoran (daki) yang tersisa padanya?" Para
sahabat menjawab, "Tidak akan ada yang tersisa sedikitpun kotoran
padanya." Lalu beliau bersabda: "Seperti itu pula dengan shalat lima
waktu, dengannya Allah akan menghapus semua kesalahan." (HR. Bukhari) [No.
528 Fathul Bari] shahih.
8. Cahaya
di Hari Kiamat
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ ذَكَرَ
الصَّلَاةَ يَوْمًا فَقَالَ مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُورًا
وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ
يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلَا بُرْهَانٌ وَلَا نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ
Dari Abdullah bin Amru, dari Nabi SAW; bahwasanya suatu
hari beliau pernah menyebutkan mengenai shalat seraya bersabda:
"Barangsiapa yang menjaganya, ia akan mempunyai cahaya, bukti dan
keselamatan kelak di hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka ia
tidak mempunyai cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat dan ia akan
tinggal bersama Qorun, Firaun, Haman dan Ubay bin Khalaf." (HR. Ahmad)
[No. 6288]
Wallahu A'lam
Editor :
Kastolani Marzuki
0 komentar:
Posting Komentar