3 Pesan Rasulullah
SAW kepada Abdullah bin Mas’ud, Sahabat Nabi
Abdullah bin Mas’ud adalah salah satu sahabat Rasulullah
SAW yang mendapatkan banyak pesan berharga dari Nabi Muhammad SAW.
3 Pesan Rasulullah SAW kepada Abdullah bin Mas’ud,
Sahabat Nabi
Betapa bahagianya menjadi sahabat Nabi SAW. Ketika
dirundung kesedihan, mereka tinggal curhat kepada Nabi; ketika ada kesulitan,
mereka meminta bantuan Nabi; ketika ada yang perlu ditanyakan terkait agama,
bisa langsung tanya kepada Nabi. Ini lah salah satu alasan manusia yang hidup
di masa nabi disebut sebagai zaman terbaik. Hal ini juga yang dialami oleh
Abdullah bin Mas’ud.
Suatu hari Abdullah bin Mas’ud datang kepada Nabi SAW.
Ada satu pertanyaan penting yang ingin ia tanyakan kepada Nabi SAW. Salah satu
keuntungan sahabat pada masa Nabi, semua pertanyaan bisa dijawab tanpa takut
tersesat dan disesatkan, karena jawaban Nabi pasti lah jawaban yang terbaik
bagi sang penanya.
Bisa jadi ini pertanyaan penting bagi Ibn Mas’ud. Sahabat
ahli Al-Quran ini ingin mengamalkan amalan-amalan terbaik yang paling disukai
oleh Allah SWT. Dalam Sahih al-Bukhari dijelaskan, semua pertanyaan Abdullah
putera Mas’ud ini dijawab semua oleh Rasul SAW. Bahkan dalam riwayatnya,
sahabat yang juga panitia pengumpul mushaf pada masa Utsman bin Affan ini
menjelaskan, jika ia melanjutkan pertanyaannya, Rasululullah SAW pasti akan
menjawabnya.
Atas pertanyaannya kepada Rasulullah SAW itu lah, Ibn
Mas’ud mendapatkan tiga pesan yang sangat berharga, sekaligus menjadi
kenang-kenangan dari Nabi Akhir Zaman kepadanya. Tiga anjuran nabi tersebut
tergambar dalam hadis berikut:
سَأَلْتُ
النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: أيُّ العَمَلِ أحَبُّ إلى اللَّهِ؟ قالَ:
الصَّلاةُ علَى وقْتِها، قالَ: ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: ثُمَّ برُّ الوالِدَيْنِ قالَ:
ثُمَّ أيٌّ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ قالَ: حدَّثَني بهِنَّ، ولَوِ
اسْتَزَدْتُهُ لَزادَنِي.
“Aku
(Abdullah bin Mas’ud) bertanya kepada Nabi Muhammad SAW: “Apa amalan yang
paling disukai oleh Allah SWT?” Rasulullah SAW menjawab, “Shalat pada
waktunya”.
Ibn Mas’ud
bertanya kembali, “Lalu, apa lagi wahai Rasulullah?”
“Berbuat
baik kepada kedua orang tua,” tambah Rasul.
“Apalagi,
ya Rasul?” Ibn Mas’ud melanjutkan pertanyaannya.
“Jihad fi
Sabilillah,” sabda Rasul.
Ibn Mas’ud
menyebutkan bahwa Rasulullah SAW akan menambahkan jawabannya jika putra Mas’ud
ini melanjutkan rasa ingin tahunya untuk bertanya kembali.
Dalam
riwayat lain, dijelaskan bahwa setelah berbuat baik kepada orang tua bukanlah
jihad, melainkan berbuat baik kepada orang lain, atau dalam riwayat hadis
disebut, “an yaslama an-nasu min lisanika” (selamatnya orang lain dari
lisanmu).
Dari cerita
Abdullah bin Mas’ud di atas, jelas ada tiga pesan dari Rasulullah SAW
kepadanya. Menurut para ulama, pesan Rasulullah SAW tersebut secara khusus
hanya diperuntukkan kepada Ibn Mas’ud, alasannya karena biasanya ketika
Rasulullah SAW ditanya sahabat terkait amalan yang paling utama untuk mereka,
Rasulullah akan menyesuaikan dengan kondisi mereka, tujuannya adalah
memperbaiki dan menambah kebaikan bagi mereka.
Jika
dikumpulkan ada tiga atau empat pesan Nabi kepada sahabat Abdullah bin Mas’ud.
Pertama, shalat tepat waktu dan tidak menunda-nunda. Hal ini disebut paling
pertama oleh Nabi, karena menurut Ibn Hajar, shalat adalah hak yang berkaitan
dengan hubungan kita sebagai manusia dengan Allah SWT. Maka dari itu, hal ini
tentu harus didahulukan.
Kedua,
berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain), yang meliputi berbuat baik,
sopan santun kepada kedua orang tua, berkhidmah kepada keduanya, dan
menghindari dari perbuatan durhaka kepada keduanya. Para ulama menyebut bahwa
hal ini menjadi bagian dari pesan Nabi SAW kepada Abdullah bin Mas’ud karena ia
masih memiliki ibu.
Pesan kedua
ini juga bisa kita jadikan argumen bahwa selain memenuhi kewajiban kita kepada
Allah (hubungan secara vertical), kita juga perlu menjaga hubungan baik kepada
sesama, khususnya orang tua, atau bisa juga kita sebut dengan hubungan secara
horizontal.
Ketiga,
jihad. Dalam kondisi sekarang, jihad bisa difahami tidak hanya dengan perang.
Tetapi dengan kegiatan lain yang bermanfaat.
Dalam
riwayat lain, pesan ketiga ini disebut oleh Rasul agar Ibn Mas’ud dapat
menghindari diri dari perbuatan menyakiti orang lain dengan lisannya, seperti:
mencaci maki, mengutuk, berkata kotor, dan perbuatan jelek lain yang bersumber
dari mulut. Bagaimanapun, mulut memiliki banyak peran dalam menarik manusia
dalam jurang kesalahan, yang oleh Nabi SAW disebut: li annahu yuktsiru
al-khatha’ bihi.
Pesan-pesan
Nabi di atas, memang secara khusus disampaikan untuk Abdullah bin Mas’ud dengan
beberapa kondisi yang dihadapinya. Namun, beberapa hal tersebut juga bisa kita
amalkan dengan menyesuaikan kondisi kita masing-masing. (AN)
Wallahu
a’lam.
M Alvin Nur
Choironi
0 komentar:
Posting Komentar