Jumat, 19 November 2021

Inilah Menejemen Rasulullah Menyambut Ramadhan

Inilah Menejemen Rasulullah Menyambut Ramadhan

 

Sebelum membahas tentang bagaimana manajemen Ramadhan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, perlu kiranya sedikit menyinggung tentang definisi manajemen terlebih dahulu.

Goerge R. Terry, mendefinisikan manajemen sebagai, “…sebuah proses yang khas dan terdiri dari tindakan-tindakan seperti perencanaan, pengorganisasian, pengaktifan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber sumber lainnya”. (Basu Swasta DH, Asas-asas Manajemen Modern).

Manajemen bisa dikatakan sebagai kumpulan usaha yang dilakukan demi tercapainya tujuan. Berangkat dari pengertian di atas, manajemen Ramadhan adalah segala usaha menjadikan Ramadhan sebagai bulan penuh rahmat, ampunan dan keselamatan.

Demi meraih tujuan tersebut, maka momentum yang penuh berkah ini perlu dijadikan sebagai momentum Training Manajemen Syahwat, dan sekaligus menjadi Training Manajemen Ibadah. Inilah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam.

Oleh karena itu,  demi tercapainya tujuan tersebut mengetahui manajemen Ramadhan Rasulullah menjadi suatu keharusan.

Demi memperoleh gambaran utuh dan mendetail dari manajamen Ramadhan Rasulullah, setidaknya ada empat  situasi yang perlu kita perhatikan.

Pertama, sebelum memasuki Ramadhan

Para Salafus shalih selalu merindukan kedatangan Ramadhan. Untaian doa selalu terucap dari lisan-lisan mereka agar diberi kesempatan menemui Ramadhan sejak enam bulan sebelum Ramadhan tiba.

Contohnya, Imam Malik setelah pengajiannya sering menyarankan para murid dan sahabatnya untuk mempelajari bagaimana para sahabat memenej kehidupan ini, termasuk hal-hal yang terkait dengan Ramadhan mereka. Meskipun tidak mendapatkan kesempatan untuk hidup bersama para Sahabat, namun nya mampu meneladani mereka melalui sejarah hidup mereka.

Ma’la Bin Fadhal berkata: “Dulu Sahabat Rasulullah berdoa kepada Allah sejak enam bulan sebelum masuk Ramadhan agar Allah sampaikan umur mereka ke bulan yang penuh berkah itu. Kemudian selama enam bulan sejak Ramadhan berlalu, mereka berdoa agar Allah terima semua amal ibadah mereka di bulan itu. Di antara doa mereka ialah : Yaa Allah, sampaikan aku ke Ramadhan dalam keadaan selamat. Yaa Allah, selamatkan aku saat Ramadhan dan selamatkan amal ibadahku di dalamnya sehingga menjadi amal yang diterima.” (HR. at Thabrani: 2/1226).

Melihat kepada sikap dan doa yang mereka lakukan, terlihat jelas bagi kita bahwa para sahabat dan generasi setelahnya sangat merindukan kedatangan Ramadhan. Mereka sangat berharap dapat berjumpa dengan Ramadhan demi mendapatkan semua janji dan tawaran Allah dan Rasul-Nya dengan berbagai keistimewaan yang tidak terdapat di bulan-bulan lain.

Hal tersebut menunjukkan bahwa para sahabat dan generasi setelahnya betul-betul memahami dan yakin  akan keistimewaan dan janji Allah dan Rasul-Nya yang amat luar biasa seperti rahmah (kasih sayang), maghfirah (ampunan) dan keselamatan dari api neraka. Inilah yang diungkapkan Imam Nawawi, “Celakalah kaum Ramadhaniyyin. Mereka tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan.”

Sesungguhnya Rasulullah, sahabat dan generasi setelahnya mengenal Allah sejak jauh-jauh hari sebelum Ramadhan dan di bulan Ramadhan pengenalan mereka kepada Allah lebih bertingkat.

Kedua, saat memasuki Ramadhan

Ketika terbitnya hilal di ufuk pertanda Ramadhan tiba, Rasul dan para sahabat menyambutnya dengan suka cita sembari membacakan doa seperti yang diceritakan Ibnu Umar dalam hadits berikut :

 

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى الْهِلاَلَ قَالَ : اللَّهُ أَكْبَرُ ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلاَمَةِ وَالإِسْلاَم وَالتَّوْفِيقِ لِمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى ، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ

 

“Dari Ibnu Umar dia berkata : Bila Rasul melihat hilal dia berkata : Allah Maha Besar. Ya Allah, jadikanlah hilal ini bagi kami membawa keamanan, keimanan, keselamatan, keislaman dan taufik kepada yang dicintai Robb kami dan diridhai-Nya. Robb kami dan Robbmu (hilal) adalah Allah.” (HR. Addaromi).

Itulah gambaran nyata dari Rasul  dan para sahabat ketika meyambut kedatangan bulan penuh berkah ini. Bukan dengan hiruk pikuk yang penuh kebisingan dan tabdzir dengan pawai disertai pesta kembang api atau petasan di jalanan sambil keliling kota atau desa memukul beduk dan sebagainya.

Namun, Rasulullah dan para sahabat menyambutnya dengan keyakinan, dan perasaan rindu yang mendalam  akan kebesaran Ramadhan. Dengan harapan, jika amal ibadah Ramadhan dijalankan dengan ikhlas dan khusyu’, mereka akan meraih rahmat, ampunan dan terbebas dari api neraka. Ketiga nikmat itu tidak akan ternilai harganya bagi mereka dibandingkan dengan dunia dan seisinya.

Ketiga, setelah memasuki Ramadhan

Setelah memasuki awal Ramadhan hingga akhir, Rasulullah dan para sahabat meningkatkan ketaqwaan untuk menahan diri dari berbagai syahwat dan perbuatan yang dapat merusak kesempurnaan puasa. Mereka menutup setiap celah syahwat dengan “mengetuk” setiap pintu kebajikan. Seperti syahwat anggota tubuh atau menyakiti orang lain dan semacamnya. Semuanya dilakukan sejak terbit fajar sampai tenggelam matahari.

Rasulullah dan para sahabat menghidupkan siang dan malam dengan berbagai amal ibadah. Seperti bersedekah, shalat taraweh, berzikir, membaca dan tadabbur Al-Qur’an dan berbagai ibadah lainnya. (Bahkan, ibunda Aisyah pernah berkata bahwa Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dan lebih dermawan lagi ketika di bulan Ramadhan.(Muhammad ad-tirmidzi: 164). Artinya, selama Ramadhan Rasulullah dan para sahabat benar-benar menfokuskan diri bertaqorrub kepada Allah melalu training manajemen syahwat dan sekaligus training manajemen ibadah. Dua hal inilah yang mesti dimiliki oleh setiap hamba yang ingin mendapat ridha Allah di dunia dan bertemu dengan-Nya di syurga.

Keempat, ketika memasuki sepertiga akhir Ramadhan

Ketika memasuki sepertiga akhir Ramadhan, akan kita temukan sesuatu yang sangat berbeda pada diri Rasulullah  dengan mayoritas Muslim hari ini. Rasulullah mengencangkan tali ikat pinggangnya pertanda bertambahnya kesungguhan nya untuk beribadah dan menghidupkan malam-malamnya dan  membangunkan keluarganya untuk shalat dan berdzikir agar tidak kehilangan keberkahan yang melimpah ruah pada malam-malam tersebut. danNya menghabiskan waktu tersebut terkhusus untuk beri’tikaf di masijid. (Muttafaq ‘alaihi)

Adapun masyarakat Muslim dewasa ini mayoritas menghabiskan waktu mereka di pasar atau pusat perbelanjaan. Artinya, Rasulullah dan para sahabat lebih giat dalam beribadah di sepertiga akhir Ramadhan, sedangkan mayoritas umat Muslim menghabiskan waktu dan kekayaannya demi kepentingan dunia semata.

Demikianlah gambaran dari manajemen Ramadhan Rasulullah dan para sahabat untuk meraih tujuan puasa Ramadhan yang hakiki.

Dengan semakin dekatnya Ramadhan, semoga kita bisa mempersiapkan diri. Semoga dengan gambaran tersebut kita dapat memenej Ramadhan sebagaimana mereka memenejnya demi meraih tujuan puasa Ramadhan yang hakiki.*

 

Rep: Admin Hidcom

Editor: Huda Ridwan

Oleh: Nofriyanto al-Minangkbawy

https://www.hidayatullah.com

 

 

0 komentar:

Posting Komentar