Cara Salafus Shalih
Menyambut Ramadhan
Bagaimanakah keadaan salafus shalih –radhiyallahu’anhum
wa rahimahum– dalam menyambut bulan yang agung ini? Bagaimanakah bimbingan
mereka? Bagaimanakah kebiasaan dan sikap mereka?
Bagaimanakah seorang muslim mempersiapkan dirinya agar
bisa memanfaatkan waktu-waktu malam yang sekarang dijalani olehnya demikian
pula siang harinya? Yaitu persiapan dalam hal ilmu dengan mengetahui
hukum-hukum puasa, mengetahui hal-hal yang membatalkannya, mengenali
hukum-hukumnya.
Karena sebagian orang lalai dari perkara-perkara ini,
sehingga tidak mendalami hukum seputar puasa dan juga tidak berusaha memahami
ilmu yang wajib dalam masalah puasa, apakah Syaikh hafizhahullah berkenan untuk
memberikan nasihat berkaitan dengan hal ini?
Setelah membaca bismillah dan menjawab salam, beliau
menjawab :
Keadaan salaf di bulan Ramadhan, sebagaimana hal itu
telah tercatat dalam kitab-kitab yang diriwayatkan dengan sanad yang terpercaya
bahwa para salaf senantiasa memohon kepada Allah ‘azza wa jalla agar
menyampaikan/mengantarkan mereka sehingga bisa menjumpai Ramadhan, yaitu
sebelum masuknya bulan itu.
Mereka meminta kepada Allah supaya mempertemukan mereka
dengan bulan Ramadhan, karena mereka mengetahui bahwa di bulan itu terdapat
kebaikan yang sangat besar dan kemanfaatan yang begitu luas.
Kemudian, apabila bulan Ramadhan sudah masuk mereka pun
meminta kepada Allah untuk memberikan pertolongan dan bantuan kepada mereka
dalam beramal salih di bulan tersebut. Kemudian, apabila Ramadhan usai mereka
juga memohon kepada Allah agar menerima amalan mereka itu, sebagaimana Allah
jalla wa ‘ala firmankan (yang artinya), “Dan orang-orang yang memberikan
apa-apa yang sanggup mereka persembahkan sementara hati mereka itu merasa
takut; bagaimanakah kiranya keadaan mereka ketika dikembalikan kepada Rabbnya.
Mereka itulah orang yang bersegera dalam kebaikan-kebaikan dan mereka
berlomba-lomba untuk meraihnya.” (QS. al-Mu’minun : 60-61).
Mereka bersungguh-sungguh dalam beramal, kemudian setelah
itu mereka dirundung oleh rasa cemas dan khawatir setelah beramal; apakah
amalnya itu diterima ataukan tidak. Yang demikian itu dikarenakan mereka sangat
mengetahui tentang agungnya kedudukan Allah ‘azza wa jalla dan bahwasanya Allah
tidak akan menerima amal kecuali yang ikhlas untuk mencari wajah-Nya dan amalan
yang benar sebagaimana tuntunan/sunnah Rasul-Nya.
Oleh karena itu, mereka tidak menganggap dirinya suci,
bahkan mereka merasa khawatir kalau-kalau amal-amal mereka itu terhapus/tidak
diterima. Oleh sebab itulah mereka sangat berharap agar amalnya bisa diterima,
dan hal ini jauh lebih membuat letih pikiran mereka daripada sekedar
melaksanakannya. Karena sesungguhnya Allah jalla wa ‘ala berfirman (yang
artinya), “Sesungguhnya Allah hanya akan menerima -amal- dari orang-orang yang
bertakwa.” (QS. al-Ma’idah : 27).
Dan adalah mereka itu dahulu berusaha untuk meluangkan
waktunya untuk bisa menikmati ibadah di bulan ini -sebagaimana sudah kami
sampaikan- dan mereka pun mengurangi/mempersedikit amal-amal/urusan dunia.
Adalah mereka -salafus shalih- itu memadati waktu-waktu
mereka dengan duduk di rumah-rumah Allah ‘azza wa jalla. Mereka mengatakan,
“Kami ingin menjaga puasa kami, kami tidak ingin menggunjing siapa pun.” Dan
mereka pun menhadirkan mushaf-mushaf untuk dibaca, dan mereka saling
mempelajari kandungan Kitabullah ‘azza wa jalla. Mereka senantiasa
berusaha menjaga agar waktunya tidak terbuang sia-sia.
Mereka tidak suka membuang-buang waktu dan
menyia-nyiakannya sebagaimana keadaan yang ada pada banyak orang di masa sekarang
ini. Akan tetapi, mereka -salafus shalih- berusaha menjaga waktu-waktu mereka;
malam diisi dengan sholat malam, sedangkan siang hari diisi dengan puasa,
membaca al-Qur’an, dzikir kepada Allah, dan berbagai amal kebaikan.
Mereka -salafus shalih- itu tidak mau menyia-nyiakan
waktu di bulan Ramadhan itu walaupun sedetik saja atau sekejap, kecuali mereka
selalu berusaha untuk bisa mempersembahkan amal salih di dalamnya.
***
Sumber : http://www.alfawzan.af.org.sa/node/9840
Ari Wahyudi,
S.Si. 3 Comments
Penerjemah: Ari
Wahyudi
Artikel
Muslim.or.id
0 komentar:
Posting Komentar