Merajut Ramadhan
Sepanjang Masa
Konon, ada seorang nenek yang berjuang siang dan malam.
Ia dengan sabar memintal kapas menjadi benang, lalu melanjutkan perjuangannya
dengan merajutnya menjadi selembar kain sehingga siap untuk dijahit menjadi
pakaian. Rasa gembira telah menghampiri raut wajah anak-anaknya, karena merasa
tak lama lagi pakaian Ied mereka segera jadi.
Di luar dugaan, sang nenek bukannya melanjutkan
perjuangan dengan menjahit kain hasil tenunannya, ia malah kembali mengurai
hasil tenunannya menjadi benang. Dan ia terus mengurai benang itu kembali
menjadi onggokan kapas. Semua orang menyangka, “nenek itu bodoh”.
Ini adalah gambaran sederhana bagi keadaan setelah
saudara dengan segala daya dan upaya merajut kebahagiaan dan keberhasilan di
bulan Ramadhan. Setelah kita mulai merasakan indahnya sholat berjamaah di
masjid. Setelah kita merasakan betapa damainya batin yang jauh dari bisikan
setan. Setelah kita merasakan betapa bahagianya menikmati hidangan buka puasa.
Setelah kita mulai merasakan betapa manisnya keimanan.
Akankah semuanya itu kembali kita uraikan satu demi satu?
Akankah kita dengan kedua tangan dan kaki kita
meruntuhkan tumpukan pahala yang telah tersusun rapi di lembar catatan amal
kita? Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang
menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai
kembali.” (QS. An Nahl: 92)
Bila pada bulan Ramadhan, kita telah mengenal ibadah
puasa, sholat malam, sedekah kepada fakir-miskin, membaca Al Qur’an, dan ibadah
lainnya, akankah semua itu tenggelam bersama tenggelamnya bulan Ramadhan?
Tidakkah kita merasa terpanggil untuk meneruskan amal
ibadah itu walau hanya sedikit, sehingga hari-hari kita senantiasa dihiasi
dengan aliran pahala dan kedamaian karena berada dekat dengan Allah?
Semoga Allah Ta’ala senantiasa melimpahkan hidayah dan
taufiq-Nya kepada kita semua, sehingga kita dapat istiqamah dalam beribadah
kepada-Nya.
anya dengan demikian kita dapat menjaga rangkaian pahala
yang telah tersusun rapi pada lembaran amal kita dan tidak kembali
meruntuhkannya satu demi satu.
0 komentar:
Posting Komentar