Meraih Martabat
Utama 13 Dari Zikir ke Wirid
Dari segi bahasa, zikir berasal dari akar kata
dzakara-yadzkuru-dzikran yang berarti menyebut, mengucapkan, mengagungkan,
menyucikan, dan mengingat. Dzikrullah biasa diartikan berarti menyebut-nyebut
(nama) Allah SWT seraya mengingat-Nya.
Sedangkan, wirid berasal dari akar kata
warada-yaridu-wuruda, wirdun berarti datang, sampai, mendatangi, menyebutkan.
Wirid seakar kata dengan wardah yang berarti bunga mawar. Kata zikir dan wirid
dari segi bahasa memiliki makna yang sama, yaitu menyebut atau menyucikan.
Dalam pengertian populer, zikir lebih banyak berarti
penyebutan dan penyucian nama Allah SWT, sama dengan pengertian populer dari
wirid. Termasuk makna zikir dan wirid ialah membaca Kalam Allah, yakni Alquran.
Keduanya juga sama-sama bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bedanya,
hanya dari segi ketentuan penyebutan dan pengungkapan.
Zikir biasanya tidak ditentukan jumlah, waktu, dan tempat
pelaksanaannya. Kapan pun dan di mana pun bebas menjalankan zikir. Sementara,
wirid biasanya ditentukan jenis, jumlah, waktu, dan ketentuan pengamalannya.
Bacaan yang dibaca pada waktu zikir tidak ditentukan, bergantung apa yang
dihafal atau apa yang dikuasainya. Sedangkan, wirid sudah ditentukan jenis
bacaan, tidak bisa ditawar panjang pendeknya. Wirid inilah yang lebih
memerlukan alat bantu, seperti tasbih, buku-buku, dan amalan-amalan tertentu.
Tentu, yang lebih baik ialah wirid. Zikir terkesan
temporer, dilakukan saat hati sedang dalam keadaan khusus (mood), misalnya
ketika seorang sedang menghadapi masalah, mempunyai hajat lebih besar, atau
sedang dalam bahagia dan mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk berzikir.
Jika tidak dalam keadaan bahagia, bisanya zikir dilakukan
seadanya atau tidak sama sekali. Sedangkan, wirid lebih bersifat permanen dalam
keadaan apa pun dan di mana pun, selalu mengamalkan rutinitas wiridnya. Jika ia
meninggalkan wiridnya, seperti meninggalkan sebuah kewajiban, ada sesuatu yang
kurang. Dengan demikian, ahli wirid lebih kuat ketimbang ahli zikir.
Di dalam Alquran, zikir dan wirid sangat dianjurkan
sebagaimana disebutkan dalam ayat: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS al-Ra'd [13]:28).
Ayat ini menginformasikan bahwa zikir dan mengingat Allah
SWT akan menenteramkan hati. Dalam ayat lain, Allah SWT memberikan informasi
lebih lanjut: Wasabbihu bukratan wa ashila (Dan bertasbihlah kepada-Nya di
waktu pagi dan petang). (QS al-Ahdzab [33]:42). Ayat pertama menyerukan zikir
dan ayat berikutnya menyerukan untuk meningkatkan zikir menjadi wirid.
Rasulullah SAW telah mengisyaratkan agar pengamalan zikir
dilembagakan dan amalkan secara terukur menjadi wirid. Dalam kitab Riyadh al-Shalihin,
kumpulan hadis-hadis shahih yang disusun oleh Imam Al-Nawawi dan hingga saat
ini menjadi salah satu kitab wajib di pondok-pondok pesantren di Indonesia
disebutkan sebuah riwayat bahwa suatu ketika para pekerja dan pelayan menghadap
kepada Rasulullah SAW untuk diajari sesuatu yang bisa membuat dirinya setara
dengan tuannya yang bukan hanya melakukan ibadah, melainkan juga bersedekah dan
berinfak.
Sedangkan, kami para pekerja dan pelayaan hanya bisa
beribadah, tetapi tdak punya kemampuan untuk bersedekah dan berinfak.
Rasulullah SAW mengajari mereka dengan zikir: Jika kalian membaca subhanallah,
alhamdulillah, dan Allahu Akbar masing-masing tiga kali seusai shalat fardhu
maka kedudukan kalian sama dengan tuan-tuan kalian di mata Allah SWT.
Para pekerja dan pelayan mengamalkan wirid itu setiap
usai shalat fardhu. Tuan-tuan para pekerja dan pelayan mengamati kebiasan baru
karyawannya, akhirnya mereka juga mengamalkan wirid itu. Kelompok pekerja dan
pelayan kembali mendatangi Rasulullah SAW mengadukan kalau tuannya juga
mengamalkan hal yang sama.
Mereka meminta sesuatu yang lain agar nanti di akhirat
tidak kalah dengan tuan-tuannya. Rasulullah SAW menjawab, "Sesungguhnya
Allah memberi petujuk kepada siapa yang dikehendakinya." Hadis ini
mengisyaratkan pentingnya meningkatkan kualitas zikir menjadi wirid.
Wallahua'lam.
Oleh Prof Dr KH
Nasaruddin Umar
(Imam Besar
Masjid Istiqlal Jakarta)
0 komentar:
Posting Komentar