Apakah Kunci Surga
Itu?
Pendeta dan hadirin pun merasa takjub, mendengar jawaban
pemuda muslim tersebut. Kemudian pemuda itu pamit, ketika semua sedang terbuai
dalam kekaguman terhadap jawabannya.
Namun sebelum pergi, pemuda itu meminta si pendeta agar menjawab
satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh si pendeta. Pemuda ini
berkata: “Apakah kunci surga itu?”
Mendengar pertanyaan itu lidah si pendeta menjadi kelu,
hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Dia berusaha
menyembunyikan kekhawatiran, tapi hasilnya nihil.
Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya
agar menjawab pertanyaan tersebut, tapi dia berusaha mengelak. Mereka berkata,
“Anda telah melontarkan 22 pertanyaan ngawur kepadanya dan pemuda itu mampu
menjawab semuanya. Sementara dia hanya memberimu satu pertanyaan masuk akal,
tapi Anda tidak mampu menjawabnya!”
Pendeta tersebut berkata:“Sungguh aku mengetahui jawaban
dari pertanyaan tersebut, tapi aku takut kalian marah.” Mereka menjawab:“Kami
akan menjamin keselamatan Anda.”
Sang pendeta pun berkata: “Jawabannya ialah asyhadu alla
ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah. Lantas si pendeta dan
orang-orang yang hadir di gereja itu pun memeluk agama Islam.
Sungguh Allah telah menganugerahkan kebaikan dan menjaga
mereka dengan Islam, melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa. Kisah
nyata ini diambil dari Mausu’ah Al-Qishash Al-Waqi’ah.
Orang yang berakal (termasuk para pendeta), sebenarnya
telah mengetahui bahwa Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dan akan menjaga manusia dalam kesejahteraan, baik di dunia maupun di
akhirat. Namun apa yang menyebabkan hati para pendeta itu masih tertutup,
bahkan cenderung mereka sendiri yang menutup rapat jiwanya.
Semoga Allah memberikan hidayah kepada mereka yang mau
berpikir. Pemuda dimaksud adalah Syekh Abu Yazid Al-Bustami, kini seorang ulama
di Basrah.
Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, Allah haramkan
atasnya neraka.” (HR Muslim). Kalimat tauhid ini menjadi pemberat timbangan
amal.
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Pada hari kiamat,
sesungguhnya Allah SWT membuka kepada sebagian makhluk-Nya 99 lembar catatan
amal orang itu. Setiap catatan panjangnya sejauh mata memandang. Kemudian Allah
SWT berkata kepadanya: “Apakah kamu tidak mengakui sedikitpun dari catatan ini,
atau apakah para malaikat pencatat-Ku mendzalimi kamu?”
“Orang itu menjawab: “Tidak wahai Tuhanku.” Lalu Allah
berkata:”Apakah kamu ada dosa atau kebaikan?”Orang itu tertunduk (karena
melihat hanya catatan dosa yang ada); dia pun berkata: “Tidak wahai Tuhan, aku
tidak ada memiliki kebaikan.” Allah SWT berkata lagi: “Apakah kamu ada keuzuran
dalam mengerjakan semua dosa ini?” Orang itu menjawab, “Tidak, wahai Tuhan.”
Maka si hamba tersebut berkata di dalam hatinya, “Aku sudah jelas akan menjadi
ahli neraka.” Namun Allah berkata lagi, “Kamu memiliki kebajikan di sisi-Ku,
dan hari ini tidak ada kedzaliman.” Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu, di
situ tertulis: Asyhadu alla ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan
rasulullah. Orang tadi berkata: “Wahai Tuhan apa artinya kartu ini dibandingkan
dengan catatan panjang itu?”
Rasulullah SAW menerangkan selanjutnya, bahwa setelah
kartu itu ditaruh di satu daun timbangan dan catatan panjang itu di daun
timbangan yang lain, ternyata daun timbangan yang berisi catatan amal menjadi
ringan, dan daun timbangan yang berisi kartu menjadi berat. Lalu dia berkata,
“Tidak ada sesuatupun yang bisa melebihi berat nilai zikrullah.” (HR Abdullah
bin Umar, ref. At-Tafsir Al-Kabir jilid 1, hal.162)
Di dalam hadis yang lain diriwayatkan bahwa Allah SWT
berfirman kepada para malaikat-Nya pada hari kiamat, “Keluarkanlah dari neraka
orang yang pernah mengucapkan kalimat la ilaha illallah, di dalam hatinya
memiliki kebajikan sebesar biji jelai; Keluarkanlah dari neraka orang yang
pernah mengucapkan kalimat la ilaha illallah, di dalam hatinya memiliki
kebajikan sebesar atom; Keluarkanlah dari neraka orang yang pernah mengucapkan
kalimat la ilaha illallah, di dalam hatinya memiliki kebajikan sebesar biji
gandum.” (HR.Ahmad). (*)
Editor: BPost
Online
Oleh: KH Husin
Naparin
Ketua Umum
Majelis Ulama Indonesia Provinsi Kalsel
https://banjarmasin.tribunnews.com
0 komentar:
Posting Komentar